• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Penelitian yang Relevan

Rahmat Hidayat (2016), “Solidaritas Sosial Masyarakat Petani di Kelurahan Bontolerung Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa”.

Metode pengumpulan data menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa solidaritas bagi para petani adalah rasa persatuan, rasa persaudaraan, gotong royong, tolong-menolong, membantu sesama yang merupakan sebuah kelaziman yang tetap ada dalam masyarakat. Solidaritas sosial dalam masyarakat yang terbangun karena dengan mata pencaharian yang sama yakni dalam bidang pertanian, merupakan sebuah kesetiakawanan yang merujuk pada kesamaan serta pengalaman yang sama. Solidaritas sosial masyarakat petani di Kelurahan Bontolerung merupakan solidaritas yang terbangun antara sesama petani dan didasari oleh humanisme serta besarnya tanggung jawab dalam kehidupan bersama seperti gotong royong, kekompakan dan saling tolong menolong merupakan bentuk aktualisasi dari solidaritas masyarakat yang tertuang dalam kehidupan para petani. Solidaritas sebagai sebuah kesatuan sosial yang berupa persatuan, baik dalam dunia kerja maupun di luar pekerjaan, saling membantu dalam hal gotong royong maupun tolong menolong adalah hal yang penting dalam menjalin rasa persaudaraan diantara petani. Faklor penghambat dan pendukung solidaritas sosial masyarakat petani di Kelurahan Bontolerung Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa yakni: faktor penghambat solidaritas sosial masyarakat petani adalah modernisasi dan materialisme, kedua hal tersebut memberikan pengaruh yang

cukup besar dalam kehidupan masyarakat, yang memaksa mengubah pola pikir masyarakat menjadi pola pikir yang lebih egois atau individualis. Hal ini menandakan bahwa kemajuan teknologi dan perkembangan zaman yang semakin memoles diri dan menjelma membentuk sebuah peradaban, yang semakin modern dan sarat akan syarat akan sains dan teknologi tak lantas menggerus dan menghilangkan nilai-nilai sosial kapital yang telah dianut oleh masyarakat. Terlepas dari faktor penghambat tersebut, budaya, agama dan ikatan kekeluargaan menjadi faktor pendukung tercipta dan terpeliharanya solidaritas sosial. Kekurangan penelitian ini adalah kurangnya penggunaan kata penghubung dan ketidaksesuaian kata penghubung untuk menghubungkan antara kalimat satu dengan kalimat yang lainnya. Selain itu, variable yang digunakan dalam penelitian ini belum mewakili semua factor-faktor penghambat dan pendukung solidaritas sosial itu sendiri.

Safril Mda (2015) “Perubahan Sosial dan Budaya Masyarakat Petani Kakao di Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng”. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode studi kasus. Hasil penelitian ini adalah: (1) pergeseran usaha tani dengan tanaman berbagai jenis menjadi tanaman tunggal membawa berbagai perubahan di kalangan kehidupan sosial ekonomi komunitas petani di Kecamatan Lilirilau, Soppeng, (2) interaksi dalam komunitas petani dapat menimbulkan terjadinya beberapa hubungan sosial, antara lain hubungan dengan tenaga buruh, hubungan dengan pemerintah dalam hal ketertiban, kontribusi, dan hubungan dengan pasar, terutama dalam hal penyaluran hasil

produksi, dan (3) peralihan ke tanaman kakao, dalam sistem pertanian bentuk ekologis dapat meningkatkan nilai keseimbangan sistem lingkungan pertanian dataran tinggi. Kekurangan dari penelitian ini adalah teknik pengumpulan datan yang digunakan tidak disebutkan serta penggunaan kata penghubung antara kalimat yang satu dengan kalimat selanjutnya masih kurang.

Ummul Chairy (2016), “Assitulungeng (Study tentang Nilai Solidaritas Petani di Desa Tonrong Lempong Kecamatan Bola Kabupaten Wajo)”. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif. Dengan menggunakan metode pendekatan kualitatif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, kamera dan perekam suara. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk Assitulungeng atau menolong yang dilakukan oleh warga Tonrong Lempong. Adapun wujud Assitulungeng pada petani di desa yaitu:

Paktraktor, pattaneng, passangki,patteke’ atau pattassi. Nilai- nilai solidaritas dalam kehidupan pertanian tradisional mereka mengandung nilai-nilai luhur dalam kehidupan, antara lain : harmoni masyarakat, melestarikan tradisi, menghargai sesama manusia, menjaga adat, menerapkan ajaran agama, menjaga persatuan dan kesatuan. Dapat terjadi tidak bagusnya hubungan antara petani dengan petani yang satu bisa menimbulkan sifat-sifat individualisme tidak saling kerjasama dalam melaksanakan pengolahan pertanian baik itu menanam, baik dalam hal memberantas hama, terjadi persaingan padi itu dan terjadi keseragaman benih padi yang diatur pada

sawah terjadi tumpang tindih, terjadi perbedaan waktu musim panennya, itulah terkikisnya pergeseran dari suatu nilai Assitulungeng pada petani di Lempong.

Adapun kekurangan dari penelitian ini adalah penggunaan kata penghubung kalimat yang tidak sesuai serta teknik penulisan dan penggunaan tanda baca yang masih kurang tepat.

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan atau mengkaji secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena-fenomena baik yang bersifat-sifat alamiah ataupun rekayasa manusia yang diselidiki dari objek penelitian.

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus dikarenakan menggunakan pemeriksaan longitudinal yang mendalam terhadap suatu keadaan atau kejadian yang disebut sebagai studi kasus dengan menggunakan cara-cara yang sistematis dalam melakukan pengamatan, pengumpulan data, analisis informasi, dan pelaporan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Desa Rappolemba Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan yaitu selama Dua Bulan yakni dari Bulan Juli sampai dengan Bulan September.

C. Fokus Penelitian

Penelitian ini di fokuskan kepada dinamika sosial budaya di Desa Rappolemba Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa berdasarkan studi kasus solidaritas para petani cengkeh.

D. Informan Penelitian

Dalam pengambilan data digunakan teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan informan sumber data dengan pertimbangan tertentu.

Pertimbangan tertentu ini, misalnya adalah orang tersebut dianggap yang paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin orang tersebut menjadi penguasa sehingga akan memudahkan mencari informasi yang diteliti. Dalam menentukan Informan dapat dilakukan dengan cara Melalui keterangan orang yang berwenang baik secara formal maupun informal.

Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuannya adalah agar peneliti dapat memperoleh informasi yang akurat dan benar-benar memenuhi persyaratan karena informan tersebut mengetahui secara lengkap tentang lapangan atau daerah penelitian tersebut. Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif tidak didasarkan perhitungan stastitik. Sampel yang dipilih berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimum bukan untuk digeneralisasikan.

1. Informan kunci, yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Dalam hal ini kepala Desa.

2. Informan ahli, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam hal ini petani cengkeh sebanyak 4 orang.

3. Informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung. Dalam hal ini buruh dan masyarakat sekitar sebanyak 2 orang.

E. Jenis Data dan Sumber Data 1. Jenis Data

a. Data Primer

Data yang dikumpulkan melalui pengamatan langsung pada obyek. Untuk melengkapi data, maka melakukan wawancara secara langsung dan mendalam dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disipkan sebagai alat pengumpulan data (Hasan, 2002).

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari hasil-hasil penelitian yang relevan dan data yang tidak secara langsung diperoleh dari responden, tetapi diperoleh dengan menggunakan dokumen yang erat hubungannya dengan pembahasan (Hasan, 2002).

2. Sumber Data

a. Data primer : diperoleh dari hasil observasi dana wawancara

b. Data sekunder : diperoleh dari data dokumen, buku, jurnal, blok, web.

F. Instrumen Penelitian

Pengumpulan data sebuah penelitian yang dilakukan dengan berbagai metode-metode penelitian seperti observasi, wawancara dan dokumentasi memerlukan alat bantu sebagai instrumen. Instrumen yang dimaksud yaitu kamera, telpon genggam untuk recorder, pulpen dan buku. Kamera digunakan ketika penulis melakukan observasi untuk merekam kejadian yang penting pada suatu peristiwa baik dalam bentuk foto maupun video. Recorder digunakan untuk merekam suara ketika melakukan pengumpulan data, baik

menggunakan metode wawancara, observasi dan sebagainya. Sedangkan pulpen dan buku digunakan untuk menuliskan informasi data yang didapat dari narasumber. Selain itu adapun instrumen yang digunakan yaitu :

1. Lembar observasi, berisi catatan yang diperoleh peneliti pada saat melakukan pengamatan langsung dilapangan.

2. Panduan wawancara, berisi seperangkat daftar pertanyaan peneliti sesuai dengan rumusan masalah pertanyaan.

3. Catatan dokumentasi adalah data pendukung yang dikumpulkan sebagai penguatan data observasi dan wawancara yang berupa gambar, grafik, angka, sesuai dengan kebutuhan peneliti.

G. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Observasi merupakan teknik penelitian dengan mendatangi langsung lokasi penelitian, mengadakan pengamatan secara langsung terhadap permasalahan yang akan diteliti.

b. Wawancara/Interview

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melelui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memeberikan keterangan kepada si peneliti.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan proses pembuktian data yang didasarkan

pada jenis apapun, baik itu yang berupa tulisan, lisan ataupun gambaran.

Teknik dokumentasi merupakan teknik pelengkap penelitian.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data ini di lakukan dengan cara menyusun, mereduksi data, mendisplay data yang dikumpulkan dari berbagai pihak dan memberikan verifikasi untuk di simpulkan. Adapun langkah-langkah teknis analisis data dalam peneltian ini adalah sebagai berikut :

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh di lapangan jumlah cukup banyak sehingga perlu dicatat secara teliti dan rinci. Peneliti memilih data yang relevan, penting, dan bermakna dan data yang tidak berguna untuk menjelaskan apa yang menjadi sasaran analisis. Lalu menyederhanakannya dengan membuat fokus klarifikasi dan abstraksi data. Untuk itu peneliti memilih mengelompokkan jenis data yang ditemukan selama proses penelitian berlangsung dan difokuskan sesuai dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan.

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan penyajian data. Dalam penelitian kualitatif menyajikan data dengan teks yang bersifat naratif. Sehingga dalam penyajian data akan dilampirkan juga dengan teori yang digunakan pada kajian teori penelitian. Penyajian data tersebut akan menghasilkan teori grounded, yaitu teori yang ditemukan di lapangan dan selanjutnya di uji melalui pengumpulan data yang terus menerus.

3. Conclution Drawing/Verification

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kredibel.

I. Teknik Keabsahan Data

Menguji keabsahan data peneliti menggunakan trianggulsi, yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut, dan teknik triangulasi yang paling banyak di gunakan adalah dengan pemeriksaan melalui sumber yang lainnya.

Sebelum menganalisa data lebih lanjut perlu di periksa keabsahan data yang di kumpulkan agar supaya keabsahan data yang diperoleh peneliti benar-benar sah atau abash. Seperti yang di kemukakan oleh Moleong (2010), dalam bukunya Metode Penelitian Kualitatif, yang mengungkapkan bahwa pemeriksaan keabsahan data dapat dilakukan melalui beberapa cara satu diantaranya adalah dengan teknik trianggulasi yaitu:

a. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa

sumber. Seperti halnya dalam penelitian ini dilakukan kredibilitas mengenai data yang peneliti peroleh dari judul penelitian yang diteliti.

b. Triangulasi teknik

Triangulasi teknik untuk menguj kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya penelitian ini yang diperoleh dari kabar berit, selanjutnya akan di cek dengan cara observasi atau dokumentasi. Jika kedua teknik tersebut menghasilkan data yang berbeda-bed, maka peneliti akan melakukan diskusi lebih lanjut kepada narasumber yang bersangkutan untuk memastikan data mana yang di anggap paling benar.

c. Triangulasi waktu

Triangulasi waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data yang diperoleh dengan cara mlakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda maka penelitin dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai di temukan kepastian.

d. Triangulasi peneliti

Triangulasi peneliti adalah membandingan hasil pekerjaan seseorang peneliti dengan peneliti lainnya (peneliti yang berbeda) tidak lain untuk mengecek kembali tingkat kepercayaan data, dengan begitu akan memberi kemungkinan bahwa hasil penelitian yang diperoleh akan lebih di percayai.

BAB IV

GAMBARAN HISTORIS LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Lokasi Penelitian

Desa Rappolemba merupakan salah satu desa dari delapan desa dan kelurahan di kecamatan Tompobulu, kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel). Ibu kota desa berada di Rappolemba berjarak 13 km dari Malakaji.

Asal mula Desa Rapppolemba terdiri dari 2 (dua) buah kampung kompleks atau kampung gabungan yang masing-masing diperintah oleh kepala kampung kompleks atau Gallarrang. Adapun kedua kampung kompleks tersebut adalah :Kampung kompleks Rappoala dan Kampung kompleks Lembayya.

Pada awal pembentukan pemerintah Desa Binuang telah dijabat oleh dua kepala Desa yaitu:

1. Bangko Dg Tinggi pada tahun 1967 sampai akhir tahun 1978

2. Peltu M.Idris Nuntung pada tahun 1978 dan dipiih pada tahun 1983 sampai tahun 1992

3. H.Mansyur Bata pada tahun 1992 dan dipilih pada tahun 1995 sampai tahun 2008.

4. H.Jamaluddin pada tahun 2008 sampai tahun 2014.

5. Abd. Harim tahun 2016 sampai sekarang.

Visi dan Misi Desa Rappolemba 1. Visi

Terwujudnya Desa Rappolemba yang aman, tentram, sehat, cerdas, berdaya saing, berbudaya dan berakhlaq mulia dengan memberdayakan sumber daya manusia dan alam yang ada.

2. Misi

a. Meningkatkan kesehatan, kebersihan desa serta mengusahakan Jaminan Kesehatan Masyarakat melalui program pemerintah

b. Mewujudkan dan meningkatkan serta meneruskan tata kelola pemeirntahan Desa yang baik.

c. Meningkatkan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat desa dan daya saing desa.

d. Meningkatkan sarana dan prasarana dari segi keagamaan, ekonomi, pendidikan, kesehatan dan kebudayaan di Desa

e. Meningkatkan kehidupan yang haronis, toleran, saling menghormati dalam kehidupan berbudaya dan beragama di Desa Rappolemba.

f. Meningkatkan Kepedulian remaja terhadap Kesehatan, Lingkungan, Sosial dan Budaya Desa .

B. Keadaan Geografis

Kabupaten Gowa berada pada 12°38.16′ Bujur Timur dari Jakarta dan 5°33.6′ Bujur Timur dari Kutub Utara. Sedangkan letak wilayah administrasinya antara 12°33.19′ hingga 13°15.17′ Bujur Timur dan 5°5′

hingga 5°34.7′ Lintang Selatan dari Jakarta. Kabupaten yang berada pada

bagian selatan Provinsi Sulawesi Selatan ini berbatasan dengan 7 kabupaten/kota lain, yaitu di sebelah Utara berbatasan dengan Kota Makassar dan Kabupaten Maros. Di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sinjai, Bulukumba, dan Bantaeng. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Takalar dan Jeneponto sedangkan di bagian Barat berbatasan dengan Kota Makassar dan Takalar.

Luas wilayah Kabupaten Gowa adalah 1.883,33 km2 atau sama dengan 3,01% dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Wilayah Kabupaten Gowa terbagi dalam 18 Kecamatan dengan jumlah Desa/Kelurahan definitif sebanyak 167 dan 726 Dusun/Lingkungan. Wilayah Kabupaten Gowa sebagian besar berupa dataran tinggi berbukit-bukit, yaitu sekitar 72,26%

yang meliputi 9 kecamatan yakni Kecamatan Parangloe, Manuju, Tinggimoncong, Tombolo Pao, Parigi, Bungaya, Bontolempangan, Tompobulu dan Biringbulu. Selebihnya 27,74% berupa dataran rendah dengan topografi tanah yang datar meliputi 9 Kecamatan yakni Kecamatan Somba Opu, Bontomarannu, Pattallassang, Pallangga, Barombong, Bajeng, Bajeng Barat, Bontonompo dan Bontonompo Selatan.

Dari total luas Kabupaten Gowa, 35,30% mempunyai kemiringan tanah di atas 40 derajat, yaitu pada wilayah Kecamatan Parangloe, Tinggimoncong, Bungaya, Bontolempangan dan Tompobulu. Dengan bentuk topografi wilayah yang sebahagian besar berupa dataran tinggi, wilayah Kabupaten Gowa dilalui oleh 15 sungai besar dan kecil yang sangat potensial sebagai sumber tenaga listrik dan untuk pengairan. Salah satu diantaranya sungai

terbesar di Sulawesi Selatan adalah sungai Jeneberang dengan luas 881 Km2dan panjang 90 Km.

Seperti halnya dengan daerah lain di Indonesia, di Kabupaten Gowa hanya dikenal dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Biasanya musim kemarau dimulai pada Bulan Juni hingga September, sedangkan musim hujan dimulai pada Bulan Desember hingga Maret. Keadaan seperti itu berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan, yaitu Bulan April-Mei dan Oktober-Nopember.

Curah hujan di Kabupaten Gowa yaitu 237,75 mm dengan suhu 27,125°C. Curah hujan tertinggi yang dipantau oleh beberapa stasiun/pos pengamatan terjadi pada Bulan Desember yang mencapai rata-rata 676 mm, sedangkan curah hujan terendah pada Bulan Juli – September yang bisa dikatakan hampir tidak ada hujan.

Desa Rappolemba secara geografis berada di ketinggian antara 1000-1500 mdpl (meter diatas permukaan laut). Dengan keadaan curah hujan rata-rata dalam pertahun antara 135 hari s/d 160 hari, serta suhu rata-rata-rata-rata pertahun adalah 150-280. Adapun batas Desa Rappolemba yaitu: disebelah Utara : Berbatasan dengan Pegunungan Lompobattang dan Kab. Sinjai, disebelah Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan Malakaji, disebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Rappoala dan disebelah Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Cikoro.

C. Keadaan Penduduk

Berdasarkan hasil laporan kependudukan Desa Binuang tahun 2019 bahwa jumlah penduduk adalah sebanyak 5.657 jiwa, laki-laki 2.803 jiwa, perempuan 2.844 jiwa dan jumalah kepala keluaraga 455 KK. Penduduk ini tersebar dalam 3 wilayah dusun dengan rincian sebagaimana tabel berikut:

Tabel 4.1 Penduduk Desa Rappolemba Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa.

NO. NAMA DUSUN

JUMLAH PENDUDUK

LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL

1. BORIMASUNGGU 423 371 794

2. ALLA 328 319 647

3. BORITALLASA 269 314 583

4. BULUPO’RONG 689 759 1448

5. LEMBAYA 317 328 645

6. SABBELAWANG 445 430 875

7. BULOA 332 323 655

Jumlah 2803 2844 5657

Sumber: Kantor Desa Rappolemba Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa

2019

Berdasarkan dari table 4.1, menunjukkan bahwa Desa Rappolemba Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa memiliki jumlah penduduk sebesar 5657 jiwa. Adapun perincian terdiri atas 2803 jiwa yang berjenis

kelamin laki-laki, sedangkan jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 2844 jiwa Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki, yaitu dengan selisih sebanyak 41 jiwa dari keseluruhan penduduk.

D. Keadaan Pendidikan

Pendidikan adalah salah satu hal penting dalam memajukan tingkat kesejahtraan pada umumnya dan tingkat perekonomian pada khususnya.

Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak tingkat kecakapan. Tingkat kecakapan juga akan mendorong tumbuhnya keterampilan kewirausahaan dan pada gilirannya akan memdorong munculnya lapangan kerja baru. Dengan demikian akan membantu program pemerintah untuk membuka lapangan kerja baru guna mengatasi pengangguran. Pendidikan biasanya akan dapat mempertajam sistematika kerja atau pola kerja individu, selai itu akan mempermudah menerima informasi yang lebih maju. Dibawa ini menunjukkan tingkat rata-rata pendidikan warga Desa Rappolemba Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa, yaitu:

Tabel 4.2 Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Rappolemba Kecamatan Tompobulu.

NO TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH PERSENTASE

1. TIDAK/BELUM SEKOLAH 339 22.75 %

2. BELUM TAMAT SD/SEDERAJAT 159 10.67 %

3. TAMAT SD/SEDERAJAT 600 40.27 %

4. SLTP/SEDERAJAT 145 9.73 %

5. SLTA/SEDERAJAT 223 14.97 %

6. DIPLOMA I/II 0 0.00 %

7. DIPLOMA III/S.MUDA 4 0.27 %

8. DIPOLMA IV/STRATA I 20 1.34 %

9. STRATA II 0 0.00 %

10. STRATA III 0 0.00 %

JUMLAH 1490 100.00 %

Sumber: Kantor Desa Rappolemba Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa

2019

Berdasarkan data pada tabel 4.2 maka dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan di Desa Rappolemba Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa sebagian besar adalah tamat SD (sekolah dasar) sebanyak 600 orang, kemudian jumlah masyarakat yang tidak sekolah sebanyak 339 orang, jumlah masyarakat yang tidak tamat SD sebanyak 159 orang, jumlah masyarakat yang tamat SMP (sekolah menengah pertama) sebanyak 145 orang, jumlah masyarakat yang tamat SMA (sekolah menengah atas) sebanyak 223 orang.

Masyarakat yang bependidikan D-3 sebanyak 4 orang dan yang berpendidikan D-4 sebanyak 20 orang. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa masyarakat yang pernah duduk di bangku pendidikan lebih banyak dibandingkan jumlah masyarakat yang tidak pernah duduk di bangku pendidikan.

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Dinamika sosial budaya para petani cengkeh di lihat dari solidaritas sosial di Desa Rappolemba Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa.

Sebuah perubahan dimanapun dan dalam dimensi apapun akan membawa implikasi-implikasi tertentu yang akan membawa berbagai benturan antara satu sisi yang biasanya mempresentasikan nilai-nilai lama dengan sisi lain yang dibawa oleh pihak luar ke dalam suatu perubahan. Namun dalam suatu perubahan yang tadinya baik bisa saja menjadi lebih baik, tetapi tidak menutup kemungkinan akan berakibat yang menjadi tidak baik, seperti yang terjadi di dalam masyarakat desa Rappolemba.

Dalam keadaan yang sekarang ini masyarakat desa mengalami perubahan-perubahan yang menjadikan solidaritas masyarakat desa menjadi pudar, hal ini tentu adanya sebuah sebab. Pudarnya solidaritas yang terjadi pada masyarakat petani cengkeh, tentunya tidak terjadi begitu saja, namun telah dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti semangat kebersamaan dalam gotong royong yang sudah melemah karena kurangnya kepekaan dan kepedulian terhadap sesama, kesibukan bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup, rasa individual, pengaruh pola konsumtif dan life style, serta beralihnya sistem gotong royong ke arah komersialitas. Eksistensi keberadaan tradisi gotong royong masih ada, hanya berganti ke sistem yang baru yaitu sistem bayaran atau upah, dikatakan mulai memudar hanya bergeser makna yang

semula bersifat sukarela, kini mengedepankan komersialitas. sehingga meninggalkan kebiasaan-kebiasan seperti gotong royong dan mengakibatkan lunturnya kebersamaan masyarakat sehingga terjadilah kepudaran solidaritas diantara sesama petani cengkeh menjadi masyarakat yang Individual. Dengan banyaknya masyarakat desa yang bertani atau menanam cengkeh maka tak

semula bersifat sukarela, kini mengedepankan komersialitas. sehingga meninggalkan kebiasaan-kebiasan seperti gotong royong dan mengakibatkan lunturnya kebersamaan masyarakat sehingga terjadilah kepudaran solidaritas diantara sesama petani cengkeh menjadi masyarakat yang Individual. Dengan banyaknya masyarakat desa yang bertani atau menanam cengkeh maka tak

Dokumen terkait