• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN INTEGRATED VIDEO TUTORIAL BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN DATABASE SISWA KELAS XI RPL SMK NEGERI 10 SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN INTEGRATED VIDEO TUTORIAL BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN DATABASE SISWA KELAS XI RPL SMK NEGERI 10 SEMARANG"

Copied!
175
0
0

Teks penuh

(1)

i

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN INTEGRATED

VIDEO TUTORIAL BASED LEARNING UNTUK

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA

PELAJARAN DATABASE SISWA KELAS XI RPL

SMK NEGERI 10 SEMARANG

SKRIPSI

Disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan

Komputer

Oleh

Nurul Fatkhiyati 5302411017

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

1. Jika engkau menginginkan kebahagiaan dunia kuasailah ilmu dan jika engkau menginginkan kebahagiaan akherat maka kuasailah ilmu dan bila menginginkan kebahagiaan keduanya maka kuasailah ilmu.

2. Semua yang ada di dunia ini tak ada yang abadi, jadi manfaatkan kesempatan yang ada sebelum kamu menyesali

3. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diamalkan.

4. Hidup bukanlah hanya teori tapi perjuangan yang tak pernah henti.

Persembahan

1. Bapak dan Ibu, yang telah memberikan kasih sayang serta doa dan mengajarkan arti kehidupan yang sebenarnya.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT karena segala limpahan rahmat-Nya sehingga penelitian diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi dengan judul “Implementasi Pembelajaran Integreted Video Tutorial Based Learning

Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran database Siswa Kelas XI RPL SMK N 10 Semarang”.

Skripsi ini disusun untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan Teknik Informatika. Oleh karena itu, diucapkan trimakasih atas bantuan dan peran yang diberikan pada tahap penyelesaian skripsiini, kepada Yth:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum. Rektor Universitas Negri Semarang 2. Drs. Muhammad Harlanu, M. Pd., Dekan Fakultas Teknik Universitas Negri

Semarang.

3. Dr. H.Noor Hudallah M.T., Dosen pembimbing yang telah sabar memberikan bimbingan , arahan, dan saran kepada penelitian selama penyusunan sekripsi. 4. Drs. Slamet Sarjono,MM., Kepala SMK N 10 Semarang yang telah

memberikan izin dan kemudahan saat melakukan penelitian.

5. Hardo Sujatmiko, M.Pd., Guru SMK N 10 Semarang yang telah membimbing selama penelitian.

6. Drs. Suryono, M. T., Ketua Jurusan Teknik Elektro Universitas Negri Semarang yang telah memberikan yang terbaik untuk mahasiswanya.

(7)

vii

8. Siswa kelas XI RPL 1 tahun ajaran 2014 / 2015 atas kesediaannya menjadi menjadi responden dalam pengambilan data penelitian ini.

9. Seluruh pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi yang tidak dapan penyusun sebutkan satu persatu.

Hanya ucapan terima kasi dan doa, semoga apa yang telah diberikan tercatat sebagai amal baik dan mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dalam kemajuan dunia pendidikan dan secara umum kepada semua pihak yang berkepentingan.

Semarang, Agustus 2015

(8)

viii ABSTRAK

Nurul, Fatkhiyati. 2015. Implementasi Pembelajaran Integrated Video Tutorial Based Learning Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Database Siswa Kelas XI RPL SMK Negeri 10 Semarang. Skripsi, Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Dr. H. Noor Hudallah, M.T.

Permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran, metode ceramah menjadi pilihan, meskipun mereka sadar bahwa hal itu kurang menarik dan tidak akan banyak membantu memberikan gambaran kepada siswa dalam memeahami konsep yang bersifat konkrit. Kesulitan siswa memahami konsep-konsep yang bersifat konkrit ini diduga menjadi salah satu penyebab rendahnya hasil belajar siswa untuk mata pelajaran database. Hal ini terlihat pada hasil evaluasi uji praktik, banyak siswa yang belum siap menghadapi materi rekayasa perangkat lunak kususnya database, materi yang akan diberikan belum dikuasai siswa dengan baik dan waktu pelaksanaan yang bertepatan dengan praktik kerja lapangan. Dengan adanya metode pembelajaran integrated video tutorial mampu meningkatkan prestasi belajar.

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui prestasi belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran integrated video tutorial dalam kompetensi membuat database dan merelasikan database menggunakan PHP MyAdmin. Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bersifat kolaboratif yang terselesaikan dalam 2 siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI RPL SMK Negeri 10 Semarang tahun ajaran 2014/2015.

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal-soal evaluasi untuk mengukur prestasi belajar dari hasil belajar siswa yang dilaksanakan setiap akhir siklus serta lembar observasi yang digunakan untuk mengukur aktifitas siswa dalam pembelajaran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa pada prasiklus sebesar 65,03 dengan persentase ketuntasan klasikal 15,15%. Pada siklus-I terjadi peningkatan dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 76,00 dengan presentasi ketuntasan klasikal sebesar 69,69% dan meningkat pada siklus-II sebesar 80,60 dengan persentase ketuntasan klasikal 90,90%. Peningkatan nilai rata-rata hasil belajar dari prasiklus ke siklus-I sebesar 10,7 dan untuk ketuntasan klasikal dari prasiklus ke siklus-I meningkat 54,54%. Sedangkan nilai rata-rata hasil belajar dari siklus-I ke siklus-II meningkat menjadi 4,6 dan ketuntasan klasikal dari siklus-I ke siklus-II meningkat 21,21%. Berdasarkan peningkatan hasil belajar yang telah disebutkan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan Integrated Video Tutorial dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI dalam kompetensi membuat database dan merelasikan database menggunakan PHP MyAdmin.

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

PERSETUJUAN BIMBINGAN ... iii

PERNYATAAN... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I ...1

PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 4

1.3. Batasan Masalah ... 5

1.4. Perumusan Masalah ... 5

1.5. Tujuan ... 5

1.6. Manfaat ... 6

BAB II ...7

KAJIAN PUSTAKA ...7

2.1. Pengertian Pembelajaran ... 7

2.2. Pengertian Model Pembelajaran ... 8

2.3. Pengertian Integrated ... 11

2.4. Video Tutorial Based Learning ... 13

2.5. Prestasi Belajar ... 17

2.6. Database ... 20

2.7.Penelitian yang Relevan ... 22

(10)

x

BAB III ...35

METODE PENELITIAN ...35

3.1. Model Penelitian ... 35

3.2. Integrated ... 46

3.3. Waktu dan Tempat Penelitian ... 47

3.4. Populasi dan Sampel ... 48

3.5. Variabel Penelitian ... 48

3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 49

3.6. Teknik Analisis Data ... 55

BAB IV ...59

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...59

4.1. Hasil Penelitian ... 59

4.2. Uji Coba Instrumen ... 74

4.3. Analisis Data ... 79

4.4. Pembahasan ... 86

BAB V...91

KESIMPULAN DAN SARAN ...91

5.1. Kesimpulan ... 91

5.2. Saran ... 92

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar. 1 Bagan kerangka Berfikir ... 34

Gambar. 2 Siklus PTK ... 39

Gambar. 3 Grafik Histogram Nilai Kognitif Siswa Siklus-I ... 80

Gambar. 4 Grafik Histogram Nilai Psikomotorik Siswa Siklus-I ... 81

Gambar. 5 Grafik Histogram Nilai Afektif Siswa Siklus-I ... 82

Gambar. 6 Grafik Histogram Nilai Kognitif Siswa Siklus-II ... 83

Gambar. 7 Grafik Histogram Nilai Psikomotorik Siswa Siklus-II ... 84

Gambar. 8 Grafik Histogram Nilai Afktif Siswa Siklus-II ... 85

Gambar. 9 Grafik Histogram Siswa Tuntas Siklus-I dan Siklus-II ... 89

Gambar. 10 Grafik Histogram Rata-Rata Siklus-I dan Siklus-II ... 89

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel. 1 Metode dan Instrumen Penelitian ... 50

Tabel. 2 Klasifikasi Reliabilitas Soal ... 52

Tabel. 3 Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal ... 52

Tabel. 4 Klasifikasi Daya Beda Soal... 53

Tabel. 5 Klasifikasi Sikap Siswa ... 57

Tabel. 6 Klasifikasi Keterampilan Psikomotorik ... 58

Tabel. 7 Hasil Pencapaian Belajar Aspek Kognitif Siklus-I ... 63

Tabel. 8 Hasil Pencapaian Belajar Aspek Psikomotorik Siswa Siklus-I ... 63

Tabel. 9 Hasil Pencapaian Belajar Aspek Afektif Siswa Siklus-I ... 64

Tabel. 10 Hasil Pencapaian Belajar Aspek Kognitif Siswa Siklus-II ... 71

Tabel. 11 Hasil Pencapaian Belajar Aspek Psikomotorik Siswa Siklus-II ... 72

Tabel. 12 Hasil Pencapaian Belajar Aspek Afektif Siklus Siklus-II ... 72

Tabel. 13 Hasil Uji Validitas Soal ... 76

Tabel. 14 Kriteria Soal ... 78

Tabel. 15 Hasil Pencapaian Belajar Siklus-I dan Siklus-II ... 85

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus ... 97

Lampiran 2 Rencana pelaksanaan Pembelajaran Siklus-I ... 101

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus-II ... 108

Lampiran 4 Kisi-Kisi Soal Uji Kognitif ... 114

Lampiran 5 Soal Uji Coba... 118

Lampiran 6 Penilaian Aspek Afektif... 136

Lampiran 7 Penilaian Aspek Psikomotorik... 139

Lampiran 8 Lampiran 8 Soal Aspek Kognitif ... 150

Lampiran 9 Hasil Penilaian Aspek Kognitif Siswa Siklus-I ... 160

Lampiran 10 Hasil Penilaian Aspek Psikomotorik Siswa Siklus-I ... 161

Lampiran 11 Hasil Penilaian Afektif Siswa Siklus-I ... 162

Lampiran 12 Hasil Penilaian Aspek Kognitif Siswa Siklus-II... 164

Lampiran 13 Hasil Penilaian Aspek psikomotorik Siswa Siklus-II ... 165

Lampiran 14 Lampiran 14 Hasil Penilaian Aspek Afektif Siswa Siklus-II ... 166

Lampiran 15 Hasil Uji Coba ... 168

Lampiran 16 Daftar Siswa Kelas XI RPL-1 ... 184

Lampiran 17 Lampiran 17 Dokumentasi ... 185

Lampiran 18 Surat Ijin Riset Kesbangpol ... 187

Lampiran 19 Surat Ijin Riset Dinas Pendidikan ... 189

Lampiran 20 Surat Keterangan Telah Melakukan Riset ... 190

Lampiran 21 Surat Ijin Riset Dari Universitas ... 191

Lampiran 22 Surat Ijin Riset Dari Universitas ... 192

Lampiran 23 SK Dosen Pembimbing ... 193

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mutu pendidikan berkaitan dengan kualitas dari lulusannya, sedangkan kualitas dari kelulusan dipengaruhi oleh proses belajar. Prestasi belajar yang diraih siswa setelah proses pembelajaran, memiliki makna bagi siswa maupun bagi pihak sekolah. Karena prestasi belajar yang tinggi menunjukkan bahwa siswa mempunyai tingkat pengetahuan dan keterampilan yang tinggi. Sedangkan bagi pihak sekolah, prestasi belajar siswa yang tinggi menunjukkan keberhasilan sekolah dalam proses pembelajaran.

Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Slameto (2003: 54), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dibagi menjadi dua bagian utama, yang pertama faktor internal yang mencakup faktor jasmaniah, intelegensi, motivasi, perhatian, minat, bakat, dan kesiapan. Kedua faktor eksternal yang terdiri dari faktor keluarga, masyarakat, metoda pembelajaran, kurikulum, sarana dan prasarana pembelajaran. Menurut Azhar (2005: 20), bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu kecerdasan emosional, minat dan bakat, metoda pembelajaran, sarana dan prasarana.

(15)

hanya 4 jam per minggu, dimana untuk pembahasan database hanya 4 jam pelajaran atau 4 x 45 menit. Hal ini, menyebabkan pembelajaran database sering terabaikan dan tidak tuntas. Kondisi yang lain, siswa cenderung pasif, meskipun guru telah berupaya merangsang dengan berbagai pertanyaan dan juga adanya pemahaman yang miskonsepsi terhadap materi yang diberikan. Dalam pembelajaran, sebenarnya siswa terlihat cukup tertarik saat guru memberikan panduan tentang cara koding database agar mudah di mengerti, meskipun siswa kesulitan memahami bahasa pemrograman komputer .

Pada siswa kelas XI RPL juga harus menempuh praktik kerja lapangan yang merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia lulusan siswa SMK. Dengan adanya praktik kerja lapangan, proses belajar mengajar yang disampaikan pada siswa menjadi terhambat, sehingga proses pembelajaran tidak berlangsung secara efisien.

Pembelajaran metode ceramah menjadi pilihan, meskipun mereka sadar bahwa hal itu kurang menarik dan tidak akan banyak membantu memberikan gambaran kepada siswa dalam memahami konsep yang bersifat konkrit. Kesulitan siswa memahami konsep-konsep yang bersifat konkrit ini diduga menjadi salah satu penyebab rendahnya hasil belajar siswa untuk mata pelajaran database, hal ini terlihat pada hasil evaluasi uji praktik.

(16)

3

tipe integrated ini, tema yang berkaitan dan saling tumpang tindih merupakan hal terakhir yang ingin dicari dan dipilih dalam tahap perencanaan program.

Menurut Azhar (2006: 6) dinyatakan bahwa media pembelajaran mempunyai beberapa istilah di antaranya alat pandang dengar, bahan pengajaran (instructional material), komunikasi pandang dengar (audio visual communication), pendidikan alat peraga pandang (visual education), teknologi pendidikan (educational technology), alat peraga dan alat penjelas. Media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.

Untuk menghasilkan media yang menarik maka video pembelajaran dapat dikemas menggunakan multimedia, yang mana menurut Sahat (2013: 4), “multimedia merupakan penyajian informasi yang berupa teks, gambar dan suara

secara bersamaan (integrated) sehingga menjadi efektif dan efisien”. Multimedia dapat merangsang indra manusia juga dapat fleksibel menyesuaikan kemampuan kecepatan belajar seseorang, selain itu multimedia dapat mempermudah siswa untuk menyerap pesan yang akan disampaikan dan pesan tersebut sampai maknanya dengan jelas.

(17)

diharapkan dengan adanya “Implementasi Pembelajaran Integrated Video Tutorial

Based Learning Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Database Siswa Kelas XI RPL SMK Negeri 10 Semarang” dapat menjadi pemecahan

masalah dari menurunnya nilai dari siswa kelas XI RPL SMK Negeri 10 Semarang.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang terdapat di SMK Negeri 10 Semarang, maka dalam penelitian ini ditemukan permasalahan sebagai berikut :

1. Guru sulit untuk menjelaskan materi di kelas. Guru harus menulis di papan tulis sehingga siswa merasa bosan. Hal ini bisa dilihat saat pembelajaran dikelas. Siswa tidak mencatat dan masih terlihat ada yang mengobrol.

2. Banyak siswa yang belum siap menghadapi materi rekayasa perangkat lunak kususnya database. Materi yang akan diberikan belum dikuasai siswa dengan baik dan waktu pelaksanaan yang bertepatan dengan praktik kerja lapangan. 3. Pada saat siswa memperhatikan guru menerangkan materi rekayasa perangkat

(18)

5

1.3. Batasan Masalah

Agar permasalahan mengarah sesuai tujuan yang diharapkan, maka penyusun memberikan batasan :

1. Penerapan model pembelajaran ini dilakukan hanya di kelas XI RPL saja. 2. Pembuatan video tutorial menggunakan Camtasia.

3. Pada visualisasi video tutorial akan diberikan hanya untuk materi database. 4. Pada SMK Negeri 10 Semarang menggunakan aplikasi database MySQL.

1.4. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah disebutkan dalam uraian sebelumnya maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana menerapkan pembelajaran integrated video tutorial based learning pada siswa kelas XI RPL SMK Negeri 10 Semarang ?

2. Apakah pembelajaran integrated video tutorial based learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa ?

1.5. Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan penjelasan yang menjadi dasar pentingnya dalam menentukan hasil belajar, maka penelitian ini bertujuan:

(19)

2. Mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa yang menurun dengan pembelajaran integrated video tutorial based learning secara mandiri.

1.6. Manfaat

Adapun penelitian ini dapat memberikan beberapa manfaat antara lain sebagai berikut :

1. Bagi SMK Negeri 10 Semarang

Memberikan kemudahan dalam proses belajar mengajar dan meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran database.

2. Bagi Universitas

Sebagai acuan Universitas dalam menilai sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam menyerap ilmu yang diberikan.

3. Bagi Penulis

a. Terutama untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna menyelesaikan Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer S-I Universitas Negeri Semarang.

b. Sebagai sarana untuk menerapkan dan mengembangkan ilmu yang didapat selama perkuliahan serta guna mengenal masalah – masalah yang

(20)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pembelajaran

Menurut Oemar Hamalik (2008: 57), pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.

Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu, pengetahuan, penguasaan, kemahiran, tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pengertian pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai suatu hasil yang objektif (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik. Namun proses pengajaran yang berlangsung ini kesannya hanya satu arah, yaitu pekerjaan pengajar saja. Padahal seharusnya pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.

(21)

tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata ajaran, dan guru. Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas pengajar.

Pembelajaran yang memiliki motivasi yang tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memberi motivasi dan akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar, yang dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memadai, ditambah dengan kreatifitas guru yang akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.

2.2. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan tteori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional dikelas (Agus Suprijono, 2009: 45-46). Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang dapat digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberikan petunjuk kepada guru di kelas.

(22)

9

pembelajaran, karena melalui pemilihan model/metode yang tepat dapat mengarahkan guru pada kualitas pembelajaran efektif.

Menurut Hamalik (2008: 127-130), model pembelajaran digolongkan menjadi empat model utama, yaitu:

1. Model pemrosesan informasi (Information Procesing Models)

Menjelaskan bagaimana cara individu memberi respon yang datang dari lingkungan dengan cara mengorganisasikan data, menformulasikan masalah, membangun konsep dan rencana pemecahan masalah serta penggunaan simbol-simbol verbal dan non verbal. Model ini memberikan kepada pelajar sejumlah konsep, pengetasan hipotesis, dan memusatkan perhatian pada pengembagan kemampuan kreatif.

Model pengelolaan informasi ini secara umum dapat diterapkan pada sasaran belajar dari berbagai usia dalam mempelajari individu dan masyarakat. Karena itu model ini potensial untuk digunakan dalam mencapai tujuan yang berdimensi personal dan sosial disamping yang berdimensi intelektual. Adapun model-model pemrosesan terdiri atas: a. Model berfikir induktif, tujuan dari model ini adalah untuk

mengembangkan proses mental induktif dan penalaran akademik atau pembentukan teori. Kemampuan-kemampuan ini berguna untuk tujuan-tujuan pribadi dan sosial.

b. Model inkuiri ilmiah, tujuan dari model ini mengajarkan sistem penelitian dari suatu disiplin tetapi juga diharapkan untuk mempunyai efek dalam kawasan-kawasan lain (metode-metode sosial mungkin di ajarkan dalam upaya meningkatkan pemahaman sosial dan pemecahan sosial) c. Model penemuan konsep, model ini memiliki tujuan untuk

mengembangkan penalaran induktif serta perkembangan dan analisis konsep.

d. Model pertubuhan kognitif, tujuan dari model ini adalah untuk meningkatkan perkembangan intelektual, terutama penalaran logis, tetapi dapat pula diterapkan pada perkembangan sosial moral.

e. Model penata lanjutan, tujuan dari model ini adalah untuk meningkatkan efesiensi kemampuan pemrosesan informasi guna menyerap dan mengaitkan bidang-bidang pengetahuan.

(23)

2. Model personal (Personal Models)

Merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada proses pengembangan kepribadian individu siswa dengan memperhatikan kehidupan emosional. Proses pendidikan sengaja diusahakan untuk memungkinkan seseorang dapat memahami dirinya sendiri dengan baik, memikul tanggung jawab, dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik.

Model ini memusatkan perhatian pandangan perseorangan dan berusaha menggalakkan kemandirian yang produktif, sehingga diharapkan menjadi lebih sadar diri dan bertanggung jawab atas tujuanya. Adapun model-model personal terdiri atas:

a. Model pengajaran non direktif, tujuan dari model ini adalah membentuk kemampuan untuk perkembangan pribadi dalam arti kesadaran diri, pemahaman diri, kemandirian, dan konsep diri.

b. Model latihan kesadaran, tujuan dari model ini adalah meningkatkan kemampuan seseorang untuk eksplorasi diri dan kesadaran diri. Model ini menekankan pada perkembangan kesadaran dan pemahaman antar pribadi. c. Model sinetik, model ini bertujuan untuk mengembangkan

pribadi dalam kreativitas dan pemecahan masalah kreatif. d. Model sistem-sistem konseptual, model ini bertujuan

untuk meningkatkan kekompleksan dan keluwesan peribadi.

e. Model pertemuan kelas, model ini bertujuan untuk mengembangkan pemahaman diri sendiri dan kelompok sosial.

3. Model sosial (social family)

Merupakan model yang menekankan pada usaha mengembangkan kemampuan siswa agar memiliki kecakapan untuk berhubungan dengan orang lain sebagai usaha membangun sikap siswa yang demokratis dengan menghargai setiap perbedaan dalam realitas sosial. Inti dari sosial model ini adalah konsep sinergi yaitu energi atau tenaga (kekuatan) yang terhimpun melalui kerjasama sebagai salah satu fenomena kehidupan masyarakat.

(24)

11

guru seyogyanya mengajarkan proses demokratis secara langsung.

Jadi pendidikan harus diorganisasikan dengan cara melakukan penelitian bersama (cooperative inquiry) terhadap masalah-masalah sosial dan masalah-masalah akademis. 4. Model sistem perilaku dalam pembelajaran (behavioral

model of teaching)

Model dibangun atas dasar kerangka teori perubahan perilaku. Melalui teori ini siswa dibimbing untuk dapat memecahkan masalah belajar melalui penguraian perilaku kedalam jumlah yang kecil dan berurutan.

Dari beragam pernyataan mengenai model pembelajaran diatas menunjukkan bahwa berbagai banyak cara untuk menerapkan pembelajaran efektif dan efisien. Dengan demikian, melalui pendekatan-pendekatan tersebut diharapkan guru dapat memilih pendekatan mana yang sesuai dengan kebutuhan siswa dalam kondisi yang ada saat ini.

Para guru harus bisa menyesuaikan dengan situasi didalam kelas dan suasana hati siswa dalam proses pembelajaran. Jika hal tersebut dapat dilakukan oleh guru secara tepat dan kontinyu, proses pembelajaran dikelas akan dirasakan menyenangkan baik oleh guru maupun murid.

2.3. Pengertian Integrated

Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas dan pembelajaran, (Trianto, 2007: 1). Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajaran.

(25)

tambah pengetahuan atau informasi baru pada peserta didik, atau dapat dikatakan pembelajaran dengan hasil yang maksimal tetapi dengan pemanfaatan daya yang tidak terlalu boros.

Menurut Sahat (2013: 4), pembelajaran tipe integrated (keterpaduan) adalah tipe pembelajaran terpadu yang menggunakan multimedia yang mana, multimedia merupakan penyajian informasi yang berupa teks, gambar dan suara secara bersamaan (integrated) sehingga menjadi efektif dan efisien. Multimedia dapat merangsang indra manusia juga dapat fleksibel menyesuaikan kemampuan kecepatan belajar seseorang, selain itu multimedia dapat mempermudah siswa untuk menyerap pesan yang akan disampaikan dan pesan tersebut sampai maknanya dengan jelas. Semakin banyak indra yang terlibat dalam proses belajar, maka proses belajar tersebut akan menjadi lebih efektif. Oleh karena itu dengan pemanfaatan multimedia dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Menurut Fogarty dalam Trianto (2007: 48), dinyatakan bahwa keterampilan-keterampilan belajar itu meliputi keterampilan berpikir (thinking skill), keterampilan sosial (social skill), dan keterampilan mengorganisir

(organizing skill).

Pelaksanaan pembelajaran model integrated yaitu:

1. Guru merancang program rencana pembelajaran dengan mengadakan penjajakan tema dengan cara curah pendapat (brain stroming).

(26)

13

2. Pengelolaan informasi dengan cara analisis komparasi dan sintesis.

3. Penyusunan laporan, dapat dilakukan dengan cara verbal, gravisi, victorial, audio, gerak dan model.

3. Tahap kulmunasi dilakukan dengan:

1. Penyajian laporan (tertulius, oral, unjuk kerja, produk).

2. Penilaian meliputi proses dan produk dengan menggunakan prosedur formal dan informal dengan tekanan pada penilaian produk.

Tipe integrated (keterpaduan) memiiiki kelebihan, yaitu:

1. Adanya kemungkinan pemahaman antar bidang studi, karena dengan memfokuskan pada isi pelajaran, strategi berpikir, keterampilan sosial dan ide-ide penemuan lain, satu pelajaran dapat mencakup banyak dimensi, sehingga siswa, pembelajaran menjadi semakin diperkaya dan berkembang. 2. Memotivasi siswa dalam belajar.

3. Tipe terintegrasi juga memberikan perhatian pada berbagai bidang yang penting dalarn satu saat, tipe ini tidak memerlukan penambahan waktu untuk bekerja dengan guru lain. Dalam tipe ini, guru tidak perlu megulang kembali materi yang turnpang tindih, sehingga tercapailah efisiensi dan efektivitas pembelajaran.

2.4. Video Tutorial Based Learning

(27)

communication), pendidikan alat peraga pandang (visual education), teknologi pendidikan (educational technology), alat peraga dan alat penjelas.

Media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.

National Education Associaton dalam Azhar (2006: 5) memberikan definisi media sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio-visual dan peralatannya. Dengan demikian, media dapat dimanipulasi, dilihat, didengar atau dibaca. Peranan media dalam proses pembelajaran yang diungkapkan oleh Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2005: 7) antara lain adalah:

1. Alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat guru menyampaikan pelajaran. Dalam hal ini media digunakan guru sebagai variasi penjelasan verbal mengenai bahan pengajaran. 2. Alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk

dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh peserta didik dalam proses belajarnya. Paling tidak guru dapat menempatkan media sebagai sumber pertanyaan atau stimulasi belajar.

3. Sumber belajar bagi peserta didik, artinya media tersebut berisikan bahan-bahan yang harus dipelajari peserta didik baik individu maupun kelompok. Dengan demikian akan banyak membantu tugas guru dalam kegiatan mengajarnya.

(28)

15

melestarikan atau merekonstruksi suatu peristiwa. Ciri manipulatif ditandai dengan kemampuannya untuk mentransfer beragam peristiwa dalam konteks atau waktu yang beragam dalam satu alur yang menarik dan tidak bertele-tele.

Sedangkan ciri distributif ditandai dengan kemampuan media untuk menampilkan suatu hal atau peristiwa secara merata kepada siswa tanpa pengecualian dan dapat disajikan secara berulang-ulang tanpa kehilangan esensi dari hal yang hendak disampaikan. Semua sifat media pembelajaran yang baik tersebut dimiliki oleh media video. Oleh karena itu, penggunaan media ini sangat sesuai dalam proses pembelajaran.

Untuk menghasilkan media yang menarik maka video pembelajaran dapat dikemas secara multimedia, yang mana menurut Sahat (2013: 4), multimedia merupakan penyajian informasi yang berupa teks, gambar dan suara secara bersamaan (integrated) sehingga menjadi efektif dan efisien.

Multimedia dapat merangsang indra manusia juga dapat fleksibel menyesuaikan kemampuan kecepatan belajar seseorang, selain itu multimedia dapat mempermudah siswa untuk menyerap pesan yang akan disampaikan dan pesan tersebut sampai maknanya dengan jelas. Semakin banyak indra yang terlibat dalam proses belajar, maka proses belajar tersebut akan menjadi lebih efektif. Oleh karena itu dengan pemanfaatan multimedia dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Video tutorial berasal dari kata video dan tutorial. Menurut pendapat Jarice Hanson (1987: 23), pengertian video adalah sebagai berikut:

(29)

criticism given to other form of media. Defining video is difficult because we have been introduced to the medium through a number of related technologies – most of which grew from the development of other form of media. The term „video relates to a process, and can denote either the actual visual image.

Sementara itu, menurut Cheppy Riyana (2007: 2) media video pembelajaran adalah media yang menyajikan audio dan visual yang berisi pesan-pesan pembelajaran baik yang berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi untuk membantu pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran.

Sedangkan kata tutorial berarti: “(1) Pembimbingan kelas oleh seorang

pengajar (tutor) untuk seorang siswa atau sekelompok kecil siswa; (2) pengajaran tambahan melalui tutor” (http://kamusbahasaindonesia.org. 15/02/2015). Dalam pelaksanaan tutorial menurut Roscoe dan Chi dalam Ruseno (2010: 94), tutor memiliki kemampuan lebih dibandingkan tutee, tapi pada beberapa variasi tutorial jarak pengetahuan yang dimiliki antara tutor dan tutee minimal.

Video tutorial/training dapat diproduksi untuk menjelaskan secara detail suatu proses tertentu, cara pengerjaan tugas tertentu, cara latihan, dan lain sebagainya yang berguna untuk memudahkan tugas para trainer, instruktur, guru, dosen, manajer. Dalam proses produksi video ini, informasi dapat ditampilkan dalam kombinasi berbagai bentuk (shooting video, grafis, animasi, narasi, dan teks), yang memungkinkan informasi tersebut terserap secara optimal oleh para penonton.

(30)

17

suatu materi pembelajaran sebagai bimbingan atau bahan pengajaran tambahan kepada sekelompok kecil peserta didik.

Salah satu metode pembelajaran untuk mempersiapkan siswa berpikir kritis dan analitis, untuk mencari serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai (Amir, 2010: 21) dalam metode problem based learning, sebelum pelajaran dimulai, siswa diberikan masalah-masalah. Masalah yang disajikan adalah masalah yang memiliki konteks dengan dunia nyata, semakin dekat dengan dunia nyata, maka akan semakin baik pengaruhnya pada peningkatan kecakapan pada siswa.

Dari masalah yang diberikan ini siswa kemudian bekerjasama dalam kelompok, mencoba memecahkan masalah dengan kemampuan yang dimiliki, dan sekaligus mencari informasi-informasi baru yang relevan. Disini peran guru adalah sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa dalam mencari dan menemukan solusi dan sekaligus menentukan kriteria pencapaian proses pembelajarannya.

2.5. Prestasi Belajar

(31)

Menurut Hamdani (2011: 138-139), prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas. Adapun belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu, yaitu perubahan tingkah laku. Jadi, prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar.

Belajar menurut Winkel (1996: 53-55), adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pemahaman, ketrampilan dan sikap. Perubahan ini bersifat relatif, konstan dan berbekas. Perubahan itu dapat berupa suatu hasil yang baru maupun penyempurnaan terhadap hasil yang telah diperoleh. Hasil belajar dapat berupa hasil yang utama, dapat juga berupa hasil sebagai efek sampingan.

Proses belajar dapat berlangsung dengan penuh kesadaran, dapat juga tidak demikian. (Sri Rumini dkk, 1991: 59), menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang relatif menetap, baik yang dapat diamati maupun tidak dapat diamati secara langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan.

(32)

19

konstan dan berbekas yang dapat diukur dengan suatu evaluasi dengan kriteria tertentu.

Menurut Sardiman A.M. (2011: 95 & 101), dalam bukunya yang berjudul “Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar”, prestasi belajar yang dicapai siswa

tidak lepas dari bentuk aktivitas yang dilakukan dalam pembelajaran, karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku dengan melakukan kegiatan. Dengan kata lain, tidak ada proses belajar kalau tidak ada aktivitas.

Menurut Paul D.Dierich dalam Sardiman (2011: 101), aktivitas siswa dalam belajar diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Visual activities yang termasuk didalamnya adalah membaca, percobaan, memperhatikan, demonstrasi.

2. Oral activities seperti misalnya menyatakan, merumuskan, bertanya, menjawab pertanyaan, memberikan saran, mengeluarkan pendapat, menadakan wawancara, dikusi. 3. Listening activities, seperti mendengarkan uraian,

percakapan, diskusi, musik, pidato.

4. Writing activities seperti menulis laporan, karangan, angket, menyalin.

5. Drawing activities seperti menggambar, membuat grafik, peta.

6. Motor activities seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, bermain, berkebun, beternak.

7. Mental activities seperti mengingat, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8. Emotional activities seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

(33)

1. Faktot-faktor internal

a. Jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh)

b. Psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat,motif, kematangan, kesiapan)

c. Kelelahan

2. Faktor-faktor Eksternal

a. Keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah,keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan)

b. Sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah)

2.6. Database

Database atau basis data adalah kumpulan data yang berhubungan dengan suatu objek, topik atau tujuan khusus tertentu. Database dapat diartikan sebagai kumpulan dari beberapa file yang sejenis, (Permana, 2002: 36).

Menurut Fathansyah (2002: 2), basis data terdiri atas 2 kata, yaitu basis dan data. Basis kurang lebih dapat diartikan sebagai markas atau gudang, tempat bersarang/ berkumpul. Sedangkan data adalah representasi fakta dunia nyata yang mewakili suatu objek seperti manusia (pegawai, siswa, pembeli, pelanggan), barang, hewan, peristiwa, konsep, huruf, simbol, teks, gambar, bunyi, atau kombinasinya.

Basis data sendiri dapat didefinisikan dalam sejumlah sudut pandang seperti:

(34)

21

2. Kumpulan data yang saling berhubungan yang disimpan secara bersama sedemikian rupa dan tanpa pengulangan (redudansi) yang tidak perlu, untuk memenuhi berbagai kebutuhan.

3. Kumpulan file/tabel/arsip yang saling berhubungan yang disimpan dalam media penyimpanan elektronis.

Basis data terdistribusi, atau basis data tersebar (Distributed Database) merupakan basis data yang secara logika menyatu yang tersebar secara fisik pada komputer yang terletak di beberapa lokasi sekaligus yang terhubung satu sama lain pada jaringan komunikasi data, (Nugroho, 2004: 449).

Menurut Heriyanto (2004: 465), menyatakan basis data terdistribusi (DDBMS = Distibuted Database Management System) adalah kumpulan data yang digunakan bersama yang saling terhubung secara logik tetapi tersebar secara fisik pada suatu jaringan komputer. Dalam DDBMS memiliki karakteristik sebagi berikut:

1. Kumpulan data yang digunakan bersama yang secara logik saling terhubung yang tersebar pada sejumlah komputer yang berbeda.

2. Komputer-komputer yang saling dihubungkan menggunakan jaringan telekomunikasi.

3. Data pada masing-masing komputer terkendali dalam satu Database Manajemen System.

4. Setiap basis data dapat menangani aplikasi-aplikasi secara otonom.

5. Masing-masing DBMS berpartisipasi dalam sedikitnya satu aplikasi.

(35)

data, mulai dari kalangan akademis sampai ke industry, baik industri kecil, menengah,ataupun besar.

2.7.Penelitian yang Relevan

Berikut akan dipaparkan beberapa penelitian terkait yang akan dijadikan kajian pustaka dalam penelitian ini, antara lain penelitian yang dilakukan oleh:

1. Irwansyah (2011) dengan judul skripsi “Pengaruh Tutorial Dalam Pembelajaran Gambar Bangunan di SMK N 3 Yogyakarta”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hasil belajar yang menggunakan metode pembelajaran tutorial pada mata pelajaran Gambar Teknik Dasar kelas X Kompetensi Keahlian Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 3 Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuasi eksperimen. Sampel penelitian adalah siswa kelas XGB2 sebagai kelas kontrol dan XGB3 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa tiap kelas 36 siswa. Penelitian dilaksanakan sebanyak 5 kali post-test setiap kelas. Untuk analisis hasil menggunakan uji normalitas data menggunakan analisi K-S, uji homogenitas data menggunakan uji Levene serta uji beda hasil eksperimen dan kontrol menggunakan uji Mann Whitney.

(36)

23

1. Nilai rerata yang diperoleh siswa menggunakan metode pembelajaran non-tutorial, dengan basis nilai pada post-test 1 69,22 dan post-test 5 73,00 dengan peningkatan 3,78 atau 5,46% dan nilai rerata hasil belajar menggunakan metode pembelajaran tutorial dengan basis nilai pada post-test 1 73,36 dan post-post-test 5 81,53 dengan peningkatan 8,17 atau 11,14%. 2. Hasil perbandingan nilai rerata metode pembelajaran non-tutorial dengan

basis nilai pada post-test 5 73,00 dan metode tutorial dengan basis nilai pada post-test 5 81,53 dengan peningkatan 8,53 atau 11,68%.

3. Terdapat perbedaan yang positif dan signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran tutorial dengan hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran non-tutorial pada mata pelajaran Gambar Teknik Dasar di SMK Negeri 3 Yogyakarta.

2. Dian (2013) dengan judul skripsi “Pengembangan Media Video Pembelajaran Pangkas Rambut Lanjutan Berbasis Komputer”.

Penelitian ini membahas tentang, Program Studi Tata Rias FT Unimed, yang dibuka sejak tahun ajaran 2007/2008 adalah salah satu upaya memenuhi kebutuhan di masyarakat akan guru-guru yang profesional dan terampil dalam bidang tata rias di masa yang akan datang.

(37)

1. Alat bantu mengajar yang masih kurang.

2. Materi/bahan ajar yang Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol.6, No. 1, April 2013, ISSN: 1979-6692 2 masih sulit diperoleh di perpustakaan.

3. Fasilitas ruang laboratorium/ruang praktek yang kurang memadai untuk menampung 40 orang mahasiswa sekaligus.

4. Aktivitas mahasiswa yang masih rendah dalam pembelajaran.

5. Mahasiswa tidak/kurang kreatif dan inovatif dalam pengembangan hasil praktek.

6. Hasil belajar (nilai mata kuliah) berupa tugas/praktek atau latihan pada umumnya rendah, dan minimnya waktu dan frekuensi perkuliahan.

Selain kendala di atas, juga ditemukan adanya permasalahan lain berkaitan dengan proses pembelajaran. Dari hasil wawancara khusus dengan dosen pengampuh mata kuliah pangkas rambut lanjutan yang dilaksanakan tanggal 13 Agustus 2012 disimpulkan bahwa, selama ini perkuliahan dilaksanakan hanya dengan cara ceramah.

Praktek yang disimulasikan terlebih dahulu oleh dosen, kemudian dipraktekkan secara bersama–sama oleh 40 mahasiswa dalam tiap kelas hanya dengan satu dosen. Hal ini tentu saja menyebabkan kurang tersampaikannya tujuan dalam proses belajar mengajar.

(38)

25

yang sulit dan membutuhkan tenaga ekstra sekarang dapat digantikan oleh sarana ini.

Komputer dapat menerjemahkan teori–teori yang abstrak menjadi

konkret dengan visualisasi statis maupun dengan visualisasi dinamis (animasi). Selain itu, komputer dapat membuat suatu konsep lebih menarik sehingga menambah motivasi untuk mempelajari dan memahaminya. Selain itu, banyak hal yang ingin diketahui oleh manusia, ada di dalam komputer.

Tidak berbeda dengan bidang yang lain, saat ini komputer amat erat kaitannya dengan dunia pendidikan. Banyak pekerjaan di dunia pendidikan yang dapat dibantu oleh komputer seperti: mengetik, berhitung, mencari materi perkuliahan dari internet, dan pekerjaan lainnya.

Fenomena komputerisasi atau pemanfaatan teknologi informasi sepertinya sudah menjadi menu wajib dalam kegiatan sehari–hari dimana saja, dalam rangka membantu mengatasi permasalahan dalam proses pembelajaran dewasa ini. Hal ini tentu saja sangat sejalan dengan proses pembelajaran praktek pangkas rambut lanjutan, yang membutuhkan latihan– latihan tambahan yang wajib dilaksanakan diluar jam perkuliahan.

Proses pengembangan media video pembelajaran ini dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:

1. Mengembangkan disain pembelajaran. adapun langkah pengembangan desain pembelajarannya adalah sebagai berikut:

(39)

b. Melakukan analisis pembelajaran.

c. Mengidentifikasi karakteristik dan perilaku awal siswa d. Menulis kompetensi dasar serta indikatornya.

2. pembuatan desain video pembelajaran yang akan dikembangkan dalam multimedia pembelajaran interaktif.

3. Mengembangkan bentuk awal produk dengan menggunakan program aplikasi yang sesuai contoh: macromedia flash, microsoft powerpoint, adove premiere elements 8.

4. Melakukan uji coba satu-satu dengan siswa calon pengguna multimedia pembelajaran interaktif.

5. Melakukan revisi tahap ke dua. 6. Melakukan ujicoba lapangan.

7. Melakukan revisi akhir yang dikembangkan dalam produk video pembelajaran dalam bentuk multimedia pembelajaran interaktif.

Hasil penilaian produk pembelajaran video berdasarkan penilaian ahli pada bidang studi tata kecantikan rambut lanjutan, keahlian desain pembelajaran, dan keahlian desain grafis semuanya menunjukkan 95% adalah baik, sesuai dan layak digunakan dalam proses pembelajaran dengan video pembelajaran yang dikembangkan.

Pada uji coba perorangan terhadap media video pembelajaran pangkas rambut lanjutan dari aspek kualitas materi pembelajaran dan secara keseluruhan dinyatakan dalam kriteria “Sangat Baik” = 90%. Hasil

(40)

27

pembelajaran dan aspek kualitas teknis atau tampilan pada media video pembelajaran pangkas rambut lanjutan seluruhnya (94,3%) menyatakan “Sangat Baik” Uji coba lapangan juga terhadap mahasiswa Program Studi

Tata Rias yang teridiri dari 58 mahasiswa dari dua kelas yaknik kelas A sebanyak 29 mahasiswa dan kelas B sebanyak 29 mahasiswa.

3. Aria (2013) dengan judul skripsi “Pengembangan Media Pembelajaran Video Tutorial Pada Mata Pelajaran Kopetensi Kejuruan Standar Kompetensi Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Bubut di SMK MUHAMMADIYAH 1 PLAYEN”.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan yang bertujuan untuk menghasilkan video tutorial sebagai media pembelajaran dan mengetahui kelayakan produk berupa media pembelajaran video tutorial untuk mata pelajaran Kompetensi Kejuruan, dengan standar kompetensi melakukan pekerjaan dengan mesin bubut. Metode pengembangan yang dilakukan terdiri atas 4 tahapan yaitu:

1. Tahap pembuatan konsep yang meliputi analisis awal, analisis akhir, pengumpulan materi dan pendukung materi.

2. Tahap pembuatan produk yang meliputi design dan assembly.

3. Tahap uji coba (testing) yang meliputi validasi oleh ahli dilanjutkan revisi serta uji coba terhadap siswa.

(41)

Hasil penilaian kelayakan media pembelajaran video tutorial untuk standar kompetensi melakukan pekerjaan dengan mesin bubut ini adalah: 1. Persentase skor penilaian dari ahli materi 1 sebesar 76,79% dan ahli

materi 2 sebesar 82,14%.

2. Persentase skor penilaian dari ahli media 1 sebesar 72,22% dan ahli media 2 sebesar 80,56%.

3. Persentase skor tanggapan dari reviewer mahasiswa sebesar 84,33%. 4. Persentase skor tanggapan dari siswa sebesar 80,18%.

Berdasarkan hasil penilaian dan tanggapan yang diperoleh tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran video tutorial untuk standar kompetensi melakukan pekerjaan dengan mesin bubut ini layak untuk digunakan dan dikembangkan.

4. Sunardi (2008) dengan judul skripsi “Upaya Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Kimia Melalui Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Dengan Metode Jigsaw Bagi Kelas X-1 Semester Genap Tahun 2008/2009”

Penelitian ini membahas tentang kurikulum mata pelajaran kimia di SMA untuk semester genap di kelas X memuat kompetensi Memahami sifat-sifat senyawa organik atas dasar gugus fungsi dan senyawa makromolekul. Karena luasnya cakupan materi yang harus dikuasai siswa dan bersifat teoritis (abstrak) membuat pelajaran pada kompetensi ini sangat membosankan.

(42)

29

memilih menerapkan model pembelajaran Kooperatif JIGSAW pada kompetensi Memahami sifat-sifat senyawa organik atas dasar gugus fungsi dan senyawa makromolekul kelas X semester genap pada SMA Negeri 1 Banjarnegara dengan tujuan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam belajar kimia.

Model pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah dan menyampaikan pendapat secara logis dan mendengar pendapat orang lain, kerjasama kelompok yang baik sehingga terbangun kemampuan kecakapan komunikasi, sifat menghargai pendapat orang lain dan memperoleh ketrampilan bekerjasama dalam belajar. Agar pembelajaran menjadi indah, menarik, inovatif, koperatif dan bermakna bagi siswa.

5. Widodo (2013) dengan judul skripsi “Peningkatan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa Dengan Metode PROBLEM BASED LEARNING Pada Siswa Kelas VIIA MTS NEGERI DONOMULYO Kulon Progo Tahun Ajaran 2012/2013”.

Penelitian ini membahas tentang pembelajaran didesain untuk membelajarkan siswa, artinya siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dengan kata lain, pembelajaran lebih berorientasi pada aktivitas siswa untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara proposional.

(43)

ditentukan oleh aktivitas fisik semata, tetapi juga oleh aktivitas nonfisik seperti mental, intelektual, dan emosional.

Oleh sebab itu, aktif atau tidaknya siswa dalam belajar hanya siswa sendiri yang mengetahui secara pasti. Proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) termasuk fisika mestinya menekankan pada pemberian pengalaman langsung kepada siswa sehingga siswa memperoleh pemahaman mendalam tentang alam sekitar dan prospek pengembangan lebih lanjut dapat menerapkannya di dalam kehidupan kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran IPA di sekolah seharusnya melibatkan aspek sikap, proses, produk, dan aplikasi, sehingga siswa dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru kerja ilmuan dalam menemukan fakta baru.

Kecenderungan pembelajaran IPA saat ini, siswa hanya mempelajari IPA sebagai produk, menghapalkan konsep, teori dan hukum, serta berorientasi pada hafalan. Akibatnya, sikap, proses, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran.

(44)

31

Fakta di lapangan menunjukan bahwa siswa cenderung malas berfikir secara mandiri.

Masalah utama dalam pembelajaran di MTs Negeri Donomulyo adalah masih rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini tampak dari rata-rata hasil ulangan tengah semester fisika kelas VII yang belum memenuhi nilai standar KKM. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar 70.

Hasil ulangan tengah semester kelas VII A sebanyak 19 siswa dari 23 siswa masih mendapat nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Pada materi wujud zat dan perubahan zat sebanyak 70,58% siswa belum memenuhi KKM.

Dalam metode problem based learning, pembelajaran fokus pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak hanya mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah dalam memecahkan masalah tersebut. Tujuannya untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif dalam memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan tuntas.

(45)

Dalam hal ini, hampir semua bidang studi dapat menggunakan metode problem based learning. Sehingga guru IPA sangat dianjurkan untuk

menggunakan model dan strategi mengajar yang berorientasi pada cara pemecahan masalah. Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research).

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang bersifat reflektif dan kolaboratif dan dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki mutu praktek pembelajaran di kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIIA yang MTs Negeri Donomulyo, Nanggulan, Kulon Progo semester 1 tahun pelajaran 2012/2013. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah metode problem based learning untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar pada pokok bahasan wujud zat dan perubahannya.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes dan observasi. Tes merupakan instrumen pengumpulan data untuk mengukur pengetahuan siswa pada aspek kognitif mengenai mata pelajaran fisika. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah tes tertulis dalam bentuk pretest dan posttest (soal pretest sama dengan soal posttest). Tes tertulis dinyatakan dalam bentuk soal pilihan ganda dengan alternatif jawaban a, b, c, dan d dengan skor benar bernilai 1 dan salah bernilai 0.

2.8. Kerangka Pikir

(46)

33

Banyak peserta didik yang belum mencapai Kiteria Ketuntasan Maksimal (KKM) dan ketuntasan klasikal 85%.

Salah satu penyebab prestasi belajar yang rendah adalah terkendalanya waktu yang bersamaan pada praktik kerja lapangan sehingga waktu siswa dalam penguasaan materi yang kurang efektif. Hal ini di karenakan guru tidak memiliki metode pembelajaran yang sesuai dengan keadaan di dalam suasana pembelajaran.

Kurangnya waktu untuk penguasaan materi adalah salah satu penyebab kurang efektifnya sebuah pembelajaran. Sedangkan pembelajaran dikatakan afektif jika siswa mampu menguasai materi belajar dalam waktu yang singkat. Sebenarnya untuk siswa sendiri memiliki kualitas yang baik dalam mencerna saat menerima sebuah pembelajaran. Akan tetapi, dikarenakan kurangnya waktu belajar, siswa tidak dapat memusatkan perhatiannya dalam mencerna saat menerima pembelajaran. Dalam observasi awal, cenderung siswa tidak terkontrol sangat besar, dikarenakan siswa cenderung pasif, meskipun guru telah berupaya merangsang dengan berbagai pertanyaan dan juga adanya pemahaman yang miskonsepsi terhadap materi yang diberikan.

Oleh karena itu, guru harus memiliki metode pembelajaran efektif agar bisa mengatasi kendala pada pembelajaran praktek dan dapat meningkatkan kualitas prestasi belajar siswa.

(47)

pembelajaran integrated video tutorial based learning. Berikut ini adalah bagan kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar:

Gambar. 1 Bagan kerangka Berfikir

Gambar. 1

(48)

35 BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian digunakan sebagai cara untuk dapat memahami obyek penelitian dan persoalan penelitian dapat terjawab. Dengan demikian metode penelitian dipilih dengan mempertimbangkan kesesuaian objek yang dipilih agar dapat melakukan langkah-langkah yang tepat sehingga persoalan-persoalan dapat terjawab.

3.1. Model Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research) yang dilakukan di kelas (classroom action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.

(49)

Setiap penelitian memiliki karakteristiknya sendiri-sendiri. Bagi PTK karakteristik yang menonjol adalah dalam hal masalah yang akan diteliti. Masalah yang diangkat dan akan dipecahkan melalui PTK, harus selalu berangkat dari permasalahan praktek pembelajaran sehari-hari yang dihadapai oleh guru. PTK akan dapat dilaksanakan oleh guru jika sejak awal guru menyadari adanya persoalan yang terkait dengan proses dan produk pembelajaran yang dihadapinya di kelas. Penanggung jawab penuh penelitian tindakan adalah guru. Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran di kelas yang secara penuh guru terlibat dalam penelitian.

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang bersifat reflektif dan kolaboratif dan dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki mutu praktek pembelajaran di kelas, (Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2008: 17). PTK pada penelitian ini menggunakan tindakan kolaboratif. Menurut Kunandar (2008: 45), penelitian tindakan kelas merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya.

(50)

37

pengolahan dan analisis data, refleksi dan penemuan kesimpulan, serta refleksi untuk merumuskan rencana tindakan berikutnya.

Pada penelitian ini guru tetap sebagai guru pengajar yang akan melakukan pengajaran dengan memerapkan model pembelajaran Integrated video tutorial yang telah direncanakan dan disusun bersama peneliti, sedangkan peneliti sebagai kolaborator.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa PTK ini menggunakan tindakan kolaboratif yaitu penelitian yang melibatkan orang lain yang berkompeten dibidang pendidikan untuk memperbaiki mutu proses pembelajaran di kelas berdasarkan refleksi mengenai hasil tindakan-tindakan pembelajaran untuk bersama-sama menemukan dan merumuskan persoalan pembelajaran di kelas. Dalam konteks ini guru dapat berkolaborasi dengan peneliti, dalam hal ini melibatkan mahasiswa untuk melakukan penelitian tindakan kelas. Dari kolaborasi ini akan muncul kesadaran kemungkinan perbaikan pembelajaran melalui PTK.

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif oleh guru dan peneliti sebagai berikut:

1. Merencanakan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Integrated Video Tutorial. Perencanaan ini berupa: penentuan materi yang

diajarkan, penentuan silabus, perencanaan RPP, perencanaan modul ajar, perencanaan tugas, perencanaan instrumen, dan perencanaan pembelajaran. 2. Melaksanakan pembelajaran, dimana guru sebagai pengajar dan peneliti

(51)

3. Guru dan peneliti melakukan pengamatan keterampilan psikomotorik dan sikap siswa selama proses pembelajaran.

4. Guru dan peneliti melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Hasil dari refleksi akan dilakukan analisis data hasil belajar.

Langkah-langkah dalam melaksanakan penelitian tindakan ini mengikuti pedoman dari Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart dalam Suharsimi Arikunto (2010: 54) yaitu sebagai berikut:

1. Menyusun sebuah rencana (to develop a plan) untuk mengembangkan atau meningkatkan tindakan yang sudah dan sedang dilaksanakan.

2. Melaksanakan apa yang direncanakan (to act to implement the plan).

3. Mengadakan pengamatan terhadap akibat dari tindakan yang dilakukan (to observe the effects of action in the context in which it occurs).

4. Mengadakan refleksi berdasarkan atas akibat-akibat tindakan untuk membuat rencana tindak lanjut (to reflect on these effects as basis for further planning, subsequent action and so on, through a succesion of cycles).

(52)

39

Gambar. 2 Siklus PTK

Gambar. 2 Siklus PTK

(Suharsimi Arikunto, 2010: 137)

Berikut adalah penjelasan kegiatan yang akan dilakukan pada setiap fase: 1. Perencanaan

(53)

2. Pelaksanaan

Merupakan kegiatan penerapan dari perencanaan yang telah dibuat. Pada tahap ini guru harus melaksanakan pembelajaran sesuai perencanaan yang telah dibuat. Peneliti bertindak sebagai kolaborator bekerja sama dengan guru melaksanakan model Integrated video tutorial agar hasil pembelajaran dapat tercapai maksimal.

3. Pengamatan

Merupakan kegiatan mengamati jalannya tindakan untuk mengetahui sejauh mana efek tindakan pembelajaran yang dilakukan. Pada tahap ini peneliti bersama dengan guru mengambil data yang dinilai yaitu aspek psikomotorik dan sikap belajar siswa selama proses pembelajaran.

4. Refleksi

Merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi dari hasil pengamatan dan hasil dari tes yang telah dilaksanakan kemudian dianalisa dan di simpulkan. Jika hasil belum bisa mencapai tujuan dari pembelajaran, maka perlu adanya rancangan untuk siklus berlanjut sampai siklus ke-n hingga tujuan dari pembelajaran tercapai.

Penelitian ini dilaksanakan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Pra Siklus

Tahap ini berupa persiapan sebelum memasuki Siklus I. Hal-hal yang akan dilaksanakan pada tahap ini adalah :

a. Uji coba soal kognitif

(54)

41

2. Siklus I

a. Perencanaan

Tahap ini berupa rencana kegiatan peneliti untuk menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Rencana kegiatan yang dilakukan berupa persiapan-persiapan yang terdiri dari :

1. Menyusun rencana pembelajaran dengan materi pokok pembuatan tabel database

2. Merancang pembelajaran dengan model Integrated Video Tutorial yakni dengan membentuk kelompok belajar beranggotakan 3 atau 4 siswa dengan penyebaran tingkat kecerdasan secara merata.

3. Menyiapkan video tutorial, Jobsheet, artikel dan berbagai sumber belajar lainnya yang digunakan sebagai sumber integrated video tutorial

4. Menentukan kolaborasi dengan guru dan teman sejawat sebagai partner penelitian.

5. Menyiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi untuk mengukur keterampilan psikomotorik dan sikap belajar siswa selama proses pembelajaran Integrated Video Tutorial

6. Menyiapkan alat evaluasi berupa tes untuk mengukur aspek kognitif siswa.

b. Tindakan

(55)

dalam satu pertemuan. Pada Siklus ini dilaksanakan tahapan belajar sebagai berikut:

1. Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 3 atau 4 siswa secara heterogen. Masing-masing kelompok terdiri dari 1 orang terpandai di Kelas XI RPL 1.

2. Guru memberikan pengarahan pembelajaran tentang cara membuat dan mengisi tabel pada MySQL melalui satu paket folder video tutorial. 3. Siswa melakukan perencanaan tentang tugas yang akan di kerjakan yang

terdapat dalam satu paket folder tutorial dengan berdiskusi kelompok 4. Siswa melakukan penyelesaian tugas yang diberikan dengan pengawasan

oleh guru

5. Siswa melakukan presentasi sebagai bentuk komunikasi dan bertukar informasi tentang hasil diskusi masing-masing kelompok.

c. Observasi

Tahap observasi dilaksanakan secara bersamaan pada saat pelaksanaan tindakan. Observasi dilakukan oleh guru dan peneliti. Observasi yang dilakukan meliputi observasi keterampilan psikomotorik dan sikap belajar siswa dengan menggunakan lembar observasi beserta panduan penilaian. d. Refleksi

(56)

43

diharapkan mampu beradaptasi dengan pembelajaran kolaboratif Integrated Video Tutorial. Masalah-masalah yang timbul pada Siklus I akan dicarikan alternatif pemecahannya pada Siklus II. Sedangkan kelebihannya akan dipertahankan dan ditingkatkan lagi.

3. Siklus II

Pada Siklus II mirip dengan Siklus I. Siklus II merupakan perbaikan yang berdasarkan pada hasil refleksi pada Siklus I.

a. Perencanaan

Pada tahap ini berupa rencana kegiatan menentukan langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti untuk menyelesaikan permasalahan yang muncul pada Siklus I. Rencana kegiatan yang dilakukan yaitu:

1. Menyusun rencana pembelajaran dengan materi pokok pembuatan relasi tabel pada tabel database yang telah dibuat siswa pada Siklus I.

2. Menyiapkan video tutorial, jobsheet, artikel dan berbagai sumber belajar lainnya yang digunakan sebagai sumber integrated video tutorial.

3. Menyusun tugas pembuatan relasi tabel yang harus dikerjakan oleh anggota kelompok pada Siklus I. Model dalam pembuatan relasi tabel adalah tabel database yang telah dibuat pada Siklus I.

4. Menyiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi untuk mengukur keterampilan psikomotorik dan sikap siswa selama proses pembelajaran Integrated Video Tutorial.

(57)

b. Tindakan

Pada siklus II ini merupakan implementasi dan perbaikan berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada tahap refleksi Siklus I. Permasalahan yang timbul pada Siklus I diselesaikan pada Siklus ini.

Tugas pada siklus II adalah pembuatan relasi tabel pada tabel database yang telah dibuat siswa pada siklus I yang dikerjakan berkelompok dengan video tutorial yang sudah disiapkan. Dan tugas dipresentasikan di depan kelas untuk bertukar informasi tentang hasil diskusi masing-masing kelompok. c. Observasi

Tahap observasi dilaksanakan secara bersamaan pada saat pelaksanaan tindakan. Observasi dilakukan oleh guru dan peneliti. Observasi yang dilakukan meliputi observasi keterampilan psikomotorik dan sikap belajar siswa dengan menggunakan lembar observasi beserta panduan penilaian. d. Refleksi

Pada tahap ini, dilakukan analisis terhadap data yang diperoleh pada Siklus II, yakni data kognitif, data keterampilan psikomotorik, dan sikap belajar siswa. Pembelajaran kolaboratif Integrated Video Tutorial dapat diterima siswa sebagai pembelajaran yang kreatif dan inovatif yang mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar tersebut berupa:

1. Hasil kognitif siswa pada Siklus II lebih tinggi dibandingkan hasil kognitif siswa pada Siklus I.

(58)

45

3. Sikap belajar siswa pada Siklus II lebih baik dibandingkan sikap belajar siswa pada Siklus I atau paling tidak sikap belajar siswa pada Siklus II sama dengan sikap belajar siswa pada Siklus I.

4. Siklus Selanjutnya

Apabila refleksi pada Siklus II belum menghasilkan peningkatan terhadap hasil belajar siswa, maka penelitian akan dilanjutkan pada Siklus III dan seterusya. Penelitian akan terus berlanjut mencapai Siklus n sampai terjadi peningkatan pada prestasi belajar siswa dan mencapai tujuan pembelajaran. Prestasi belajar yang diharapkan adalah sebagai berikut:

1. Hasil kognitif siswa pada Siklus n lebih tinggi yaitu ketuntasan klasikal menurut Depdikbud (dalam Trianto, 2010: 241) ≥ 85% siswa tuntas dibandingkan hasil kognitif siswa pada Siklus sebelumnya.

2. Hasil keterampilan psikomotorik siswa pada Siklus n lebih tinggi yaitu menurut Permendikbud (2014: 23), mencapai nilai optimum ≥ B (baik) dibandingkan hasil keterampilan psikomotorik siswa pada Siklus sebelumnya.

3. Sikap belajar siswa pada Siklus n lebih baik menurut Permendikbud (2014: 23),dengan mencapai nilai predikat ≥ B (baik) dibandingkan sikap belajar siswa pada Siklus sebelumnya atau paling tidak sikap belajar siswa pada Siklus n sama dengan sikap belajar siswa pada Siklus sebelumnya.

(59)

1. Aspek psikomotorik

1. Siswa dapat membuat tabel database menggunakan aplikasi php my admin

2. Siswa dapat menggunakan tools yang ada dalam aplikasi php my admin pada SQL

3. Siswa dapat membuat dan membangun database sesuai ketentuan 4. Siswa dapat membuat tabel dan mahir pada pengisian tabel database 2. Aspek afektif

1. Siswa mampu bekerja dengan anggota kelompoknya dengan baik 2. Siswa mampu bersikap disiplin dalam mengerjaka tugas

3. Siswa mampu bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan oleh ketua kelompoknya

4. Siswa ampu bersikap sopan dalam berkomunikasi 3. Aspek kognitif

KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditentukan oleh SMK N 10 Semarang adalah ≥ 75, sedangkan ketuntasan klasikal menurut

Depdikbud (dalam Trianto, 2010: 241) ≥ 85% siswa tuntas.

3.2. Integrated

Gambar

Gambar. 1 Bagan kerangka Berfikir
Gambar. 2 Siklus PTK
Tabel. 1 Metode dan Instrumen Penelitian
Tabel. 3 Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Baku mutu untuk parameter pH memiliki rentang 6,0 – 9,0. pH sendiri merupakan parameter yang sangat berpengaruh dalam proses pengolahan air limbah karna pH juga

The adapted steps were: (1) Conducting Needs Survey, (2) Specifying Topics, Goals, and General Purposes, (3) Specifying Learning Objectives, (4) Listing Subject Contents, (5)

Selain sebagai mahabbah pengasihan pemikat wanita dan pria, dengan mengamalkan surat AT Taubah ini, Anda tidak perlu azimat, mustika, atau apapun yang berkhasiat sebagai benteng

Di bidang infrastruktur, pembangunan kapasitas pada level birokrat kantoran, keberadaan operation room mutlak diperlukan. Pada operation room aling

Segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, Pemelihara seluruh alam raya, yang atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penulis mampu

Munculnya jamur pada benih kemungkinan besar disebabkan kelembaban tinggi pada tiap perlakuan perendaman (Sudir et al. 2014) yang dapat menginduksi munculnya jamur, patogen

Dari gambar diatas menujukan hasil monitoring trafik pada linux , dari menotoring yang dilakukan dapat dilihat hasilnya yaitu :..  ssh@linux statistik berwarna biru

22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah kerjasama yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pihak lain atas inisiatif siapapun dan dengan cara apapun dalam upaya