• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

B. Penelitian Yang Relevan

Sepanjang pencarian penulis, belum ditemukan penelitian yang relevan dengan yang penulis teliti di perpustakaan IAIN Batusangkar.

43 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Metode Penelitian

Dalam melakukan sebuah karya ilmiah penulis mengemukakan pengumpulan data dengan jenis yang digunakan adalah berbentuk kajian kepustakaan (library research) yakni penelitian yang bersumber datanya dikumpulkan dari bahan-bahan kepustakaan, baik berupa buku dll. Dengan demikian melalui studi ini diharapkan penulis dapat memberikan gambaran mengenai masalah penyakit hati dalam perspektif al-qur‟an dan program penanggulangannya melalui pelayanan konseling.

Metode penelitian yang digunakan dalam pembahasan ini adalah metode Tafsir Maudhu‟i. Tafsir Maudhu‟i adalah pola penafsiran dengan cara menghimpun ayat-ayat al-Qur‟an yang mempunyai tujuan yang sama dengan arti sama-sama membicarakan satu topik dan menyusun berdasarkan masa turun ayat serta memperhatikan latar belakang sebab-sebab turunnya, kemudian diberi penjelasan, uraian, komentar dan pokok-pokok kandungan hukumannya. (Sja‟roni, 2014: 03)

B. Sumber Data

Yang dimaksud sumber data adalah subjek dimana data itu diperoleh, menurut Ibnu (dalam Fadli, 2015: 4) sumber data terbagi menjadi 2 jenis yaitu:

1. Sumber Data Primer, Yaitu terkait dengan ayat-ayat Al-Qur‟an. dan sumbernya adalah Al-Qur‟an itu sendiri.

2. Sumber data sekunder, Yang mana terkait dengan buku-buku yang berhubungan dengan ayat Al-Qur‟an dan masalah penyakit hati atau permasalahan yang berkaitan dengan judul penulis, seperti kitab-kitab tafsir dan buku-buku pendidikan lainnya.

C. Langkah-Langkah Pengumpulan Data

Mengenai langkah-langkah yang harus ditempuh oleh mufassir dalam menggunakan pendekatan tafsir tematik dapat dirinci sebagai berikut :

1. Menetapkan masalah yang akan dibahas (topik)

2. Melacak dan menghimpun ayat-ayat al-Qur‟an yang berkaitan dengan masalah yang dibahas tersebut.

3. Menyusun runtutan ayat-ayat sesuai dengan masa turunnya, disertai pengetahuan tentang latar belakang urun ayat atau asbab al-Nuzulnya (bila ada).

4. Memahami korelasi munasabah ayat-ayat tersebut dalam suratnya masing-masing.

5. Menyusun pembahasan dalam krangka yang sempurna, sistematis dan utuh (outline)

6. Melengkapi penjelasan ayat dengan hadis, riwayat sahabat dan lain-lain yang relevan bila dipandang perlu sehingga pembahasan menjadi semakin sempurna dan smakin jelas.

7. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan menghimpun ayat-ayatnya yang mempunyai pengertian yang sama, atau mengkompromikan antara yang „am (umum) dan yang khas (khusus), mutlaq d an muqayyad (dibatasi), atau yang pada lahirnya bertentangan, sehingga kesemuanya bertemu dalam satu muara, tanpa perbedaan atau pemaksaan. (Sja‟roni, 2014: 06)

D. Teknik Pengumpulan Data

Moleong (dalam Herdiansyah, 2010: 143), sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat –surat,artefak, foto, dan sebagainya. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan

harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-lain.

E. Alat Pengumpulan Data

Berdasarkan teknik pengumpulan data dapat ditentukan “alat pengumpulan data yaitu buku, jurnal ilmiah dan hasil penelitian lainnya”.

Dengan buku, peneliti dapat kelebihan dari masalah yang dibahas yaitu penyakit hati. (Maimun, 2005: 41).

F. Teknik Analisis Data

“Menurut Sugiono (2016:244) analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil dokumentasi dll. Selanjutnya data tersebut dianalisis atau ditafsirkan menggunakan analisis isi (content analysis)”.

Analisis isi adalah teknik yang digunakan untuk menganalisis dan memahami teks. Dan juga membahas secara mendalam isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Jadi yang penulis maksud disini ialah memahami Masalah Penyakit Hati Dalam Perspektif Al-qur‟an Dan Program Penanggulangannya Melalui Pelayanan Konseling.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. TEMUAN PENELITIAN 1. Pengertian Penyakit Hati

Hati berasal dari bahasa Arab yaitu qal-bun yang bermaksud jantung. Hati menurut Kamus Dewan adalah organ dalam badan yang berwarna kemerah-merahan di dalam perut di bahagian sebelah kanan yang berfungsi mengeluarkan empedu, mengawal kandungan gula dalam darah, menyembuhkan kesan keracunan nitrogen, menghasilkan urea dan menyimpan glikogen. Hati menurut Kamus Dewan juga adalah jantung (Kamus Dewan 2010). Begitu juga di dalam Macmillan English Dictionary, hati bermaksud jantung iaitu organ yang berada di dalam badan yang mengepam darah yang terletak di kawasan dada (Hoey 2006). (Stapa, 2016: 02).

Menurut al-Ghazali dalam karyanya agung yaitu Ihya‟

Ulumuddin, dibagi kepada dua definisi. Pertama, definisi hati sebagai hati fizikal yaitu daging yang berbentuk seperti buah shanaubar (bentuk bundar memanjang) yang terletak di bahagian kiri dada yang mana di dalamnya terdapat rongga-rongga yang menyalurkan darah hitam dan berperanan sebagai sumber nyawa manusia. Definsi hati yang pertama ini wujud pada hewan dan juga pada manusia yang telah mati (al-Ghazali 1998). (Stapa, 2016: 03).

Penyakit hati ialah rasa sakit yang menimpa hati, seperti rasa sakit ketika musuh menguasai anda. Sesungguhnya yang demikian mendatangkan rasa panas atau penyakit hati. Penyakit hati juga dikarenakan terjadinya kerusakan, terutama pada persepsi dan keinginan. Orang yang hatinya sakit akan tergambar kepadanya hal-hal berbau syubhat. Akibatnya, ia tidak dapat melihat kebenaran. Disisi lain keinginannya membenci kebenaran yang bermanfaat dan menyukai kebathilan yang berbahaya. (Mubaraq, 2008: 35)

46

Penyakit hati menurut Ibnu Taimiyah adalah suatu bentuk kerusakan yang menimpa hati, yang berakibat dengan tidak mampunya hati untuk melihat kebenaran. Akibatnya, orang yang terjangkit penyakit hati akan membenci kebenaran yang bermanfaat dan menyukai kebatilan yang membawa kepada kemudharatan. Oleh karena itu, kata maradh (sakit) kadang kadang diintepretasikan dengan syakh atau raib (keraguan). Hal ini seperti penafsiran Mujahid dan Qotadah tentang ayat Al-Baqarah ayat 2 : “Dalam hati mereka ada penyakit”. Penyakit dalam ayat ini dipahami sebagai keraguan. Penyakit hati menurut Ibnu Taimiyah adalah penyakit yang ada di dalam hati, seperti kemarahan, keraguan dan kebodohan dan kezaliman. Orang yang ragu dan bimbang tentang sesuatu akan merasakan sakit hatinya sampai dia mendapatkan kejelasan dan keyakinan. (Rochman, 2009: 04).

2. Ayat-Ayat Tentang Penyakit Hati

Banyak ayat Al-Qur‟an yang berbicara tentang masalah penyakit hati tersebut, setelah penulis telusuri, penulis menemukan 48 surat dan 126 ayat yang berbicara masalah penyakit hati ini.

Diantaranya yaitu: Q.S Isra‟ ayat 37, 62, 82, 83, 100, Q.S Al-Baqarah ayat 10, 206, 34, 109, 90, 45, 46, 286, 264, Q.S Al-„Araf ayat 166, 13, 12, 146, Q.S Ibrahim ayat 7 dan 21, Q.S An-Nahl ayat 22,23, 142, Q.S Luqman ayat 18, Q.S Maryam ayat 14, 32, Q.S Az-Zumar ayat 72, 60, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 65, Q.S Shad ayat 73, 74, 26, Q.S Al-Mukmin ayat 35, Q.S Al-Qashash ayat 83, Q.S An-Nisa‟ ayat 54, 32, 128, 142, 38, Q.S Al-Falaq ayat 1-5, Q.S Ali-Imran 120, 135, 29, 159, Q.S Al-Ahzab ayat 58, 10, 50, Q.S Al-Muthaffifin ayat 26, Q.S Al-Hadid ayat 21, Q.S Al-Hadid ayat 21, Q.S Al-Fajr ayat 19, 20, Q.S At-Thaghobun ayat 15, 16, Q.S Ma‟arij ayat 18, 21, Q.S Al-Mudatsir ayat 15, 31, Q.S Al-„Adiyat ayat 8, Q.S At-Takatsur ayat 1-8, Q.S Fusshilat ayat 49, Q.S Al-Qiyamah ayat 5, Q.S Muhammad ayat 22, 23, Q.S Haqqah ayat 25-29, Q.S Faathir ayat 5, Q.S Al-Munafiqun ayat 9, Q.S Al-„Ankabut ayat 60, Q.S Al-Humazah ayat 1-9,

Q.S Al-Hasyr ayat 2 dan 7, Q.S Al-Hajj ayat 15, Q.S Al-Anbiya‟ ayat 87, Q.S Al-Hujurat ayat 6 dan 12, Q.S Yunus ayat 36, 57, Q.S Al-Fath ayat 12, Q.S An-Nur ayat 12, Q.S Al-An‟am ayat 119, Q.S At-Taubah ayat 8, 14, 15, Q.S Yusuf ayat 7, 8, 57, 87, Q.S Al-Ma‟un ayat 4-7, Q.S Al-Kahfi ayat 110, Q.S Al-Furqan ayat 23, Q.S Al-Anfal ayat 47, Q.S Al-Bayyinah ayat 5 dan Q.S Al-Hajj ayat 57.

Dari sekian banyak ayat tersebut, maka yang akan penulis bahas sebagian dari ayat tersebut. karena dalam masalah penyakit hati disini, penulis hanya mengambil lima jenis penyakit hati yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya ialah sombong, dengki, tamak, buruk sangka dan riya‟.

Ayat Al-Qur‟an yang terkait dengan masalah penyakit hati yang penulis teliti ialah: Sifat Sombong terdiri dari 11 surat dan 20 ayat, Sifat Dengki ditemukan sebanyak 10 surat dan 18 ayat, Sifat Tamak 18 surat dan 42 ayat, Sifat Buruk Sangka 13 surat dan 18 ayat dan Sifat Riya‟ ditemukan sebanyak 12 surat dan 18 ayat.

Dari sekian banyak surat dan ayat yang penulis sebutkan, penulis mengambil beberapa surat dan ayat dalam setiap sifat yang telah penulis kemukakan. Diantaranya ialah sifat

a. sombong

1. Q.S Al-Qashash ayat 83 2. Q.S Al-Isra‟ ayat 37 3. Q.S As-Sajadah ayat 15 b. Dengki

1. Q.S An-Nisa‟ ayat 54 2. Q.S Al-Baqarah ayat 109 c. tamak

1. Q.S An-Nisa‟ ayat 32 2. Al-Fajr ayat 19 d. buruk sangka

1. Q.S Al-Hajj ayat 15

2. Q.S Al-Anbiya‟ ayat 87

1) Q.S Al-Qashash ayat 83 a. Lafadz Ayat

83. negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.

c. Asbab al nuzul ayat

Setelah penulis telusuri dalam tafsir Al-Qur‟an perkata dilengkapi dengan asbab al nuzul, namun penulis tidak menemukannya.

d. Penjelasan ayat

Pada ayat ini Allah SWT menegaskan bahwa: itu, yakni negeri akhirat yang demikian besar kenikmatannya, kami jadikan untuk orang-orang yang tidak menghendaki keangkuhan terhadap hamba-hamba Allah SWT di bumi ini dan tidak juga kerusakan dengan melakukan apa yang dilarang Allah SWT. kesudahan yang baik bagi orang-orang yang bertakwa. (Shihab, 2012: 83)

Ayat diatas menegaskan bahwa: Iitu, negeri akhirat yang engkau telah dengar betapa besar kenikmatannya, kami

jadikan, yakni hadirkan, untuk orang-orang yang tidak menghendaki keangkuhan terhadap hamba-hamba Allah di bumi ini dan tidak adalah bagi orang-orang bertakwa.

(Shihab, 2002: 675)

Itulah negeri akhirat Allah jadikan sebagai kenikmatan bagi orang yang rendah diri kepada-Nya serta patuh kepada kekuasaan-Nya, tidak berlaku sombong terhadap sang maha pencipta atau kepada sesama makhluk, tidak membuat kerusakan di muka bumi dengan kezhaliman dan maksiat. Akhir yang baik hanya bagi orang yang bertakwa kepada Allah, mengamalkan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. (Muyassar, 2007: 307) 2) Q.S Al-Isra’ ayat 37

a. Lafadz Ayat





























b. Terjemahan

37. dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.

c. Asbab al nuzul ayat

Setelah penulis telusuri dalam tafsir Al-Qur‟an perkata dilengkapi dengan asbab al nuzul, namun penulis tidak menemukannya.

d. Penjelasan ayat

Ayat diatas menjelaskan pesan kepada setiap orang agar jangan angkuh. Manusia tidak memiliki potensi apapun yang dapat menjadikannya angkuh. Karena itu ayat ini

mengingatkan bahwa: “Meskipun engkau berusaha sekuat tenaga untuk menyombongkan diri sebesar apapun, kakimu sekali-kali tidak dapat menembus bumi walau sekeras apapun entakannya dan kepalamu betapapun tingginya, sekali-kali tidak akan sampai setinggi gunung”. (Shihab, 2012: 233)

Janganlah kamu dimuka bumi dengan sombong dan merasa paling besar, karena sungguh meskipun kamu melakukan kesombongan itu, sekeras-kerasnya hentakan kakimu tetap tidak akan bisa menembus bumi. Demikian pula, kendatipun kamu tinggikan dirimu tanda kesombongan, ketinggianmu itu tetap tidak akan sampai menyejajari tingginya puncak gunung. (Shihab, 2002: 203)

3) Q.S As-Sajdah ayat 15 ayat ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong.

c. Asbab al nuzul ayat

Setelah penulis telusuri dalam tafsir Al-Qur‟an perkata dilengkapi dengan asbab al nuzul, namun penulis tidak menemukannya.

d. Penjelasan ayat

Ayat diatas menjelaskan bahwa orang yang mempercayai ayat-ayat Allah dan mengikutinya adalah mereka yang ketika diberi peringatan dengan ayat-ayat tersebut, diberi nasihat atau dibacakan kepada mereka lantas

mereka bersujud kepada Tuhannya dalam keadaan hina, takut, dan rendah. Mereka bertasbih dengan memuji Allah, tidak sombong untuk sujud kepada Allah dan beribadah kepadanya serta merendah di hadapan Allah yang Maha Esa.

(Muyassar, 2007: 391)

Ayat ini menyatakan bahwa yang beriman terhadap ayat-ayat Allah SWT hanyalah orang-orang yang apabila diperingatkan oleh siapa dan kapanpun dengan ayat-ayat Allah SWT itu, iman mereka bertambah sehingga mereka bersegera menyungkur dalam keadaan sujud dan bertasbih serta memuji Tuhan, sedang mereka tidak menyombongkan diri, yakni sebagaimana halnya orang-orang kafir itu. ( Shihab, 2012: 195)

Ayat diatas menggambarkan dua sifat kaum mukminin yang menonjol. Pertama, pengetahuan dan pertambahan iman mereka setiap mendengar ayat-ayat Allah, kedua kerendahan hati mereka yang dicerminkan oleh tashbih dan tahmid serta dilukiskan dengan kalimat “sedang mereka tidak menyombongkan diri”. ( Shihab, 2002: 383)

Analisis dari 3 ayat di atas yaitu:

Ayat ini menjelaskan bahwa akhirat yang baik itu akan dihuni oleh orang-orang yang mempunyai kepribadian baik pula, seperti rendah diri, patuh kepada perintah Allah SWT dll bukan untuk orang-orang yang sombong dan angkuh. Orang sombong itu memandang dirinya lebih sempurna dibandingkan siapapun. Dia memandang orang lain hina, rendah dan lain sebagainya. Jadi yang akan mendapatkan balasan yang baik, yaitu orang-orang yang berperilaku baik juga selama hidup didunia.

Allah SWT melarang hambanya berjalan dengan sikap congkak dan sombong di muka bumi. Sebab kedua sikap ini adalah termasuk memuji diri sendiri yang tidak disukai oleh Allah dan orang lain.Dari mulai berjalan, orang sombong pasti terlihat berbeda, dengan dagu yang diangkat dan mata yang hanya melihat ke depan saja tanpa memperdulikan sekitarnya. Besikap tawadhulah, jangan takabur/sombong, karena kamu hanya makhluk yang lemah, terkurung anatra batu dan tanah, oleh karena itu, janganlah kamu bersikap seperti makhluk yang kuat dan serba bisa.

Ayat ini merupakan teguran keras, ejekan dan cegahan bagi orang yang bersikap sombong.

Allah SWT menjelaskan ciri-ciri orang mukmin yaitu apabila mereka diperingatkan dengan Ayat-ayat Allah mereka segera menyungkur dan bersujud dan bertasbih memuji rabbnya, dan mereka tidak menyombongkan diri.

Dan ayat ini juga menggambarkan dua sifat orang mukmin yang menonjol pertama, pengetahuan dan pertambahan iman mereka setiap mendengar ayat-ayat Allah, dan kedua kerendahan hati mereka yang dicerminkan dengan tasbih dan tahmid serta dilukiskan dengan kalimat “sedang mereka tidak menyombongkan diri.

b. Terjemahan

54. ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya?

Sesungguhnya Kami telah memberikan kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar.

c. Asbab al nuzul ayat

Ahmad dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas berkata, “Ketika Ka‟b ibnul Asyraf datang ke Mekah, orang-orang Quraiys berkata, „Tidakkah kalian melihat orang yang bertahan terpisah dari kaumnya itu. Dia kira dia lebih baik dari kita, padahal kita adalah orang-orang yang selalu menunaikan haji, para pengabdi dan pemberi minum orang-orang yang melaksanakan haji.‟

Ka‟b ibnul Asyraf menjawab, ”Ya, kalian lebih baik darinya. (Jalaluddin, 2013).

d. Penjelasan ayat

Mereka dengki kepada Nabi Muhammad, karena Allah telah memberikan kenabian, kitab dan hikmah kepada dia. Mereka dengki, karena nabi itu ternyata bukan dari golongannya, yang dianggap sebagai orang pilihan, sedangkan orang dari bangsa lain lebih rendah derajatnya.

(Hasbi, 2011: 545)

Ayat diatas menjelaskan bahwa mereka sebenarnya iri hati atas anugerah Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW padahal Allah juga telah menganugerahkan kitab suci dan hikmah kepada Nabi Ibrahmi AS dan keturunannya, termasuk leluhur mereka dan Allah juga telah menganugerahi mereka itu kekuasaan yang besar. (Shihab, 2012: 189)

2) Q.S Al-Baqarah ayat 109

109. sebahagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma'afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

c. Asbab al nuzul ayat

Huyay bin akhtab dan abu yazid bin akhtab adalah orang yahudi yang sangat memusuhi dan dengki kepada orang arab dibandingkan dengan orag yahudi lainnya.

Mereka dengan sekemampuan dan sekuat tenaga berusaha mengembalikan orang-orang dari keislaman mereka, lalu Allah menurunkan ayat ini. Diriwayatkan oleh ibnu abi hatim dari sa‟id atau ikrimah yang bersumber dari ibnu „abbas.

d. Penjelasan ayat

Kebanyakan orang yahudi dan nasrani ingin sekali bisa menarik kamu dari i‟tikad tauhid (mengesakan Tuhan) dan dari beriman kepada Nabi Muhammad. Mereka mengharap sekali bisa mengembalikan kamu menjadi orang kafir seperti sediakala, karena sikap mereka yang sangat dengki.

Penjelasan ini memberikan pengertian bahwa nasihat-nasihat yang mereka kemukakan kepada umat islam sebenarnya ditimbulkan oleh kebencian, kekeruhan jiwa, dan kebusukan niat, bukan karena ingin membela dan memelihara kebenaran. Mereka berbuat demikian semata-mata karena dengki. Oleh karena itu, Tuhan melanjutkan firman-Nya.

Sudah jelas sekali dalil-dalil menunjukkan bahwa Muhammad berada dalam kebenaran dengan perantaraan ayat-ayat yang dibawanya sesuai dengan apa yang menggembirakan mengenai Nabi Muhammad pada akhir masa sebagaimana yang terdapat dalam kitab-kitab mereka.

Bergaullah dengan mereka secara baik. Maafkanlah mereka yang bersalah, jangan memalingkan muka dari mereka, sampai Allah mendatangkan pertolongan-Nya kepadamu. Sampai Allah menetapkan ketetapan-Nya bisa juga diartikan sampai Allah memusnahkan mereka. Hal ini telah terbukti terbunuhnya Bani Quraidhah dan pengusiran Bani Nadhir dari Madinah, ketika mereka melanggar perjanjian dengan cara memberi pertolongan kepada musuh Nabi Muhammad. Sebelumnya Nabi sudah berkali-kali memaafkan mereka, tidak membalas keburukan dengan keburukan.

Perintah Allah kepada kaum mukminin supaya memberi maaf dan tidak memalingkan muka dari ajaran agama mengandung pengertian bahwa kaum mukminin dipandang sebagai orang-orang yang berkuasa dan mempunyai kekuatan, walaupun jumlah mereka sedikit.

Allah maha berkuasa, memberimu kekuatan yang tidak bisa diungguli oleh segala kekuatan yang lain.

Kemudian kamu bisa mengalahkan orang yang

menantangmu, yang terpedaya dengan banyaknya jumlah pengikut dan merasa punya kekuatan. (Hasbi, 2011: 117).

Ayat diatas menyatakan: banyak diantara laki-laki al-kitab, bukan semuanya dan bukan juga kebanyakan, sebagaimana diterjemahkan oleh sementara penerjemah. Jika ada 10 lembar kertas, 3 diantaranya berwarna merah dan selebihnya putih, yang 3 itu dapat anda katakan banyak, bukan kebanyakan. Anda keliru ketika itu menyatakan kebanyakan. Jika yang berwarna merah itu bukan hanya tiga tetapi tujuh, anda boleh berkata kebanyakan. Bahkan tidak salah bila anda berkata banyak karena semua yang lebih dari dua adalah banyak. (Shihab, 2002: 351)

Ayat ini mengingatkan bahwa diantara ahl al-kitab yang menghendaki agar kaum muslim murtad dari agama islam. Ini karena musuh-musuh islam itu iri hati terhadap mereka. Selanjutnya ayat ini memerintahkan agar berlapang dada, memaafkan, serta bersabar dan tabah sampai datangnya ketetapan Allah SWT. (Shihab, 2012: 33)

Analisis dari 2 ayat di atas adalah:

Ayat ini Allah SWT menceritakan tentang kaum non muslim yang dengki kepada Nabi Muhammad, karena Allah telah memberikan kenabian, kitab dan hikmah kepada Nabi Muhammad,mereka dengki karena Nabi Muhammad bukan dari golongan mereka,dan mereka sebenarnya iri hati atas anugerah yang di berikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, padahal Allah juga telah menganugerahkan kitab suci dan hikmah kepada Nabi Ibrahmi AS dan keturunannya,termasuk leluhur mereka dan Allah telah menganugerahi mereka denga kekuassan yang besar.

Allah SWT menceritakan banyak diantara laki-laki al-kitab, bukan semuanya dan bukan juga kebanyakan, seperti yang diterjemahkan oleh sementara penerjemah. Jika ada 10 lembar kertas, 3 diantaranya berwarna merah dan selebihnya bewarna putih, yang 3 itu dapat anda katakan banyak, bukan kebanyakan. Anda keliru ketika itu menyatakan kebanyakan.

Jika yang berwarna merah itu bukan hanya tiga tetapi tujuh, anda boleh berkata kebanyakan. Bahkan tidak salah bila anda berkata banyak karena semua yang lebih dari dua adalah banyak, dan Ayat ini mengingatkan bahwa diantara ahl al-kitab yang menghendaki agar kaum muslim murtad dari agama islam. Ini karena musuh-musuh islam itu iri hati terhadap mereka. Selanjutnya ayat ini memerintahkan agar berlapang dada, memaafkan,bersabar dan tabah sampai datangnya ketetapan Allah SWT.

c) Sifat Tamak dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari

karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

g. Asbab al nuzul ayat

Semuanya berkisar orang laki-laki yang mengharapkan memperoleh pahala yang berlipat ganda melebihi apa yang diperoleh perempuan, sebagaimana dalam aturan pembagian harta warisan. Sebaliknya, para perempuan meminta supaya ditugaskan berjihad (berperang) seperti yang diriwayatkan ikrimah.

Mereka mengatakan, “kami ingin sekali Allah menugaskan kami berperang, agar bisa memperoleh pahala seperti yang diperoleh para laki-laki yang berjihad.”

Berkaitan dengan ini, maka turunlah ayat ini. (Hasbi, 2011:

524)

h. Penjelasan ayat

Ayat-ayat yang lalu melarang melakukan kegiatan

Ayat-ayat yang lalu melarang melakukan kegiatan

Dokumen terkait