Dustin W. Supa, Ph.D. and Lynn M. Zoch, Ph.D. (2009)
Maximizing Media Relations Through a Better Understanding of the Public Relations-Journalist Relationship: A Quantitative Analysis of Changes Over the Past 23 years. Penelitian ini dilaksanakan di negara Florida. Tujuan penelitian ini yaitu untuk melihat bagaimana hubungan seorang Humas dan Wartawan di sebuah media yang juga disebut sebagai media relations. Dalam metodenya penelitian ini menggunakan pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan survei. Studi ini juga menemukan yang mengelola ekspektasi adalah konsep yang sangat penting bagi praktisi public relations, baik ketika berhadapan dengan klien dan juga ketika berkomunikasi dengan wartawan dan yang hubungan yang efektif antara dua profesi dapat dicapai jika ada ekspektasi yang wajar. Yang paling penting, penelitian ini akan berusaha untuk mengidentifikasi apakah hubungan masyarakat praktisi sebenarnya berlatih elemen membangun hubungan yang lazim diliteratur akademik sebagai aspek yang paling penting dari hubungan masyarakat. Menggunakan sebuah Triangulasi pendekatan dalam metodologi, studi ini akan menguntungkan kedua praktisi dan akademisi dalam public relations dan jurnalisme dalam memahami keadaan saat hubungan. Tujuan utama adalah untuk lebih memahami praktek hubungan media dari kedua jurnalistik dan public relations sudut pandang, dan mempromosikan tidak hanya diperbarui, tetapi juga pemahaman yang lebih dalam bagaimana media hubungan dapat dikembangkan. Kesimpulan mengejutkan pada penelitian ini, diberikan kemajuan pendidikan dan teknologi.
Ehsan Khodarahmi (2009).
“Strategic public relations”. Tujuan dari makalah ini adalah untuk menarik garis antara public relations dan public strategis hubungan dalam bahasa yang
42
sederhana dan mudah dipahami. Metodologi / pendekatan dari berbagai definisi dari kedua public relations dan public strategis hubungan yang dikutip di koran dan istilah yang umum digunakan dalam semua definisi yang digariskan.
Kemudian didiskusikan berdasarkan kesamaan tersebut untuk membangun perbedaan antara kedua hal tersebut. Hal ini dilakukan dengan mempelajari penelitian lain dan mendiskusikan temuan mereka dalam bahasa yang sederhana untuk menyajikan tinjauan literatur diandalkan untuk pembaca dan memfasilitasi penelitian masa depan dengan memberikan referensi yang kredibel.
Hasil temuan terdapat garis abu-abu antara PR dan public relations strategis namun ada juga perbedaan antara keduanya. Makalah ini menjelaskan perbedaan dengan mengacu pada definisi asli dari dua istilah oleh para ahli dan analisis mereka dari istilah ketika datang untuk berlatih, yang menyerukan integrasi.
Keterbatasan penelitian / implikasi ada penelitian terbatas yang dilakukan di bidang strategis hubungan masyarakat dan masih banyak memiliki keraguan tentang efektivitas. Makalah ini terkumpul relevan dari teori dan contoh-contoh dari dunia bisnis yang nyata untuk menunjukkan integrasi public relations dengan alat pemasaran dengan manajemen strategis. Implikasi komunikasi simetris dan menyadari waktu yang tepat adalah penting untuk mencapai tujuan dari hubungan yang strategis. Orisinalitas / nilai studi singkat dari public relations strategis dan memperkenalkan SPR serta menekankan integrasi teknik dan alat yang tepat untuk mencapai hasil yang optimal. Model yang digunakan adalah model negosiasi dan dialog. Komunikasi terpadu, sebagai masukan strategis, adalah kunci sukses untuk SPR, karena memungkinkan organisasi untuk memenuhi keluaran yang diinginkan. Menurut mereka kata "komunikasi" bukan hanya sebuah kata dalam dunia PR. Komunikasi, pemikiran strategis, rencana proaktif dan tindakan yang hal penting yang menjadi perhatian dalam setiap kampanye SPR dan manajemen. Penelitian ini menggunakan PR pesan komunikasi Menurut Wells dan Spinks (1999) yang meliputi:
. pengembangan ide dalam pikiran pengirim;
. pengkodean ide melalui metode yang tepat;
. pemilihan media;
. tahap decoding; dan
43 . pengembangan ide dalam pikiran penerima.
Drew Wilson, MA & Dustin W. Supa, Ph. D. (2013)
Examining Modern Media Relations: An Exploratory Study of the Effect of Twitter on the Public Relations – Tujuan penelitian ini yaitu untuk melihat dampak munculnya teknologi baru dalam media komunikasi yaitu Twitter. Dalam hal ini, Twitter dijadikan sebagai media sosial yang digunakan oleh praktisi Humas (PR) dan wartawan dalam menjalin kerjasama. Selain itu, dengan adanya Twitter dapat dijadikan sebagai media oleh Humas dan wartawan untuk berkomunikasi dengan cepat tanpa harus bertemu langsung. Inilah bentuk moderenisasi hubungan yang dijalin Humas dan wartawan dengan melalui media sosial Twitter.
Allan Siangu Wekesa, (2013).
“An Analysis of Team Effectiveness in Crisis Communication” penelitian ini tentang kemampuan secara efektif merespon dalam hal krisis relevan dengan kelangsungan hidup organisasi. Perusahaan dengan tim krisis komunikasi mampu berkomunikasi secara efektif dan menanggapi dalam hal krisis. Makalah ini menetapkan untuk menganalisis beberapa faktor yang berhubungan dengan tim yang dapat mempengaruhi respon krisis komunikasi organisasi. Teori yang digunakan Teori Krisis Komunikasi Situasional adalah salah satu teori yang paling dominan dan diakui dalam bidang krisis komunikasi. Teori ini
"menyediakan kerangka kerja berbasis bukti untuk memahami bagaimana untuk memaksimalkan perlindungan reputasi yang diberikan oleh komunikasi pasca-krisis" (Coombs, 2007, hal. 163). Ini berkembang di sekitar pemeriksaan situasi krisis dan bagaimana faktor-faktor tertentu menentukan tingkat ancaman reputasi yang ada dalam krisis organisasi. Ada tiga faktor yang membentuk tingkat ancaman: tanggung jawab krisis awal, sejarah krisis dan reputasi relasional sebelumnya. Tanggung jawab krisis awal adalah salah satu konsep sentral dalam penelitian krisis komunikasi. Berbagai jenis asal krisis mempengaruhi atribusi tanggung jawab dan, dengan demikian, strategi komunikasi krisis yang tersedia (Jin et al, 2011). Variabel lain adalah aktor dalam krisis. Tergantung pada apakah
44
aktor sentral manusia atau alam, internal atau eksternal, individu atau dikelompokkan krisis dapat diprediksi untuk mengembangkan cara-cara tertentu dan strategi komunikasi dapat dirancang sesuai (Jin et al, 2011; Coombs et al, 2010; Cho & Gower, 2006). Interaksi sebelumnya, atau kelompok keakraban, dapat mempengaruhi efektivitas tim komunikasi krisis. Penelitian telah menyarankan anggota tim akrab dengan satu sama lain keterampilan, perspektif, dan gaya interpersonal yang mungkin menampilkan lebih bebas, format yang lebih terbuka komunikasi antara anggota kelompok (Wittenbaum dan Stasser, 1996). Dari perspektif manajemen krisis, ini lebih bebas, terbuka gaya komunikasi mungkin meningkatkan efektivitas keseluruhan tim krisis.
Hardiansyah (2013).
“Peran Public Relations PT. Bukit Asam (PERSERO) Tbk Dalam Menjaga Citra Positif Perusahaan di Tengah Situasi Konflik”. Tujuan penelitian ini untuk melihat bagaimana Peran Publik relations dalam menjaga citra positif PT. Bukit Asam (Persero) Tbk, dalam menjaga image perusahaan dan meminimalisir opini negative masyarakat dalam konflik sengketa kuasa pertambangan dengan pemerintah kabupaten Lahat. Penelitian ini menggunakan metodelogi penelitian kualitatif dengan Gaya manajemen konflik berdasarkan dua dimensi : (1) kerjasama (Cooperativeness) pada sumbu horizontal dan (2) keasertifan (assertiveness) pada sumbu vertical.
Kristanto Hartadi (2012).
“Analisis Framing Studi Kasus Kompas`dan Media Indonesia dalam Liputan kerusuhan di Temanggung tanggal 8 Februari 2011”. Penelitian ini tentang bagaimana dua surat khabar nasional kompas dan media Indonesia membuat framing dalam liputan mereka atas kerusuhan di kota Temanggung tanggal 8 Febuari 2011. Penelitian ini bersifat kualitatif dan deskriptif dengan menggunakan metode analisis framing untuk membuktikan bahwa meski kedua surat khabar melancarkan framing yang mendesak pemerintah untuk melindungi warga Negara dan kaum minoritas dari kekerasan atas nama agama dan mendesak pembubaran ormas anarkis, namun pada prakteknya proses itu tidak tuntas. Hasil
45
penelitian ini menyarankan agar kedua media ini kiat-kiat melancarkan framing yang efektif, mendidik wartawannya untuk belajar memahami dan menggali konteks, mengembangkan pola pemberitaan interpretative (interpretative story), serta meningkatkan kemampuan dan kompetensi untuk liputan agama, dalam upaya untuk memelihara pluralitas dan demokrasi di Indonesia.
Dustin W. Supa, Ph.D (2014).
“The Academic Inquiry of Media Relations as both a Tactical and Strategic Function of Public Relations”. Artikel ini merangkum keadaan saat penelitian hubungan media melalui tinjauan sejarah, topik saat ini, pengembangan teori dan masalah pengukuran. Ini menunjukkan lima hal tersebut proposisi untuk hubungan media yang dirancang untuk membuat penelitian ini lebih bermanfaat bagi mereka yang belajar public relations: hubungan media harus menjadi fungsi strategis public relations, setiap organisasi memiliki tujuan hubungan media yang berbeda, hubungan tetap kunci yang efektif hubungan media, upaya hubungan media bukan alat untuk mencapai tujuan, dan alat-alat yang digunakan dalam media yang hubungan tidak mendefinisikan hubungan media. Akhir makalah ini mengeksplorasi bahwa upaya oleh para sarjana untuk mendirikan sebuah cara untuk mengukur dan mengevaluasi hubungan media. Dengan adanya lima proposisi untuk hubungan media, yang sama-sama penting untuk kedua praktisi hubungan masyarakat dan tokoh, untuk pemahaman yang lebih baik dari fungsi humas. Proposisi tidak dimaksudkan sebagai 'aturan' untuk latihan, melainkan prinsip panduan yang penting untuk diingat ketika hendak melakukan penelitian di hubungan media. menguntungkan antara seorang praktisi PR dan media massa wartawan. "Namun, reposisi penelitian hubungan media dari fokus taktis untuk satu strategis memerlukan pendekatan multi-tier, termasuk pemahaman tentang sejarah aspek bidang, pemahaman kuat tentang praktek-praktek masa lalu dan saat ini, dan bergerak ke arah perkembangan teori yang pada akhirnya akan membantu para peneliti lebih memahami lapangan, dan membantu praktisi dalam praktek sehari-hari mereka. Artikel ini membahas masing-masing daerah, dengan tujuan utama menggabungkan semua aspek ini untuk menginformasikan praktik terbaik dengan hubungan media. Artikel ini juga untuk membangun proposisi untuk studi
46
hubungan media. Berdasarkan literatur yang ada, gagasan proposisi ini akan tidak selalu membangun paradigma untuk penelitian hubungan media, melainkan untuk membimbing peneliti hubungan media terhadap menyelidiki dan menyebarluasan penelitian yang akan paling bermanfaat bagi praktisi di lapangan. Definisi terbaru dari hubungan media berbicara kepada pentingnya kedua fungsi taktis dan strategis. Supa dan Zoch (2009) menyatakan bahwa “hubungan media adalah sistematis, terencana, hubungan tujuan dan saling menguntungkan antara seorang praktisi PR dan media massa wartawan”.
Tia Manurung, (2013).
“Strategi Public Relations Dalam Manajemen Krisis (Studi Deskriptif
Kualitatif Strategi Public Relations dalam Manajemen Krisis di PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemetaan krisis yang terjadi di PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara dan untuk mengetahui strategi manajemen krisis yang dilakukan public relations PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara. Public Relations merupakan kegiatan berkesinambungan dari usaha-usaha untuk memperoleh pengertian dan simpati dari masyarakat khususnya pelanggan. Sedangkan manajemen krisis merupakan salah satu tugas praktisi public relations saat perusahaan mengalami krisis. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Public Relations dan Teori Manajemen Krisis. Metode penelitian yang dipilih adalah metode deskriptif kualitatif yang dapat menggambarkan tujuan penelitian ini dan dinarasikan secara positivis, sehingga melalui penelitian ini dapat dipahami bagaimana pemetaan krisis dan strategi manajemen krisis yang dilakukan publicrelations PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara. Informasi diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam (in depth interwiev) terhadap empat orang pegawai divisi public relations PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara. Selain itu peneliti juga memaksimalkan metode dokumentasi dan penelusuran data online untuk menghimpun data. Berdasarkan penelitian ini ditemukan bahwa krisis listrik di PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara sudah terjadi sejak tahun 1999 yakni pasca krisis moneter 1998. Krisis moneter tersebut mengakibatkan terjadinya kegagalan membangun pembangkit listrik hingga
47
memunculkan krisis listrik di wilayah Sumatera Utara dan berakhir dengan pemadaman listrik bergilir. Untuk mengendalikan situasi krisis di tengah-tengah masyarakat, publicrelations PT PLN (persero) wilayah Sumatera Utara menggunakan corrective action strategy dan adaptive strategy yang disampaikan melalui above the line (media lini atas), below the line (media pendukung) dan activity (aktivitas pendukung).
Amelia, Novie (2005).
“Manajemen krisis (studi kasus pengelolaan krisis oleh public relations PT Telkom divisi regional II Jakarta dalam kasus Telkom speedy tahun 2004)”.
Penelitian ini tentang Telkom Speedy adalah salah satu contoh krisis yang dihadapi oleh PT Telkom Divisi Regional II Jakarta tahun 2004. Dalam kasus Speedy tersebut Telkom Divisi Regional II menggunakan konsep manajemen krisis yang dimilikinya untuk mengatasi krisis Speedy sehingga krisis tidak semakin meluas. Penelitian kualitatif deskriptif ini bertujuan mengetahui konsep manajemen krisis yang digunakan oleh Telkom Divisi Regional II dalam kasus Telkom Speedy dan membandingkannya dengan teori yang digunakan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori public relations, krisis, dan manajemen krisis. Dari hasil wawancara, observasi, dan dokumenter, dapat disimpulkan bahwa krisis yang dapat menyerang siapa pun dan kapan pun harus dikelola dengan baik menggunakan konsep manajemen krisis yang tepat sehingga krisis dapat teratasi, dan dalam hal ini PT Telkom Divisi Regional II merupakan salah satu contoh perusahaan yang mampu mengatasi krisis dengan menggunakan konsep manajemen krisis yang tepat.
Francelina Mayta Kusumaningrum, (2008).
“Strategi Public Relations dalam Menghadapi Krisis : Studi Kasus pada Klub Bunga Butik Resort dalam Menghadapi Ancaman Krisis yang Muncul Sebagai Dampak Tidak Langsung dari Peristiwa Meluapnya Lumpur L”. Peristiwa meluapnya lumpur Lapindo di Porong, Sidoarjo yang terjadi sejak 29 Mei 2006 menimbulkan dampak pada berbagai aspek. Salah satu dampaknya adalah
48
kerusakan infrakstruktur jalan yang menghubungkan Surabaya dengan berbagai daerah di selatan Jawa Timur. Penutupan akses jalan tol Gempol dan ketidaklancaran perjalanan melalui Jalan Raya Porong karena tidak seimbangnya lebar jalan dengan volume kendaraan yang melaluinya ini, membawa pengaruh terhadap industri pariwisata di Jawa Timur. Peristiwa meluapnya lumpur Lapindo yang hingga saat ini belum dapat diatasi menimbulkan situasi krisis bagi berbagai pihak yang turut merasakan dampaknya. Dalam menghadapi situsi krisis yang sifatnya tidak terduga ini perlu adanya strategi public relations yang secara khusus dirancang untuk mencegah terjadinya ledakan krisis. Penelitian ini bertipe dekriptif-kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus pada Klub Bunga Butik Resort. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan secara mendalam strategi public relations Klub Bunga Butik Resort dalam menghadapi situasi krisis yang muncul sebagai dampak tidak langsung dari peristiwa meluapnya lumpur Lapindo ini. Dalam pembahasannya digunakan konsep manajemen krisis menurut Steven Fink dan konsep manajemen strategis public. Dari wawancara, obeservasi dan pengumpulan data sekunder berupa dokumentasi, diketahui bahwa situasi krisis yang dihadapi oleh Klub Bunga Butik Resort berada pada tahap awal krisis dimana indikasi krisis tersebut tidak hanya tampak dari penurunan tingkat hunian, melainkan juga adanya penurunan segmentasi pengunjung. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa public relations Klub Bunga Butik Resort menjalankan fungsinya sebagai MPR yang mendukung kinerja marketing dalam menarik pasar. Adapun caranya adalah dengan memperluas pasar, menyusun event, melakukan sosialisasi jalur alternatif, dan berbagai cara lain yang bertujuan untuk meningkatkan citra positif perusahaan.
Dari beberapa penelitian sebelumnya membahas tentang bagaimana seharusnya public relations (Humas) dapat bekerja sebagai jalan keluar dalam menghadapi sebuah krisis baik internal maupun eksternal yang terjadi dalam sebuah organisasi perusahaan yang memiliki orientasi bisnis jangka panjang dan berhubungan langsung dengan masyarakat yang berada di sekitar wilayah operasional perusahaan. Selanjutnya mengenai proses berlangsungnya sebuah
49
krisis, awal terjadinya krisis, esklasi dan perkembangan krisis dan upaya resolusi krisis yang ingin dicapai menuju sebuah upaya untuk mencari pemecahan masalah dan solusi yang dapat disepakati agar terjadi kesepatan yang saling menguntungkan di antara pihak-pihak yang melibatkan krisis tersebut. Apa yang telah dilakukan, sedang dilakukan, akan dilakukan dan alternatifnya. Dan yang membedakan dari penelitian sebelumnya adalah mereka menggunakan teori-teori manajemen krisis, public relations, menggunakan corrective action strategy dan adaptive strategy yang disampaikan melalui above the line (media lini atas), below the line (media pendukung) dan activity (aktivitas pendukung), Teori Krisis Komunikasi Situasional, model negosiasi dan dialog. Pada penelitian ini selain menggunakan manajemen krisis, strategi media relations, peneliti juga menggunakan teori framing sebagai penjelas dari krisis yang dihadapi Humas Lanud Adi Soemarmo. Dan pada penelitian ini belum adanya perencanaan humas Lanud Adi Soemarmo sebelum terjadinya krisis, jadi setelah terjadi krisis dengan di Blow Up nya berita tentang mess Cokrosuman di media Solopos, Radar Solo, Joglosemar dan Suara Merdeka, baru humas TNI AU mendatangi media-media tersebut untuk mengklarifikasi. Seharusnya sebelum berita ini mencuat humas sudah membuat perencanaan dalam menghadapi krisis mess Cokrosuman.
G. KERANGKA PIKIR
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hubungan media relations antara Humas TNI AU dengan media massa terutama pada saat situasi konflik atau sedang terjadi krisis, dari awal krisis hingga perkembangan selanjutnya, sebab sering terjadi situasi yang tidak kondusif pada saat terjadi krisis di TNI AU. Kemudian bagaimana peran Humas TNI AU dalam mengelola krisis tersebut, apa yang dilakukan, bagaimana cara yang akan dipakai untuk mengatasi masalah tersebut dan hal apa saja yang diperoleh. Sedangkan Humas TNI AU terjepit diantara pimpinan dan media yang ingin meliput kejadian tersebut. Disini Humas TNI AU harus dapat bersikap objektif dan dapat memberikan keterangan pers dengan baik. Berdasarkan hal tersebut dapat diambil alur pemikiran seperti berikut ini .
50 Bagan 3 Kerangka Pikir
Peristiwa Krisis
Kepentingan/ Kebijakkan Redaksional
Framing
-Analisis Teks Berita -Model Robert N.
Entman
Realitas Media (Berita di media massa)
Strategi media Relations Humas TNI AU - Mendatangi media
massa
- Pers conference - Press release