i
PROBLEMATIKA PERKARA CERAI GUGAT DAN AKIBAT HUKUMNYA DI PENGADILAN AGAMA BULUKUMBA
Tesis Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Hukum Keluarga Islam (M.H) pada
Pascasarjana IAIN Parepare
TESIS
Oleh:
ABDUL MUIZ NIM: 19.0221.007
PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah swt., atas nikmat hidayat dan inayah-Nya kepada penyusun, sehingga dapat tersusun Tesis ini sebagaimana yang ada di hadapan pembaca. Salam dan salawat atas Rasulullah saw., sebagai suri tauladan sejati bagi umat manusia dalam melakoni hidup yang lebih sempurna, dan menjadi reference spiritualitas dalam mengemban misi khalifah di alam persada.
Penyusun menyadari dengan segala keterbatasan dan akses penulis, naskah Tesis ini dapat terselesaikan pada waktunya, dengan bantuan secara ikhlas dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, refleksi syukur dan terima kasih yang mendalam, patut disampaikan kepada:
1. Dr. Hannani, M.Ag., selaku Rektor IAIN Parepare, Dr. H. Saepudin, S.Ag., M.Pd., Dr. Firman, M.Pd, dan Dr. Muhammad Kamal Subair, M.Ag., masing-masing sebagai Wakil Rektor dalam lingkup IAIN Parepare, yang telah memberi kesempatan menempuh studi Program Magister pada Pascasarjana IAIN Parepare;
2. Dr. Hj. Darmawati, S.Ag., M.Pd., selaku Direktur Pascasarjana IAIN Parepare, yang telah memberikan layanan akademik kepada penulis dalam proses dan penyelesaian studi.
3. Dr. H. Sudirmaln L, M.H., daln Dr. Ralhmalwalti, M.Alg., masing-masing sebagai Pembimbing I dan II, dengan tulus membimbing, mencerahkan, dan mengarahkan penulis dalam melakukan proses penelitian hingga dapat rampung dalam bentuk naskah Tesis ini.
4. Dr. Hj. Rusdalyal Balsri, Lc., M.Alg. daln Dr. M. Alli Rusdi Bedong, S.Th.I., M.H.I., masing-masing sebagai Penguji I dan II, dengan tulus memberikan saran-saran dan masukan serta mengarahkan penulis dalam melakukan penelitian hingga dapat rampung dalam bentuk naskah Tesis ini.
5. Ketual Pengaldilaln Algalmal Bulukumba yang telah memberikan izin dan rekomendasi untuk melanjutkan studi pada Program Magister Pascasarjana IAIN Parepare.
iv
DAlFTAlR ISI
SAMPUL... ……….. i
PERNYAlTAlN KEAlSLIAlN TESIS……..……….. ii
PENGESAlHAlN KOMISI PENGUJI ………..……….. iii
KAlTAl PENGAlNTAlR ………... iv
DAlFTAlR ISI ……….. vi
DAlFTAlR TAlBEL……….. viii
DAlFTAlR GAMBAR……….….. ix
PEDOMAlN TRAlNSLITERAlSI ... x
AlBSTRAlK ………... xvi
BAlB I PENDAlHULUAlN Al. Laltalr Belalkalng Malsallalh .………. 1
B. Fokus Penelitialn daln Deskripsi Fokus... 10
C. Rumusaln Malsallalh ………... 11
D. Tujualn daln Kegunalaln Penelitialn ..………... 11
E. Galris Besalr Isi Tesis ………. 12
BAlB II TINJAlUAlN PUSTAlKAl . Al Penelitian yang Relevan ……… 14
B. Analisis Teoritik Subjek .……… 18
C. Keralngkal Teoritis Penelitialn ……… 60
D. Bagan Keralngkal Teori ...……… 60
BAlB III METODE PENELITIAlN Al. Jenis daln Pendekaltaln Penelitialn ………... 62
B. Palraldigmal Penelitialn ….………... 63
C. Walktu daln Lokalsi Penelitialn ……….. 63
D. Sumber Dalta ………... 64
E. Instrumen Penelitialn ……….... 65
F. Talhalpaln Pengumpulaln Dalta ……… 67
G. Teknik Pengumpulaln Dalta ………... 68
vi
H. Teknik Pengolalhaln daln Alnallisis Dalta ………. 69 I. Teknik Pengujialn Kealbsalhaln Dalta ……….. 70
BAlB IV HAlSIL PENELITIAlN DAlN PEMBAlHAlSAlN
Al. Deskripsi Halsil Penelitialn ….……….. 73 1. Falktor-falktor yalng Menyebalbkaln Cerali Gugalt di
Pengaldilaln Algalmal Bulukumbal... 73 2. Upalyal Perdalmalialn Halkim dallalm Meminimallisir
Alngkal Perceralialn di Pengaldilaln Bulukumbal... 81 3. Alkibalt Hukum yalng ditimbulkaln dallalm Perkalral Cerali
Gugalt paldal Pengaldilaln Algalmal Bulukumbal... 86 B. Pembalhalsaln Halsil Penelitialn ………... 93 BAlB V PENUTUP
. Al. Simpulaln ……....………... 111 B. Rekomendasi …...………..……….. 112 DAlFTAlR PUSTAlKAl ……… 114 LAlMPIRAlN-LAlMPIRAlN……….
BIODATA PENULIS...………..
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Jumlah Perkara Cerai Gugat dan Cerai Talak di
Pengadilan Agama Bulukumba... 8 Tabel 1.2. Jumlah Perkara Cerai Gugat dan Cerai Talak
di Pengadilan Agama Bulukumba... 9 Tabel 1.3. Matriks Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus... 10 Tabel 4.1. Faktor Penyebab Perceraian di Pengadilan Agama
Bulukumba... 99 Tabel 4.2. Faktor Penyebab Perceraian di Pengadilan Agama
Bulukumba... 110
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian... 61
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN A.Transliterasi Arab-Latin
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat dilihat pada tabel berikut:
1. Konsonan
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan
ba b be
ta t teث
s\a s\ es (dengan titik di atas)ج
jim j je
h}a h} ha (dengan titik di bawah)خ
kha kh ka dan ha
dal d deذ
z\al z\ zet (dengan titik di atas)
ra r er
zai z zet
sin s es
syin sy es dan yeص
s}ad s} es (dengan titik di bawah)
d}ad d} de (dengan titik di bawah)
t}a t} te (dengan titik di bawah)ظ
z}a z} zet (dengan titik di bawah)
‘ain ‘ apostrof terbalikغ
gain g geؼ
fa f efؽ
qaf q qiؾ
kaf k kaؿ
lam l elـ
mim m em
nun n en
wau w weػه
ha h haء
hamzah ’ apostrof
ya y yeHamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dgn tanda (’).
x
2. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:
Contoh:
َْيَ
:kaifaَؿْوَه
:haula3. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
Nama Huruf Latin Nama
Tanda
fath}ah a a
ا
kasrah i iا
d}ammah u uا
Nama Huruf Latin Nama
Tanda
fath}ah dan ya>’ ai a dan i
ْىَػ
fath}ahdanwau au a dan u
ْوَػ
Harakat dan Nama Huruf
Huruf dan Tanda
Nama fath}ahdanalifatauya>’
َ... | َ...
d}ammahdanwau
ػو
a>
u>
a dan garis di atas
kasrahdanya>’ i> i dan garis di atas
u dan garis di atas
ىػ
xi
Contoh:
ََ
:ma>taىََ
:rama>َْي ِق
:qi>laْوَ
:yamu>tu4. Ta>’ marbu>t}ah
Transliterasi untuk ta>’ marbu>t}ahada dua, yaitu:ta>’ marbu>t}ahyang hidup atau mendapat harakat fath}ah, kasrah, dand}ammah, transliterasinya adalah [t].
Sedangkan ta>’ marbu>t}ah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah [h].
Kalau pada kata yang berakhir denganta>’ marbu>t}ahdiikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta>’
marbu>t}ahitu ditransliterasikan dengan ha (h).
Contoh:
ِؿَفْطَ ةَضَْ
:raud}ah al-at}fa>lةَِضَفَْ ةَنْػِدَمَْ
:al-madi>nah al-fa>d}ilahةَمْكَِْ
:al-h}ikmah5. Syaddah(Tasydi>d)
Syaddah atau tasydi>d yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda tasydi>d ( ـّـ ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tandasyaddah.
Contoh:
َنَّ
:rabbana>َنْيَّ
:najjaina>ََْ
:al-h}aqqَِعػ
:nu‚imaدَ
:‘aduwwunxii
Jika huruf ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah(ّىـِــــ), maka ia ditransliterasi seperti hurufmaddahmenjadi i>.
Contoh:
ىَِ
: ‘Ali> (bukan ‘Aliyy atau ‘Aly)َرَ
: ‘Arabi> (bukan ‘Arabiyy atau ‘Araby)6. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf
ؿ
(alif lam ma‘arifah).Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiyah maupun huruf qamariyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-).
Contoh:
ْمّشَ
:al-syamsu(bukanasy-syamsu)ةََزّْزَ
:al-zalzalah(az-zalzalah)ةَفَسَْفَْ
:al-falsafahَلَْ
:al-bila>du 7. HamzahAturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.
Contoh:
َْرَْت
:ta’muru>naْوّػنَ
:al-nau‘ءَْ
:syai’unْرِأ
:umirtuxiii
8. Penulisan Kata Arab yang Lazim Digunakan dalam Bahasa Indonesia Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam dunia akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya, kata al-Qur’an (darial-Qur’a>n), alhamdulillah, dan munaqasyah. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka harus ditransliterasi secara utuh. Contoh:
Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n
Al-Sunnah qabl al-tadwi>n 9. Lafz} al-Jala>lah(
ا
)Kata ‚Allah‛ yang didahului partikel seperti hurufjarrdan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mud}a>f ilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.
Contoh:
ِا ِْ
di>nulla>hِِب
billa>hAdapun ta>’ marbu>t}ah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz} al- jala>lah,ditransliterasi dengan huruf [t].Contoh:
ِا ِةَْحَ ِْ ْه
hum fi> rah}matilla>h 10. Huruf KapitalWalau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul
xiv
referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR). Contoh:
Wa ma> Muh}ammadun illa> rasu>l
Inna awwala baitin wud}i‘a linna>si lallaz\i> bi Bakkata muba>rakan Syahru Ramad}a>n al-laz\i> unzila fi>h al-Qur’a>n
Nas}i>r al-Di>n al-T{u>si>
Abu>> Nas}r al-Fara>bi>
Al-Gaza>li>
Al-Munqiz\ min al-D}ala>l
Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibnu (anak dari) dan Abu>
(bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi.
Contoh:
B.Daftar Singkatan
Beberapa singkatan yang dibakukan adalah:
swt. = subh}a>nahu> wa ta‘a>la>
saw. = s}allalla>hu ‘alaihi wa sallam
a.s. = ‘alaihi al-sala>m
H = Hijrah
M = Masehi
SM = Sebelum Masehi
l. = Lahir tahun (untuk orang yang masih hidup saja)
w. = Wafat tahun
QS …/…: 4 = QS al-Baqarah/2: 4 atau QS A<li ‘Imra>n/3: 4
HR = Hadis Riwayat
Abu> al-Wali>d Muh}ammad ibn Rusyd, ditulis menjadi: Ibnu Rusyd, Abu> al-Wali>d Muh}ammad (bukan: Rusyd, Abu> al-Wali>d Muh}ammad Ibnu)
Nas}r H{a>mid Abu> Zai>d, ditulis menjadi: Abu> Zai>d, Nas}r H{a>mid (bukan: Zai>d, Nas}r H{ami>d Abu>)
xv
ABSTRAK
Nama
NIM :
: Abdul Muiz 19.0221.007
Judul : Problematika Perkara Cerai Gugat dan Akibat Hukumnya di Pengadilan Agama Bulukumba.
Pengadilan Agama di Bulukumba adalah lembaga peradilan yang menangani perkara perdata seperti perkawinan, perceraian, hibah, waris, wasiat, wakaf, zakat, infak, sadaqah serta perekonomian syariah. Perceraian merupakan perkara yang paling banyak ditangani dibanding dengan perkara lainnya di Pengadilan Agama Bulukmba.
Tesis ini membahas tentang problematika perkara cerai gugat dan akibat hukumnya di Pengadilan Agama Bulukumba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan cerai gugat di PA Bulukumba, upaya perdamaian hakim dalam meminimalisir angka perceraian di PA. Bulukumba, akibat hukum yang ditimbulkan dalam perkara cerai gugat di Pengadilan Agama Bulukumba.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif.
Penelitian deskriptif, peneliti langsung ke lapangan atau dilakukan di lapangan dengan melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Penelitian ini dengan menggunakan pendekatan normatif (syari) dan pendekatan yuridis dalam memahami situasi apa adanya, serta pendekatan sosial kultur yang ada di Pengadilan Agama Bulukumba tempat penelitian berlangsung.
Hasil penelitian ini menunjukkan, (1) Faktor – faktor yang menjadi penyebab cerai gugat di Pengadilan Agama Bulukumba, di antaranya adalah faktor psikologis, faktor ekonomi dan faktor sosiologis. Faktor psikologis yang menduduki urutan paling tertinggi dominan dari faktor lainnya. (2) Adapun upaya hakim Pengadilan Agama Bulukumba meminimalisir perceraian yang semakin meningkat yaitu upaya Perdamaian tersebut akan diupayakan oleh hakim pada setiap persidangan dengan memberikan anjuran, nasihat, penjelasan, dan bantuan sepanjang dimintakan oleh kedua belah pihak. Upaya mediasi dan perdamaian dikenal dengan istilah “islah” yaitu memperbaiki, mendamaikan, atau menghilangkan sengketa. (3) Akibat hukum yang ditimbulkan dalam perkara cerai gugat pada Pengadilan Agama Bulukumba adalah (a) pemeliharaan anak, yaitu kedua orang tua wajib menafkahi, memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya yang berlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri kewajiban mana berlaku terus meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus.
(b) harta bersama, dan (c) nafkah, biaya isteri yang telah menggugat suaminya tidak menjadi tanggungan suaminya lagi.
Kata kunci: Problematika, Perkara, Cerai Gugat.
xvi
ABSTRACT
Name
NIM :
: Abdul Muiz 19.0221.007
Title : The Problems of Divorce and the Legal Consequences at the Bulukumba Religious Court.
The Religious Courts in Bulukumba are judicial institutions that handle civil cases such as marriage, divorce, grants, inheritance, wills, waqf, zakat, infaq, sadaqah and the sharia economy. Divorce is the most handled case compared to other cases at the Bulukmba Religious Court.
Thesis discussed the problems of the divorce case and its legal consequences at the Bulukumba Religious Court. This study aims to determine the factors that cause divorce in the Bulukumba PA, the efforts of judges to reconcile in minimizing the divorce rate in Bulukumba PA, the legal consequences that arise in the divorce case at the Bulukumba Religious Court.
This research used descriptive qualitative research. Descriptive research, researchers go directly to the field or carried out in the field through observation, interviews, and documentation studies, in order to obtain clear and representative data. The data that has been collected is processed by qualitative analysis. The data analysis process goes through three stages, namely data reduction, data presentation, and verification.
The results of this study indicated, (1) The factors that cause divorce in the Bulukumba Religious Court, including psychological factors, economic factors and sociological factors. Psychological factors that occupy the highest order are dominant from other factors. (2) The efforts of the judges of the Bulukumba Religious Court to minimize divorce are increasing, namely that the reconciliation efforts will be pursued by the judge at each trial by providing recommendations, advice, explanations, and assistance as long as both parties request it. Mediation and peace efforts are known as "islah" which means repairing, reconciling, or eliminating disputes. (3) The legal consequences arising from the divorce case at the Bulukumba Religious Court are (a) child care, namely that both parents are obliged to provide for, maintain and educate their children as well as possible, which applies until the child marries or can stand alone. which continues even if the marriage between the two parents breaks up. (b) joint property, and (c) living expenses, the cost of the wife who has sued her husband is no longer borne by her husband.
Keywords: Problematic, Case, Divorce Lawsuit.
xvi
v
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pernikahan bagi umat Islam merupakan ikatan lahir dan batin antara seorang laki-laki dan seorang perempuan sebagai suami isteri berdasar akad nikah yang diatur dalam undang-undang dengan tujuan membentuk keluarga sakinah mawaddah warohmah atau rumah tangga yang bahagia sesuai hukum Islam.
Dengan kata lain pernikahan bertujuan membentuk keluarga bahagia dan juga bertujuan lain yaitu bersifat kekal. Dalam pernikahan perlu ditanamkan bahwa pernikahan itu berlangsung untuk waktu seumur hidup dan selama-lamanya hanya dipisahkan karena kematian. Tujuan pernikahan menurut Islam adalah menuruti menuruti perintah Allah untuk memperoleh keturunan yang sah dalam masyrakat, dengan mendirikan rumah tangga yang damai dan teratur.
Pernikahan bagi umat manusia adalah sesuatu yang sangat sakral dan mempunyai tujuan yang sakral pula, dan tidak terlepas dari ketentuan-ketentuan yang ditetapkan syari‟at agama.1 Tujuan utama dari pernikahan adalah untuk membentuk keluarga sakinah yang penuh ketenangan cinta dan rasa kasih sayang.
Ketentraman seorang suami dalam membina bersama istri dapat tercapai apabila di antara keduanya terdapat kerjasama timbal-balik yang serasi, selaras dan seimbang. Masing-masing tidak bisa bertepuk istrinya telah berbuat sebaik- baiknya demi kesakinahn suami, tetapi suami tidak mampu memberikan
1Mohammad Asnawi, Nikah dalam Perbincangan dan Perbedaan (Yogyakarta:
Darussalam, 2018), h. 19.
1
kesakinahn terhadap istrinya. Demikian pula sebaliknya, Suami baru akan merasa tentram, jika dirinya mampu memsakinahkan istrinya dan istri pun sanggup memberikan pelayanan yang seimbang demi kesakinahn suaminya. Kedua pihak bisa saling mengasihi dan menyayangi, saling mengerti antara satu dengan yang lainya sesuai dengan kedudukannya masing-masing demi tercapainya keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah.2
Apa saja yang harus dipenuhi sehingga perkawinan itu sah menurut hukum positif yang berlaku di Indonesia. Perkawinan sah menurut hukum apabila perkawinan tersebut dilaksanakan menurut hukum perkawinan yang berlaku di Indonesia. Sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 pasal 1, bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan KetuhananYang Maha Esa.
Kemudian dari keluarga seperti ini kelak akan terwujud masyarakat yang rukun, damai, adil, dan makmur, baik secara material maupun spiritual.3
Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan, sebagaimana tercantum pada pasal 2 yang berbunyi: Tiap-tiap perkawinan yang terjadi dicatat menurut perundang-undangan yang berlaku. Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum Islam sesuai dengan pasal 2 ayat 1 Undang-Undang No 1 tahun 1974 tentang perkawinan. Perkawinan harus memenuhi rukun perkawinan
2Fuad Kauma dan Nipan, Membimbing Istri Mendampingi Suami (Yogyakarta: Mitra Usaha, 2018), h. vii.
3Salinan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. https://www.hukumonline.com/
diakses tanggal 1 Februari 2021.
yang tertera dalam KHI pasal 14 yang berbunyi untuk melaksanakan perkawinan harus ada calon suami, calon istri, wali nikah, dua orang saksi dan ijab kabul.4
Hal ini berarti, bahwa jika suatu pernikahan telah memenuhi syarat dan rukun nikah telah dilaksanakan maka pernikahan tersebut adalah sah terutama di mata agama dan kepercayaan masyarakat. Tetapi sahnya pernikahan ini di mata agama dan kepercayaan masyarakat juga perlu dicatat agar terjamin ketertiban pernikahan bagi masyarakat yang dibuktikan dengan akta nikah dan masing- masing suami isteri mendapat haknya, apabila terjadi perselisihan atau percekcokan diantara mereka atau salah satu tidak bertanggung jawab, maka yang dapat melakukan upaya hukum guna mempertahankan atau memperoleh hak masing-masing.5
Islam merupakan agama yang paling sempurna dalam mengatur kehidupan manusia. Islam mengatur semua aspek kehidupan manusia dimana sebelum Islam datang, kehidupan sosial masyarakat tidak beradab, sehingga Islam datang membawa perubahan dengan merubah dan mengatur berbagai aspek kehidupan baik dalam kekeluargaan, sosio politik, ekonomi dan juga muamalah sesama manusia. Sebagai agama yang sempurna (kaffah), Islam telah mengatur cara untuk melanjutkan kehidupan manusia dengan membuat peraturan yang sempurna melalui pernikahan.
Perkawinan menjadi hal penting dan menempati posisi sakral dalam suatu hubungan antar manusia, karena perkawinan selalu diharapkan dalam kondisi
4Kunisa‟idah, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Yang Lahir Dari Perkawinan Di Bawah Tangan (Salatiga:STAIN, 2011), h. 2
5Wasman dan Nuroniyah Wardah, Hukum Perkawinan di Indonesia (Cirebon: Teras, 2015). h. 2
utuh hingga maut menjemput, tetapi dalam perjalanannya tidak sedikit yang mengalami rintangan-rintangan yang berakhir pada proses perceraian, baik yang dilakukan atas dasar inisiatif suami (cerai talak) maupun atas dasar inisiatif isteri (cerai gugat).6
Perceraian merupakan peristiwa yang sangat menakutkan bagi setiap keluarga (Suami, Istri, dan Anak-anak) penyebab perceraian bisa bermacam- macam, yaitu antara lain gagal berkomunikasi sehingga menimbulkan pertengkaran, ketidaksetiaan, kekerasan dalam rumah tangga, masalah ekonomi, pernikahan usia dini, perubahan budaya, dan lain sebagainya.
Perceraian merupakan perbuatan halal yang paling dibenci oleh Allah Swt. Allah memang membenci perceraian akan tetapi apabila dengan mempertahankan perkawinan itu akan lebih besar mudharatnya daripada manfaatnya, maka perceraian itu diperbolehkan.7 Menurut Abdurrahman bahwa salah satu hal yang perlu dipertimbangkan oleh suami isteri yang akan melakukan perceraian adalah masalah anak yang telah dilahirkan dalam perkawinan itu.
Dalam hal ini perceraian akan membawa akibat hukum terhadap anak, yaitu anak harus memilih untuk ikut ayah atau ikut ibunya.8
Namun sayang sekali, tidak semua rumah tangga yang dijalani manusia selamanya indah, hidup bahagia, karena setiap rumah tangga itu sama-sama menghadapi masalah namun permasalahan yang dihadapi masing-masing bisa
6Sudirman L, Perdamaian Perkara Perceraian, Perspektif UU dan Maqashid al-Syariah (Parepare: IAIN Nusantara Press, 2020), h.4
7Nunung Rodliyah, “Akibat Hukum Perceraian Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan”, Jurnal Keadilan Progresif. Volume 5 Nomor 1 Maret 2014. h.
121.
8Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam (Jakarta: Akedemia Pressindo, 2014), h. 27.
saja berbeda. Fenomena perceraian di Indonesia yang dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan secara signifikan. Hal ini bisa dilihat dari Laporan Tahunan 2018 Direktur Jenderal Badilag kasus perceraian di seluruh Indonesia berjumlah 444.358 perkara yang terdiri dari cerai talak 118.853 perkara dan cerai gugat sejumlah 325.505 perkara.9 Sementara berdasarkan Laporan Tahunan 2019 perkara perceraian yang masuk di Pengadilan Agama seluruh Indonesia adalah 480.618 perkara yang terbagi cerai talak 124.776 perkara dan cerai gugat 355.842 perkara. Pada tahun 2020 yang lalu berjumlah 608.528 perkara yang terdiri dari Cerai Gugat 346.086 perkara dan cerai talak sejumlah 119.442 perkara.10
Pihak yang menjadi korban akibat perceraian orang tua adalah anak.
Akibat perceraian orang tua, dapat mempengaruhi prilaku anak seperti prilaku anti sosial, penurunan kinerja sekolah, kualitas kesehatan rendah, rendah diri, putus sekolah dan sikap negatif kepada keluarga.11 Perceraian dapat dikatakan merupakan malapetaka bagi anak tetapi apabila terjadi maka malapetaka tersebut perlu diusahakan agar tidak menimbulkan malapetaka lain yang lebih berat bahayanya.12
9https://badilag.mahkamahagung.go.id/laptah/laptah/laptah, diakses pada tanggal 27 November 2021
10https://badilag.mahkamahagung.go.id/laptah/laptah/laptah, diakses pada tanggal 30 November 2021
11Didmus Dewa, The Plight of Children as Secondary Victims of Divorce in Gweru Zimbabwe: 2013 – 2016, International Journal of Advanced Science and Technology, ISSN:20054238, Vol. 27, No. 2, Agustus 2018, 105117
12Rahmadi Indra Tektona, “Kepastian Hukum Terhadap Perlindungan Hak Anak Korban Perceraian”, Jurnal Muwazah, 25025368 (Paper) ISSN 20858353 Volume. 4, Nomor. 1, 2012, p. 44
Hal itu disebabkan karena anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan Negara. Agar kelak mampu bertanggung jawab dalam keberlangsungan bangsa dan Negara, setiap anak perlu mendapat perlindungan dan kesempatan seluas luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik, mental, maupun sosial. Untuk itu perlu dilakukan upaya perlindungan untuk mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap hak-haknya tanpa adanya perlakuan diskriminasi.13
Di samping itu Islam menjunjung tinggi hak-hak anak. Orang tua selayaknya memberikan hak-haknya dengan baik dan itu merupakan tanggug jawab atau kewajiban yang harus ditegakkan demi perkembangan anak- anaknya dengan baik.14 Anak merupakan amanah yang dititipkan Allah SWT.
Oleh karenanya, orang tua harus dengan jerih payah menjaganya dan menyelamatkan dari hal hal yang kurang atau tidak nyamannya anak dalam menggapai kehidupan untuk menuju kehidupan yang lebih baik.
Seperti halnya perkawinaan, perceraian orang tua mempunyai akibat hukum terhadap anak hasil dari perkawinan, baik ayah atau ibu tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak, bilamana terjadi perselisihan mengenai penguasaan anak-anak, Pengadilan memberikan keputusannya. Jadi ayah yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak. Bilamana ayah
13Betra Sarianti, Perlindungan Anak Berhadapan Dengan Hukum Diantara Harapan dan Hambatan, Jurnal Ilmiah Kutei ,ISSN 14129639 edisi 28 April 2015
14Darmawati, Work Family Conflict: Konflik Pernan, Pekerjaan dan Keluarga (Parepare:
Nusantara Press IAIN Parepare, 2019), h. 41
kenyataanya tidak dapat memberi kewajiban tersebut maka Pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut. Bahkan Pengadilan Agama dapat menunjuk salah seorang kerabat terdekat yang mampu menunaikan kewajiban tersebut, apabila kedua orang tuanya tidak mampu.15
Realitas ditengah masyarakat, banyak anak-anak korban perceraian tidak mendapatkan hak-hak sebagai anak dari orang tua yang bercerai. Hal ini bisa saja disebabkan karena orang tua yang bercerai putus komunikasi satu sama lain, orang tua yang bercerai juga kurang komunikasi dengan anak yang berada asuhan salah satu pihak, sehingga anak tidak dapat lagi mendapatkan hak-haknya sebagai anak dari orang tua secara penuh.16
Di samping itu meskipun ada putusan Pengadilan Agama yang telah memutuskan besaran nafkah anak yang harus dibayar tergugat (ayah) setiap bulan, sebahagian besar dari putusan tersebut tidak dipatuhi oleh seorang ayah.
Kalaupun ada yang dipatuhi akan tetapi besarannya tidak sesuai dengan yang diputuskan oleh pengadilan. Apalagi jika si ayah sudah menikah dan sibuk dengan keluarga baru. Kewajiban memberikan nafkah pada anak pasca perceraian semakin tidak dipatuhi. Akhirnya tinggallah si ibu membanting tulang menafkahi anak.
Dalam Undang-Undang Dasar Negara RI 1945 mengenai hak atas anak yang termuat dalam Pasal 28 B ayat 2 berbunyi: Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh kembang, serta berhak atas perlindungan
15Eni Putri Sari, “Pemenuhan Hak Nafkah Anak Akibat Perceraian di Kecamatan Ulu Talo Kabupaten Seluma Perspektif Hukum Islam,” Tesis, IAIN Bengkulu, 2021, h. 8
16Betra Sarianti, “Tingkat Kepatuhan Ayah Membayar Nafkah Anak Pasca Perceraian”
Supremasi Hukum: : Jurnal Penelitian Hukum, Pissn: 1693766x ; Eissn: 2579- 4663, Vol. 27, No.
2, Agustus 2018.
dari kekerasan dan diskriminasi. Jaminan perlindungan dan pemenuhan hak anak ini ditandai dalam UUD 1945 dan beberapa ketentuan peraturan perundang-undangan baik yang bersifat nasional maupun internasional.
Jaminan ini dikuatkan melalui ratifikasi konvensi internasional tentang hak anak, yaitu pengesahan Konvensi Hak Anak melalui Keputusan Presiden Nomor 36 tahun 1990 tentang Pengesahan Convention On The Rights Of The Child (Konvensi Tentang Hak Hak Anak).
Pengadilan Agama di Kabupaten Bulukumba merupakan salah satu lembaga peradilan yang menangani perkara-perkara perdata seperti perkawinan, perceraian, hibah, waris, wasiat, wakaf, zakat, infak, sadaqah serta perekonomian syariah. Akan tetapi dari beberapa perkara yang ditangani oleh Pengadilan Agama Bulukumba, perceraian merupakan perkara yang paling banyak ditangani dibandingkan dengan perkara lainnya. Berikut data perceraian yang diperoleh dari Pengadilan Agama Bulukumba pada saat observasi awal (Senin, 11 Oktober 2021).
Tabel. 1.1
Jumlah Perkara Cerai Gugat dan Cerai Talak di Pengadilan Agama Bulukumba
NO Tahun Cerai Gugat Cerai Talak
1. 2019 (Januari – Desember) 714 178
2. 2020 (Januari – Desember) 678 146
3. 2021 ( Januari – September) 611 128
(Sumber: Arsip Pengadilan Agama Bulukumba)
Berdasarkan data di atas yang di peroleh peneliti pada saat observasi menunjukkan bahwa pada tahun 2019, 2020, dan 2021 kasus perceraian yang diterima di Pengadilan Agama Bulukumba mengalami penurunan. Pada tahun 2019 cerai gugat sebanyak 714 sedangkan cerai talak hanya 178 jadi jumlah perceraian pada tahun 2019 sebanyak 892, kemudian masuk pada tahun 2020 cerai gugat sebanyak 678 dan cerai talak sebanyak 146 jadi jumlah keseluruhan 824, dan tahun 2021 sampai akhir September dapat dilihat cerai gugat sebanyak 611 dan cerai talak ada 128 jadi jumlah keseluruhan 739.
Selanjutnya kembali melakukan observasi lanjutan (Senin, 10 Januari 2022), pada awal tahun 2022 diperoleh data perceraian dari Pengadilan Agama Bulukumba sampai akhir tahun 2021 sebagai berikut :
Tabel. 1.2
Jumlah Perkara Cerai Gugat dan Cerai Talak di Pengadilan Agama Bulukumba
No Tahun` Cerai Gugat Cerai Talak
1 2021 (Januari – Desember) 719 155
(Sumber: Arsip Laporan Tahunan Pengadilan Agama Bulukumba)
Berdasarkan data di atas yang diperoleh peneliti pada saat observasi lanjutan menunjukkan bahwa pada tahun 2021 kasus perceraian yang diterima di Pengadilan Agama Bulukumba mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2020 khususnya perkara cerai gugat. Pada tahun 2019 cerai gugat sebanyak 714 perkara, kemudian pada tahun 2020 cerai gugat sebanyak 678 perkara dan sampai akhir Desember tahun 2021 dapat dilihat cerai gugat sebanyak 719 perkara.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul Problematika Perkara Cerai Gugat dan Akibat Hukumnya di Pengadilan Agama Bulukumba.
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus
Penelitian tesis ini penulis membatasi fokus penelitian untuk menjaga agar penelitian tetap terarah. Adapun fokus penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Faktor-faktor yang menyebabkan cerai gugat di Pengadilan Agama Bulukumba.
2. Upaya perdamaian hakim dalam meminimalisir angka perceraian di Pengadilan Agama Bulukumba.
3. Akibat hukum yang ditimbulkan dalam perkara cerai gugat pada Pengadilan Agama Bulukumba.
Fokus Penelitian dan Deskripsi fokus dapat dilihat dalam bentuk tabel matriks berikut:
Tabel 1.3.
Matriks Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus
No Fokus Penelitian Deskripsi Fokus
1 Faktor-faktor yang menyebabkan cerai gugat di
Pengadilan Agama
Bulukumba.
Faktor-faktor yang menyebabkan cerai gugat di Pengadilan Agama Bulukumba:
a. Adanya perselingkuhan
b. Adanya kekerasan dalam rumah tangga
c. Terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran
d. Suami melanggar taklik talak 2 Upaya perdamaian Hakim
dalam meminimalisir angka perceraian di Pengadilan
Upaya perdamaian hakim dalam menekan angka perceraian:
a. Mendamaikan kedua belah pihak
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pokok permasalahan adalah bagaimana problematika perkara cerai gugat dan akibat hukumnya di Pengadilan Agama Bulukumba, dengan beberapa sub masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana faktor-faktor yang menyebabkan cerai gugat di Pengadilan Agama Bulukumba?
2. Bagaimana upaya perdamaian hakim dalam meminimalisir angka perceraian di Pengadilan Agama Bulukumba?
3. Bagaimana akibat hukum yang ditimbulkan dalam perkara cerai gugat pada Pengadilan Agama Bulukumba?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan cerai gugat di Pengadilan Agama Bulukumba.
b. Untuk mengetahui upaya perdamaian hakim dalam meminimalisir angka perceraian di Pengadilan Bulukumba.
c. Untuk mengetahui akibat hukum yang ditimbulkan dalam perkara cerai gugat pada Pengadilan Agama Bulukumba.
Agama di Bulukumba b. Proses mediasi 3 Akibat hukum yang
ditimbulkan dalam perkara cerai gugat pada Pengadilan Agama Bulukumba
Akibat hukum yang ditimbulkan dalam perkara cerai gugat pada Pengadilan Agama Bulukumba:
a. Hak asuh anak
b. Harta yang ditinggalkan c. Nafkah
2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis,
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat akademis yang dapat menambah informasi dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu keislaman pada hukum keluarga dan perkawinan Islam, utamanya yang berkaitan dengan problematika cerai gugat dan akibat hukum yang ditimbulkan pada Pengadilan Agama Bulukumba.
b. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan sebagai bahan acuan dalam rangka memecahkan problematika keluarga. Dan sebagai dokumentasi dan kontribusi dalam rujukan di masyarakat khususnya berkaitan dengan upaya perdamaian yang hakim dalam meminimalisir angka perceraian dalam penelitian problematika cerai gugat dan akibat hukum yang ditimbulkan pada Pengadilan Agama Bulukumba.
E. Garis Besar Isi Tesis
Hasil penelitian akan dimuat dalam bentuk laporan yang terdiri dari lima bab, setiap bab terdiri dari beberapa sub bab. Adapun garis besar isinya sebagai berikut:
Sebagaimana pada karya ilmiah lainnya tesis ini di mulai dengan bab pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan tentang hal-hal yang melatar belakangi diangkatnya judul ini. Setelah menjelaskan latar belakang masalah, peneliti mengidentifikasi masalah kemudian merumuskan beberapa permasalahan. Untuk menghindari pengertian yang sifatnya ambivalens, peneliti menjelaskan definisi operasional dan ruang lingkup penelitian. Kemudian menggambarkan tujuan dan
kegunaan penelitian. Sebagai penutup bab, peneliti menguraikan garis besar isi tesis.
Pada bab kedua yakni telaah pustaka dan landasan teoritis. Selanjutnya, telaah pustaka; untuk memaparkan hasil penelitian terdahulu yang mempunyai relevansi dengan masalah yang diteliti atau serta kemungkinan adanya signifikansi dan kontribusi akademik. Dalam bab ini diuraikan pada landasan teori yang mencakup kajian teori perdamaian, teori konflik dan toeri maslahah, selanjutnya tentang problematika cerai gugat, kemudian faktor-faktor perceraian dan akibat hukum yang ditimbulkan cerai gugat, serta menggambarkan kerangka teoritis penelitian.
Bab ketiga, metodologi penelitian. Peneliti menguraikan tentang jenis serta lokasi serta waktu penelitian yang digunakan, yang disinkronkan dengan pendekatan yang relevan dengan penelitian. Selanjutnya, sumber data. Begitu pula dengan instrumen penelitian diuraikan dalam bab ini serta teknik pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi, sedangkan pada bagian akhir bab ini peneliti memaparkan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini.
Bab keempat, sebagai hasil penelitian dan pembahasan. Peneliti kemudian secara deskriptif menguraikan hasil peneltian. Sebagai inti pada bab ini peneliti menganalisis data secara menyeluruh data hasil penelitian yang diperoleh dengan menginterpretasikan dalam pembahasan hasil penelitian.
Bab kelima, penutup. Dalam bab ini, peneliti menguraikan simpulan dari hasil penelitian ini yang disertai saran dan rekomendasi dari sebuah penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian, di antaranya sebagai berikut:
Penelitian yang dilakukan Ihdal Umam Al-Azka yang berjudul: Fenomena Cerai Gugat: Kajian Terhadap Alasan Pengajuan dan Sikap Hukum Hakim Dalam Memutuskan Perkara Di Pengadilan Agama Yogyakarta. Penelitian ini menemukan bahwa pertama kecenderungan alasan cerai gugat yang diajukan di PA Yogyakarta adalah alasan yang sangan rumit dan sudah tidak dapat didamaikan kembali, baik dari pihak kedua keluarga maupun dari Majelis Hakim di PA Yogyakarta karena sebaian besar alasan tersebut berasal dari kedua belah pihak yang berperkara. Selain itu, sebagian besar kasus cerai gugat yang diajukan merupakan pasangan suami isteri yang sudah jatuh talaknya oleh suami, sebelum kasus ini diajukan ke PA. Kedua, Berdasarkan kecenderungan alasan pengajuan dan sikap hukum hakim dalam memutuskan perkara cerai gugat, secara sosiologis dapat dipahami bahwa hakim Pengadilan Agama Yogyakarta sudah berpendidikan tinggi yakni minimal magister, dan secara yuridis sudah memenuhi ketentuan- ketentuan yang terdapat dalam UndangUndang no. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 39 dan KHI Pasal 116 huruf (d).17
17Ihdal Umam Al-Azka, “Fenomena Cerai Gugat: Kajian Terhadap Alasan Pengajuan Dan Sikap Hukum Hakim Dalam Memutuskan Perkara Di Pengadilan Agama Yogyakarta”. Tesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2017, h. viii.
14
Penelitian Ihdal Umam Al-Azka di atas, secara subtansial mempunyai kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu cerai gugat, akan tetapi peneliti lebih fokus pada problematika cerai gugat dan akibat hukum yang ditimbulkan pada Pengadilan Agama Bulukumba.
Penelitian yang dilakukan Mulia yang berjudul: Analisis Hukum Perceraian Karena Gugatan Istri Dengan Alasan Perselisihan Dan Pertengkaran Sehingga Tidak Dapat Hidup Rukun Dalam Berumah Tangga Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan (Studi Putusan Nomor: 128/Pdt.g/2015/PA.Ppg.). Kesimpulan dari analisis pada Putusan Nomor:
128/Pdt.g/2015/PA.Ppg adalah perceraian karena perselisihan dan pertengkaran antara suami istri, hal ini dikarenakan perbuatan dan tingkah laku tergugat tidak mencerminkan sebagai kepala rumah tangga yang baik, untuk melakukan perceraian harus disertai dengan cukup alasan, dalam putusan ini dasar pertimbangan Hakim mengabulkan permohonan perceraian adalah ketidakrukunan dalam rumah tangga yang terjadi didalam rumah tangga pihak penggugat dan tergugat sesuai dengan ketentuan didalam pasal 39 Undang- Undang No.1 Tahun 1974dan pasal 19 Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 dan dapat dibuktikan di persidangan. Pada prinsipnya perceraian adalah suatu perbuatan yang diperbolehkan apabila kedua belah pihak tidak sepakat untuk berdamai atau tidak saling memenuhi hak dan kewajiban masing-masing.18
18Mulia., “Analisis Hukum Perceraian Karena Gugatan Istri Dengan Alasan Perselisihan Dan Pertengkaran Sehingga Tidak Dapat Hidup Rukun Dalam Berumah Tangga Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan (Studi Putusan Nomor:
128/Pdt.g/2015/PA.Ppg.)”, Tesis, Universitas Sumatra Utara. 2019, h. vii.
Penelitian Mulia di atas, secara subtansial mempunyai kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu cerai gugat, akan tetapi peneliti lebih fokus pada problematika cerai gugat dan akibat hukum yang ditimbulkan pada Pengadilan Agama Bulukumba.
Penelitian yang dilakukan Winda Annisa, yang berjudul: Pembayaran Nafkah Anak Sebagai Akibat Putusnya Perkawinan di Wilayah Hukum Pengadilan Agama Kota Pekanbaru. Dalam pelaksanaan putusan pengadilan, ada beberapa hambatan yang menyebabkan putusan tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya, diantara mantan istri yang memegang hak asuh anak memiliki pengetahuan yang tidak luas mengenai langkah apa yang seharusnya dapat diambil ketika mantan suaminya tidak membayarkan nafkah anak tersebut. Hambatan lain ialah, putusnya komunikasi anatra mantan suami dengan mantan istri dikarenakan mantan suami sudah pindah rumah dan sulit dihubungi. Adapun solusi yang diberikan oleh Pengadilan Agama, ialah melakukan eksekusi pembayaran nafkah anak, namun selama tahun 2017 dan tahun 2018 belum ada yang pernah mendaftarkan permohonan eksekusi pembayaran nafkah anak dikarenakan biaya yang tidak sedikit dan waktu yang dibutuhkan juga tidak sebentar, sedangkan setiap harinya anak-anak tersebut membutuhkan biaya hidup, sehingga banyak sekali mantan istri pemegang hadhanah ini tidak dapat melakukan upaya apapun demi mendapatkan hak-hak anaknya padahal anak adalah bagian dari generasi penerus bangsa.19
19Winda Annisa, “Pembayaran Nafkah Anak Sebagai Akibat Putusnya Perkawinan di Wilayah Hukum Pengadilan Agama Kota Pekanbaru” Tesis, Universitas Andalas Padang, 2020, h. vi.
Penelitian Winda Annisa di atas, secara subtansial mempunyai kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu perceraian, yaitu terkait dengan pembayaran nafkah anak akibat putusnya perkawinan, akan tetapi peneliti lebih fokus pada problematika cerai gugat dan akibat hukum yang ditimbulkan pada Pengadilan Agama Bulukumba.
Beberapa hasil penelitian yang sudah dikemukakan di atas, terdapat referensi buku yang relevan dan dapat mendukung penelitian peneliti buku karangan Sudirman L, dkk, Perdamaian Perkara Perceraian Perspektif Undang- undang dan Maqashid al-Syariah. Yang diterbitkan di IAIN Parepare: Nusantara Press, tahun 2020. Buku ini banyak mengambarkan secara sistematis tentang perdamaian perkara perceraian perspektif Undang-undang dan Maqashid al- Syariah.20
Selanjutnya Zaitun Subhan, dalam bukunya Membina Keluarga Sakinah di terbitkan Lkis di Yogyakarta tahun 2014. Dalam buku ini banyak menjelaskan tentang keluarga dan permasalahannya dan bagaimana membina keluarga sakinah.21 Kemudian Buku Quraish Shihab dalam bukunya Menabur Pesan Islami yang diterbitkan di Jakarta: Lentera Hati tahun 2015. Buku ini banyak menggambarkan tentang keluarga sakinah, mawaddah, warahmah dalam perspektif Al-Qur‟an dan Hadist.22
20Sudirman L, Perdamaian Perkara Perceraian, Perspektif UU dan Maqashid al-Syariah (Parepare: IAIN Nusantara Press, 2020), h. 2
21Zaitun Subhan, Membina Keluarga Sakinah (Yogyakarta: Lkis, 2014), h.6
22M. Quraish Shihab, Menabur Pesan Islami (Jakarta: Lentera Hati, 2015), h. 141
Selanjutnya jurnal Rusdaya Basri yang berjudul: Nikah dalam Al-Quran, yang diterbitkan Diktum: Jurnal Syari‟ah dan Hukum oleh IAIN Parepare. Fokus pembahasan dalam jurnal ini adalah konsep dan tujuan pernikahan serta penjelasan mengenai perempuan-perempuan yang bisa dan haram dinikahi menurut al-Qur‟an.23
B. Analisis Teoritik Subjek 1. Teori Perdamaian
Perdalmalialn dallalm hukum alcalral perdaltal dikenall dengaln istilalh dalding merupalkaln sualtu persetujualn altalu perjalnjialn yalng disetujui oleh kedual belalh yalng bersengketal untuk mengalkhiri perselisihaln sualtu perkalral yalng sedalng diselesalikaln oleh pengaldilaln.24 Palsall 1851 Kitalb Undalng-Undalng Hukum Perdaltal (KUHPerdaltal) menyaltalkaln perdalmalialn aldallalh sualtu perjalnjialn dengaln malnal kedual belalh pihalk, dengaln menyeralhkaln altalu menalhaln sualtu balralng, mengalkhiri sualtu perkalral yalng sedalng bergalntung altalupun mencegalh timbulnyal sualtu perkalral. Dallalm hukum Islalm, perdalmalialn dikenall dengaln istilalh islalh yalitu memperbaliki, mendalmalikaln, altalu menghilalngkaln sengketal. Islalh iallalh berusalhal menciptalkaln perdalmalialn, membalwal kehalrmonisaln, mengalnjurkaln oralng untuk berdalmali dallalm menyelesalikaln persengketalaln di alntalral merekal dengaln menghalsilkaln keputusaln yalng tidalk merugikaln balgi kedualnyal.25
23Rusdaya Basri, “Nikah dalam Islam”, Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016: h. 234.
24Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 183
25Masburiyah dan Hasan. Bakhtiar, “Upaya Islah dalam Perkara Perceraian di Pengadilan Agama Kota Jambi”. Jurnal Media Akademika, Vol. 26 No. 11, 2011. h. 4.
Upalyal perdalmalialn merupalkaln upalyal yalng ditempuh untuk menyelesalikaln sengketal di alntalral palral pihalk dengaln balntualn pihalk ketigal. Upalyal tersebut dalpalt dilalkukaln balik di dallalm malupun di lualr pengaldilaln. Dallalm hall perdalmalialn dilalkukaln di lualr pengaldilaln, malkal pihalk ketigal dalpalt beralsall dalri kelualrgal, seperti dallalm sengketal rumalh talnggal alntalral sualmi daln istri.
Perdalmalialn diupalyalkaln oleh pihalk ketigal altalu halkalm yalng beralsall dalri kelualrgal malsing-malsing pihalk, balik sualmi malupun istri. Sebalgalimalnal dallalm All-Qur‟aln Suralt Aln-Nisal‟ alyalt 35, balhwal alpalbilal terjaldinyal perselisihaln alntalral sualmi daln istri malkal kirimkaln seoralng halkalm dalri kelualrgal sualmi daln kelualrgal istri. Hall ini kalrenal pihalk ketigal tersebut alkaln lebih mengetalhui kealdalaln kelualrgal sualmi istri secalral mendallalm daln mendekalti kebenalraln.26
Perdalmalialn yalng telalh diupalyalkaln oleh pihalk kelualrgal altalu halkalm tidalk selalmalnyal berhalsil, sehinggal sallalh saltu pihalk balik sualmi altalu istri kemudialn mengaljukaln gugaltalnnyal ke pengaldilaln. Dallalm kealdalaln demikialn, malkal perdalmalialn alkaln diupalyalkaln kemballi oleh pihalk ketigal, yalitu halkim.
Perdalmalialn tersebut alkaln diupalyalkaln oleh halkim paldal setialp persidalngaln dengaln memberikaln alnjuraln, nalsihalt, penjelalsaln, daln balntualn sepalnjalng dimintalkaln oleh kedual belalh pihalk. Hall ini kalrenal halsil alkhir perdalmalialn beralsall dalri kesepalkaltaln yalng dikehendalki oleh palral pihalk.27
Berdalsalrkaln paldal Palsall 131 Alyalt 1 Het Herziene Indonesisch Reglement (HIR), upalyal mendalmalikaln bersifalt imperaltif. Balhwal halkim waljib berupalyal
26Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Hukum Syariah, Hukum Adat dan Hukum Nasional (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 185-186.
27 M Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h. 65