Penelitian berkaitan dengan cerita rakyat di Indonesia telah banyak dilakukan oleh para peneliti. Beberapa yang penulis temukan akan disampaikan dibawah ini.
1). Heddy Shri Ahimsa Putra, seorang dosen Antropologi Budaya, Fakultas Ilmu Budaya, dan staf pengajar pada program Pascasarjana UGM, dalam bukunya Srukturalisme Levi Strauss Mitos dan Karya Sastra menyampaikan beberapa hasil penelitiannya berkenaan dengan cerita rakyat yang disebut dengan mitos, mite atau dongeng. Hasil penelitian tersebut antara lain berjudul Analisis Struktural Dongeng Bajo yang menganalis sebuah cerita rakyat dari orang Bajo (orang Laut) berjudul Pitoto’Si Muhamma’. Analisis cerita ini menggunakan metode analisis dari Strukturalisme Levi Straus, namun demikian terdapat beberapa perubahan yang dilakukan oleh Ahimsa Putra, yaitu pembuatan episode-episode dalam cerita yang sebelumnya tidak dilakukan oleh Levi Strauss dan penggunaan ciriteme untuk mengganti mhytheme. Ceriteme digunakan oleh Ahimsa Putra untuk membedakan dengan miteme (mhytheme), jika ceriteme berupa rangkaian kalimat- kalimat sedangkan miteme berupa kalimat-kalimat. Cireteme sama halnya dengan miteme yang hanya dapat diketahui maknanya atau pengertiannya setelah ditempatkan dengan ceriteme atau miteme yang lain.
Analisis cerita Pitoto’Si Muhamma’ ini menghasilkan beberapa ceriteme yang kemudian dari ceriteme-ceriteme ini terbentuk episode-episode.
I: Daeng Manjakari, Hejira dan Muhamma dan Realitas Sosial-Ekonomis Orang Bajo, episode II: DM Pergi Mengantar Hejira ke Sumur Toraja dan Realitas Ekologi Orang Bajo; episode III: Hejira Jatuh Cinta Pada DM dan Realitas Sosial-Budaya (I) Orang Bajo; episode IV: Perselisihan DM dengan M di Dalam Sumur dan Realitas Sosial-Budaya (II) Orang Bajo; episode V: DM dibunuh oleh M dan Realitas Sosial-Budaya (III) Orang Bajo; episode VI: Hejira Jatuh Cinta Pada M dan Realitas Sosial-Budaya (IV) Orang Bajo; episode VII: M Meninggalkan H dan Realitas Ruang dalam Budaya Orang Bajo. Selanjutnya episode-episode ini dianalisis dengan metode Analisis Strukturalisme Levi Strauss dan ditafsirkan dengan latar belakang budaya Orang Bajo.
Hasil analisis membuahkan kesimpulan yang diambil oleh Ahimsa Putra yaitu bahwa cerita Orang Bajo berjudul Pitoto’Si Muhamma’ merupakan sebuah upaya simbolisasi orang Bajo untuk memahami kontradiksi-kontradiksi empiris yang mereka hadapi sebagai orang yang hidup dari pengumpulan hasil laut. Kontradiksi-kontradiksi abadi yang mereka hadapi adalah kenyataan bahwa mereka hidup di laut, namun juga masih tergantung pada hasil bumi dari darat; bahwa untuk hidup di laut mereka membutuhkan bantuan bukan saja dari kerabat, tetapi juga dari mereka yang bukan kerabat, yang berada di darat.
2). Penelitian berkaitan dengan cerita rakyat juga dilakukan oleh Heddy Shri Ahimsa Putra, terhadap dongeng Umar Kayam yang berjudul Sri Sumarah, Bawuk, dan Para Priyayi: Sebuah Analisis Struktural-Hermeneutik. Alasan yang mendasari penulis untuk menyampaikan hasil penelitian ini sebagai bahan rujukan karena ada
beberapa hal mendasar yang disampaikan oleh Ahimsa Putra berkaitan dengan cerita Sri Sumarah, Bawuk, dan Para Priyayi.
Hal mendasar tersebut adalah Ahimsa Putra memperlakukan cerita-cerita tersebut sebagai mitos atau dongeng. Jika melihat dari ciri-ciri cerita rakyat, dongeng atau mite yang telah penulis sampaikan maka salah satu sifat cerita rakyat adalah anonim. Berdasarkan sifat ini, maka cerita yang ditulis Umar Kayam tersebut tidak dapat dikatakan sebagai dongeng atau mitos. Namun demikian, Ahimsa Putra memperlakukan cerita-cerita tersebut sebagai mitos karena ada dua alasan.
Dua alasan yang mendasari Ahimsa Putra memperlakukan cerita-cerita Umar Kayam sebagai dongeng atau mitos yaitu; pertama, bahwa berbagai cerita tersebut ditulis oleh Umar Kayam dalam upayanya memahami sebuah peristiwa dahsyat yang secara pribadi sulit dipahaminya; kedua, Umar Kayam menulis cerita tersebut bukan sebagai pengarang biasa ataupun sebagai pengamat dan penulis reportase, tetapi sebagai individu yang telah melibatkan diri di tengah peristiwa itu sebagai aktor yang membuat interpretasi. Posisi semacam ini pada dasarnya tidak berbeda dengan posisi individu-individu yang telah melahirkan berbagai mitos dalam masyarakat (Putra,2006:260).
Penulis beranggapan bahwa setuju atau tidak setuju terhadap pendapat Ahimsa Putra tersebut tidak menjadi persoalan yang perlu dibahas dalam penelitian ini. Hal yang terpenting yang dapat penulis ambil bahwa analisis
Umar Kayam tersebut, meskipun Levi Strauss sendiri meragukan keampuhan pisau analisis strukturalnya jika digunakan untuk membedah karya-karya sastra. Namun tokoh strukturalisme lain, yakni Roland Barthes, malah menyarankan dan mendukung cara analisis semacam itu (Putra,2006:261).
Berdasarkan analisis menggunakan model strukturalisem Levi Strauss ini ternyata Ahimsa Putra berhasil menemukan makna dibalik peristiwa gestapu, antara mana yang dianggap sebagai anggota PKI maupun mana yang dianggap bukan angota PKI, melalui relasi-relasi dalam yang ada dalam ketiga cerita tersebut.
Ahimsa Putra dalam manganalisis cerita Umar Kayam berjudul Sri Sumarah, Bawuk, dan Para Priyayi mengaitkan munculnya cerita tersebut dengan peristiwa Gestapu 1965. Karena ketiga cerita tersebut merupakan kebimbangan pada diri Umar Kayam dalam memahami peristiwa tersebut dan pertanyaan yang tidak dapat dijawab yaitu siapa yang harus dan tidak harus jadi korban. Seperti
apa yang ditulis Umar Kayam berikut “Dalam kebimbangan dan
ketidakmengertian saya, saya coba pertanyakan dalam cerita”(Putra,2006:256) Hasil analisis dari ketiga cerita tersebut menghasilkan ceriteme-ceritime yang kemudian membentuk episode-episode. Episode-episode ini merupakan relasi-relasi dari ketiga cerita tersebut yang disusun oleh Ahimsa Putra. Episode-episodenya adalah sebagai berikut; a. Episode Latar belakang Tokoh; b. Episode Kehidupan Remaja; c. Episode Kehidupan Keluarga dan Politik; d. Episode Pelarian; dan e. Episode Akhir Kisah. Selanjutnya berbagai episode yang dialami
ditempatkan secara sinkronis (paradigmatis) dan diakronis (sintagmatis). Analisis berlanjut sampai pada analisis nilai Jawa dan nalar Jawa yang merupakan latar belakang penulis cerita dan melatar belakangi juga peristiwa Gestapu.
3) A. Totok Priyadi seorang mahasiswa program S-3 Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, melakukan penelitian terhadap cerita-cerita rakyat Dayak Kanaytn dalam desertasinya. Desertasi yang dipertahankannya pada tahun 2010 ini berjudul Analisis Struktur dan Makna Cerita Rakyat Dayak Kanaytn.
Priyadi dalam desertasinya ini menganalisis hampir 90 cerita rakyat Dayak Kanaytn, yang diperoleh dengan cara observasi, wawancara terhadap 30 informan. Dari 90 cerita rakyat ini Priyadi mengambil 9 cerita yang mendapat fokus lebih, dalam penelitiannya. Selanjutnya cerita-cerita tersebut dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut. Pertama cerita-cerita tersebut dibuat ringkasan ceritanya, kemudian dianalisis pada tingkat lingkungan penceritaan yang meliputi daerah pakai dan situasi pakai. Langkah selanjutnya yaitu mengklasifikasikan cerita-cerita tersebut pada genre dongeng, mitos ataupun legenda. Setelah diketahui genre dari cerita tersebut kemudian analisis struktur cerita dengan menggunakan teknik analisis struktur model Maranda.
Teori struktur naratif model Maranda ini berbeda dengan model strukturalisme Levi Strauss. Model Levi Strauss terdapat miteme (mhytheme) dalam sebuah mitos, sedangkan pada model Maranda ada terem (term) dan fungsi dalam sastra lisan. Menurut Maranda (Priyadi,2010), terem yaitu simbol yang
adalah peranan yang dipegang oleh terem. Fungsi wujudnya dibatasi oleh terem, sehingga terem dapat berubah-ubah sedangkan fungsi tetap.
Hasil dari analisis cerita-cerita ini ditemukannya lingkungan penceritaan, klasifikasi, struktur, makna cerita, kearifan lokal, identitas Dayak Kanaytn dan dimungkinkannya cerita-cerita tersebut sebagai bahan ajar pembelajaran sastra. 4). Penelitian berkaitan dengan cerita rakyat juga dilakukan oleh Maman Rukmana,
mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung tahun 2006, yang menganalisis cerita rakyat Banten Selatan. Analisis cerita ini disusun dalam sebuah tesis dengan judul Studi Deskriptif Terhadap Struktur, Fungsi, dan Nilai Budaya Cerita Rakyat Banten Selatan: Penyusunan Bahan Ajar Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Untuk Siswa SD di Kabupaten Pandeglang.
Analisis yang dilakukan dalam cerita Banten Selatan ini, dilakukan dengan menitikberatkan pada struktur intrinsik cerita yang meliputi alur, penokohan, tema dan moral, latar, gaya penulisan, dan motif menurut genre cerita rakyat. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data menggunakan teknik tes, angket, wawancara. Teknik-teknik ini digunakan untuk mengetahui apakah cerita-cerita rakyat Banten Selatan tersebut dapat digunakan sebagai bahan ajar di Sekolah Dasar, sehingga penelitian yang dilakukan dikaitkan dengan pembuatan bahan ajar dari cerita rakyat.
Cerita rakyat Banten Selatan yang menjadi kajian dalam penelitian ini berjumlah tiga buah. Cerita-cerita tersebut berjudul Syekh Mansyur dan Harimau
Ujung Kulon, Asal Mula Orang Badui, dan Pengeran Pande Gelang dan Putri Cadasari. Selanjutnya cerita-cerita ini dianalisis struktur intrinsiknya berdasarkan tanggapan dari para siswa melalui tes. Tes ini juga diterapkan kepada guru-guru bahasa Indonesia. Untuk mengetahui fungsi dan nilai budaya dalam cerita Rukmana menggunakan teknik wawancara yang deterapkan kepada para praktisi pendidikan. Selanjutnya penggunaan angket diterapkan kepada guru-guru sekolah dasar di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Pandeglang, untuk menganalisis variable penyusunan bahan ajar.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan Rukmana menyimpulkan bahwa cerita rakyat Banten Selatan berjudul Syekh Mansyur dan Harimau Ujung Kulon, Asal Mula Orang Badui, dan Pengeran Pande Gelang dan Putri Cadasari, dapat digunakan sebagai alternatif dan variasi bahan ajar mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar. Alasan yang mendasari pengambilan kesimpulan ini, menurut Rukmana adalah bahwa cerita-cerita tersebut telah memenuhi kriteria yang memadai serta memperhatikan langkah-langkah dalam penyusunan bahan ajar.
Berdasarkan beberapa penelitian berkenaan dengan cerita rakyat tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap cerita PAL dengan model analisis strukturalisme Levi Strauss. Model ini penulis anggap sesuai dengan cerita PAL sebagai sebuah mitos, karena mitos merupakan fokus analisis dalam strukturalisme Levi Strauss.