• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.5 Penelitian Terdahulu

Pembahasan tentang penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan sekarang penting untuk dihimpun guna dijadikan kerangka acuan untuk mendukung penelitian. Penelitian yang pernah diteliti dihimpun untuk dijadikan data dan referensi yang diperlukan untuk mempertegas kajian pustaka yang telah ada sebelumnya. Bagian ini akan menjelaskan penelitian-penelitian masa lalu yang berkaitan dengan penelitian baik yang dilakukan di Indonesia atau di negara lain.

Penelitian Shiratake Yoshiharu& WJF Alfha Tumbuan (2005) dari Saga Universityyang berjudul “Significance of Traditional Market Function for Local Farmer and Consumers : a case study on marketing of vegetables in Manado, North Sulawesi Indonesia” yang dilakukan pada bulan Juli – Agustus 2004 yang menemukan fungsi penting pasar tradisional bagi petani lokal dan konsumen di Kota Manado. Penelitian juga mendapati hampir semua produk pertanian dari berbagai wilayah di Manado dijual melalui pasar tradisional. Negosiasi harga yang rasional dan ketersediaan produk serta penyediaan lapangan pekerjaan

Strategi Komunikasi Tawaran Harga Pedagang Pembeli Komunikasi Verbal dan Komunikasi Non Verbal Penetapan Harga

mendorong fungsi pasar tradisional sebagai tempat transaksi publik semakin signifikan.

Onishi (2011) dalam Disertasinya yang berjudul “Traditional Market in Japan and Market Outcomes” menemukan bahwa pasar Tradisional memiliki dampak positif dalam pembelajaran sosial walaupun keberadaannya tergerus oleh pasar modern. Ia juga menemukan bahwa konsumen di negara-negara berkembang cenderung menyukai pasar tradisional karena harga yang dapat ditawar serta pergantian barang yang dijual oleh pedagang relatif cepat.

Penelitian lain juga pernah dilakukan oleh Bangladesh Institute of Depelovement Studies (2011) yang berjudul Market Institution in Bangladesh Rice Market yang menyimpulkan bahwa jaringan agen atau wholeseller beras di Pasar Bangladesh dikuasai oleh pihak tertentu serta sulit untuk diakses dan dipantau karena penjualan beras di pasar tradisional Bangladesh dilakukan oleh tengkulak yang terorganisir dan penetapan harga ditentukan oleh jaringan agen beras tersebut.

Rosita (2009 ) dengan penelitian berjudul Penetapan Harga Jual Beli Tiket Tarif Lebaran Bus Ramayana Jogjakarta-Palembang Tahun 2008 menarik kesimpulan bahwa penjualan dan penetapan harga jual tiket tidak sesuai dengan mekanisme yang ada dan harga yang ditetapkan jauh diatas tarif atau batas harga yang ditetapkan pemerintah. Harga jual tiket yang biasa seharga Rp 310.000 dijual Rp 450.000. Selain itu juga didapati ketidakjujuran dan ketidakadilan dari agen kepada konsumen dan didapati unsur penipuan dan merugikan pembeli.

Pradoko (2004) dengan penelitian berjudul “Strategi Penetapan Harga Tiket Pada Maskapai Penerbangan” yang menjelaskan tentang penetapan harga tiket yang menggunakan sub kelas di setiap penerbangan. Strategi sub kelas ini yaitu membagi kursi (seat) dalam beberapa kelas seperti Economy Class atau

Business Class dengan memberikan harga murah bagi pesanan yang lebih awal agar dapat menarik konsumen.

Penelitian lain dengan judul “Prinsip Dasar Penetapan Harga Susu Sapi antara pihak kelompok dengan Para Petani Produsen Madura” yang dilakukan oleh Khasanah (2008) yang menyimpulkan tentang penetapan harga dari pihak kelompok tertentu selaku pembeli tungga kepada pihak petani selaku penjual.

Penetapan harga terlebih dahulu dilakukan oleh kelompok sebulan sekali kepada petani susu sapi. Karena tidak ada tempat penjualan yang lebih strategis, maka dari itulah pihak kelompok tertentu menjadi pembeli tunggal. Ini menyebabkan pihak petani selaku penjual tidak dapat menolak harga yang telah ditetapkan oleh kelompok tersebut.

Selanjutnya, peneltitian mengenai penetapan harga juga diteliti oleh Arifiyanto (2003). Dalam penelitian yang berjudul “Penetapan Harga Makanan di Kantin Putra Pondok Pesantren Sunan Pandan Yogyakarta”telah ditemukan beberapa penyimpangan dalam prinsip penetapan harga yang ada. Hal ini dapat dilihat dari harga makanan yang selalu berubah-ubah sesuai dengan kehendak dari pemasok makanan ke kantin tersebut dan tidak menyesuaikan pada harga makanan yang berlaku umum di pasar. Penetapan harga makanan di kantin didasarkan pada pengambilan keuntungan yang lebih banyak. Harganya pun berubah-ubah sesuai dengan spekulan sedangkan kualitas makanan yang dijual juga rendah.

Budiarto (2013) dengan penelitian berjudul “Perilaku Penjual dan Pembeli Dalam Proses Penetapan Harga (Studi di Pasar Splendid Kota Malang)”. Hasil temuan peneliti didapati beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembentukan harga di Pasar Burung Splendid antara lain (1) masing-masing pedagang memiliki perhitungan secara individu dalam memberikan harga pada barang yang dijualnya. (2) Dilihat keaktifan menawar pembeli, maka pembeli dapat digolongkan menjadi dua tipe yakni pembeli yang aktif menawar maupun pembeli yang pasif menawar. Tentunya apabila pembeli aktif menawar, maka terdapat kemungkinan pembeli mendapatkan harga yang lebih rendah dibandingkan pembeli yang pasif menawar. Harga di Pasar Burung Splendid dapat dikatakan sebagai harga yang elastis.

Menurut Kismono (2001:346) memilih strategi penentuan harga dengan tepat amat penting dilakukan, karena bermula dari hargalah pendapatan perusahaan diperoleh. Apabila harga ditetapkan terlalu tinggi, bisa jadi produk tidak terbeli. Disamping itu, harga merupakan unsur bauran pemasaran yang bersifat fleksibel yang artinya dapat berubah dengan cepat. Perubahan harga turut mempengaruhi pangsa pasar yang diinginkan pedagang, artinya pedagang pada

pasar tradisional yang ingin mempertahankan pasar juga harus memperhatikan harga yang ditawarkan kepada pembeli.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri Departemen Perdagangan RI (2007) juga menemukan bahwa pangsa pasar dan kinerja usaha pasar tradisional menurun sekitar 3,8%. Penurunan ini juga diakibatkan oleh kurangnya daya saing pasar tradisional serta keberadaan pasar modern yang memberikan pengaruh terhadap kontribusi dan kinerja pasar tradisional.

Rangkuti (2005) meneliti tentang “Analisis pengembangan Pasar Tradisional dan Dampaknya terhadap Pengembangan Wilayah (Studi Kasus pada Pasar Tradisional Kota Medan” yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh pengembangan pasar tradisional dengan pengembangan wilayah dalam bentuk terjadinya peningkatan jumlah pengunjung dipasar tradisional kota Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut persepsi pedagang bahwa pengembangan pasar tradisional dalam aspek kebersihan, keamanan dan penataan kios akan dapat meningkatkan jumlah pengunjung/pembeli di pasar tradisional kota Medan.

Sutanto (2008) dengan penelitian yang berjudul Penetapan Harga Jual Rumah Pada Perumahaan Taman Banjar Wijaya Malang. Metode yang digunakan adalah mark up pricing (berdasarkan biaya plus) dan going rate pricing

(berdasarkan harga pasar). Penelitian ini juga menganalisis data pendekatan permintaan dengan menggunakan metode survey langsung penyebaran kuesioner.

Di Sumatera Utara sendiri, penelitian mengenai penjualan pakaian bekas telah pernah dilakukan yakni di kotamadya Tanjung Balai, yakni di Pajak TPO Tanjung Balai Asahan. Penelitian ini dilakukan oleh Siti Aisyah pada tahun 2003 yang berjudul Pengaruh Penjualan Pakaian Bekas terhadap Tingkat Pendapatan Pedagang Pakaian Bekas di Kota Madya Tanjung Balai Asahan (Studi pada Pajak TPO Tanjung Balai Asahan). Penelitian ini menyimpulkan bahwa rata-rata tingkat kesejahteraan para pedagang pakaian bekas dianggap sejahtera. Ini terlihat dari rata-rata pedapatan pakaian bekas diatas 2.700.000 sedangkan 50% responden memiliki pendapatan diatas Rp 4.975.000 hingga diatas Rp 7.500.000 per bulannya.

Penelitian mengenai komunikasi dalam perdagangan juga telah pernah diteliti sebelumnya yakni :

Costa (2003) meneliti tentang Komunikasi Tawar-Menawar Antarpenutur di Pasar Ikan Ambon yang menghasilkan temuan bahwa komunikasi tawar- menawar di Pasar Ikan Ambon terwujud dalam mekanisme pergantian antar dialog yang berlangsung lebih dari satu kali dan diungkapkan secara langsung. Pembeli dan pedagang di pasar Ikan Ambon sering tidak mematuhi kesopanan yang ada dan mengakibatkan kesalahan interpretasi harga.

Agdina (2010) dengan penelitian berjudul Komunikasi Dalam Perdagangan (Studi pada Pedagang Aksesoris atau Souvenir di Pasar Atas Bukittinggi, Sumatera Barat). Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa proses terjadinya komunikasi ditandai dengan adanya pengirim-ideation- encoding-decoding-penerima-feedback dan proses dalam membangun komunikasi dengan pembeli dibagi dalam 2 tahap yaitu sebelum dan saat terjadinya tawar menawar. Sebelum tawar nenawar, pedagang melakukan komunikasi berupa menyapa pembeli, bersikap ramah dan sopan, memberikan lelucon atau menyisipkan humor. Saat berlangsungnya tawar-menawar berupa memberikan rayuan, berkata jujur dan mendengar. Sedangkan proses membangun komunikasi dengan pedagang sebelum tawar menawar berupa PDKT, bertanya, bertukar pikiran dan pengalaman dan saat terjadinya tawar menawar dalam perdagangan terjadi komunikasi berupa merayu, memberikan pujian dan keramahan. Bentuk komunikasi dalam perdagangan berupa komunikasi verbal dan aspek seperti perbendaharaan kata termasuk strategi dan kemampuan yang dimiliki oleh pedagang maupun pembeli dalam proses tawar menawar, kecepatan bicara pedagang maupun pembeli, intonasi suara, humor, cara penyampaian pesan yang singkat dan jelas, waktu yang digunakan dalam berkomunikasi serta komunikasi nonverbal berupa penggunaan simbol-simbol nonverbal (ekspresi wajah, kontak mata, gerak dan isyarat)

Samsung Economic Research Institute (2013) juga meneliti komunikasi Pedagang di Pasar Tradisional Korea. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2013 dan menemukan bahwa pedagang makanan laut di pasar tradisional Korea

pedalaman sekalipun dimana biaya pengiriman lebih tinggi, pedagang akan menetapi janjinya untuk mengirim pesanan dalam sehari. Komunikasi pedagang dan pembeli terjalin dengan baik dan mampu memenuhi harapan pelanggan. Ketika penjualan stagnan, maka pedagang akan berinovasi untuk melakukan inovasi seperti renovasi toko, peralatan toko dan display toko. Selain itu pedagang juga secara aktif bekerja sama dengan toko-toko yang berjualan di sekitar mereka dan dengan pedagang yang menjual barang sejenis dan menjalin komunikasi yang baik dengan asosiasi pedagang.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dokumen terkait