Berikut akan dipaparkan beberapa penelitian terkait yang akan dijadikan kajian pustaka dalam penelitian ini, antara lain penelitian yang dilakukan oleh:
1. Irwansyah (2011) dengan judul skripsi “Pengaruh Tutorial Dalam Pembelajaran Gambar Bangunan di SMK N 3 Yogyakarta”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hasil belajar yang menggunakan metode pembelajaran tutorial pada mata pelajaran Gambar Teknik Dasar kelas X Kompetensi Keahlian Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 3 Yogyakarta.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuasi eksperimen. Sampel penelitian adalah siswa kelas XGB2 sebagai kelas kontrol dan XGB3 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa tiap kelas 36 siswa. Penelitian dilaksanakan sebanyak 5 kali post-test setiap kelas. Untuk analisis hasil menggunakan uji normalitas data menggunakan analisi K-S, uji homogenitas data menggunakan uji Levene serta uji beda hasil eksperimen dan kontrol menggunakan uji Mann Whitney.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pembelajaran tutorial terbukti memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa dengan hasil sebagai berikut:
23
1. Nilai rerata yang diperoleh siswa menggunakan metode pembelajaran non-tutorial, dengan basis nilai pada post-test 1 69,22 dan post-test 5 73,00 dengan peningkatan 3,78 atau 5,46% dan nilai rerata hasil belajar menggunakan metode pembelajaran tutorial dengan basis nilai pada post- test 1 73,36 dan post-test 5 81,53 dengan peningkatan 8,17 atau 11,14%. 2. Hasil perbandingan nilai rerata metode pembelajaran non-tutorial dengan
basis nilai pada post-test 5 73,00 dan metode tutorial dengan basis nilai pada post-test 5 81,53 dengan peningkatan 8,53 atau 11,68%.
3. Terdapat perbedaan yang positif dan signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran tutorial dengan hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran non-tutorial pada mata pelajaran Gambar Teknik Dasar di SMK Negeri 3 Yogyakarta.
2. Dian (2013) dengan judul skripsi “Pengembangan Media Video Pembelajaran Pangkas Rambut Lanjutan Berbasis Komputer”.
Penelitian ini membahas tentang, Program Studi Tata Rias FT Unimed, yang dibuka sejak tahun ajaran 2007/2008 adalah salah satu upaya memenuhi kebutuhan di masyarakat akan guru-guru yang profesional dan terampil dalam bidang tata rias di masa yang akan datang.
Peningkatan kualitas pembelajaran di perguruan tinggi, khususnya di lembaga pendidikan tenaga kependidikan masih dan harus terus ditingkatkan. Namun, dalam penyelenggaraan pembelajaran Tata Rias di FT Unimed banyak kendala-kendala yang dihadapi oleh tim dosen antara lain:
1. Alat bantu mengajar yang masih kurang.
2. Materi/bahan ajar yang Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol.6, No. 1, April 2013, ISSN: 1979-6692 2 masih sulit diperoleh di perpustakaan.
3. Fasilitas ruang laboratorium/ruang praktek yang kurang memadai untuk menampung 40 orang mahasiswa sekaligus.
4. Aktivitas mahasiswa yang masih rendah dalam pembelajaran.
5. Mahasiswa tidak/kurang kreatif dan inovatif dalam pengembangan hasil praktek.
6. Hasil belajar (nilai mata kuliah) berupa tugas/praktek atau latihan pada umumnya rendah, dan minimnya waktu dan frekuensi perkuliahan.
Selain kendala di atas, juga ditemukan adanya permasalahan lain berkaitan dengan proses pembelajaran. Dari hasil wawancara khusus dengan dosen pengampuh mata kuliah pangkas rambut lanjutan yang dilaksanakan tanggal 13 Agustus 2012 disimpulkan bahwa, selama ini perkuliahan dilaksanakan hanya dengan cara ceramah.
Praktek yang disimulasikan terlebih dahulu oleh dosen, kemudian dipraktekkan secara bersama–sama oleh 40 mahasiswa dalam tiap kelas hanya dengan satu dosen. Hal ini tentu saja menyebabkan kurang tersampaikannya tujuan dalam proses belajar mengajar.
Perkembangan dunia teknologi informasi, khususnya komputerisasi sangat pesat dan mengagumkan. Dewasa ini, hampir semua bidang pekerjaan telah dapat dikendalikan oleh sistem komputer. Bahkan pekerjaan
25
yang sulit dan membutuhkan tenaga ekstra sekarang dapat digantikan oleh sarana ini.
Komputer dapat menerjemahkan teori–teori yang abstrak menjadi konkret dengan visualisasi statis maupun dengan visualisasi dinamis (animasi). Selain itu, komputer dapat membuat suatu konsep lebih menarik sehingga menambah motivasi untuk mempelajari dan memahaminya. Selain itu, banyak hal yang ingin diketahui oleh manusia, ada di dalam komputer.
Tidak berbeda dengan bidang yang lain, saat ini komputer amat erat kaitannya dengan dunia pendidikan. Banyak pekerjaan di dunia pendidikan yang dapat dibantu oleh komputer seperti: mengetik, berhitung, mencari materi perkuliahan dari internet, dan pekerjaan lainnya.
Fenomena komputerisasi atau pemanfaatan teknologi informasi sepertinya sudah menjadi menu wajib dalam kegiatan sehari–hari dimana saja, dalam rangka membantu mengatasi permasalahan dalam proses pembelajaran dewasa ini. Hal ini tentu saja sangat sejalan dengan proses pembelajaran praktek pangkas rambut lanjutan, yang membutuhkan latihan– latihan tambahan yang wajib dilaksanakan diluar jam perkuliahan.
Proses pengembangan media video pembelajaran ini dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
1. Mengembangkan disain pembelajaran. adapun langkah pengembangan desain pembelajarannya adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi kebutuhan instruksional dan menulis standar kompetensi mata pelajaran.
b. Melakukan analisis pembelajaran.
c. Mengidentifikasi karakteristik dan perilaku awal siswa d. Menulis kompetensi dasar serta indikatornya.
2. pembuatan desain video pembelajaran yang akan dikembangkan dalam multimedia pembelajaran interaktif.
3. Mengembangkan bentuk awal produk dengan menggunakan program aplikasi yang sesuai contoh: macromedia flash, microsoft powerpoint, adove premiere elements 8.
4. Melakukan uji coba satu-satu dengan siswa calon pengguna multimedia pembelajaran interaktif.
5. Melakukan revisi tahap ke dua. 6. Melakukan ujicoba lapangan.
7. Melakukan revisi akhir yang dikembangkan dalam produk video pembelajaran dalam bentuk multimedia pembelajaran interaktif.
Hasil penilaian produk pembelajaran video berdasarkan penilaian ahli pada bidang studi tata kecantikan rambut lanjutan, keahlian desain pembelajaran, dan keahlian desain grafis semuanya menunjukkan 95% adalah baik, sesuai dan layak digunakan dalam proses pembelajaran dengan video pembelajaran yang dikembangkan.
Pada uji coba perorangan terhadap media video pembelajaran pangkas rambut lanjutan dari aspek kualitas materi pembelajaran dan secara keseluruhan dinyatakan dalam kriteria “Sangat Baik” = 90%. Hasil penilaian uji coba kelompok kecil terhadap aspek kualitas materi
27
pembelajaran dan aspek kualitas teknis atau tampilan pada media video pembelajaran pangkas rambut lanjutan seluruhnya (94,3%) menyatakan “Sangat Baik” Uji coba lapangan juga terhadap mahasiswa Program Studi Tata Rias yang teridiri dari 58 mahasiswa dari dua kelas yaknik kelas A sebanyak 29 mahasiswa dan kelas B sebanyak 29 mahasiswa.
3. Aria (2013) dengan judul skripsi “Pengembangan Media Pembelajaran Video Tutorial Pada Mata Pelajaran Kopetensi Kejuruan Standar Kompetensi Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Bubut di SMK MUHAMMADIYAH 1 PLAYEN”.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan yang bertujuan untuk menghasilkan video tutorial sebagai media pembelajaran dan mengetahui kelayakan produk berupa media pembelajaran video tutorial untuk mata pelajaran Kompetensi Kejuruan, dengan standar kompetensi melakukan pekerjaan dengan mesin bubut. Metode pengembangan yang dilakukan terdiri atas 4 tahapan yaitu:
1. Tahap pembuatan konsep yang meliputi analisis awal, analisis akhir, pengumpulan materi dan pendukung materi.
2. Tahap pembuatan produk yang meliputi design dan assembly.
3. Tahap uji coba (testing) yang meliputi validasi oleh ahli dilanjutkan revisi serta uji coba terhadap siswa.
4. Distribution yaitu pembuatan master file serta dokumentasi dalam bentuk CD (compact disk).
Hasil penilaian kelayakan media pembelajaran video tutorial untuk standar kompetensi melakukan pekerjaan dengan mesin bubut ini adalah: 1. Persentase skor penilaian dari ahli materi 1 sebesar 76,79% dan ahli
materi 2 sebesar 82,14%.
2. Persentase skor penilaian dari ahli media 1 sebesar 72,22% dan ahli media 2 sebesar 80,56%.
3. Persentase skor tanggapan dari reviewer mahasiswa sebesar 84,33%. 4. Persentase skor tanggapan dari siswa sebesar 80,18%.
Berdasarkan hasil penilaian dan tanggapan yang diperoleh tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran video tutorial untuk standar kompetensi melakukan pekerjaan dengan mesin bubut ini layak untuk digunakan dan dikembangkan.
4. Sunardi (2008) dengan judul skripsi “Upaya Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Kimia Melalui Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Dengan Metode Jigsaw Bagi Kelas X-1 Semester Genap Tahun 2008/2009”
Penelitian ini membahas tentang kurikulum mata pelajaran kimia di SMA untuk semester genap di kelas X memuat kompetensi Memahami sifat-sifat senyawa organik atas dasar gugus fungsi dan senyawa makromolekul. Karena luasnya cakupan materi yang harus dikuasai siswa dan bersifat teoritis (abstrak) membuat pelajaran pada kompetensi ini sangat membosankan.
Penulis mencoba memperbaiki pembelajaran kimia menjadi indah, menarik, inovatif, Kooperatif dan bermakna bagi siswa maka penulis
29
memilih menerapkan model pembelajaran Kooperatif JIGSAW pada kompetensi Memahami sifat-sifat senyawa organik atas dasar gugus fungsi dan senyawa makromolekul kelas X semester genap pada SMA Negeri 1 Banjarnegara dengan tujuan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam belajar kimia.
Model pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah dan menyampaikan pendapat secara logis dan mendengar pendapat orang lain, kerjasama kelompok yang baik sehingga terbangun kemampuan kecakapan komunikasi, sifat menghargai pendapat orang lain dan memperoleh ketrampilan bekerjasama dalam belajar. Agar pembelajaran menjadi indah, menarik, inovatif, koperatif dan bermakna bagi siswa.
5. Widodo (2013) dengan judul skripsi “Peningkatan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa Dengan Metode PROBLEM BASED LEARNING Pada Siswa Kelas VIIA MTS NEGERI DONOMULYO Kulon Progo Tahun Ajaran 2012/2013”.
Penelitian ini membahas tentang pembelajaran didesain untuk membelajarkan siswa, artinya siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dengan kata lain, pembelajaran lebih berorientasi pada aktivitas siswa untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara proposional.
Keaktifan siswa ada yang secara langsung dapat diamati dan ada yang tidak dapat diamamti secara langsung, seperti mengerjakan tugas, berdiskusi, dan mengumpulkan data. Kadar keaktifan siswa tidak hanya
ditentukan oleh aktivitas fisik semata, tetapi juga oleh aktivitas nonfisik seperti mental, intelektual, dan emosional.
Oleh sebab itu, aktif atau tidaknya siswa dalam belajar hanya siswa sendiri yang mengetahui secara pasti. Proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) termasuk fisika mestinya menekankan pada pemberian pengalaman langsung kepada siswa sehingga siswa memperoleh pemahaman mendalam tentang alam sekitar dan prospek pengembangan lebih lanjut dapat menerapkannya di dalam kehidupan kehidupan sehari- hari.
Pembelajaran IPA di sekolah seharusnya melibatkan aspek sikap, proses, produk, dan aplikasi, sehingga siswa dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru kerja ilmuan dalam menemukan fakta baru.
Kecenderungan pembelajaran IPA saat ini, siswa hanya mempelajari IPA sebagai produk, menghapalkan konsep, teori dan hukum, serta berorientasi pada hafalan. Akibatnya, sikap, proses, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran.
Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher-centered, guru hanya menyampaikan IPA sebagai produk dan siswa menghapal informasi faktual.
31
Fakta di lapangan menunjukan bahwa siswa cenderung malas berfikir secara mandiri.
Masalah utama dalam pembelajaran di MTs Negeri Donomulyo adalah masih rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini tampak dari rata-rata hasil ulangan tengah semester fisika kelas VII yang belum memenuhi nilai standar KKM. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar 70.
Hasil ulangan tengah semester kelas VII A sebanyak 19 siswa dari 23 siswa masih mendapat nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Pada materi wujud zat dan perubahan zat sebanyak 70,58% siswa belum memenuhi KKM.
Dalam metode problem based learning, pembelajaran fokus pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak hanya mempelajari konsep- konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah dalam memecahkan masalah tersebut. Tujuannya untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif dalam memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan tuntas.
Oleh sebab itu, siswa tidak hanya memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan keterampilan menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah dan menumbuhkan pola berfikir kritis.
Dalam hal ini, hampir semua bidang studi dapat menggunakan metode problem based learning. Sehingga guru IPA sangat dianjurkan untuk menggunakan model dan strategi mengajar yang berorientasi pada cara pemecahan masalah. Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research).
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang bersifat reflektif dan kolaboratif dan dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki mutu praktek pembelajaran di kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIIA yang MTs Negeri Donomulyo, Nanggulan, Kulon Progo semester 1 tahun pelajaran 2012/2013. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah metode problem based learning untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar pada pokok bahasan wujud zat dan perubahannya.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes dan observasi. Tes merupakan instrumen pengumpulan data untuk mengukur pengetahuan siswa pada aspek kognitif mengenai mata pelajaran fisika. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah tes tertulis dalam bentuk pretest dan posttest (soal pretest sama dengan soal posttest). Tes tertulis dinyatakan dalam bentuk soal pilihan ganda dengan alternatif jawaban a, b, c, dan d dengan skor benar bernilai 1 dan salah bernilai 0.