• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

3.1 Perspektif / Paradigma Kajian

Perspektif atau metode yang penulis gunakan adalah metode penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitiatif. Menurut Zuriah (2003:31) penelitian dengan menggunakan metode studi kasus adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat populasi di daerah tertentu. Dalam penelitian kualitatif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan dan menguji hipotesis. Menurut Nasution (2003:5), penelitian kualitatif adalah mengamati orang dalam lingkungan, berinteraksi dengan mereka dan menafsirkan pendapat mereka tentang dunia sekitar.

Berdasarkan pengertian diatas, maka penelitian ini adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan atau mendeskripsikan gejala-gejala atau fakta secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat penelitian serta menganalisa kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh. Penelitian ini tidak menguji hipotesis, melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan yang diteliti. Dengan demikian, dapat ditegaskan kembali bahwa penelitian ini juga ditempuh berdasarkan tujuan untuk memahami fenomena yang ada.

Perspektif kualitatif memiliki tahapan berpikir kritis ilmiah, yang mana seorang peneliti memulai berpikir secara induktif yaitu menangkap berbagai fakta atau fenomena sosial melalui pengamatan di lapangan kemudian menganalisis nya dan kemudian berupaya melakukan teorisasi berdasarkan apa yang diamati itu (Bungin 2010:16). Paradigma kualitatif merupakan paradigma penelitian yang menekankan pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas atau natural setting yang holistik, kompleks dan rinci (Hartono 2004:16). Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena melalui pengumpulan data yang sedalam-dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling serta yang lebih ditekankan adalah kualitas data

kualitatif, peneliti merupakan bagian integral dari data yang ikut aktif dalam menentukan jenis data yang diinginkan. Dengan demikian peneliti adalah instrument riset yang harus terjun ke lapangan. Peneliti juga harus objektif dan hasilnya kasuistik, bukan untuk digeneralisasikan.

Sedangkan Moleong (2007 :6) menyimpulkan definisi penelitian kualitatif sebagai berikut :

“Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk melihat fenomena tentang apa yang dialami subkel penelitian misalnya perilaku, persepsi, tindakan dll. Hal ini dilakukan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan memanfaatkan berbagai metode ilmiah”

Menurut Djam’an dan Komariah (2009:23), penelitian kualitatif dilakukan karena penelitian ingin mengeksplor fenomena-fenomena yang tidak dapat dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif seperti proses suatu langkah kerja, formula suatu aktivitas, pengertian suatu konsep yang beragam, tata cara suatu kehidupan dan lain sebagainya

Gaya penelitian kualitiatif berusaha untuk mengkontruksi realitas dan memahami maknanya. Jika ditarik pengertian secara umum, penelitian kualitatif bisa didefinisikan sebagai penelitian yang dilakukan dalam setting tertentu yang ada dalam kehidupan riil dengan maksud memahami fenomena apa yang terjadi. Menurut Finlay (2006:11) riset kualitatif hampir selalu berbasis pada going exploring yang melibatkan in-depth and case-oriented study atas sejumlah kasus dan kasus tunggal. Neumann (1997-54) juga menambahkan peneliti kualitatif secara luas menggunakan pendekatan interpretative dan kritis pada masalah- masalah yang terjadi langsung dimasyarakat atau objek amatan yang sulit ditangkap melalui pengukuran yang presisif dan diekspresikan dengan angka.

Finlay (2006:13-14) juga menyatakan bahwa penelitian kualitatif memiliki beberapa ciri. Ciri tersebut dapat dikaitkan dengan peranan peneliti, hubungan yang dibangun, proses yang dilakukan, peran makna, interpretasi dan hasil temuan.

1. Peranan peneliti dalam membentuk pengetahuan. Dalam proses pembentukan/konstruksi pengetahuan, peneliti merupakan figure utama

yang mempengaruhi dan membentuk pengetahuan. Peran ini dilakukan dalam proses pengumpulan data, pemilihan data dan interpretasi data. Jadi, peneliti sangat tidak mungkin melakukan penelitian jika peneliti tidak terjun langsung pada objek yang diteliti. Konsekuensinya, peneliti harus terlibat secara langsung dalam setiap tahap kegiatan penelitian dan harus berada langsung dalam setting penelitian yang dipilih.

2. Arti penting hubungan peneliti dengan pihak lain. Penelitian kualitatif merupakan proses yang melibatkan peserta (yang diteliti), peneliti, pembaca serta relationship yang mereka bangun. Jadi peneliti dipengaruhi oleh lingkungan sosial, historis dan cultural dimana riset lakukan. Konsekuensi dari hal ini adalah ketika melakukan penelitian, maka peneliti harus mampu membina hubungan yang baik dengan objek penelitian dan mampu menyajikan hasil penelitian sehingga pembaca dapat mengikuti dengan jelas alur pemikiran peneliti dalam membangun suatu pengetahuan.

3. Penelitian kualitatif bersifat inductive, exploratory, dan unhypothesis. Penelitian kualitatif selalu didasarkan pada fenomena menarik dan dimulai dengan pertanyan terbuka (open question) bukan dimulai dengan hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Jadi, penelitian ditujukan untuk menginvestigasi social-world, bukan memprediksi perilaku.

4. Peranan makna (meaning) dan interpretasi. Penelitian kualitatif difokuskan pada bagaimana individu memahami dunianya dan bagaimana mereka mengalami peristiwa itu. Jadi, penelitian ini berusaha menginterpretasikan fenomena dari kacamata pelaku berdasarkan interpretasi mereka terhadap fenomena tersebut.

5. Temuan dalam penelitian kualitatif sangat kompleks, rinci, dan komprehensif. Penelitian kualitatif didasarkan pada deskripsi yang jelas dan detail, karena menjawab pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana. Oleh karena itu, penyajian atas temuan sangatlah kompleks, rinci dan komprehensif sesuai dengan fenomena yang terjadi pada setting

penelitian.

Sementara itu, Lincoln dan Guba (Marshall 1989-24) mengajukan empat hal penting yang merefleksikan paradigma kualitatif ketika seorang peneliti hendak melakukan penelitian. Pertama, credible to the constructors and the original multiple realities yang artinya seorang peneliti harus memiliki kredibilitas yang bertujuan untuk mendemonstrasikan bahwa penyelidikan yang dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah. Hal ini sangat diperlukan untuk memastikan identifikasi dan deskripsi masalah penelitian secara akurat. Penelitian

kemampuan untuk demonstrasi aplikasi dan temuan penelitian dalam konteks ilmiah namun berbeda. Triangulasi dapat dijadikan rujukan untuk dapat mencapai transferability dari suatu penelitian kualitatif. Ketiga adalah dependability dimana peneliti berusaha mencermati perubahan kondisi pada fenomena sosial yang dikajinya sebagaimana ia menyesuaikan desain studi untuk menyaring pemahaman pada setting permasalahan. Yang terakhir adalah confirmability, yang bisa disepadankan dengan objektivitas. Dalam hal ini peneliti kualitatif dituntut untuk menghasilkan temuan yang dapat dikonfirmasikan dengan pihak lain.

Penelitian kualitatif ini secara spesifik lebih diarahkan pada metode studi kasus. Sebagaimana pendapat Lincoln dan Guba (Pujosuwarno, 2009:34) yang menyebutkan bahwa pendekatan kualitatif dapat disebut juga dengan case study

yakni penelitian yang mendalam dan mendetail tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan subjek penelitian. Lebih lanjut ia menambahkan bahwa studi kasus dapat diartikan sebagai suatu teknik mempelajari seseorang individu secara mendalam untuk memperoleh penyesuaian diri yang lebih baik. Menurut Pawito (2007:141) studi kasus pada intinya adalah meneliti kehidupan satu atau beberapa komunitas, organisasi atau perorangan yang dijadikan unit analisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

Menurut Lincoln dan Guba (Mulyana, 2004:201), penggunaan studi kasus sebagai suatu metode penelitian kualitatif memiliki beberapa keuntungan, yaitu : 1. Studi kasus dapat menyajikan pandangan dari subjek yang diteliti.

2. Studi kasus menyajikan uraian yang menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari.

3. Studi kasus merupakan sarana yang efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan responden.

4. Studi kasus dapat memberikan uraian yang mendalam yang diperlukan bagi penilaian atau transferabilitas.

Menurut Yin (2002:54) studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer didalam kehidupan nyata.

Pada dasarnya penelitian studi kasus bertujuan untuk mengetahui tentang sesuatu hal secara mendalam. Maka dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode studi kasus untuk mengungkap komunikasi pedagang pakaian bekas dalam menetapkan harga dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan memahami dan memaknai pandangan serta kejadian pada subjek penelitian. Untuk itu, analisis kualitatif dengan metode studi kasus dianggap lebih tepat guna menjelaskan fenomena dan permasalahan dalam penelitian ini.

Dokumen terkait