BAB II KAJIAN TEORI
1. Penyakit Hati
2. Penulis membahas beberapa penyakit hati yaitu tentang sifat sombong, dengki, tamak, buruk sangka dan riya‟.
3. Ayat yang penulis temukan tentang masalah penyakit hati ada 48 surat dan 126 ayat.
4. Penyakit hati dapat ditanggulangi dengan layanan konseling melalui program BK komprehensif.
5. Program penanggulangannya yaitu: layanan dasar, Layanan responsif, Perencanaan individual,dan dukungan sistem.
Kata kunci: Masalah Penyakit Hati Dalam Perspektif Al-qur‟an, dan program penanggulangannya dan Pelayanan Konseling
iii DAFTAR ISI
COVER
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Batasan Masalah... 7
D. Pertanyaan Penelitian Dan Pemecahan Masalah... 7
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 7
G. Definisi Operasional... 8
BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori ... 9
1. Penyakit Hati ... 9
a. Pengertian Hati ... 9
b. Pengertian Penyakit Hati ... 11
c. Gejala Penyakit Hati ... 12
d. Macam-Macam Penyakit Hati... 14
e. Faktor Yang Menyebabkan Penyakit Hati ... 24
2. Ayat-Ayat Al-Qur‟an Tentang Masalah Penyakit Hati ... 28
3. Pelayanan Konseling ... 35
a. Pengertian Konseling/BK... 35
b. Komponen Pelayanan BK ... 36
c. Jenis-Jenis Layanan Konseling/BK ... 40
d. Tujuan Pelayanan Konseling/BK ... 41
B. Penelitian Yang Relevan ... 42
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian ... 43
iv
B. Sumber Data ... 43
C. Langkah-Langkah Pengumpulan Data ... 44
D. Teknik Pengumpulan Data ... 44
E. Alat Pengumpulan Data ... 45
F. Teknik Analisis Data ... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Temuan Penelitian ... 46
B. Pembahasan ... 81
C. Progam ... 91
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 92
B. Saran ... 93 DAFTAR PUSTAKA
v
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial yang kesehariannya selalu berinteraksi dengan makhluk lainnya. Baik itu sesama manusia atau lingkungan sekitarnya. Dari sifat sosial inilah yang membawa pengaruh terhadap berbagai aspek dari kehidupannya, disadari ataupun tidak disadari.Manusia mempunyai akal pikiran, hati, jantung, jiwa dan nafsu.
Yang mana hal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Akal digunakan untuk berfikir, hati untuk melahirkan sifat ataupun perangai yang ada pada dirinya dan lain-lain.
Setiap manusia mempunyai hati, yang mana harus tetap dijaga agar tidak terserang penyakit. Apabila hati sudah terserang penyakit, maka jiwa seseorang akan merasa tidak nyaman karena hati merupakan sumber utama bagi manusia untuk bertindak. Hati yang sudah terserang penyakit akan membuat seseorang semakin jauh dari Allah SWT.
Hati nurani adalah salah satu aspek terdalam dalam jiwa manusia yang senantiasa menilai benar salahnya perasaan, niat, angan-angan, pemikiran, hasrat, sikap dan tindakan seseorang, terutama dirinya sendiri.
Sekalipun hati nurani ini cenderung menunjukkan hal yang benar dan hal yang salah, tetapi tidak jarang mengalami keragu-raguan dan sengketa batin sehingga seakan-akan sulit menentukan yang benar dan yang salah.
Tempat untuk memahami dan mengendalikan diri itu ada di hati. Hatilah yang menunjukkan watak dan diri individu sebenarnya. Hati atau “kalbu”-lah yang membuat manusia mampu berprestasi, bila hati bening dan jernih, insya Allah, keseluruhan diri manusia akan menampakkan kebersihan, kebeningan, dan kejernihan. Maka dari sini tampak lah mana yang hatinya sedang ada penyakit atau yang tidak.
Penyakit hati adalah perasaan tidak enak yang muncul di dalam diri manusia sehingga menyebabkan hatinya menjadi terasa tidak tenang,
gelisah, dan waswas. Perasaan tidak enak itu mirip seperti sebuah virus yang menyerang komputer, ia muncul karena adanya sesuatu yang tidak beres di dalam hati dan pikiran manusia, tidak peduli laki-perempuan, tua-muda, besar-kecil, maupun kaya-miskin. (Barozi, 2008: 19)
Menurut Barozi dalam bukunya dikatakan bahwa, orang-orang yang hatinya sedang sakit itu biasanya sering mengalami kesulitan untuk mengendalikan emosinya. Sebab, emosi orang yang sedang sakit itu sangat tidak stabil. Karena itu ia gampang sekali goyah. Hal itu terjadi karena orang yang hatinya sedang sakit itu sering mengalami kesulitan dalam melihat hakikat dan suatu persoalan atau situasi yang sedang terjadi di hadapannya. Akibatnya, ia gampang sekali terpancing emosi, dan terkadang larut dalam situasi yang sedang terjadi. (Barozi, 2008: 21)
Jadi, penyakit hati adalah suatu penyakit yang menimbulkan perasaan tidak enak dalam jiwa seseorang yang disebabkan oleh virus (bisikan setan dan hawa nafsu) sehingga menyebabkan hati menjadi keras bahkan mati. Orang yang terkena penyakit hati ini biasanya tidak bisa dinasehati dan menganggap semua perbuatannya paling benar.
Penyakit hati lebih berbahaya dari penyakit fisik. Jika penyakit fisik bisa diobati secara langsung dengan obat-obatan, sedangkan kalau penyakit hati bisa juga diobati tetapi yang namanya berhubungan dengan hati pasti sulit untuk baiknya. Karena sudah fitrah manusia juga mempunyai hati yang bersih atau tidak. Hal ini bisa diobati dengan iman seseorang, mulai perbaiki dengan mengerjakan hal-hal yang diperintahkan Allah SWT dan menjauhi segala laranganNya.
Penyakit hati banyak dibicarakan dalam Al-Qur‟an, Hadist dan lainnya, salah satunya dalam firman Allah dalam Qur‟an Surah At-Taubah ayat 125:
Artinya:
“dan Adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, Maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam Keadaan kafir”.
Ayat ini menjelaskan bahwa penyakit hati lebih berbahaya dari penyakit fisik. Karena hanya bisa diobati dengan taubat seseorang. Anak yang dilahirkan dari orangtua yang baik maka ia berpotensi untuk menumbuhkan sifat-sifat baik dalam dirinya. Namun apabila anak tersebut hidup dalam lingkungan yang rusak, dan berakhlak rendah maka anak tersebut bisa menjadi orang yang suka merusak dan jahat. Sebaliknya anak yang dilahirkan dari orang tua yang jahat berpotensi menumbuhkan sifat-sifat tercela dalam perilakunya.
Seandainya hidup dalam lingkungan yang penuh dengan kebaikan dan diserahkan kepada pendidik yang baik, ada kemungkinan sifat-sifat buruk mereka akan tertutupi dan tumbuh menjadi orang yang memiliki keutamaan dan keimanan. Seorang anak pada usia dini mempunyai daya tangkap yang kuat dalam menerima pendidikan. Dia memiliki kecenderungan untuk ingin tahu atau mengamati segala sesuatu yang ada disekelilingnya. Pada masa itu, dia memiliki kebebasan yang cukup besar dan tidak atau belum menerima ajaran atau berbagai pengalaman pahit lainnya.
Oleh karena itu, setiap anak senantiasa akan mendengar, melihat, menikmati atau merasakan berbagai hal yang cukup dan hal-hal yang baru selama ia mampu mempersiapkan dirinya untuk melaksakan semua itu.
Mayoritas anak-anak apabila mendapat stimulant maka mereka akan menciptakan maupun menikmati keindahan, mencintai, seseorang dan mempercayai seluruh pengetahuan tersebut dengan senang hati. Semua itu merupakan kesempatan yang baik untuk membiasakan mereka berpikir ilmiah dan cermat. Anak-anak adalah harapan masa depan dan penerus kelangsungan serta kelanjutan hidup.
Tugas orang tua adalah mendidik dan mengarahkan anak-anaknya sesuai dengan talenta yang dimiliki. Karena pada anak usia dini penuh dengan rasa ingin tahu yang besar, mereka berhasrat untuk menjadi seorang individu yang memiliki kemampuan memadai sesuai dengan taraf kedewasaannya. Bila sejak usia dini, seorang anak memperoleh kesempatan baik, maka kemudian hari ia akan menjadi orang yang kreatif.
Tidak dalam pendapat para ulama saja, dalam Al-Qur‟anpun dikatakan bahwa psikologi anak dapat terbentuk dengan baik, jika ia mendapatkan pendidikan yang baik.
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur‟an Surah Al-Baqarah Ayat 30:
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"
Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Dari ayat di atas jelas diketahui, bahwa manusia diciptakan bukan untuk menumpahkan darah di muka bumi ini melainkan untuk menjadi seorang khalifah, yang menjaga apa yang telah diciptakan Allah SWT.
dalam hal ini anak dan orangtua ataupun keluarga, diwajibkan untuk menjadi seorang khalifah, karena pendidikan utama yang didapatkan oleh seorang anak ialah dari keluarganya.
Keluarga merupakan batu pertama bagi pembinaan setiap masyarakat. Ia adalah langkah pertama untuk membina seseorang. Karena itulah, manhaj pendidikan moral dalam Islam harus dimulai sejak dini sekali. Pada dasarnya, ia merupakan asas yang dipertimbangkan bagi pembinaan keluarga yang kokoh dan harmonis. Sesungguhnya pendidikan moral inilah yang menjamin terwujudnya keluarga Islam yang kuat, yang penuh warna rasa cinta dan menjamin terbentuknya seorang manusia yang sehat tubuh akal dan jiwanya. (Jamaluddin, 91)
Tidak hanya itu saja, penyakit hati juga merupakan masalah psikologi seseorang. penyakit hati, menyebabkan hati tak mampu melakukan fungsinya yang khas, yang memang itu diciptakan untuknya.
yaitu, pengetahuan, hikmah, ma‟rifah, cinta kepada Allah, beribadah untuk dan kepada-Nya, merasakan kenikmatan apabila menyebut atau mengingat-Nya, mengutamakan-Nya di atas segala keinginan selain-Nya, serta mengerahkan semua dorongan jiwa dan anggota tubuh demi melaksanakan semua itu. Firman Allah SWT :
Artinya:
“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Adz-Dzariat: 56)
Ayat di atas menjeleaskan bahwa, manusia diciptakan untuk menyembah Allah Swt. yaitu mematuhi segala perintahnya menjauhi segala larangannya. Contoh perintah Allah Swt adalah mengerjakan shalat, puasa wajib dll. Semua yang di kerjakan sudah diatur dalam Al-Qur‟an, karena Al-Qur‟an merupakan dalil pasti yang diturunkan oleh Allah kepada para Nabi melalui perantaraan Malaikat yang mana dijadikan sebagai pedoman hidup bagi umat manusia.
Al-Qur‟an merupakan anugerah yang diberikan kepada manusia (umat Islam) sebagai anugerah. Allah memberikan banyak kemudahan
bagi yang mau mempelajarinya.dalam Al-Qur‟an tertera semua yang dibutuhkan, mulai dari sifat terpuji, tercela dll. (Hidayat, 2011: 03)
Dengan adanya masalah-masalah yang telah dikemukakan tentang penyakit hati, yang mana nantinya akan ditanggulangi dalam Pelayanan Konseling. Pelayanan Konseling adalah suatu proses pemberian bantuan terhadap klien yang mempunyai masalah dalam hidupnya.terutama dalam permasalahan penyakit hati ini. Dengan adanya konseling dalam masalah tersebut akan didapatkan solusi untuk menjauhi ataupun menghindari masalah penyakit hati tersebut.
Upaya untuk membersihkan hati ini jika dikaitkan dengan kegiata terutama pemberian layanan konseling dalam artian membimbing dan mengajak ke arah yang lebih baik. Pemahaman ini akan tampak jelas apabila kegiatan layanan tersebut dipahami dalam bingkai historisitas melalui penjelasan Qur‟an dan rangkaian sejarah kehadiran pada Nabi dan Rasul. Dengan konselinglah diberikan pemahaman-pemahaman yang mendalam tentang hati yang terserang penyakit. Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli yang disebut (konselor) kepada individu yang sedang mengalami masalah yang disebut (klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. ( Prayitno dan Amti, 2004: 99) Dengan adanya konseling maka akan terpecahkan masalah penyakit hati yang dialami oleh seseorang dengan memasukkan ayat-ayat Al-Qur‟an dalamnya.
Jadi, dengan adanya pelayanan konseling tentang penyakit hati manusia dapat merubah hal-hal buruk yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari, melalui pelayanan konselinglah kita berantas penyakit hati yang ada pada setiap manusia, dengan menggunakan ayat-ayat Al-Qur‟an sebagai landasan utama dan memasukkan beberapa teori-teori lainnya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang Ayat-Ayat Al-Qur‟an Tentang Masalah Penyakit Hati dan Program Penanggulangannya Melalui Pelayanan Konseling.
B. Identifikasi Masalah
1. Masalah Penyakit Hati dalam Perspektif Al-qur‟an Dan Program Penanggulangannya Melalui Pelayanan Konseling.
2. Program Penanggulangan Penyakit Hati melalui Pelayanan Konseling.
3. Dominannya penyakit hati pada manusia di era milenial.
C. Batasan Masalah
Adapun batasan penelitian ini adalah Masalah Penyakit Hati Dalam Perspektif Al-qur‟an Dan Program Penanggulangannya Melalui Pelayanan Konseling.
D. Pertanyaan Penelitian Dan Pemecahan Masalah
Adapun pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana Masalah Penyakit Hati Dalam Perspektif Al-qur‟an Dan Program Penanggulangannya Melalui Pelayanan Konseling?
Permasalahan tentang penyakit hati ini sering terjadi pada anak-anak maupun remaja. Oleh karena itu dengan adanya penelitian ini, penulis berharap nantinya bisa memecahkan masalah terhadap orang-orang yang mempunyai masalah dalam dirinya, keluarganya dan karib kerabatnya melalui pelayanan konseling, dengan dimasukkan ayat-ayat Al-Qur‟an dalam penanggulangan masalah penyakit hati yang dialami seseorang. Maka seseorang akan memahami dan mengerti akan masalah tersebut. Seseorang akan berbuat atau bertingkah laku sesuai yang tertera dalam ayat-ayat Al-Qur‟an. Jadi, masalah psikologis yang akan penulis bahas yaitu masalah Penyakit Hati seseorang.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengidentifikasi Masalah Penyakit Hati Dalam Perspektif Al-qur‟an Dan Program Penanggulangannya Melalui Pelayanan Konseling.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi pembaca penelitian ini kiranya dapat dijadikan salah satu evaluasi untuk membantu mengembangkan kualitas dalam psikologisnya, baik dirumah tangga maupun tidak.
2. Sebagai sumbangan informasi dan evaluasi yang nantinya dapat dijadikan sebagai bahan percontohan terhadap rumah tangga yang mengalami masalah psikologi maupun yang tidak.
3. Sebagai bahan bacaan di perpustakaan IAIN Batusangkar.
4. Untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana (s1).
G. Definisi Operasional
1. Masalah penyakit hati dalam Al-Qur‟an
Hati adalah bagian tubuh yang mempunyai peran penting dalam perilaku seorang manusia. Penyakit hati adalah perasaan tidak enak yang muncul di dalam diri manusia sehingga menyebabkan hatinya menjadi terasa tidak tenang, gelisah, dan waswas. Perasaan tidak enak itu mirip seperti sebuah virus yang sering menyerang komputer. Ia muncul karena adanya „sesuatu‟ yang „tidak beres‟ di dalam hati dan pikiran manusia, tidak peduli laki-perempuan, tua-muda, kaya-miskin.
2. Program penanggulangan penyakit hati melalui BK
Dalam Permendikbud no. 111 tahun 2014 pasal 1 ayat 1 dikatakan bahwa Bimbingan dan Konseling adalah upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh konselor atau guru Bimbingan dan Konseling untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik/Konseli untuk mencapai kemandirian dalam kehidupannya. Program bimbingan dan konseling komprehensif di klasifikasikan ke dalam empat komponen layanan, yaitu: (1) layanan dasar bimbingan; (2) layanan responsif; (3) layanan perencanaan individual; dan (4) dukungan sistem.
9 BAB II KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori 1. Penyakit Hati
a. Pengertian Hati
Hati berasal daripada perkataan bahasa Arab yaitu qal-bun yang bermaksud jantung. Hati menurut Kamus Dewan adalah organ dalam badan yang berwarna kemerah-merahan di dalam perut di bahagian sebelah kanan yang berfungsi mengeluarkan empedu, mengawal kandungan gula dalam darah, menyembuhkan kesan keracunan nitrogen, menghasilkan urea dan menyimpan glikogen. Hati menurut Kamus Dewan juga adalah jantung (Kamus Dewan 2010). Begitu juga di dalam Macmillan English Dictionary, hati bermaksud jantung iaitu organ yang berada di dalam badan yang mengepam darah yang terletak di kawasan dada (Hoey 2006).
(Stapa, 2016: 02)
Menurut al-Ghazali (dalam Stapa, 2016: 3-4) hati dibagi kepada dua definisi
Pertama, definisi hati sebagai hati fizikal yaitu daging yang berbentuk seperti buah shanaubar (bentukbundar memanjang) yang terletak di bahagian kiri dada yang mana di dalamnya terdapat rongga-rongga yang menyalurkan darah hitam dan berperanan sebagai sumber nyawa manusia. Definsi hati yang pertama ini wujud pada hewan dan juga pada manusia yang telah mati. Keduanya, ditakrifkan hati sebagai hati spiritual yaitu sesuatu yang bersifat halus (lathifah) dan bersifat ketuhanan (rabbaniyyah). Hati dalam definisi kedua ini menggambarkan hakikat diri manusia yang mana hati berfungsi untuk merasai, mengenali dan mengetahui sesuatu perkara atau ilmu.
Menurut al-Ghazali lagi, hati fizikal amat berkait rapat dengan hati spiritual. Namun, beliau tidak mengulas panjang berkenaan
hubungan hati fizikal dengan hati spiritual kerana itu termasuk di bawah ilmu mukasyafah. (Stapa, 2016: 04)
Oleh yang demikian dapat disimpulkan bahawa definisi hati menurut al-Ghazali adalah suatu elemen yang bersifat halus dan bersifat ketuhanan yang tidaknampak dengan mata kasar dan amat berperanan penting di dalam menganalisis sesuatu perkara atau ilmu yang diperoleh.
Firman Allah SWT dalam Qur‟an surah Al-A‟raf ayat 179:
mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai”.Jelas dalam ayat ini, hati adalah elemen penting yang perlu dibangunkan dengan cara „melihat‟ dan „mendengar‟ dan mengambil pengajaran daripada apa yang dilihat dan didengar. Jika elemen ini tidak dibangunkan, khalifah di muka bumi tidak berkewujudan kerana manusia hanya seperti binatang ternak pada saat itu.
b. Pengertian Penyakit Hati
Penyakit hati menurut Ibnu Taimiyah (dalam Rochman, 2009: 04). adalah suatu bentuk kerusakan yang menimpa hati, yang berakibat dengan tidak mampunya hati untuk melihat kebenaran.
Akibatnya, orang yang terjangkit penyakit hati akan membenci kebenaran yang bermanfaat dan menyukai kebatilan yang membawa kepada kemudharatan. Oleh karena itu, kata maradh (sakit) kadang kadang diintepretasikan dengan syakh atau raib (keraguan). Hal ini seperti penafsiran Mujahid dan Qotadah tentang ayat Al-Baqarah ayat 2 : “Dalam hati mereka ada penyakit”. Penyakit dalam ayat ini dipahami sebagai keraguan.
Penyakit hati menurut Ibnu Taimiyah adalah penyakit yang ada di dalam hati, seperti kemarahan, keraguan dan kebodohan dan kezaliman. Orang yang ragu dan bimbang tentang sesuatu akan merasakan sakit hatinya sampai dia mendapatkan kejelasan dan keyakinan.
Penyakit hati ialah rasa sakit yang menimpa hati, seperti rasa sakit ketika musuh menguasai anda. Sesungguhnya yang demikian mendatangkan rasa panas atau penyakit hati. Penyakit hati juga dikarenakan terjadinya kerusakan, terutama pada persepsi dan keinginan. Orang yang hatinya sakit akan tergambar kepadanya hal-hal berbau syubhat. Akibatnya, ia tidak dapat melihat kebenaran. Disisi lain keinginannya membenci kebenaran yang bermanfaat dan menyukai kebathilan yang berbahaya.
(Mubaraq, 2008: 35)
Penyakit hati merupakan kotoran yang selalu menghijab kita untuk sampai ke Allah swt, bahkan jika penyakit hatinya parah, maka itu akan membuat kita malas beribadah kepada Allahs SWT dan gemar bermaksiat serta tidak takut kepada allah SWT.
(Davy, 2010: 02)
Jadi, penyakit hati adalah suatu bentuk kerusakan yang menimpa hati yang berakibat dengan tidak mampunya hati untuk melihat yang benar. Sehingga terjadi kesenjangan-kesenjangan yang bersifat buruk dalam diri seseorang.
c. Gejala Penyakit Hati
Setiap penyakit pasti memiliki gejalanya masing-masing, begitu juga penyakit hati. Terkadang manusia tidak menyadari bahwa dirinya sedang dilanda penyakit, penyakit yang tidak terlihat dan sulit untuk dirasakan tapi dapat menjerumuskan manusia ke dalam api neraka inilah yang dinamakan penyakit hati. Orang yang terkena penyakit hati biasanya tidak menyadari dan cenderung membenarkan dirinya sendiri. Berikut merupakan gejala penyakit hati: (Barozi, 2008: 23)
1) Sulit Kendalikan Nafsu
Dalam diri manusia terdapat tiga nafsu yaitu, nafsu lawwamah (nafsu antara kebaikan dan keburukan), nafsu amarah (nafsu yang condong kepada perbuatan buruk) dan nafsu muthma‟innah (keinginan yang bersih dari keburukan dan selalu merasa tentram dalam kesucian). Ketiga nafsu ini adalah milik Allah, karena Allah lah yang telah meletakkannya pada diri manusia.
Setiap yang Allah anugrahkan kepada kita pastinya memiliki tujuan. Tujuan Allah menganugrahi ketiga nafsu untuk manusia adalah: Pertama, agar kita bisa mengenali, membedakan, dan mempelajari kemana muara akhir yang ingin dicapai oleh masing-masing nafsu tersebut. Kedua, kita diperintahkan untuk memilah dan memilih nafsu mana yang ingin kita jadikan sebagai teman, sahabat, dan musuh kita.
Ketiga, nafsu itu dianugrahkan kepada kita agar kita bisa memilih dan memutuskan sendiri, mana jalan kita yang benar
2) Menolak Jalan Kebenaran
Salah satu cara mengetahui seseorang terkena penyakit hati adalah dengan cara melihat tanda lahiriyahnya. Misalnya, dengan melihat si penderita mau patuh atau tidak pada syariat agama. Jika orang tersebut tidak patuh maka ia telah terjangkit penyakit hati. Dikatakan demikian karena menolak jalan kebenaran dan tidak mau taat kepada Allah dan Rasul-Nya merupakangejala awal orang-orang yang terkena penyakit hati.
Penyakit ini menyerang manusia dengan tujuan menjauhkan seseorang dari jalan Allah.
Salah satu indikasi seseorang talah terkena penyakit hati yang suka menolak jalan kebenaran adalah ia sering merasa malas dan enggan untuk melakukan kewajibannya sebagai umat muslim seperti shalat, puasa dan semua yang diperintahkan oleh Allah. Apabila seserang sudah merasa malas dan enggan untuk melaksanakan perintah Allah maka itu dapat membahayakan iman-Islamnya.
3) Tidak Mau Belajar
Penyakit hati mudah sekali terserang pada manusia, apalagi ketika ia sedang menghadapi suatu ujian. Semakin besar masalah yang dating semakin besar pula penyakit tersebut tumbuh dalam hati dan pikiran orang-orang yang sedang diuji dengan masalahnya.
Penyakit hati biasanya selalu dibarengi dengan hawa nafsu yang tidak biasdikendalikan oleh karena itu manusia
Penyakit hati biasanya selalu dibarengi dengan hawa nafsu yang tidak biasdikendalikan oleh karena itu manusia