• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian yang dilakukan oleh Ade Supriatna, Wahyuning K. Sejati, Dery Hidayat dan I. Wayan Rusastra (2005) berjudul Kinerja dan Perspektif Pengembangan Model Agropolitan Berbasis Agribisnis di Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi konsep pengembangan agropolitan dalam mendukung efisiensi sistem dan usaha agribisnis berkelanjutan, dan mengevaluasi kinerja pelaksanaan program rintisan agropolitan. Penelitian ini menggunakan metode survei terstruktur dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kinerja usahatani sayuran belum menunjukkan perubahan berarti antara sebelum dan sesudah agropolitan, tetapi sudah terjadi penggunaan input baru yaitu pupuk bokashi dan pestisida nabati untuk menghasilkan produk ramah lingkungan. Kinerja Sub-Terminal Agribisnis (STA) untuk melakukan pembelian hasil sayuran di wilayah agropolitan perlu terus disempurnakan karena belum memberikan hasil yang optimal.

25

Penelitian yang dilakukan oleh Yulistyo Suyatno (2008) meneliti tentang Penguatan Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan Berbasis Peningkatan Daya Saing Produk Agribisnis Unggulan di Kabupaten Semarang. Tujuan penelitian ini untuk memperbaiki perencanaan Penguatan Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan Berbasis Peningkatan Daya Saing Produk Agribisnis Unggulan. Identifikasi hasil dan analisa hasil penelitian menunjukkan bahwa Kabupaten Semarang merupakan daerah yang potensial untuk pengembangan kawasan agropolitan, karena memiliki produk pertanian unggulan berupa produk holtikultura, utamanya sayuran, tanaman pangan, buah, tanaman hias dan emponempon, yang sangat mendukung untuk pengembangan kegiatan agribisnis dan pengembangan kawasan agropolitan. Hasil analisis SWOT dalam penelitian ini menunjukan bahwa secara umum kondisi agribisnis di Kabupaten Semarang masih berada pada kondisi yang lemah dan terancam, sehingga terjadi kesenjangan dengan kebijakan pemerintah. Penyebab kesenjangan meliputi aspek manajemen, agribisnis dan aspek hukum.

Rochma Afriyani (2011) dalam peneliatan yang berjudul Analisis Daya Saing Pariwisata Kota Bogor, menganalisis daya saing sektor pariwisata kota Bogor terhadap daerah sekitarnya dan kabupaten/kota lain di Jawa Barat. Penulis menganalisis faktor-faktor yang menentukan daya saing sektor pariwisata kota Bogor dan menganalisis strategi kebijakan yang harus dilakukan pemerintah daerah untuk meningkatkan daya saing sektor pariwisata kota Bogor. Untuk menganalisis daya saing pariwisata kota Bogor, dalam penelitian ini menggunakan alat analisis shift share, komposit indeks, analisis radar, dan analisis kuadran. Data

26

yang digunakan adalah data sekunder dan data primer berupa jumlah objek wisata, jumlah tenaga kerja, jumlah wisatawan mancanegara, jumlah wisatawan nusantara, kondisi jalan baik, anggaran pemerintah, jumlah hotel, restoran, dan biro perjalanan wisata, serta data-data lain yang terkait penelitian. Berdasarkan hasil pengolahan data meggunakan alat analisis shift share, Kota Bogor mengalami pertumbuhan yang lamban namun tetap mampu berdaya saing pada tahun 2005-2009. Faktorfaktor yang dianggap memiliki pengaruh besar terhadap daya saing pariwisata kota Bogor adalah jumlah wisatawan ancanegara, jumlah wisatawan nusantara, jumlah biro perjalanan wisata, jumlah restoran, dan jumlah tenaga kerja terserap.

Penelitian yang dilakukan oleh Yuti Arlan (2012) meneliti tentang Strategi Peningkatan Daya Saing PT Saung Mirwan Dengan Pendekatan Analytic Network Process (ANP. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan keunggulan kompetitif agribisnis sayuran, menganalisis faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi daya saing PT Saung Mirwan, merumuskan strategi berdasarkan faktor internal dan eksternal yang dimiliki oleh PT Saung Mirwan, dan membuat prioritas strategi untuk meningkatkan daya saing PT Saung Mirwan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumberdaya alam, teknologi, jumlah pembeli, tingkat pertumbuhan pembelian, dan petani mitra merupakan atribut yang paling besar pengaruhnya terhadap daya saing agribisnis sayuran dan yang paling rendah pengaruhnya adalah strategi pesaing. Analisis dengan menggunakan Matriks SWOT menghasilkan lima alternatif strategi untuk meningkatkan daya saing, yaitu menyediakan produk sesuai

27

demand, mengadakan training dan gathering untuk karyawan, smart promotion, melaksanakan produksi sesuai prosedur, dan strategi efisiensi biaya. Analisis dengan menggunakan Analytic Network Process (ANP) menunjukkan bahwa strategi utama untuk meningkatkan daya saing PT Saung Mirwan adalah strategi melaksanakan produksi sesuai prosedur.

Nirmala dan Santoso (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Keterkaitan Komoditas Unggulan antar Desa Kota dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan Pacet Mojokerto, menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data menggunakan kuisioner. Hasil penelitian menunjukan keterkaitan antar desa masih kurang terjalin dalam aspek keterkaitan komoditas tanaman pangan dikarenakan faktor jarak. Sedangkan keterkaitan komoditas hortikultura telah cukup terjalin dwilayah studi. Disamping itu, keterkaitan komoditas yang terjadi antara desa-desa di Kecamatan Pacet dengan kota-kota di sekitarnya terjalin dengan kota Mojokerto, Sidoarjo, Jombang, Batu dan Surabaya.

Penelitian dengan judul Kajian Strategi Pengembangan Kawasan dalam Rangka Mendukung Peningkatan Daya Saing antar Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo oleh Usaji Maulana (2013), bertujuan untuk mengetahui potensi penduduk, interaksi wilayah, dan Indeks Daya Saing Wilayah (IDSW) dalam menentukan Wilayah Prioritas Pengembangan (WPP) untuk mendukung peningkatan daya saing antar kecamatan di Kabupaten Kulon Progo, serta menyusun arahan atau strategi pengembangan masing-masing WPP yang harus dilakukan dengan memperhatikan keunggulan DSW (Daya Saing Wilayah). Hasil

28

penelitian ini menunjukkan bahwa potensi penduduk tertinggi berada pada Kecamatan Nanggulan, Kecamatan Pengasih, dan Kecamatan Lendah. Sedangkan strategi pengembangan harus dilakukan dengan memperhatikan keunggulan DSW yaitu Kecamatan Nanggulan, arah pengembangannya sebagai Kawasan Minapolitan Agropolitan dan Pariwisata; Kecamatan Pengasih diarahkan untuk peningkatan sektor jasa dan industri; Kecamatan Sentolo diarahkan menjadi Kawasan Industri terutama pengembangan ketenagakerjaan; Kecamatan Lendah memiliki nilai potensi penduduk yang tinggi, dengan nilai interaksi yang tinggi pula akan membantu kecamatan Lendah dalam meningkatkan kesejahteraan; dan sebagai daerah industri pembuatan batik, Pengembangan Perkotaan Wates dengan memaksimalkan sebagai pusat Pemerintahan Daerah dan pusat pengembangan utama Kabupaten.

Penelitian oleh Sucihatiningsih Prajanti (2014) dengan judul Strategy for Controlling Agricultural Land Conversion of Paddy by Using Analytical Hierarchy Process in Central Java, bertujuan untuk menentukan strategi dalam mengendalikan fungsi sawah di Jawa Tengah. Adapun metode analisis yang digunakan dalama penelitian ini adalah Analytcal Hierarchy Process (AHP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Tengah diharapkan untuk fokus kebijakan pada aspek hukum, aspek zonasi dan aspek ekonomi. Pada masing-masing aspek, ada berbagai alternatif yang menjadi prioritas utama, seperti kebutuhan penerapan hukum yang mengatur konversi lahan, kebijakan ketat untuk melindungi lahan permanen, pengelompokan ke dalam beberapa klaster dan kebijakan insentif untuk lahan pertanian permanen. Pengembang dan pihak lain

29

diharapkan tidak mengkonversi lahan pertanian ke dalam lahan non-produktif lainnya. Investor dan pemerintah diharapkan dapat berinvestasi langsung ke sektor tanaman pangan dan sektor perkebunan. Hal ini dilakukan untuk mengatasi masalah modal dan kurangnya sumber daya manusia serta teknologi di luar Jawa. Narulita dkk, (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Daya Saing dan Rumusan Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi Indonesia, menganalisis dayasaing agribisnis kopi di Indonesia secara komparatif dan kompetitif serta menganalisis dan merumuskan strategi yang tepat untuk meningkatkan dayasaing tersebut. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diambil dengan metode wawancara, sedangkan data sekunder berupa data time series tahun 2008 sampai 2013. Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis dayasaing komparatif dengan RCA dan analisis dayasaing kompetitif dengan Berlian Porter. Analisis dayasaing kopi secara komparatif dari tahun 2008-2013 menggunakan RCA menunjukkan bahwa kopi Indonesia berdayasaing eskpor dibandingkan dengan komoditi ekspor Indonesia lainnya. Analisis dayasaing secara kompetitif menggunakan Berlian Porter dengan enam komponen yaitu komponen faktor produksi (SDA, IPTEK, SDM), komponen permintaan, industri terkait dan pendukung, struktur, persaingan dan strategi serta peran pemerintah dan peran kesempatan, sebagian besar mendukung dayasaing kopi Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya kekuatan dan peluang yang terdapat dalam analisis SWOT yang diturunkan dari analisis dayasaing secara kompetitif menggunakan model Berlian Porter.

30

Penelitian berjudul Pengembangan Kawasan Agropolitan di Wilayah Rojonoto Kabupaten Wonosobo oleh Laelatul Farhanah (2015), bertujuan menganalisis komoditas unggulan, kendala, serta strategi pengembangan kawasan agropolitan di wilayah Rojonoto Kabupaten Wonosobo. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan data primer dan sekunder. Adapun metode analisis yang digunakan yaitu Location Quotient, Shift Share, statistik deskriptif, dan Analitycal Hierarchy Process. Hasil analisis Location Quotient, dan Shift-share terkait komoditas unggulan di Wilayah Rojonoto di masing-masing kecamatan adalah cabai, nanas, tomat, kelapa deres, kacang panjang, sirsak, jengkol, jeruk dan nangka. Hasil analisis statistik deskriptif mengenai kendala pengembangan kawasan Agropolitan Rojonoto, kendala utama pada birokrat adalah kesulitan koordinasi di lapangan, kondisi infrastruktur yang mulai rusak, serta pengetahuan petani yang masih perlu di tambah. Kendala dari petani paling banyak dikeluhkan adalah kondisi jalan usaha tani yang mulai rusak, sedangkan pengusaha pedagang banyak yang mengalami kendala pemasaran. Berdasarkan hasil analisis AHP yang dilakukan, strategi pengembangan kawasan di wilayah Rojonoto Kabupaten Wonosobo dapat dilakukan dengan prioritas peningkatan sumber daya manusia, penyediaan input produksi, infrastruktur, kebijakan dan kelembagaan.

Haerudin Saleh dkk, (2017) dalam penelitian yang berjudul Development of Agropolitan Area Based on Local Economic Potential (A Case Study: Belajen Agropolitan Area, Enrekang District) menganalisis tentang pengembangan agropolitan yang memanfaatkan potensi ekonomi lokal. Penelitian ini bertujuan

31

untuk mengkaji dan menganalisis hasil produksi potensi komoditas hortikultura sebagai sektor basis yang dapat dikembangkan secara baik untuk mendukung kawasan agropolitan Belajen. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan menggunakan pendekatan kuantitatif-kualitatif. Hasil penelitian menggambarkan bahwa penerapan kawasan agropolitan dengan pendekatan bottom-up yang dalam hal ini adalah proses perumusan kebijakan publik yang dimulai dari bawah, mengartikan bahwa semua permasalahan yang ada di kelas bawah (daerah) dibahas oleh pemerintah untuk mencari alternatif solusi kebijakan yang tepat. Oleh karena itu, produktivitas pertanian masyarakat di kawasan agropolitan Belajen mengalami pertumbuhan. Berdasarkan analisis kuantitatif, produk unggulan sebagai basis pengembangan kawasan agropolitan dapat ditetapkan.

Penelitian yang dilakukan oleh Isnaeni Agustina dan Artiningsih (2017) yang berjudul Evaluasi Implementasi Masterplan Kawasan Agropolitan Ciwidey Menggunakan Logic Models bertujuan untuk mengetahui kinerja dari rencana program dan kegiatan pengembangan kawasan agropolitan Ciwidey. Penelitian ini menggunakan metode analisis logic models yang menjabarkan input, output, outcome, dan impact dalam suatu diagram yang kemudian diuraikan menggunakan deskripsi kausalitas. Hasil studi menunjukkan bahwa program pengembangan agropolitan berdampak positif bagi karakteristik fisik dan sosial, namun berdampak kurang baik bagi karakteristik ekonomi. Penelitian ini merekomendasikan bahwa diperlukan dukungan kelembagaan yang kuat dalam kegiatan agribisnis di kawasan agropolitan.

32

Dokumen terkait