• Tidak ada hasil yang ditemukan

ELABORASI BAB 4 MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU (MPM)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ELABORASI BAB 4 MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU (MPM)"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU

TUGAS MATA KULIAH:

MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU Dosen Pengampu: Dr. H. M. Hosnan, Dip. Ed., M.Pd.

Di Susun Oleh : TIM PENYUSUN

KELAS TPMMP SEMESTER III

PROGRAM PASCASARJANA (S2)

(2)

TIM PENYUSUN

NO NAMA NIM

1 RUSDANI 7772130033

2 BUDI KURNIA UTAMA 7772130050

3 ADE MUHLIS 7772130137

4 OYOK CITRA KUSUMA 7772130053

5 CARMAN 7772130012

6 MUSLIH 7772130014

7 AJAT SUDRAJAT 7772130141

8 ROSDIANA 7772130115

9 FENTI FARLENI 7772130135

10 BAIRIA 7772130118

11 ERNI TRI YULIANI 7772030021

12 EUIS ROHAYAH 7772130024

13 ILYATUNNAUROH 7772130026

14 SITI NUR AINI 7772130049

15 LANY LUSIANY 7772130041

(3)

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang penulis miliki sangat kurang. Oleh kerena itu penulis mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Serang, Maret 2014

Penulis

(4)

TIM PENYUSUN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. LatarBelakang... 1

B. RumusanMasalah... 2

C. TujuanPenulisan... 2

BAB II MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN... 3

A. Konsep Dasar Manajemen Peningkatan Mutu... 3

B. Karakteristik Mutu... 4

C. Prinsip Mutu... 6

D. Teknik Manajemen Peningkatan Mutu... 7

E. Dimensi-Dimensi Manajemen Penngkatan Mutu Pendidikan... 12

F. Hubungan / Implikasi Konsep Mutu Dalam Pendidikan... 13

G. Kendala dan Implementasi Mutu Dalam Dunia Pendidikan ... 14

H. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah ... 24

I. Prinsip-Prinsip Dalam Manajemen Peningkatan Mutu (MPM) Sekolah... 25

J. Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah ... 26

K. Tantangan Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah... 30

L. Faktor Penyebab Rendahnya Mutu Pendidikan di Sekolah... 32

BAB III PENUTUP... 36

A. Kesimpulan ... 36

B. Saran ... 36

(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan di anggap sebagai suatu investasi yang paling berharga dalam bentuk peningkatan kualitas sumber daya insane untuk diukur dari sejauhmana masyarakatnya yang mengenyam pendidikan.Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki masyarakat, maka semakin majulah bangsa tersebut. Kualitas pendidikan tidak saja dilihat dari kemegahan fasilitas pendidikan yang dimiliki, tetapi sejauhmana output (lulusan) suatu pendidikan dapat membangun sebagai manusia yang paripurna sebagaimana tahapan pendidikan tersebut.

Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia dilakukan dalam tiga jalur, yaitu pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan informal. Hal ini sebagaimana disuratkan dalam Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 10, 11, 12, dan 13: “(10) Satuan Pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, non formal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. (11) Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. (12) Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar jalur pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. (13) Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

Pada hakikatnya pendidikan yang menyumbang terhadap pembangunan bangsa adalah pendidikan pada tiga jalur tersebut. Ketiga jalur tersebut merupakan trilogy pendidikan yang secara sinergis membangun bangsa melalui pembangunan sumber daya insan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tahu menjadi terampil, dan dari terampil menjadi ahli.

(6)

dan alat pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukan peningkatan yang berarti.Sebagian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukan peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namun sebagian lainnya masih memprihatinkan. Oleh sebab itu diperlukan manajemen peningkatan mutu yang berkelanjutan.

Manajemen peningkatan mutu pendidikan merupakan sebuah kajian mengenai bagaimana sebuah pendidikan persekolahan harus dikelolasecara efektif, efisien, dan berkeadilan untuk mewujudkan mutu pendidikan sebagaimana diharapkan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud Manajemen Peningkatan Mutu (School Review, Benchmarking, Quality Insurance, dan Quality Control)?

2. Bagaimana hubungan / Implikasi Konsep Mutu Dalam Pendidikan?

3. Bagaimana manajemen, strategi dan prinsip dalam peningkatan mutu sekolah?

C. Tujuan Penulisan

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan dari makalah ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui dan memahami tentang Manajemen Peningkatan Mutu (School Review, Benchmarking, Quality Insurance, dan Quality Control).

2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan/ implikasi konsep mutu Dalam pendidikan.

(7)

BAB II

MANAJEMEN PENINGKATAN MUTUPENDIDIKAN

A. Konsep Dasar Manajemen Peningkatan Mutu

Kata “Mutu” berasal dari bahasa inggris, “Quality” yang berarti kualitas.Dengan hal ini, mutu berarti merupakan sebuah hal yang berhubungan dengan gairah dan harga diri.Sesuai keberadaannya, mutu dipandang sebagai nilai tertinggi dari suatu produk atau jasa.

Beberapa konsep mutu yang diutarakan oleh Prof. Dr. H. Abdul Hadis, M.Pd, dan Prof. Dr. Hj. Nurhayati B, M. Pd, dalam bukunya Manajemen Mutu Pendidikan (2010:84) menurut para ahli yaitu:

1. Menurut Juran (1993), mutu produk ialah kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kecocokan pengguna produk tersebut didasarkan atas lima ciri utama yaitu (1) teknologi; yaitu kekuatan; (2) psikologis, yaitu rasa atau status; (3) waktu, yaitu kehandalan; (4) kontraktual, yaitu ada jaminan; (5) etika, yaitu sopan santun (Juran, 1993)

2. Menurut Crosby (1979:58) mutu ialah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki mutu apabila sesuai dengan standar atau kriteria mutu yang telah ditentukan, standar mutu tersebut meliputi bahan baku, proses produksi, dan produk jadi (Crosby, 1979:58)

3. Menurut Deming (1982:176) mutu ialah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Perusahaan yang bermutu ialah perusahaan yang menguasai pangsa pasar karena hasil produksinya sesuai dengan kebutuhan konsumen, sehingga menimbulkan kepuasan bagi konsumen. Jika konsumen merasa puas, maka mereka akan setia dalam membeli produk perusahaan baik berupa barang maupun jasa. 4. Menurut Feigenbaum (1986:7) mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya

(8)

5. Garvi dan Davis (1994) menyatakan mutu ialah suatu kondisi yang berhubungan dengan produk , tenaga kerja, proses dan tugas serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.

6. Mutu menurut Salin (Husaini Usman,2012) adalah konsep yan absolute dan relative. Mutu yang absolute ialah mutu yang idealismenya tinggi dan harus dipenuhi, berstandar tinggi, dengan sifat produk bergengsi tinggi, biasanya mahal, sangat mewah, dan jarang dimiliki orang. Mutu dengan konsep absolute berarti harus hight quality atau top quality. Mutu sendiri didefinisikan sebagai tinggkat keunggulan. Mutu yang relative bukanlah sebuah akhir, namun sebagai sebuah alat dimana produk atau jasa dinilai, yaitu apakah telah memenuhi standar yang telah ditetapkan.

Dari beberapa konsep mutu yang diutarakan oleh para ahli, maka dapat diambil kesimpulan bahwa mutu merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan kepuasan pelanggan terhadap sebuah produk.

B. Karakteristik Mutu

Menurut Husaini Usman (2012) dalam bukunya Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, mengatakan bahwa mutu memiliki 13 karakteristik seperti berikut ini. 1. Kinerja (performa): berkaitan dengan aspek fungsional sekolah. Misalnya: kinerja

guru dalam mengajar baik, memberikan penjelasan meyakinkan, sehat dan rajin mengajar, dan menyiapkan bahan pelajaran lengkap. Pelayanan administratif dan edukatif sekolah baik yang ditandai hasil belajar tinggi, lulusannya banyak, putus sekolah sedikit, dan yang lulus tepat waktu banyak. Akibat kinerja yang baik maka sekolah tersebut menjadi sekolah favorit.

2. Waktu wajar (timeliness): selesai dengan waktu yang wajar. Misalnya: memulai dan mengakhiri pelajaran tepat waktu. Waktu ulangan tepat. Batas waktu pemberian pekerjaan rumah wajar. Waktu untuk guru naik pangkat wajar.

(9)

4. Daya tahan (durability): tahan banting. Misalnya: meskipun krisis moneter, sekolah masih tetap bertahan, tidak tutup. Siswa dan guru tidak putus asa dan selalu sehat 5. Indah (aestetics). Misalnya: eksterior dan interior sekolah ditata menarik. Taman

ditanami bunga dan terpelihara dengan baik. Guru-guru membuat media pendidikan yang menarik. Warga sekolah berpenampilan rapi.

6. Hubungan manusiawi (personal interface): menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan profesionalisme.Misalnya: warga sekolah saling menghormati, baik warga intern maupun ektern sekolah, demokratis, dan menghargai profesionalisme. 7. Mudah penggunaannya (easy of use). Sarana dan prasarana dipakai.Misalnya:

aturan-aturan sekolah mudah diterapkan. Buku-buku perpustakaan mudah dipinjam dan dikembalikan tepat waktu. Penjelasan guru di kelas mudah dimengerti siswa. Contoh soal mudah dipahami. Demonstrasi praktik mudah diterapkan siswa.

8. Bentuk khusus (feature): keunggulan tertentu.Misalnya: sekolah ada yang unggul dengan hampir semua lulusannya diterima di universitas bermutu. Unggul dengan bahasa Inggrisnya. Unggul dengan penguasaan teknologi informasinya (komputerisasi). Ada yang unggul dengan karya ilmiah kesenian atau olahraga. 9. Standar tertentu (conformance to specification): memenuhi standar

tertentu.Misalnya: sekolah sudah memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM), sekolah sudah memenuhi standar minimal ujian nasional atau sekolah sudah memenuhi ISO 9001:2000 atau sekolah sudah memenuhi TOEFL dengan skor 650. 10. Konsistensi (Consistency): keajegan, konstan, atau stabil.Misalnya: Mutu sekolah

dari dahulu sampai sekarang tidak menurun seperti harus mengatrol nilai siswa-siswanya. Warga sekolah konsisten antara perkataan dengan perbuatan. Apabila berkata tidak berbohong, apabila berjanji ditepati, dan apabila dipercaya tidak mengkhianati.

11. Seragam (uniformity): tanpa variasi, tidak tercampur. Misalnya: sekolah menyeragamkan pakaian sekolah dan pakaian dinas. Sekolah melaksanakan aturan, tidak pandang bulu atau pilih kasih.

(10)

13. Ketepatan (Accruracy): ketepatan dalam pelayanan. Misalnya: Sekolah mampu memberikan pelayanan sesuai dengan yang diinginkan pelanggan sekolah, guru-guru tidak salah dalam menilai siswa-siswanya. Semua warga sekolah bekerja dengan teliti. Jam Belajar di sekolah berlangsung tepat waktu.

C. Prinsip Mutu

Menurut Deming (dalam Manajemen Pendidikan, 2012: 296), ada 14 prinsip mutu yang harus dilakukan organisasi/ perusahaan jika menghendaki dicapainya mutu, yaitu: 1. Menciptakan konsistensi tujuan untuk pengembangan produk dan jasa dengan

adanya tujuan suasana bisnis yang kompetitif. 2. Adopsi filosofi baru.

3. Menghentikan ketergantungan pada adanya inspeksi dan digantikan dengan upaya pencapaian mutu.

4. Menghentikan anggapan bahwa penghargaan dalam bisnis adalah terletak pada harga.

5. Peningkatan sistem produksi dan layanan secara terus menerus guna peningkatan mutu dan produktifitas.

6. Pelatihan dalam pekerjaan. 7. Kepemimpinan lembaga. 8. Menghilangkan rasa takut.

9. Hilangkan penghalang antar departemen/biro.

10. Mengurangi slogan peringatan-peringatan dan target, dan mengganti dengan pemantapan metode-metode yang dapat meningkatkan mutu kerja.

11. Kurangi standar kerja yang menentukan kuota berdasarkan jumlah.

12. Hilangkan penghambat yang dapat merampas hak asasi manusia untuk merasa bangga terhadap kecakapan kerjanya.

13. Lembagakan suatu program pendidikan dan peningkatan diri yang penuh semangat. 14. Setiap orang dalam perusahaan bekerja sama dalam mendukung proses

(11)

Dalam Manajemen Pendidikan 2009: 298, Philip Crosby (Ross, 1993: 3), mengemukakan ada 4 prinsip mutu, yaitu:

1. Quality is defined as conformance to requirements, not “goodness”. (Mutu didefinisikan sebagai kesesuaian dengan tuntutan, bukan “kebaikan”).

2. The system for delivering quality is the prevention of poor-quality through process control, not appraisal or correction. (Sistem untuk mengantarkan/ mencapai mutu adalah pencegahan terhadap mutu yang rendah melalui proses pengawasan, bukan penilaian atau koreksi.

3. The performance standard is zero defects, not “that’s close enough”. (standar performa adalah tidak ada kesalahan, bukan “hal itu hamper mendekati”).

4. The measurement of quality is the price of nonconformance, not indexes. (Pengukuran mutu adalah harga dari ketidakseragaman, bukan indeks-indeks).

D. Teknik Manajemen Peningkatan Mutu

Adapun penyusunan program peningkatan mutu dengan mengaplikasikan empat teknik : a) school review, b) benchmarking, c)quality assurance, dan d) quality control. Berdasarkan Panduan Manajemen Sekolah (2000:200-202) dijelaskan sebagai berikut : 1. School Review

Suatu proses dimana seluruh komponen sekolah bekerja sama khususnya dengan orang tua dan tenaga profesional (ahli) untuk mengevaluasi dan menilai efektivitas sekolah, serta mutu lulusan.

School review dilakukan untuk menjawab pertanyaan berikut :

a. Apakah yang dicapai sekolah sudah sesuai dengan harapan orang tuasiswa dan siswa sendiri ?

b. Bagaimana prestasi siswa ?

c. Faktor apakah yang menghambat upaya untuk meningkatkan mutu ? d. Apakah faktor-faktor pendukung yang dimiliki sekolah ?

School review akan menghasilkan rumusan tentang kelemahan-kelemahan, kelebihan-kelebihan dan prestasi siswa, serta rekomendasi untuk pengembangan program tahun mendatang.

(12)

review.merupakan suatu cara dimana sekolah bekerjasama dengan berbagai pihak terkait. School review dapat dilakukan melalui analisis SWOT dalam bentuk matrik Ansoff yaitu: Strength adalah kekuatan Sekolah, Weakness adalah mencari tahu kelemahan sekolah, Opportunities adalah menggunakan Kesempatan dan peluang yang bisa dicapai dengan sebaik baiknya, Threats adalah mengetahui ancaman dan kendala yang dihadapi sekolah.

School Review adalah proses mengharuskan seluruh komponen sekolah bekerja sama dengan berbagai pihak yang memiliki keterkaitan misalnya orang tua dan tenaga profesional untuk mengevaluasi keefektifan kebijakan sekolah, program dan pelaksanaannya, serta mutu lulusan. Dengan school review diharapkan akan dapat dihasilkan laporan yang dapat membeberkan kelemahan-kelemahan, kekuatan, prestasi sekolah, dan memberikan rekomendasi untuk penyusunan perencanaan strategis pengembangan sekolah di masa mendatang, yang berjangka sekitar tiga atau empat tahun mendatang. (Dikmenum Depdikbud (1998/1999)

2. Benchmarking

Suatu kegiatan untuk menetapkan standar dan target yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu. Benchmarking dapat diaplikasikan untuk individu, kelompok ataupun lembaga.

Tiga pertanyaan mendasar yang akan dijawab oleh benchmarkingadalah : 1. Seberapa baik kondisi kita?

2. Harus menjadi seberapa baik?

3. Bagaimana cara untuk mencapai yang baik tersebut? Langkah-langkah yang dilaksanakan adalah : 1. Tentukan fokus

2. Tentukan aspek/variabel atau indikator 3. Tentukan standar

4. Tentukan gap (kesenjangan) yang terjadi. 5. Bandingkan standar dengan kita

6. Rencanakan target untuk mencapai standar

(13)

Benchmarking merupakan kegiatan untuk menetapkan standar, baik proses maupun hasil yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu.(Dikmenum Depdikbud (1998/1999)

3. Quality Insurance (QI)

Suatu teknik untuk menentukan bahwa proses pendidikan telah berlangsung sebagaimana seharusnya. Dengan teknik ini akan dapat dideteksi adanya penyimpangan yang terjadi pada proses. Teknik menekankan pada monitoring yang berkesinambungan, dan melembaga, menjadi subsistem sekolah.Quality assurance akan menghasilkan informasi, yang :

1. Merupakan umpan balik bagi sekolah

2. Memberikan jaminan bagi orang tua siswa bahwa sekolah senantiasa memberikan pelayanan terbaik bagi siswa.

Untuk melaksanakan quality assurance menurut Bahrul Hayat dalam hand out pelatihan Calon kepala sekolah (2000:6), maka sekolah harus :

1. Menekankan pada kualitas hasil belajar

2. Hasil kerja siswa dimonitor secara terus menerus

3. Informasi dan data dari sekolah dikumpulkan dan dianalisis untuk memperbaiki proses di sekolah.

4. Semua pihak mulai kepala sekolah, guru, pegawai administrasi, dan juga orang tua siswa harus memiliki komitmen untuk secara bersama mengevaluasi kondisi sekolah yang kritis dan berupaya untuk memperbaiki.

Dijelaskan pula dalam http://edukasi.kompasiana.com/2012/06/20/meningkatkan-kualitas-pendidikan-melalui-manajemen-peningkatan-mutu-mpm-472097.html, Quality Assurance adalah semacam penjaminan dari pihak sekolah terhadap pihak luar orang tua dan masyarakat yang meyakinkan bahwa pihak sekolah akan selalu mengupayakan untuk dapat memberi pelayanan sebaik mungkin bagi siswanya.

(14)

Quality Assurance sifatnya process oriented. Artinya, konsep ini mengandung jaminan bahwa proses yang berlangsung dilaksanakan sesuai dengan standar dan prosedur yang telah ditetapkan. Dengan demikian, dapat diharapkan hasil (output) yang memenuhi standar yang ditentukan pula. Agar proses berlangsung sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, maka perlu dilaksanakan audit atau pengecekan secara berkesinambungan. Sistem audit ini harus dilembagakan, sehingga menjadi subsistem sekolah. Sub sistem inilah yang disebut quality assurance. Untuk itu, perlu disusun suatu prosedur dan mekanisme, sehingga checking dapat dilaksanakan secara menyeluruh untuk semua komponen dalam sekolah. Hasil pengecekan merupakan balikan (feedback) bagi sekolah, yang digunakan untuk meningkatkan mutu proses pendidikan. Dengan quality assurance ini pihak sekolah meyakinkan orang tua dan masyarakat bahwa sekolah selalu memberikan layanan yang terbaik bagi para peserta didiknya. Jadi, quality assurance adalah suatu sub sistem dari suatu sekolah yang bertujuan untuk: (a) membantu sekolah dalam menilai dan mengkaji pelaksanaan serta hasil pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu proses belajar mengajar, (b) menilai program-program yang relevan, yang dapat membantu sekolah, dan (c) memperkuat akuntabilitas dan mutu lulusan sekolah.(Dikmenum Depdikbud (1998/1999)

4. Quality control (QC)

Quality Control and Statistical Theory pertama kali diperkenalkan untuk emndeteksi dan memperbaiki masalah-masalah selama proses produksi untuk mencegah kegagalan suatu produk. Teori statistic memainkan peran penting dalam area ini.Pada tahun 1920an, W. Shewhart mengembangkan sebuah aplikasi metode statistic untuk manajemen mutu. Dia membuat model chart control pertama dan menunjukkan bahwa variasi dalam proses produksi akan menghasilkan variasi produk. Karenanya eliminasi variasi dalam proses akan menghasilkan standar dan produk akhir yang baik.

Proses kontrol secara statistik ini:

1. Memfokuskan pada produk dan pendeteksian dan pengontrolan masalah-masalah mutu.

(15)

4. Menyadari akan pelatihan personalia bagian produksi dan pengontrol mutu. (Deni Koswara dan Cepi Triatna dalam Manajemen Pendidikan, 2012: 291)

Dalam

http://anan-nur.blogspot.com/2010/09/manajemen-peningkatan-mutu-pendidikan.html dijelaskan, Quality Control merupakan suatu sistem untuk mendeteksi

terjadinya penyimpangan kualitas output yang tidak sesuai dengan standar. Quality control memerlukan indikator kualitas yang jelas dan pasti, sehingga dapat ditentukan penyimpangan kualitas yang terjadi.

Quality Control. Merupakan suatu sistem untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan kualitas out-put yang tidak sesuai dengan standar. Konsep ini berorientasi pada output untuk memastikan apakah mutu out-put sesuai dengan standar.

Melalui penerapan sistem Manajemen Peningkatan Mutu (MPM) diharapkan upaya peningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dapat tercapai sesuai harapan kita semua.(Dikmenum Depdikbud (1998/1999)

Murgatroyd dan Morgan (1994) mengungkapkan tiga teknik mendasar dalam menetapkan mutu, yaitu (a) quality assurance, (b) contract conformance, dan (c) customer-driven.

Contract Conformance. Mutu standar harus ditetapkan secara spesifik melalui negosiasi dalam bentuk sebuah kontrak.Mutu harus dilihat apakah punya kesesuaian dengan komitmen yang spesifik tersebut.Yang membedakan antara quality assurance dengan contract conformance adalah bahwa spesifikasi mutu dibuat oleh orang yang membuat tugas kerja (lokal), bukan oleh panel (jajaran para pakar).

Customer-driven Quality mengacu pada pemikiran mutu dari mereka yang menerima produk atau layanan.Produk atau layanan yang diberikan harus sesuai dengan harapan dan kualitasnya ditentukan oleh klien.Produk atau layanan harus disesuaikan dengan tuntutan dan harapan para klien.

MPM yang efektif perlu juga memperhatikan beberapa hal yang mempengaruhi mutu yang dikemukakan oleh Murgatroyd dan Morgan (1994) sebagai “3 Cs of TQM”, yaitu: culture, commitment, dan communication.

(16)

performansi dan kontribusi, (c) kepemimpinan adalah sebuah kunci dari kegiatan/tindakan, bukan posisi, (d) ganjaran dibagi rata melalui kerja tim, (e) pengembangan, belajar dan pelatihan dipandang sebagai sarana penunjang, dan (f) pemberdayaan untuk mencapai tujuan yang menantang didukung oleh pengembangan yang berkelanjutan dan keberhasilan seharusnya merupakan iklim untuk memotivasi diri sendiri.

Keberhasilan MPM suatu organisasi seharusnya melahirkan rasa kebanggaan dan kesempatan untuk berkembang bagi orang-orang di dalamnya (staf dan klien) sehingga mereka merasa sebagai pemilik (ikut memiliki) perwujudan tujuan organisasi bersama dan di antara semua karyawan.Komitmen berarti juga keterlibatan menanggung akibat dalam pencapaian tujuan, menuntut kerja yang sistematik, meneruskan informasi mengenai adanya kesempatan untuk melakukan inovasi dan pengembangan.Komitmen sifatnya normatif.

Komunikasi di antara anggota tim memiliki kekuatan, walaupun sederhana tetapi efektif. Komunikasi harus didasarkan pada kenyataan dan pengertian yang murni, bukannya asumsi apalagi yang sifatnya humor.Komunikasi memiliki alur yang bebas dalam organisasi.

E. Dimensi-Dimensi Manajemen Penngkatan Mutu Pendidikan 1. Dimensi pencegahan (preventif)

Merupakan tindakan guru dalam mengatur peserta didik dan peralatan serta format pembelajaran yang tepat sehingga menumbuhkan kondisi yang menguntungkan bagi berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Selain itu pengertian lain dari dimensi pencegahan ialah pemberian bantuan kepada individu/murid sebelum ia menghadapi persoalan secara serius. Upaya ini dilakukan dengan pemberian pengaruh yang positif terhadap individu serta dengan menciptakan suasana lingkungan sekolah, termasuk pengajaran yang menyenangkan.

(17)

jangka pendek maupun jangka panjang.Prosedur tindakan pencegahan ini diarahkan pada pelayanan perkembangan tuntutan dan kebutuhan peserta didik secara individual maupun kelompok yang dapat berupa kegiatan.Contoh berupa fungsi informasi.

2. Dimensi kuaratif

Merupakan tindakan terhadap tingkah laku yang menyimpang yang sudah terlanjur terjadi agar penyimpangan itu tidak berlarut-larut. Pengertian lain dari dimensi ini adalah usaha bantuan yang diberikan kepada murid selama atau setelah murid mengalami persoalan serius. Tujuan bantuan ini adalah agar murid yang bersangkutan terbebas dari kesulitan-kesulitan tersebut.

Dalam hal ini guru berusaha untuk menumbuhkan kesadaran akan penyimpangan yang dibuat dan akan menimbulkan kesadaran dan tanggung jawab untuk memperbaiki diri melalui kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan dapat dipertanggung jawabkan.

F. Hubungan / Implikasi Konsep Mutu Dalam Pendidikan

Berdasarkan praktik penyelenggaraan pendidikan di Indonesia selama ini, dan langkah-langkah yang telah dirintis (baik oleh pemerintah maupun masyarakat) serta kebijakan ke depan, konsep mutu dianut secara sinergis, bersamaan, dan saling melengkapi. Di Indonesia dikenal adanya sekolah-sekolah unggulan (sebagai nama “generik”, bukan nama diri suatu sekolah) baik yang diprakarsai oleh pemerintah maupun yang tumbuh atas prakarsa masyarakat termasuk dunia usaha.

Mutu dalam pengertian relatif (standar) diterapkan dalam dunia pendidikan di Indonesia, antara ain terbukti dengan adanya kurikulum nasional yang memberikan perincian tujuan yang ingin dicapai, rumusan standar

(18)

Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003.Di luar standar yang sifatnya substantif (berhubungan dengan kompetensi yang harus dicapai), pemerintah juga melakukan pengecekan standar yang berkaitan dengan kinerja satuan pendidikan dan kelayakan pengelolaan satuan pendidikan melalui sistem akreditasi.

G. Kendala dan Implementasi Mutu Dalam Dunia Pendidikan

Salah satu masalah yang sangat dominan seperti yang telah diungkap dalam pendahuluan adalah kualitas sumber daya manusia.Kualitas sumber daya manusia sangat erat kaitannya dengan pendidikan. Untuk itu peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Secara garis besar ada dua faktor utama yang menyebabkan perbaikan mutu pendidikan di Indonesia masih belum atau kurang berhasil yaitu:

1. Strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku (materi ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan ( sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran) yang bermutu sebagai mana yang diharapkan. Ternyata strategi input-output yang diperkenalkan oleh teori education production function (Hanushek, 1979,1981) tidak berfungsi sepenuhnya di lembaga pendidikan (sekolah), melainkan hanya terjadi dalam institusi ekonomi dan industri. 2. Pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented, diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah).Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa komleksitasnya cakupan permasalahan pendidikan, seringkali tidak dapat terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat.

Sebelum membahas lebih jauh, ada beberapa masalah mutu pendidikan yang diutarakan oleh Deming yang secara garis besar dikelompokkan menjadi dua hal yaitu: 1. Kendala mutu pendidikan secara umum

(19)

c. Lingkungan kerja yang buruk,

d. Sistem dan prosedur yang tidak sesuai, e. Jadwal kerja yang serampangan, f. Sumber daya yang kurang, dan

g. Pengembangan staf yang tidak memadai.

2. Kendala mutu pendidikan secara khusus

a. Prosedur dan aturan yang tidak diikuti atau ditaati,

b. Anggota individu staf yang tidak memiliki skil, pengetahuan dan sifat yang dibutuhkan untuk menjadi seorang guru atau manajer pendidikan.

c. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan anggota, d. Kurangnya motivasi,

e. Kegagalan komunikasi, dan

f. Kurangnya sarana dan prasarana yang memenuhi.

Selain hal-hal di atas beberapa faktor lain yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatansecaramerata.

a. Pertama,kebijakanpenyelenggaraanpendidikannasionalyangberori- entasi pada keluaran atau hasil pendidikan terlalu memusatkan pada masukandankurangmemperhatikanprosespendidikan.

b. Kedua,penyelengaraanpendidikandilakukansecarasentralistik.Hal ini menyebabkan tingginya ketergantungan kepada keputusan birokrasi dan seringkali kebijakan pusat terlalu umum dan kurang menyentuh atau kurang sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah setempat. Di samping itu segala sesuatu yang terlalu diatur menyebabkan penyelenggara sekolah kehilangan kemandirian, insiatif, dan kreativitas. Hal tersebut menyebabkan usaha dan

daya untuk mengembangkan atau meningkatkan

mutulayanandankeluaranpendidikanmenjadikurangtermotivasi. c.

(20)

Berdasarkan hal-hal tersebut maka perlu adanya manajemen yang tepat untuk menangani hal-hal tersebut. Berikut ini akan dibahas beberapa alternatif penanganan masalah pendidikan seperti yang telah dibahas diatas.

Deming (1986) menyatakan bahwa implementasi konsep mutu dalam sebuah organisasi memerlukan perubahan dalam filosofi yang ada di sekitar manajemen.Demingmengusulkanempatbelasbutirpemikiranyangdapat

dipergunakanuntukmeningkatkanmutudanproduktivitassuatuorganisasi juga dalam bidang pendidikan. Keempat belas butir pemikiran tersebut adalah:

a. CiptakanTujuanyangMantapDemiPerbaikanProdukdanJasa.

Sekolahmemerlukanadanyatujuanakhiryangmampumengarahkansiswa

menghadapi masa depan secara mantap. Jangan membuat siswa sekedar memilikinilaibagustetapijugaharusmampumembuatsiswamemilikikemauan

belajarseumurhidup. b. AdopsiFilosofiBaru.

Siswaberhakmendapatkanpembelajaranyangberkualitas.Dengankatalain, mereka tidak lagi sebagai siswa yang pasif dan rela diperlakukan seburuk apapuntanpadapatberkomentar.

c. HentikanKetergantunganpadaInspeksiMasal.

Dalambidangpendidikan,evaluasiyangdilakukanjanganhanyapadasaat ulanganumumataupunujianakhir,tetapidilakukansetiapsaatselamaproses belajarmengajarberlangsung.

Selainitu,dalammenetapkanstandaruji,makaperludiperhatikanteori- teori kepemimpinan yangberkembangdalam TotalQuality Management dan lainnya,sepertiteorisifat,teorilingkungan,teoriperilaku,teorihumanistik, dan teori kontigensi.

Sejalan dengan masalah evaluasi, masalah rekrutmen dalam menentukan pimpinan kependidikan, beberapa prosedur “Fit and proper test” bisa dilakukan dalam pengambilankeputusan:

(21)

b. Menjawabpertanyaanlisandantertulisyangtelahdidesainsedemikian rupa.Adapunpertanyaanyangdiajukandapatmenyangkutintegritas, moralitas,profesionalisme,intelektualitas,keahlian.

c. KeharusanmengumumkanhartakekayaandariparacalonKepalaSekolah sebelum yang bersangkutan menduduki jabatan yang dipercayakan kepadanya.Kebohonganatas kekayaan inidapat mengakibatkan pemecatan(impeachmant).

d. Harusmemahamisistemmanajemenyangefektifdanefisienterhadap lembagayangakandipimpinnya.Termasukdalamrekruitmentkaryawan, kesejahteraan,peningkatankualitashasildankinerja.

e. Mengemukakanmasalahpribadi,sepertiapakahcalonitupernahbercerai.

Masalahanakbagaimana.Mengapasampaiterjadiperceraian.Kemudian menyangkut masalah kebebasan dari tekanan, intimidasi, teror atau ancaman.

f. Timseleksimelakukaninvestigasi danmelacaksemuakebenaran informasiyangdisampaikanlisanmaupuntertulis.Apabilacalon-calon tersebut tidak

dapat memberikan jawaban secara memuaskan, atau

setelahmelakukaninvestigasiternyataterdapatkebohongan-kebohongan, tentusajayangbersangkutantidakdapatterpilihsebagaipimpinan.

3. AkhiriKebiasaanMelakukanHubunganBisnis HanyaBerdasarkanBiaya Dalambidangpendidikanpernyataandiatasterutamadikaitkandenganbiaya pendidikanyangadahubungannyadenganperbandinganjunlahgurudanmurid padasaturuangan/kelas.Kelasbesarmemangakanmembuatsekolahtersebut melakukanpenghematanbiaya,tetapimutuyangdihasilkantidakterjamin

danbukantidakmungkinterjadipeningkatanbiayadibagianlainpadasistem tersebut.

4. PerbaikiSistemProduksidanJasaSecara Konstan danTerusMenerus

Dalambidangpendidikanseorangguruharusberpikirsecara strategik agar siswa dapat menjalani proses belajar mengajar secara baik, sehingga memperolehnilaiyangbaikpula.Gurujanganhanyaberpikirbagaimanasiswa

(22)

5. LembagakanMetodePelatihanyangModerndiTempatKerja

Haliniperludilakukanagarterdapatkesamaandasarpengetahuanbagisemua

anggotastafdalamsuatulembagapendidikan.Setelahitubarulahgurudan administrator mengembangkan keahlian sesuai yang diperlukan bagi peningkatanprofesionalitas.

6. LembagakanKepemimpinan

Kepemimpinan (leadership) berbeda dengan pemimpin (leader).Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok dengan maksud mencapai suatu tujuan yang dinginkan bersama.Sedangkan pemimpin adalah seseorang atau sekelompok orang seperti kepala, komandan, ketua dan sebagainya.

Secara umum, padadasarnyaterdapatdelapankuncitugaspimpinanuntuk melaksanakankomitmenperbaikankualitasterusmenerus,yaitu:

a. Menetapkansuatudewankualitas. b. Menetapkankebijaksanaankualitas.

c. Menetapkandanmenyebarluaskansasarankualitas. d. Memberikandanmenyiapkansumber-sumberdaya.

e. Memberikandanmenyiapkanpendidikandanpelatihanyangberorientasipadapemecah anmasalahkualitas.

f. Menetapkantimperbaikankualitasyangbertanggungjawabpada manajemen puncak untuk menyelesaikan masalah-masalah kualitas kronis.

g. Merangsangperbaikankualitasterusmenerus.

h. Memberikanpengakuandanpenghargaanatasprestasidalamperbaikan kualitasterus-menerus(VincentGaspersz,1997:203-204).

Sementaraitu,bagikalanganfollower/pengikut/bawahansepertiguru, karyawandanlain-lain,perlumemperhatikanketentuanberikut:

a. Mendukung program-program pimpinanyang baik dan benar. b. Memilikikebutuhan berprestasi.

c. Klarifikasikemampuan,wewenangdanperan. d. Memiliki organisasikerja.

e. Kemampuanbekerjasama.

(23)

Ditambahkanbahwa,untukmelaksanakantugasdanfungsikepemimpinan, makakepalasekolahperlumemperhatikandanmengontrolVariabelsituasi,

yaituseperangkatkeadaanataukondisiyangharusdikeloladandiciptakan secara kondusif.Situasiiniantaralain:

a. kekuatanposisi, b. keadaan bawahan,

c. tugasdankemampuanmenggunakanteknologi, d. struktur organisasi,

e. keadaan lingkunganlembaga(fisik dannon-fisik), f. ketergantunganeksternal,

g. kekuatansosialpolitik, h. rasa amandan demokratis.

Keseluruhanprosesinteraksikepemimpinanantarapemimpin,

yangdipimpindansituasi,ditujukanuntukmencapaivariabelhasilakhir yaitu: a. Kepuasanpelanggan.

b. Loyalitaspelanggan. c. Profitabilitas.dan

d. kepuasanseluruhpersonillembagadanstakeholders.

7. HilangkanRasaTakut.

Perlu disadari bahwa rasa takut menghambat karyawan untuk mampu mengajukanpertanyaan,melaporkanmasalah,ataumenyatakanidepadahal

itusemuaperludilakukanuntukmenghasilkankinerjayangmaksimum.Oleh karena itu para pelaku pendidikan hendaknya jangan menerapkan sistem imbalandanhukumankepadasiswakarenaakanmenghambatberkembangnya

motivasiinternaldarisiswamasing-masing.

8. PecahkanHambatandiantaraAreaStaf

(24)

9. HilangkanSlogan,Nasihat,danTargetuntukTenagaKerja

Perbaikansecara berkesinambungansebagaisasaran umumharus menggantikansimbol-simbolkerja.

10. HilangkanKuotaNumerik

Kuotacenderungmendorongoranguntukmemfokuskanpadajumlahsering

kalidenganmengorbankanmutu.Terlalubanyakmenggunakanslogandan terlalu berpatokan pada target dapat menimbulkansalah arah untuk pengembangansistemyangbaik.Tidakjarangpatokantergetakanlebihterfokus

padagurudansiswadaripadasistemsecarakeseluruhan.

11. Hilangkan Hambatan Terhadap Kebanggaan Diri atas Keberhasilan Kerja Kebanggaandiri atas hasilkerja yang dicapaiperlu dimilikioleh guru dan siswa.Adanyakebanggaandalamdirimembuatgurudansiswa

bertanggungjawabatastugasdankewajibanyangdisandangnyasehingga merekadapatmenjagamutu.

12. Lembagakan ProgramPendidikan danPelatihanyangKokoh.

Haliniberlakubagiparapelakupendidikankarenamemilikidampaklangsung terhadapkualitasbelajarsiswa.

13. LakukanTindakanNyata/ContohNyata

Manajer harus menjadi”lead manager” bukan “boss manager”. Seorang“lead manager”akan berusaha mengkomunikasikan pandangannya selalu berusaha mengembangkan kerjasama, meluangkan waktu dan tenaga untuk sistem sehingga dengan adanya contoh nyata, pekerja menyadari cara untuk melakukan pekerjaan yang berkualitas.

(25)

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada hakikatnya adalah penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua pemangku kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) memiliki karakteristik Apabila manajemen berbasis lokasi lebih difokuskan pada tingkat sekolah, maka MBS akanmenyediakan layanan pendidikan yang komprehensif dan tanggap terhadap kebutuhan masyarakat di mana sekolah itu berada. Ciri- ciri MBS bisa dilihat dari sudut sejauh mana sekolah tersebut dapat mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah, pengelolaan sumber daya manusia (SDM), proses belajar-mengajar dan sumber daya sebagaimana digambarkan dalam tabel berikut:

Ciri-cirisekolahyangmelaksanakanMBS Organisasi

(26)

Organisasi

Dikutip dari Focus on School: The Future Organization of Education Service for Student, Department of Education, Queensland, Australia*)

Melalui Manajemen Berbasis sekolah (MBS) ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan melalui lembaga sekolah. Beberapa hal yang diharapkan melalui penerapan MBS ini ialah:

(27)

capacity building if school-based management is to work”. Demikian De grouwe menegaskan.

b. Membangun budaya sekolah (school culture) yang demokratis, transparan, dan akuntabel. Termasuk membiasakan sekolah untuk membuat laporan pertanggungjawaban kepada masyarakat. Model memajangkan RAPBS di papan pengumuman sekolah yang dilakukan oleh Managing Basic Education (MBE) merupakan tahap awal yang sangat positif. Juga membuat laporan secara insidental berupa booklet, leaflet, atau poster tentang rencana kegiatan sekolah. Alangkah serasinya jika kepala sekolah dan ketua Komite Sekolah dapat tampil bersama dalam media tersebut.

c. Pemerintah pusat lebih memainkan peran monitoring dan evaluasi. Dengan kata lain, pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu melakukan kegiatan bersama dalam rangka monitoring dan evaluasi pelaksanaan MBS di sekolah, termasuk pelaksanaan block grant yang diterima sekolah.

d. Mengembangkan model program pemberdayaan sekolah. Bukan hanya sekedar melakukan pelatihan MBS, yang lebih banyak dipenuhi dengan pemberian informasi kepada sekolah. Model pemberdayaan sekolah berupa pendampingan atau fasilitasi dinilai lebih memberikan hasil yang lebih nyata dibandingkan dengan pola-pola lama berupa penataran MBS.

Peningkatan mutu pendidikan dalam pelaksanaannya perlu mendapat pengawasan yang intensif.Pelaksanaan peran dan tugas pengawasan di sekolah sebenarnya dapat diposisikan dalam upaya penjaminan mutu (quality assurance) yang diimbangi dengan peningkatan mutu (qualitity enhancement). Penjaminan mutu berkaitan dengan inisiatif superstruktur organisasi sekolah atau kepala sekolah dan pendekatannya bersifat top down, sementara peningkatan mutu terkaitan dengan pemberdayaan anggota organisasi sekolah untuk dapat berinisiatif dalam meningkatkan mutu pendidikan baik menyangkut peningkatan kompetensi individu, maupun kapabilitas organisasi melalui inisiatif sendiri sehingga pendekatannya bersifat bottom up

(28)

kemudian diikuti dengan quality enhancement, sehingga peningkatan mutu pendidikan di sekolah dapat menjadi gerakan bersama dengan trigger utamanya adalah pengawas melalui pelaksanaan supervisi manajerial dan supervisi akademik, untuk kemudian lebih memberi peran dominan pada kepala sekolah melakukan hal tersebut apabila dua tahapan tersebut telah berjalan melalui implementasi MBS.

H. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah

Ada tiga faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan yaitu : kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekataneducational production function atau input-input analisis yang tidakconsisten; 2) penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik; 3) peran serta masyarakat khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan sangat minim (Husaini Usman, 2002).

(29)

Untuk merealisasikan kebijakan diatas maka sekolah perlu melakukan manajemen peningkatan mutu. Manajemen Peningkatan Mutu (MPM) ini merupakan suatu model yang dikembangkan di dunia pendidikan, seperti yang telah berjalan di Sidney, Australia yang mencakup : a) School Review, b) Quality Assurance, dan c) Quality Control, dipadukan dengan model yang dikembangkan di Pittsburg, Amerika Serikat oleh Donald Adams, dkk. Dan model peningkatan mutu sekolah dasar yang dikembangkan oleh Sukamto, dkk. Dari IKIP Yogyakarta (Hand Out, Pelatihan calon Kepala Sekolah).

Manajemen peningkatan mutu sekolah adalah suatu metode peningkatan mutu yang bertumpu pada sekolah itu sendiri, mengaplikasikan sekumpulan teknik, mendasarkan pada ketersediaan data kuantitatif & kualitatif, dan pemberdayaan semua komponen sekolah untuk secara berkesinambungan meningkatkan kapasitas dan kemampuan organisasi sekolah guna memenuhi kebutuhan peserta didik dan masyarakat. Dalam Peningkatan Mutu yang selanjutnya disingkat MPM, terkandung upaya a) mengendalikan proses yang berlangsung di sekolah baik kurikuler maupun administrasi, b) melibatkan proses diagnose dan proses tindakan untuk menindak lanjuti diagnose, c) memerlukan partisipasi semua fihak : Kepala sekolah, guru, staf administrasi, siswa, orang tua dan pakar.

I. Prinsip-Prinsip Dalam Manajemen Peningkatan Mutu (MPM) Sekolah 1. Kepuasan orang tua akan kemajuan anaknya adalah sasaran utama sekolah 2. Kualitas pendidikan siswa bermula dan berakhir pada orang tua

3. Orang tua diundang ke sekolah tidak hanya karena ada unsur negatif

4. Dukungan finansial dari orang tua sangat penting, tapi dukungan finansial saja tidak cukup

5. Orang tua bersama semua unsur di sekolah dapat menjadi tim yang tangguh dalam peningkatan mutu sekolah

J. Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah

(30)

Penentuan tujuan dan aktivitas yang dilakukan bermula dari kondisi saat ini yang ada dan kondisi yang akan dicapai masa depan sebagai tujuan. Terdapat tiga perencanaan strategis yang berkaitan dengan peningkatan mutu sekolah, yaitu strategi yang menekankan pada hasil (the output oriented strategy), strategi yang menekankan pada proses (the process oriented strategy), dan strategi komprehensif (the comprehensive strategy).

Strategi yang menekankan pada hasil bersifat top down, di mana hasil yang akan dicapai baik kuantitas maupun kualitas telah ditentukan dari atas, bias dari pemeritah pusat, pemerintah daerah propinsi, ataupun pemerintah daerah kabupaten/kota. Kasus di Indonesia saat ini, hasil yang herus dicapai telah dirumuskan dalam Standar Kopetensi Lulusan dan Standar Kompetensi Dasar.untuk mencapai standar yang telah ditetapkan pemerintah juga akan menetapkan berbagai standar yang lain , seperti standar proses, standar pengelolaan, standar fasilitas, dan standar tenaga pendidik.

Strategi yang menekankan pada hasil ini akan sangat efektif karena sasarannya jelas dan umum, sehingga apabila diikuti dengan pedoman, pengendalian dan pengorganisasian yang baik serta kebijakan yang memberikan dorongan sekaligus ancaman bagi yang menyimpang, strategi ini akan akan sangat efesien. Namun, dibalik kebaikan tersebut strategi ini juaga mengandung sisi kelemahan yakni akan terjadi kesenjangan yang semakin besar antara sekolah yang maju dan sekolah yang terbelakang. Sekolah yang sudah siap untuk mencapai hasil yang ditentukan akan dengan mudah mencapainya, sebaliknya sekolah yang tidak siap sulit untuk mencapai hasil yang ditentukan dan akan muncul upaya-upaya yang tidak sehat atau muncul keputus-asaan.

(31)

Layaknya, kalau ada dua pendapat yang bertolak belakang akan muncul pendapat ke tiga yang merupakan perpaduan diantaranya. Demikian pula dalam kaitan dengan strategi, muncul strategi peningkatan mutu sekolah yang ketiga yang merupakan kombinasi dari dua strategi yang sudah ada.Strategi ini disebit strategi yang komprehensif (the comprehensive strategy).

Strategi ini menggariskan bahwa hasil yang akan dicapai sekolah ditentukan secara nasional, yang diwujudkan dalam dalam standar nasional. Untuk mencapainya maka berbagai standar yang berkaitan dengan hasil juga ditentukan sebagai jaminan hasil akan dicapai. Maka lahir lah pula standar proses, standar pengelolaansekolah, standar guru, kepala sekolah dan pengawas, standar keuangan, standar isi kurikulum, serta standar sarana prasarana. Di balik standar yang telah ditentukan dari atas tersebut, sekolah memiliki kekuasaan dan otoritas yang besar untuk mengelola sekolah dalam rangka mencapai standar hasil di atas. Berdasarkan strategi ini diperkiarakan akan muncul berbagai inovasi kegiatan dari sekolah. Bahkan, tidak mustahi akan muncul kenekaragaman dalam pengelolaan sekolah. Dengan demikian kondisi dan kebutuhan lokal terakomodasi dengan strategi komprehensif. Tujuannya bersifat nasional tetapi cara mencapainya sesuai dengan kondisi lokal.

Strategi peningktan mutu sekolah yang ada di Indonesia cenderung pada strategi yang ketiga ini, sebagimana dapat ditunjukkan dengan adanya berbagai standar nasional yang menjadi acuan sekolah, namun sekolah diberi kebebasan dalam bentuk kebijakan manajemen berbasis sekolah dan kurikulum berbasis kompetensi dengan kewenangan sekolah mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Setiap strategi mengandung kegiatan yang harus dilaksanakan untuk mewujudkan tujuan yang telah ditentukan.Kegiatan ini pada intinya adalah menggerakkan semua komponen sekolah yang bermuara pada peningkatan kualitas lulusan. Strategi untuk meningkatkan mutu mencakup membangun kapasitas level birokrat, sekolah dan kelas. 1. Membangun kapasitas level birokrat

(32)

pengembangn nilai-nilai atau budaya kerja yang menjadi jiwa pelaksanaan kegiatan, b) infrastruktur yang mejnadi landasan untuk melaksanakan kerja, dan c) pengembangn tenaga pendidik, khususnya guru, sebagai inti pelaksana kegiatan yang harus dilaksanakan.

Membangun kapasitas level birokrat berarti mengembangkan suasana kerja di kalangan staf dan pegawai kantor pendidikan di segala jenjang, yang menenkankan pada penciptaan kondisi kerja yang didasarkan pada saling percaya mempercayai untuk dapat melayani sekolah sebaik mungkin, agar sekolah dapat mengelola proses belajar mengajar (PBM) dan meningkatkan mutunya masing-masing sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada. Variable yang diperluakan dalam pengembangan kapasitas birokrat kantoran antara lain visi, skills, incentive, sumber daya, dan program.

Di bidang infrastruktur, pembangunan kapasitas pada level birokrat kantoran, keberadaan operation room mutlak diperlukan. Pada operation room aling tidak memiliki peta sekolah dan kualitasnya, peta guru, jumlah, penyebaran, kesesuaian, dan kualifikasi pendidikannya dan data yang senantiasa dimutakhirkan dari tahun ke tahun. Disamping itu diperlukan juga suatu system, mekanisme dan dan prosedur pelatihan, pemilihan , pengangkatan dan pemberhentian kepala sekolah dan pengawas. Berdasarkan data dan fakta yang ada pada operation room bias dikembangkan berbagai scenario peningkatan mutu sekolah, mutu kepala sekolah, mutu guru, di suatu daerah atau wilayah. Di samping itu, dalam pembangunan kapasitas sekolah pada level birokrat kantoran perlu dikaji dan ditentukan scenario bagaimana pemberdayaan guru, pengembangan dan peningkatan kemampuan guru secara berkesinambungan dilaksanakan. Dalam peningkatan mutu guru harus ditekankan pada pemberdayaan dan pendinamisian KKG, MGMP, dan MKKS. Dinamisasi ini ditujukan ubtuk dua hal, yaitu; a0 meningkatkan interaksi akademik antara guru dan kepala sekolah, b) untuk mengembangkan kemampuan di kalangan guru melalui refleksi secara sistematis atas apa yang dilakukan dalam proses belajar mengajar.

(33)

kemampuan melaksanakan PBM secara individual, 2) kemampuan melaksanakan PBM dan mengembangkan kurikulum secara berkelompok, 3) kemampuan mengorganisir, memimpin, menjalin, hubungan, dan memecahkan masalah secara individual dan, 4) kemampuan untuk bekerjasama memajukan sekolah

2. Membangun kapasitas level sekolah

Membangun kapasitas berarti membangun kerjasama, membangun trust, dan membangun kelompok atau masyarakat sehingga memiliki persepsi yang sama kemana akan menuju dan dapat bekerjasama untuk mewujudkan tujuan itu. Membangun kapasitas diarahkan pada sekolah sebgai suatu system dan jug alevel kelas sebagai inti dari sekolah. Secara teoritis dalam membangun kapasaitas sekolah ada beberapa konsep yang diidentifikasi oleh Hopkins & Jackson (2002), yaitu; pertama, dalam membangun kapasitas sekolah individu memegag peranan penting. Individu dalam hal ini bias kepala sekolah, guru ataupun siswa. Kedua, hubungan dan kaitan kerja diantara individu-individu yang dirangkum dalam suatu aturan sehingga mereka dapat bekerja sebagai suatu tim yang solid. Ketiga , terdapat suatu system dan meanisme yang mendorong dan memfasilitasi terjadinya kesatuan kerja dan jaringan kerja internl yang akan meningkatkan kemampuan individu dan kauitas kerjasama. Keempat, keberadaan pemimpin yang mampu mengembangkan nilai-nilai, kultur, trust, keutuhan social, dan kebersamaan yang tulus. Jadi membangun kapaistas mencakup membangun diri idividu, kelompok dan organisasi di satu sisi dan membangun kepemimpinan di sisi lain. Membangun kapasitas level sekolah mencakup; mengembangkan visi dan misi, mengembangkan kepemimpinan dan manajemen sekolah, mengembangkan kultur sekolah, mengembangkan a learning school, dan melibatkan orang tua, alumni dna masyarakat serta memahami tantangan yang dihadapi kepala sekolah.

3. Membangun kapasitas level kelas

(34)

berlangsung secara positif. Interaksi anatar guru dan siswa merupakan inti dari kegiatan di sekolah.

Interaksi m emiliki dua macam sifat, yakni: sifat positif dan negatif. Interaksi yang positif akan melahirkan energy yang positif yang akan mendukung peningkatan mutu. Sebaliknya interaksi begative akan menghasilkan dampak negatif bagi upaya penigkatan mutu. Dengan demikian, kepala sekolah harus melakukan rekayasa agar di kelas muncul interaksi guru dan siswa yang bersifat positif.

Beberapa hal ihwal yang berkaitan erata dengan pembangunan kapaistas level kelas antara lain; a) memahami hakekat proses belajar mengajar, b) memahami karakteristik kerja guru, c) mengembangkan kepemimpinan pembelajaran, d) meningkatkan kemampuan mengelola kelas, e) tantangan guru.

K. Tantangan Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah

Di bawah ini akan diuraikan beberapa tantangan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah secara umum, yaitu:

1. Efektifitas pendidikan di Indonesia yang masih rendah

Efektifitas pendidikan di Indonesia sangat rendah.Setelah praktisi pendidikan melakukan penelitian dan survey ke lapangan, salah satu penyebabnya adalah tidak adanya tujuan pendidikan yang jelas sebelm kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Hal ini menyebabkan peserta didik dan pendidik tidak tahu “goal” apa yang akan dihasilkan sehingga tidak mempunyai gambaran yang jelas dalam proses pendidikan.

2. Efisiensi pengajaran di sekolah yang masih bermasalah

Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan dengan proses yang lebih ‘murah’. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik jika kita memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik pula. Hal-hal itu jugalah yang kurang jika kita lihat pendidikan di Indonesia.Kita kurang mempertimbangkan prosesnya, hanya bagaimana dapat meraih standar hasil yang telah disepakati.

(35)

pendidikan di Indonesia. Yang juga berpengaruh dalam peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik.

Konsep efisiensi selalu dikaitkan dengan efektivitas.Efektivitas merupakan bagian dari konsep efisiensi karena tingkat efektivitas berkaitan erat dengan pencapaian tujuan relative terhadap harganya.Apabila dikaitkan dengan dunia pendidikan, maka suatu program pendidikan yang efisien cenderung ditandai dengan pola penyebaran dan pendayagunaan sumber-sumber pendidikan yang sudah ditata secara efisien. Program pendidikan yang efisien adalah program yang mampu menciptakan keseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan akan sumber-sumber pendidikan sehingga upaya pencapaian tujuan tidak mengalami hambatan.

3. Standardisasi pendidikan di Indonesia

Seperti yang kita lihat sekarang ini, standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya keranjingan terhadap standar dan kompetensi.Kualitas pendidikan diukur oleh standar dan kompetensi di dalam berbagai versi, demikian pula sehingga dibentuk badan-badan baru untuk melaksanakan standardisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP).

Peserta didik terkadang hanya memikirkan bagaimana agar mencapai standar pendidikan saja, bukan bagaimana agar pendidikan yang diambil efektif dan dapat digunakan. Tidak perduli bagaimana cara agar memperoleh hasil atau lebih spesifiknya nilai yang diperoleh, yang terpenting adalah memenuhi nilai di atas standar saja.

Hal seperti di atas sangat disayangkan karena berarti pendidikan seperti kehilangan makna saja karena terlalu menuntun standar kompetensi.Hal itu jelas salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.

4. Perubahan Sikap dan perilaku birokrasi pendidikan dari sikap sebagai birokrat menjadi sikap dan perilaku sebagai pelayan pendidikan yang masih sulit dilaksanakan.

5. Alokasi anggaran yang langsung berkaitan dengan proses belajar mengajar masih terbatas

(36)

7. Penerapan pola manajemen berbasis sekolah bertentnagan kebijakan pendidikan gratis yang disalahgunakan oleh kepentingan politik tetrtentu di daereh, sehingga masyarakat salah memahami prinsip kebijakan pendidikan gratis itu sendiri.

8. Adanya kesenjangan kualitas pendidikan antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan.

L. Faktor Penyebab Rendahnya Mutu Pendidikan di sekolah

Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia pada hakekatnya adalah akumulasi dari penyebab rendahnya mutu pendidikan di sekolah. Banyak hal yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan kita.. Berikut ini akan dipaparkan pula secara khusus beberapa masalah yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia.

1. Rendahnya kualitas sarana fisik

Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap.Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya.Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.

2. Rendahnya kualitas guru

Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan.Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat.

(37)

Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya.Kualitas guru dan pengajar yang rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru.

3. Rendahnya kesejahteraan guru

Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia.Berdasarkan survei FGII (Federasi Guru Independen Indonesia) pada pertengahan tahun 2005, idealnya seorang guru menerima gaji bulanan serbesar Rp 3 juta rupiah. Sekarang, pendapatan rata-rata guru PNS per bulan sebesar Rp 1,5 juta. guru bantu Rp, 460 ribu, dan guru honorer di sekolah swasta rata-rata Rp 10 ribu per jam. Dengan pendapatan seperti itu, terang saja, banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya (Republika, 13 Juli, 2005).

Kesenjangan kesejahteraan guru swasta dan negeri menjadi masalah lain yang muncul. Di lingkungan pendidikan swasta, masalah kesejahteraan masih sulit mencapai taraf ideal. Diberitakan Pikiran Rakyat 9 Januari 2006, sebanyak 70 persen dari 403 PTS di Jawa Barat dan Banten tidak sanggup untuk menyesuaikan kesejahteraan dosen sesuai dengan amanat UU Guru dan Dosen (Pikiran Rakyat 9 Januari 2006).

4. Kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan

(38)

5. Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan

Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur. Data BAPPENAS (1996) yang dikumpulkan sejak tahun 1990 menunjukan angka pengangguran terbuka yang dihadapi oleh lulusan SMU sebesar 25,47%, Diploma/S0 sebesar 27,5% dan PT sebesar 36,6%, sedangkan pada periode yang sama pertumbuhan kesempatan kerja cukup tinggi untuk masing-masing tingkat pendidikan yaitu 13,4%, 14,21%, dan 15,07%. Menurut data Balitbang Depdiknas 1999, setiap tahunnya sekitar 3 juta anak putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan masalah ketenagakerjaan tersendiri.Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang funsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.

6. Mahalnya biaya pendidikan

Pendidikan bermutu itu mahal.Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah.

Untuk masuk TK dan SDN saja saat ini dibutuhkan biaya Rp 500.000, — sampai Rp 1.000.000.Bahkan ada yang memungut di atas Rp 1 juta.Masuk SLTP/SLTA bisa mencapai Rp 1 juta sampai Rp 5 juta.

(39)

BAB III PENUTUP

(40)

Mutu merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan kepuasan pelanggan terhadap sebuah produk.

Mutu mempunyai karakteristik : Kinerja (performa), Kinerja (performa), Daya tahan (durability), Indah (aesthetics), Hubungan manusiawi (personal interfa), Mudah penggunaannya (easy of), Bentuk khusus (feature), Standar tertentu (conformance to specifica), Konsistensi (Consistency), Seragam (uniformity), Mampu melayani (service), dan Ketepatan (Accruracy).

Penyusunan program peningkatan mutu dapat dilakukan dengan mengaplikasikan empat teknik :

a. School Review; b. Benchmarking;

c. Quality Insurance (QI); dan d. Quality Control (QC).

Semua tindakan dalam peningkatan mutu harus didasarkan pada data yang jelas, jangan sistem coba-coba.Pelaksana MPM adalah semua komponen yang ada dalam suatu organisasi, misalnya dalam organisasi sekolah.Prinsip-prinsip dalam manajemen peningkatan mutu sekolah bertumpu pada pandangan dan partisipasi orang tua siswa kepada sekolah.

B. Saran

Dari kesimpulan tersebut penulisan ini perlu penulis menyarankan:

1. Disarankan kepada pihak pemerintah sebagai pembuat kebijakan agar dapat mengubah pola fikir mereka dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, khususnya dalam hal komitmen untuk peningkatan mutu pendidikan itu sendiri.

2. Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah, agar mutu guru yang paling diutamakan. Sehubungan dengan hal ini maka disarankan kepada pemerintah agar senantiasa memberikan fasilits untuk peningkatan mutu guru yang sudah ada dan melakukan seleksi ketat terhadap pengangkatan guru baru.

(41)
(42)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2000. Panduan Manajemen Sekolah, Depdiknas, Dikmenum

Anonim, 2000. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan/Kultur Sekolah, Depdiknas, hand out pelatihan calon kepala sekolah, Direktorat Sekolah lanjutan Pertama, 2000

Depdiknas Pedoman Supervisi Pengajaran. (Jakarta : Ditjendiknas . 2003), h. 122

Hanafiah, M. Jusuf, dkk, 1994. Pengelolaan Mutu Total Pendidikan Tinggi, Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri

Nasution, MN, 2000. Manajemen Mutu Terpadu, Ghalia Indonesia, Jakarta

Prof. Dr. Hadis, Abdul. Prof. Dr & B, Nurhayati. 2010. Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung: AlfaBeta

Prof. Dr. Usman, Husaini. 2012. Manajemen : Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Tim Dosen Administrasi pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 2012. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Usman, Husaini, Peran Baru Administrasi Pendidikan dari Sistem Sentralistik Menuju Sistem Desentralistik, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan, Februari 2001, Jilid 8, Nomor 1.

Tim Dosen Administrasi pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 2012. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Winardi. Manajemen Supervisi. (Bandung: Mandar Maju 1996) h.219

Anan Nur. 2010. Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan. Tersedia Online:

http://anan-nur.blogspot.com/2010/09/manajemen-peningkatan-mutu-pendidikan.html [09 September 2010]

Gaspersz, Vincent. 2000. Penerapan Total Management In Education (TQME) Pada Perguruan Tinggi di Indonesia, Jurnal Pendidikan (online), Jilid 6, No. 3 (http:// www.ut.ac.id diakses 20 Januari 2001).

http://pakguruonline.pendidikan.net

(43)

Wi2n. 2012. Meningkatkan kualitas pendidikan melalui Manajemen Peningkatan Mutu ( MPM) Tersedia online:

Referensi

Dokumen terkait

Buka kembali projectyang menyimpan latihan soal no.1 diatas.Tambahkan Form baru (Form5) ke dalam Project tersebut. dengan cara click Project | Pilih dan click AddForm

pengembangan studi ataupun penelitian mengenai keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan di waktu yang

Keterdapatan material vulkanik pada bagian bawah Formasi Sentolo ini mengantarkan pada dugaan adanya aktivitas vulkanik yang menyuplai material vulkanik ke dalam

4.2 Pengetahuan Dokter Gigi Tentang Pencegahan Penyakit Menular Di Praktek Dokter Gigi Berdasarkan Usia dan Lama Praktek.. Berdasarkan usia, hasil penelitian menunjukkan dokter

Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Bandar Lampung baik yang berasal dari lembaga yakni UIN Raden Intan Lampung dan Dewan Dakwah Islam... Indonesia serta

Berdasarkan uraian di atas penulis akan melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Resiko, Kualitas Manajemen, dan Likuiditas Bank Terhadap Capital Adequacy Ratio Bank-Bank

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan panduan bagi guru dalam menjabarkan kompetensi dasar menjadi indicator pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan