• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Pedagang Pakaian Bekas Dalam Menetapkan Harga Pada Pembeli (Studi Kasus Pada Pasar Tradisional Inpres Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Komunikasi Pedagang Pakaian Bekas Dalam Menetapkan Harga Pada Pembeli (Studi Kasus Pada Pasar Tradisional Inpres Medan)"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI PEDAGANG PAKAIAN BEKAS DALAM

MENETAPKAN HARGA PADA PEMBELI

(Studi Kasus Pada Pasar Tradisional Inpres Medan)

SKRIPSI

Disusun Oleh:

ESRA ERITA SARI SILALAHI 090907006

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA / BISNIS

HALAMAN PERSETUJUAN

Hasil skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh :

Nama : ESRA ERITA SARI SILALAHI

NIM : 090907006

Program Studi : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis

Judul : Komunikasi Pedagang Pakaian Bekas dalam Menetapkan

Harga (Studi Kasus pada Pasar Tradisional Inpres Kwala

Bekala Medan )

Medan, Juli 2013

Dosen Pembimbing Ketua Program Studi

Drs. Humaizi, MA Prof. Dr. Marlon Sihombing,MA NIP : 195808091986011002 NIP: 195908161986111001

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA / BISNIS

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan panitia penguji skripsi Program

Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara oleh :

Nama : Esra Erita Sari Silalahi

NIM : 090907006

Program Studi : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis

Judul : Komunikasi Pedagang Pakaian Bekas dalam

Menetapkan Harga (Studi Kasus pada Pasar

Tradisional Inpres Kwala Bekala Medan)

Yang dilaksanakan pada :

Hari :

Tanggal : Juli 2013

Pukul :

Tempat : Ruang Sidang FISIP-USU

Panitia Penguji

Ketua : (………)

Penguji I : (………)

(4)

KATA PENGANTAR

Segala sembah puji syukur dan terimakasih penulis ucapkan kepada

penguasa jagad raya, Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala cinta kasih,

pertolongan, kemurahan dan penyertaanNya selama ini sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus penulis

penuhi guna menyelesaikan studi di Ilmu Administrasi Bisnis USU Medan untuk

memperoleh gelar sarjana Administrasi Bisnis. Adapun judul dari skripsi ini

adalah : Komunikasi Pedagang Pakaian Bekas dalam Menetapkan Harga (Studi

Kasus Pada Pasar Inpres Kwala Bekala Medan)”

Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa dukungan dari banyak pihak.

Pada kesempatan ini dengan rasa hormat dan penuh ucapan terimakasih penulis

ucapkan kepada orang tua penulis, ayahanda B.Silalahi dan ibunda R.Sinaga, S.S,

S.Pd. atas kasih dan cinta serta semangat yang tak kunjung padam dan suri

tauladan yang teramat banyak sekali, perhatian dan pengorbanan serta pendidikan

karakter yang kuat dan pengajaran mengenai niat dan kesungguhan dalam diri

penulis. Semua itu tidak ternilai dan senantiasa ada dalam diri penulis. Tak lupa

ucapan terima kasih untuk seluruh keluarga besar St M.Sinaga/H.br Simbolon

(Op.Parasian) dan keluarga besar G.Silalahi / B.Sidjabat (Op. Jandri) yang

senantiasa menjadi bagian dari penulis.

Penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang

telah membantu penulis dan kepada semua pihak yang menjadi bagian penting

selama penulis menjalankan perkuliahan di IlmuAdministrasi Bisnis USU

Medan, yaitu :

1. Prof. Dr. Badaruddin, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA selaku Ketua Program Studi Ilmu

(5)

3. Dosen Pembimbing penulis Humaizi, MA, Ph.D, Cand yang bersedia

membimbing saya, yang bersedia mengeluarkan waktu, tenaga, pikiran

dan materi serta mau mengajari saya dari proses awal penyusunan

proposal sampai skripsi ini terselesaikan. Terima kasih atas pengetahuan

dan ilmu yang sangat berharga yang tidak akan pernah penulis lupakan.

Semoga Tuhan membalas budi baik bapak berkali-kali lipat dan melimpah

banyaknya. Serta kepada bapak Dr. Ridwan Hanafiah, SH, MA atas

nasihat dan motivasi yang akan penulis ingat sampai kapan pun angin

berhembus.

4. Seluruh Dosen-dosen dan Staf Pengajar di Program Studi Ilmu

Administrasi Bisnis FISIP USU. Terkhusus kepada Dosen-dosen wanita :

Ibu Karlonta Nainggolan, S.E, M.Acc, Ak, Ibu Jovita Sabarina, S.Sos,

M.Si dan kak Siswati Saragi, S.Sos, M.SP. Sungguh pola pengajaran

mereka memberi penulis inspirasi dan telah mengajari bagaimana menjadi

insan yang lebih baik lagi serta menjadi insan yang cerdas dalam segala

bidang kehidupan.

5. Kepada pegawai PD. Pasar Medan Cabang II Pasar Inpres Kwala

Bekala Medan, kepada bapak kepala pasar Yuarsyah serta kepada bapak

Hermanto, Rona Frangky Tarigan, SH, kepada bapak M.Zaki, SH dan ibu

Deni Masrela. Keakraban dan budi baik bapak ibu sekalian di lapangan

sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Kepada informan penulis, Kak Rame, Ibu Siska, Mak Ribu, kak Herma

dan Ibu Lita yang sangat terbuka membantu penulis dalam menjawab

setiap pertanyaan yang telah penulis ajukan. Semoga selalu sukses dalam

berdagang monja dan diberi keuntungan berlipat ganda.

7. Kepada kakak, abang dan adik penulis : Ruth Marliani Silalahi, S.Farm,

Apt, kepada Tonggo Rosian Silalahi, ST dan kepada Alfred Immanuel

Silalahi yang selalu mewarnai hidup penulis dengan tawa sehingga hidup

penulis lebih seru dan penuh kebahagiaan. Semoga kita semua berhasil

dalam segi apa pun.

8. Keluarga Besar Sekolah Minggu HKBP Padang Bulan : Kepada Kak

(6)

Loura Gultom, BA, Dra. E.Sembiring, Kak Eva Siahaan, S.Pd, Sondang,

Desi, kak Dewi dan double Rani. Semoga kita selalu bersemangat

melayani dan mengajari anak-anak untuk selalu takut akan Tuhan.

9. Kost Mandolin 5 Padang Bulan, teman-teman penulis : Maryland Siregar,

Kak Ondang, Kak Ika, Kak Jeni, dokter Wita, kak Foria, Pestalovers,

Roma, Kak Ani, Kak Lina, Kak Imes, Kak Ningsih dan lain-lain.

Semangat dan kelucuan dari kalian sangat membahagiakan hari-hari

penulis. Kini penulis telah mampu menjawab pertanyaan yang kerap

kalian ajukan : Kapan Siap Skripsinya?

10.Kepada keluarga Besar Ilmu Administrasi Bisnis 2009. Teman-teman

yang menemani penulis menimba ilmu pengetahuan : Royana, Marlia,

Ebbita, Rouly, Rizka Safrina, Rendi Ravino, Jodie, Ruly, Era, Devi, Cyndi

Manik dll yang tidak bisa penulis sebut semuanya. Sukses selalu

dimanapun kalian berada.

11.Kepada Pria-pria berbudi baik dan luhur yang mau membantu serta

meluangkan waktu, tenaga dan ide untuk turut berpartisipasi memikirkan

skripsi penulis serta memberi motivasi lain dari yang lain : Bang

BataraS.Sos, Christian Haposan Simanjuntak, bang Nelson S.Sos, bang

Kalpin Napitupulu S.Sos, bang Hardi, S.Sos. Semoga kebahagiaan selalu

ada di hidup kita masing-masing.

12.Pihak-pihak yang membantu penulis dalam suka mau pun duka namun

tidak bisa penulis ucapkan satu persatu.

Penulis dengan segala kerendahan hati menyadari bahwaskripsi ini

masih kurang sempurna dikarenakan keterbatasan pengetahuan,

kemampuan, wawasan serta bahan-bahan literatur yang penulis

dapatkan.Oleh karena itu penulis mengharapkan segala bentuk kritik dan

saran yang membangun dari pembaca guna menyempurnakan karya ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua yang

membacanya.

(7)

DAFTAR ISI

2.1.2 Proses Komunikasi ... 13

2.1.3 Media Komunikasi ... 16

2.1.4 Tujuan Komunikasi ... 17

2.1.5 Fungsi Komunikasi ... 17

2.1.6 Faktor Penghambat Komunikasi ... 18

2.1.7 Komunikasi Verbal dan Komunikasi Nonverbal ... 19

2.1.7.1 Komunikasi Verbal ... 19

2.2.7 Peranan Penetapan Harga ... 34

2.3 Definisi Konsep ... 35

2.4 Model Teoritis ... 37

(8)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Perspektif / Paradigma Kajian ... 43

3.2 Lokasi Penelitian ... 47

A. Komunikasi Pedagang Dalam Menetapkan Harga di pasar Tradisional Inpres Kwala Bekala ... 63

4.3.2 Analisis Data Kualitatif ... 64

4.3.2.1 Informan I ... 64

A. Interpretasi Data ... 64

B. Analisis Komunikasi Pedagang dalam Menetapkan Harga ... 65

C. Analisis Faktor-Faktor yang diperhatikan Pedagang Dalam Proses Penetapan Harga dengan Pembeli ... 68

4.3.2.2 Informan II ... 70

A. Interpretasi Data ... 71

B. Analisis Komunikasi Pedagang dalam Menetapkan Harga ... 72

C. Analisis Faktor-faktor yang diperhatikan Pedagang Dalam Proses Penetapan Harga dengan Pembeli ... 74

4.3.2.3 Informan III ... 76

A. Interpretasi Data ... 76

B. Analisis Komunikasi Pedagang dalam Menetapkan Harga ... 78

C. Analisis Faktor-faktor yang diperhatikan Pedagang Dalam Proses Penetapan Harga dengan Pembeli ... 80

4.3.2.4 Informan IV ... 82

A. Interpretasi Data ... 82

B. Analisis Komunikasi Pedagang dalam Menetapkan Harga ... 83

C. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pene- tapan harga ... 86

4.3.2.5 Informan V ... 88

A. Interpretasi Data ... 88

(9)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 93

(10)

DAFTAR TABEL

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Prosedur Menentukan Harga………..28

Gambar 2 Model Teoritis……… ..36

Gambar 3 Teknik Triangulasi………...………53

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

(13)

ABSTRAK

(14)

ABSTRAK

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa dipisahkan dari

komunitas lingkungan di sekitarnya. Manusia dikatakan makhluk sosial karena

manusia hidup secara berkelompok untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya sudah berlangsung sejak

manusia itu ada dan disebabkan oleh berbagai faktor pendorong. Faktor

pendorong tersebut dapat bersifat alamiah seperti dorongan untuk

mempertahankan hidup dan dorongan untuk mempertahankan kelompok. Untuk

dapat memenuhi kebutuhannya, manusia membutuhkan interaksi dengan individu

lain atau lingkungan sekitar. Salah satu sarana pendukung kegiatan manusia dalam

usaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah diperlukannya pasar sebagai

salah satu tempat aktivitas ekonomi.

Perdagangan merupakan salah satu sektor yang tidak dapat terpisahkan

dari kehidupan ekonomi masyarakat (Belshaw, 1981:7). Perdagangan merupakan

kegiatan atau proses jual beli dan tawar menawar antara seorang penjual di satu

pihak dan pembeli di pihak lain. Melalui perdagangan, individu dan kelompok

melalukan transaksi ekonomi untuk mendapatkan sesuatu yang menjadi

kebutuhannya berupa barang atau jasa secara kontinuitas, tindakan perdagangan

dilakukan pada suatu institusi ekonomi yaitu pasar yang didalamnya terdapat

proses tawar menawar dan tukar menukar (Rex, 2005:36)

Pasar selama ini sudah melekat di masyarakat dan menjadi bagian dari

kehidupan masyarakat sehari-hari. Aktivitas perdagangan bertumpu pada pasar.

Dinamika pasar tradisional akan selalu menarik dimana di dalam pasar tradisional

terdapat unsur-unsur yang dapat diperoleh misalnya perilaku konsumen maupun

perilaku pedagang di dalam pasar. Menurut Belshaw (Sadilah 2011:1)

(16)

pasar berfungsi sebagai tempat penyebaran dan penyimpanan barang, serta tempat

dimana berpindahnya komoditas dari satu ke yang lain. Bagi masyarakat, pasar

merupakan sisi dunia usaha yang mempunyai karakteristik kerakyatan yang lekat

dengan dimensi sosial, ekonomi dan budaya. Sebagai salah satu tumpuan dari

aktivitas ekonomi, masyarakat menuntut pasar untuk dapat memenuhi

kebutuhannya sesuai dengan fisik maupun nuansa kegiatan yang terjadi di

dalamnya. Pasar melibatkan masyarakat baik yang berperan sebagai penjual atau

pembeli yang saling membutuhkan satu sama lain.

Secara umum, masyarakat mengenal dua jenis pasar yakni pasar modern

dan pasar tradisional. Keduanya memiliki ciri yang berbeda apabila dilihat dari

kondisi fisik bangunan, tempat berjualan dan sistem jual beli yang dilakukan.

Pasar tradisional secara umum terdiri dari kios atau tenda, tidak permanen dan

lingkungannya tidak nyaman karena bau, becek kotor dan tidak tertata rapi, serta

dimungkinkan terjadinya tawar-menawar antara penjual dan pembeli. Sedangkan

pasar modern biasanya memiliki bangunan yang permanen, fasilitas memadai,

nyaman dan harga yang memiliki label sehingga tidak bisa untuk ditawar.

Zaman yang terus berkembang dan perubahan gaya hidup yang

dipromosikan begitu hebat oleh berbagai media baik cetak maupun media

elektronik telah mampu mengusik keberadaan pasar tradisional. Namun demikian,

kita dapat melihat bahwa keberadaan pasar tradisional masih mampu untuk

bertahan dan bersaing ditengah serbuan pasar modern dalam berbagai bentuk yang

jauh lebih menarik. Keberadaan pasar tradisional merupakan salah satu indikator

paling nyata kegiatan ekonomi masyarakat di suatu wilayah walaupun keberadaan

pasar modern telah membuat pengaruh besar terhadap aktivitas pasar tradisional

karena banyaknya pembeli lebih memilih belanja di pasar modern. Pertumbuhan

pasar modern di Indonesia semakin merangkak naik dan berkembang. Kita dapat

menemukan pasar modern dengan mudah dan dalam radius yang berdekatan

seperti Alfamart, Alfamidi, Indomaret, Carrefour, Macan Yaohan, serta berbagai

pasar modern lain baik yang masuk dalam kategori minimarket, supermarket dan

(17)

Beberapa pengamat mencatat dari tahun ke tahun dimulai dari tahun 2000,

pangsa pasar tradisional terus menurun karena semakin menjamurnya retail-retail

modern. Hal ini semakin diperparah dengan adanya pergeseran kondisi sosial

ekonomi dan gaya hidup dimana pada awalnya pasar modern hanya dikunjungi

oleh kalangan atas namun kini merambah ke pembeli menengah ke bawah.

Keberadaan pasar tradisional semakin tersingkirkan dengan mall dan pusat

perbelanjaan modern (Kompasiana, 22 Oktober 2011). Hal demikian juga terjadi

di berbagai daerah di Indonesia. Menurut data yang dimiliki Asosiasi Pedagang

Pasar Seluruh Indonesia (APPSI), hingga tahun 2012 sudah belasan ribu kios

pedagang yang tutup dan berdampak langsung pada omzet dan kegiatan ekonomi

mereka

Di kota Medan, terdapat banyak pasar tradisional yang lebih dikenal

dengan sebutan pajak oleh masyarakat setempat. Pasar tradisional yang terdapat di Medan diantaranya : Pusat Pasar atau Sambu, Pajak Inpres, Pasar Beruang, Pasar

Simpang Limun, Pasar Ramai, Pamela (Pajak Melati), Pajak Sore Padang Bulan,

Pajak Pagi Padang Bulan, Pajak Ikan dan Pajak Pringgan. Pajak atau pasar tradisional di Medan umumnya memiliki permasalahannya yang sama yakni ruang

gerak yang terlalu sempit, tidak teratur, tidak sehat, kurangnya promosi penjualan,

rendahnya tingkat keamanan, alokasi waktu operasional yang terbatas, fasilitas

parkir kendaraan yang tidak tertata baik, kotor dan kurangnya tempat sampah,

fasilitas air bersih yang kurang, lemahnya pengelolaan dan infrastruktur yang

kurang memadai. Pengamat sosial Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara, Asima Yanti menyatakan bahwa Pasar tradisional di Medan

belum dapat menjadi tempat transaksi ekonomi yang layak dan terjamin

keamanannya. Tanggung jawab atas ancaman penggusuran, pungutan liar dan

tindak kriminal lain dibebankan sepenuhnya kepada penjual dan pembeli (Medan

Bisnis, 12 Januari 2009)

Namun demikian, pasar tradisional juga memiliki beberapa keunggulan.

Keunggulan ini dapat dijadikan alasan mengapa pasar tradisional saat ini masih

(18)

masyarakat. Keunggulan ini dapat ditemui dalam hal lokasi yang strategis,

keanekaragaman penjual, kesegaran barang dagangan, harga yang rendah apabila

dibandingkan dengan pusat pembelanjaan modern, serta sistem tawar menawar

yang menunjukkan keakraban antara penjual dan pembeli merupakan keunggulan

yang dimiliki oleh pasar tradisional. Menurut Pamardi (2002:18) hal yang

menarik dari pasar tradisional bahwa pasar tradisional menyangkut hajat hidup

masyarakat yang lebih banyak, dan mayoritasnya adalah masyarakat kecil.

Implikasinya adalah pasar tradisional mempunyai nilai strategis yang tinggi

dalam memelihara keseimbangan pembangunan dan pengendali perekonomian.

Persaingan yang semakin ketat dimana semakin banyak penjual yang

terlibat dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan pembeli menyebabkan setiap

penjual harus menempatkan orientasi kepuasan pembeli sebagai tujuan utama

(Tjiptono, 2000:24). Semakin banyaknya produsen yang menawarkan produk dan

jasa, maka pembeli memiliki pilihan yang semakin banyak untuk menentukan jadi

atau tidaknya transaksi pembelian. Salah satu orientasi kepuasan pembeli adalah

harga. Harga yang diinginkan pembeli adalah harga yang masuk akal menurut

kemampuan mereka. Hal ini menjadi menarik karena pasar tradisional

memungkinkan terjadinya negosiasi harga antara penjual dan pembeli yang

memudahkan pembeli untuk mencapai harga yang rasional.

Di pasar tradisional, terdapat keunggulan yang tidak dimiliki oleh pusat

perbelanjaan modern yakni sistem komunikasi yang unik yaitu tawar-menawar.

Komunikasi dalam aktivitas jual-beli ini dapat dikatakan berada dalam situasi

yang tidak resmi (Jurnal Humanity Volume 6 Nomor 1 September 2010 halaman

13-20). Tawar menawar lazim terjadi tatkala harga yang ditawarkan kedua belah

pihak yakni penjual dan pembeli tidak mencapai kesepakatan. Hal ini disebabkan

oleh harga yang ditawarkan penjual terlalu tinggi atau harga yang diinginkan

pembeli terlalu rendah. Komunikasi dalam berbisnis yang baik sangat dibutuhkan

dalam proses tawar menawar terkait dalam penetapan harga. Salah satu bentuk

komunikasi tersebut adalah komunikasi menyampaikan atau melakukan persuasi

(19)

Sandang atau pakaian sebagai salah satu kebutuhan primer manusia yang

tidak kalah pentingnya dengan kebutuhan pangan. Pakaian bekas adalah barang

yang dibeli dan dipakai dari konsumen pertama kemudian dijual kembali kepada

konsumen kedua ataupun seterusnya. Masyarakat kota Medan sendiri sudah

sangat mengenal pakaian bekas atau lebih akrab dengan sebutan monja. Pakaian bekas ini memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat yaitu selain memiliki

kualitas yang baik juga harga yang relatif murah dengan merk-merk yang sudah

diakui kualitasnya dan dengan model yang tidak ketinggalan zaman.

Banyak masyarakat yang memilih bidang usaha ini karena dianggap

memberikan pendapatan yang cukup besar bagi masyarakat dan juga memberikan

keuntungan lebih bagi pedagang pakaian bekas. Oleh karena itu, bidang usaha ini

dapat tumbuh dan berkembang karena adanya proses alamiah dalam ekonomi

yakni adanya permintaan dan penawaran. Pakaian-pakaian bekas ini tidak hanya

dijual atau dipasarkan di daerah Medan saja, tetapi juga di wilayah lain di

Sumatera Utara.

Di Pasar Tradisional Inpres Kwala Bekala Medan, terdapat banyak sekali

jenis pakaian bekas yang diperdagangkan. Pakaian bekas yang diperdagangkan

antara lain pakaian wanita dewasa, pakaian pria dewasa, pakaian dalam wanita,

pakaian anak-anak, pakaian resmi pria dan wanita, jeans dan lain-lain. Keunikan dari Pasar Tradisional Inpres Kwala Bekala Medan adalah pedagangnya mewakili

keanekaragaman suku yang ada di Medan, diantaranya suku Karo, Simalungun,

Batak, Padang, Jawa, Mandailing dan lain-lain. Bentuk pergaulannya juga

cenderung kepada kebiasaan – kebiasaan yang unik yakni kerap bercanda diantara

sesama pedagang, menawarkan barang dagangan dengan suara yang keras, dan

saling terburu-buru atau tergesa-gesa. Transaksi dan proses tawar menawar yang

terjadi sering terdengar dalam bahasa Indonesia walaupun tak jarang kerap kali

terdengar dalam bahasa daerah. Komunikasi yang unik terjadi saat pedagang dan

pembeli saling tidak mau mengalah dalam mempertahankan harga yang

diinginkan. Selain itu, harga yang ditawarkan pedagang relatif lebih murah

apabila dibandingkan dengan pasar tradisional yang menjual barang bekas yang

(20)

tradisional Inpres Kwala Bekala Medan tidak terlalu ramai dikunjungi dibanding

pajak yang lain sehingga pedagang sepakat untuk tidak mengambil untung yang lebih banyak agar dapat mempertahankan pembeli untuk datang kembali.

Setiap bisnis dalam bentuk apapun memerlukan komunikasi untuk

mendapatkan untung atau mempertahankan usaha. Komunikasi yang digunakan

oleh pedagang tentu tidak hanya berkaitan dengan cara bagaimana pedagang

mengelola usahanya terkait dengan penetapan harga kepada pembeli. Dalam

upayanya untuk bisa tetap bertahan, banyak pedagang yang menerapkan berbagai

caradalam menetapkan harga untuk mendapatkan pembeli lebih banyak lagi.

Harga yang ditetapkan melalui proses tawar-menawar sangat menarik karena

setiap pembeli dan pedagang mempunyai keahlian dalam berkomunikasi yang

berbeda. Oleh karena itu, komunikasi pedagang dalam penetapan harga ini

semakin menarik untuk diteliti dan diketahui.

Kurangnya pengetahuan peneliti serta terbatasnya penelitian terdahulu

yang berkaitan dengan topik yang dibahas khususnya mengenai komunikasi

pedagang dalam menetapkan harga jual kepada pembeli menyebabkan ini

menjadi menarik untuk diteliti, sehingga penelitian ini diharapkan dapat menjadi

masukan bagi masyarakat dan dapat mengisi kekosongan yang ada dan menjadi

acuan bagi peneliti lain yang ingin meneliti tentang komunikasi pedagang

tradisional dalam menetapkan harga jual. Berdasarkan latar belakang diatas,

peneliti tertarik untuk meneliti “bagaimana komunikasi pedagang dalam

menetapkan harga jual kepada pembeli di Pasar Tradisional Inpres Kwala Bekala

Medan?

1.2 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah diperlukan untuk menghindari ruang lingkup

penelitian yang terlalu luas agar penelitian nantinya lebih fokus tanpa keluar atau

menyimpang dari masalah yang ingin diteliti. Adapun pembatasan masalah dalam

(21)

1. Permasalahan yang diteliti adalah bagaimana komunikasi dalam

tawar-menawar pedagang pakaian bekas dalam menetapkan harga jual kepada

pembeli.

2. Komunikasi yang diteliti adalah komunikasi verbal dan non verbal yang

dilakukan oleh pedagang pakaian bekas dalam melayani pembeli.

1.3 Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan pertanyaan yang lengkap dan rinci

mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti didasarkan atas pembatasan

masalah yang telah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan latar belakang yang telah

diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah

komunikasi pedagang pakaian bekas dalam menetapkan harga jual pada pembeli

di Pasar Tradisional Inpres Kwala Bekala Medan?”

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan yang

diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk komunikasi yang dilakukan pedagang

pakaian bekas dalam proses komunikasi dengan pembeli.

2. Untuk mengetahui proses tawar menawar yang terjadi antara pedagang

pakaian bekas dan pembeli di Pasar Tradisional Inpres Kwala Bekala

Medan dalam menetapkan harga.

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pedagang dalam

proses penetapan harga pakaian bekas di Pasar Tradisional Inpres Kwala

(22)

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat Penelitian ini adalah :

1. Secara akademis, penelitian diharapkan dapat memperluas khasanah

penelitian komunikasi bisnis dan sumber bacaan di Program Studi

Ilmu Administrasi Bisnis FISIP USU

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memperkaya konsep

atau teori yang menyokong perkembangan Ilmu Administrasi Bisnis

khususnya yang terkait dengan komunikasi pedagang dalam

menentukan harga bagi pembaca. Serta dapat menjadi masukan bagi

peneliti lain untuk dijadikan informasi tambahan.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan berguna dan mampu

memberikan kontribusi sumbangan pemikiran kepada pihak-pihak

(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN PUSTAKA

Kajian Pustaka merupakan acuan atau landasan berpikir peneliti dengan

basis pada bahan pustaka yang membahas tentang teori atau hasil penelitian

terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dijalankan (Prajarto, 2010:

49). Dengan adanya kajian pustaka, maka peneliti akan mempunyai landasan

untuk menentukan tujuan dan arah penelitian. Adapun kajian-kajian yang

dianggap relevan untuk digunakan dalam penelitian ini antara lain :

2.1.1 Komunikasi

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata komunikasi dapat diartikan

secara harfiah sebagai berikut :

1. Pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau

lebih sehingga pesan yang dimaksudkan dapat dipahami.

2. Perhubungan, dua arah dimana terjadi proses pertukaran informasi

antara komunikan dan komunikator.

Sedangkan pengertian komunikasi dalam Kamus Psikologi juga

mengartikan komunikasi sebagai :

1. Transmisi (penyebaran, pengiriman, pengoperan informasi.

2. Proses penerimaan tanda, sinyal atau pesan.

3. Satu pesan atau sinyal.

Effendy (2004 : 60) mendefinisikan kata komunikasi sebagai proses

penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambing bermakna sebagai paduan pikiran

dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan dan

sebagainya yang dilakukan seseorang kepada yang lain baik secara langsung

(24)

Schramm (Effendy 2007:30-31) mengemukakan bahwa field of experience

atau bidang pengalaman merupakan faktor yang amat penting dalam terjadinya

proses komunikasi. Apabila bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang

pengalaman komunikan, maka komunikasi akan berjalan lancer. Sebaliknya jika

pengalaman komunikator dan komunikan berbeda, akan timbul kesukaran untuk

mengerti satu sama lain.

Komunikasi menurut Lexicographer (ahli kamus bahasa) menunjuk pada

suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Terdapat

berbagai pengertian komunikasi menurut para ahli (Fajar 2009:31-32) sebagai

berikut :

1. Sarah Trenholm dan Arthur Jensen (1996:4) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses dimana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam saluran ( a process by which a source transmits a message to a receiver through some channel)

2. Hoveland (1948:371) mendefinisikan komunikasi sebagai The Process by which an individual (the communicator) transmits stimult (usually verbal symbols) to modify the behavoiur of other individu.

3. Everett M. Rogers (1981:18) menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain untuk mendorong terjadinya saling pengertian yang mendalam.

4. Menurut Lasswell (Sendjaja 1997:7) cara yang paling baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan

who says what in which channel to whom with what effect.

5. Berelson (1964) komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain melalui penggunaan angka , kata-kata, gambar dan simbol lainnya.

Raymond S. Ross ( Suranto, 2005:15) mendefinisikan komunikasi sebagai

proses transaksional yang meliputi pemisahan dan pemilahan lambang secara

kognitif begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari

(25)

experiences a meaning or responses similar to the intended by the source. Carl I.Hovland mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses dimana seseorang

memindahkan perangsang yang biasanya berupa lambang kata-kata untuk

mengubah tingkah laku orang lain (Widjaja, 2006:26-27).

Pakar komunikasi lain, Joseph A Devito mengemukakan komunikasi

sebagai transaksi. Transaksi yang dimaksudkannya bahwa komunikasi merupakan

suatu proses dimana komponen-komponennya saling terkait dan bahwa para

komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan dan keseluruhan.

Dalam setiap proses transaksi, setiap elemen berkaitan secara integral dengan

elemen lain (Suprapto, 2006 : 5).

Sebagai proses, kata Smith, komunikasi sekaligus bersifat khas dan umum,

sempit dan luas dalam ruang lingkupnya. Ia mengemukakan bahwa :

“Komunikasi antarmanusia merupakan suatu rangkaian proses yang halus dan sederhana. Selalu dipenuhi dengan berbagai unsur-sinyal, sandi, arti tak peduli bagaimana sederhananya sebuah pesan atau kegiatan itu. Komunikasi antarmanusia juga merupakan rangkaian proses yang beraneka ragam. Ia dapat menggunakan beratus-ratus alat yang berbeda, baik kata maupun isyarat ataupun kartu berlubang baik berupa percakapan pribadi maupun melalui media massa dengan audience di seluruh dunia…ketika manusia berinteraksi saat itulah mereka berkomunikasi…saat orang mengawasi orang lain, mereka melakukan melalui komunikasi” (Blake dan Haroldsen, 2003 : 2-3).

Sedangkan, Larry A Samovar, Richard E Porter dan Nemi C Janin

mendefinisikan komunikasi sebagai berikut :

Communication is defined as a two way on going, berhaviour affecting process in which one person (a source) intentionally encodes and transmits a message throught a channel to an intended audience (receiver) in order to induce a particular attitude or behaviour” (Purwasito, 2003 : 198).

Dance dan Larson (Vardiansyah, 2004 : 9) setidaknya telah mengumpulkan

126 definisi komunikasi yang berlainan. Namun, Dance dan Larson

mengidentifikasi hanya ada tiga dimensi konseptual penting yang mendasari

perbedaan dari ke-126 definisi temuannya itu, antara lain :

(26)

komunikasi adalah alat untuk mengirimkan pesan militer, perintah dan sebagainya melalui telepon, telegraf, radio, kurir dan sebagainya.

2. Tingkat kesengajaan. (a) Definisi yang mensyaratkan kesengajaan, misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah situasi-situasi yang memungkinkan suatu sumber mentransmisikan suatu pesan kepada seorang penerima dengan disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima. (b) Definisi yang mengabaikan kesengajaan, misalnya dari Gode (1959) yang menyatakan komunikasi sebagai proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh seseorang atau monopoli seseorang menjadi dimiliki dua orang atau lebih.

3. Tingkat keberhasilan dan diterimanya pesan. (a) Definisi yang menekankan keberhasilan dan diterimanya pesan, misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah proses pertukaran informasi untuk mendapatkan saling pengertian. (b) Definisi yang tidak menekankan keberhasilan dan tidak diterimanya pesan, misalnya definisi yang menyatakan komunikasi adalah proses transmisi informasi.

Sementara Riswandi (2006 : 15-16)menyimpulkan beberapa karakteristik

komunikasi berdasar berbagai definisi yang dikemukakan para ahli, antara lain :

1. Komunikasi adalah suatu proses, artinya komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan atau sekuensi) serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu.

2. Komunikasi adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan. Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja, serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya.

3. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat kegiatan komunikasi akan berlangsung baik apabila pihak-pihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan yang disampaikan.

4. Komunikasi bersifat simbolis karena dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang. Lambang yang paling umum digunakan dalam komunikasi antar manusia adalah bahasaverbal dalam bentuk kata-kata, kalimat, angka-angka atau tanda-tanda lainnya.

(27)

6. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu Maksudnya bahwa para pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama. Dengan adanya berbagai produk teknologi komunikasi seperti telepon, internet, faximili, dan lain-lain, faktor ruang dan waktu tidak lagi menjadi masalah dalam berkomunikasi.

Komunikasi yang baik sangat penting digunakan dalam hal berdagang

atau berjualan sekecil apapun barang dagangan yang ditawarkan. Komunikasi

yang terjadi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan terjadinya

transaksi jual beli. Keberhasilan kegiatan perdagangantentu dapat ditentukan oleh

penentuan pola komunikasi yang digunakan dalam proses perdagangan yang

berlangsung. Pedagang dituntut untuk mempunyai kiat khusus dalam proses tawar

menawar dan pada akhirnya mencapai kesepakatan harga.

Dari berbagai pengertian diatas, maka komunikasi dalam perdagangan

erat hubungan dan kaitannya antara tujuan yang hendak dicapai pedagang dengan

konsekuensi – konsekuensi masalah yang harus diperhatikan dan mencari cara

agar bagaimana mencapai konsekuensi sesuai dengan hasil penjualan yang

diharapakan dan keuntungan yang dapat tercapai.

Salah satu peranan terpenting komunikasi dalam menunjang proses

transaksi jual beli yaitu pemilihan penggunaan bahasa, kosakata dan kalimat.

Fungsi bahasa dalam arti kehidupan manusia adalah sebagai alat yang dapat

melahirkan berbagai macam perasaan dan sebagai alat komunikasi. Pentingnya

bahasa dalam kehidupan perdagangan membuat bahasa menjadi alat vital dalam

proses perdagangan. Proses komunikasi antara pedagang dan pembeli tidak dapat

dipungkiri terjadi di pasar tradisional yang memungkinkan adanya suatu tawar

menawar harga. Tidak jarang pula terjadi perdebatan secara emosional antara

pedagang dan pembeli terkait dengan harga yang belum mencapai kesepakatan.

2.1.2 Proses Komunikasi

Dari berbagai definisi komunikasi yang telah dikemukakan oleh para ahli

sebagaimana telah diuraikan tadi dapat diambil kesimpulan bahwa komunikasi

adalah suatu proses penyampaian lambang-lambang yang mengandung pengertian

yang sama oleh seseorang kepada orang lain, baik dengan maksud agar mengerti,

(28)

Proses komunikasi adalah proses yang menggambarkan kegiatan

komunikasi antar individu yang bersifat interaktif, relasional dan transaksional di

dalamnya melibatkan sumber komunikasi yang mengirimkan pesan-pesan melalui

media tertentu kepada penerima dengan maksud dan tujuan dalam sebuah konteks

tertentu.

Menurut Effendy (2003:28) proses komunikasi maka proses komunikasi

dikategorikan dengan peninjauan dari dua perspektif.

1. Proses Komunikasi dalam Perspektif Psikologis

Proses komunikasi perspektif ini terjadi pada diri komunikator dan

komunikan. Ketika seorang komunikator berniat akan menyampaikan suatu pesan

kepada komunikan, maka dalam dirinya terjadi suatu proses. Komunikasi terdiri

dari dua aspek yakni isi pesan dan lambang. Isi pesan umumnya adalah bahasa.

Walter Lippman menyebut isi pesan itu picture in our head, sedangkan Walter Hagemann menamakannya das Bewustseininhalte. Proses ‘mengemas’ atau ‘membungkus’ pikiran dengan bahasa yang dilakukan komunikator itu dalam

bahasa komunikasi dinamakan encoding. Hasil encoding berupa pesan itu kemudian ia transmisikan atau dikirimkan kepada komunikan. Proses dalam diri

komunikan disebut decoding seolah-olah membuka kemasan atau bungkus pesan yang ia terima dari komunikator tadi. Isi bungkusan tadi adalah pikiran

komunikator. Apabila komunikan mengerti isi pesan atau pikiran komunikator,

maka komunikasi terjadi. Sebaliknya bilamana komunkan tidak mengerti, maka

komunikasi pun tidak terjadi.

2. Proses Komunikasi dalam Perspektif Mekanistis

Proses ini berlangsung kertika komunikator mengoperkan atau

melemparkan dengan lisan atau tulisan pesannya sampai ditangkap oleh

komunikan.Proses komunikasi dalam perspektif ini kompleks atau rumit, sebab

bersifat situasional, bergantung pada situasi ketika komunikasi irtu berlangsung.

Adakalanya komunikannya seorang, maka komunikasi dalam situasi seperti ini

dinamakan komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi,

kadang-kadang komunikannya sekelompok orang yang disebut dengan komunikasi

(29)

banyak sehingga untuk menjangkaunya diperlukan suatu media atau sarana, maka

komunikasi dalam situasi ini disebut komunikasi massa.

Untuk jelasnya proses komunikasi dalam perspektif mekanistis dapat

diklasifikasikan menjadi :

a. Proses komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer (primary process) adalah proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan

lambang sebagai media atau salurannya.. Lambang ini umumnya bahasa, tetapi

dalam situasi-situasi tertentu lambang-lambang yang dipergunakan dapat berupa

kial (gesture) yakni gerak anggota tubuh, gambar, warna dan lain sebagainya. b. Proses komunikasi secara sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh

komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai

media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.

Komunikator menggunakan media kedua ini karena komunikan yang

dijadikan sasaran komunikasinya jauh tempatnya atau banyak jumlahnya atau

kedua-duanya. Kalau komunikan jauh menggunakan surat atau telepon, apabila

banyak dipergunakan pengeras suara, apabila jauh dan banyak maka pergunakan

surat kabar, radio atau televisi.

Komunikasi dalam proses secara sekunder ini semakin lama semakin efektif

dan efisien karena didukung oleh teknologi komunikasi yang semakin canggih,

yang ditopang pula oleh teknologi-teknologi lainnya yang bukan teknologi

komunikasi.

c. Proses komunikasi secara linear

Istilah linear mengandung makna lurus. Jadi proses linear berarti perjalanan

dari satu titik ke titik lain secara lurus. Dalam konteks komunikasi, proses linear

adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan sebagai

titik terminal.

Komunikasi linear ini berlansung baik dalam situasi komunikasi tatap muka

(30)

Proses komunikasi secara linear umumnya berlangsung pada komunikasi

bermedia, kecuali komunikasi melalui media telepon. Komunikasi melalui telepon

hampir tidak pernah berlangsung linear, melainkan dialogis, tanya jawab dalam

bentuk percakapan.

d. Proses komunikasi secara sirkular

Sirkular sebagai terjemahan dari kata circularsecara harfiah berarti bulat, bundar atau keliling sebagai lawan dari perkataan linear yang bermakna lurus.

Dalam konteks komunikasi yang dimaksudkan dengan proses secara sirkular itu

adalah terjadinya feedback atau umpan balik, yaitu terjadinya arus dari komunikan ke komunikator . Oleh karena itu adakalanya feedback tersebut mengalir dari komunikan ke komunikator itu adalah response atau tanggapan komunikan terhadap pesan yang ia terima dari komunikator.

Konsep umpan balik ini dalam proses komunikasi amat penting karena

dengan terjadinya umpan balik komunikator mengetahui apakah komunikasinya

itu berhasil atau gagal, dengan kata lain apakah umpan baliknya itu positif atau

negatif. Bila positif ia patut gembira, sebaliknya jika negatif menjadi

permasalahan, sehingga ia harus mengulangi lagi dengan perbaikan gaya

komunikasinya sampai menimbulkan umpan balik positif.

2.1.3 Media Komunikasi

Dalam proses komunikasi telah diutarakan bahwa pengiriman suatu pesan

disampaikan melalui saluran media komunikasi. Media komunikasi merupakan

sarana yang dipergunakan dalam proses pengiriman pesan. Media komunikasi

sebagai sarana itu dapat berupa :

1. Media tulisan : surat kabar, faximile, tabloid dan lain-lain

2. Media visual : berbentuk gambar, tanda, simbol, grafik, foto dan

lain-lain.

3. Media audio : berbentuk suara seperti telepon, radio dan lain-lain

4. Media Audio Visual : berupa kombinasi gambar dan suara, contohnya

(31)

2.1.4 Tujuan Komunikasi

Menurut Effendy (2003:55) dalam berkomunikasi tidak hanya memahami

dan mengerti satu sama lain dan menghasilkan pengertian yang sama, tetapi setiap

proses komunikasi pasti memiliki tujuan antara lain :

1. Untuk mengubah sikap (to change attitude)

Memberikan informasi pada komunikan dengan tujuan agar dapat

merubah sikapnya. Misalnya memberikan informasi kepada pengguna Narkoba

agar menjauhi narkoba sehingga mereka menjadi tahu dan merubah sikapnya.

2. Untuk mengubah opini / pendapat / pandangan (to change the opinion)

Memberikan berbagai informasi kepada masyarakat dengan tujuan akhir

agar masyarakat mau merubah pendapat dan persepsinya terhadap tujuan

informasi yang disampaikan, misalnya mengenai gerakan Keluarga Berencana.

3. Untuk merubah perilaku (to change the behavior)

Memberi informasi kepada masyarakat dengan tujuan agar masyarakat

mau merubah perilakunya. Misalnya informasi yang disampaikan Polisi mengenai

penggunaan helm selama berkendara.

4. Untuk mengubah masyarakat (to change the society)

Memberikan informasi kepada masyarakat agar masyarakat mau

mendukung dan ikut serta dalam informasi atau program yang disampaikan.

Contoh Gerakan Kebersihan Lingkungan.

2.1.5 Fungsi Komunikasi

Proses komunikasi tidak terlepas dari bentuk dan fungsi komunikasi,

dimana fungsi komunikasi yang baik tidak jauh dari fungsi yang mendukung

keefektifan komunikasi. Menurut Effendi (2003:55) fungsi komunikasi adalah

sebagai berikut :

1. Menginformasikan (to inform)

Kegiatan komunikasi itu memberikan penjelasan, penerangan, mengenai bentuk

informasi yang disajikan dari seorang komunikator kepada komunikan. Informasi

yang akurat diperlukan oleh beberapa bagian masyarakat untuk pengambilan

(32)

2. Mendidik (to educate)

Penyebaran informasi tersebut sifatnya memberi pendidikan atau

penganjuran suatu pengetahuan, menyebarluaskan kreativitas untuk membuka

wawasan dan kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara luas baik untuk

pendidikan formal di sekolah maupun di luar sekolah.

3. Menghibur ( to entertaint )

Penyebaran informasi yang disajikan kepada komunikan untuk

memberikan hiburan. Menyampaikan informasi dalam lagu, lirik, sinetron dan

film dapat membawa setiap orang dalam situasi menikmati hiburan.

4. Mempengaruhi ( to influence )

Komunikasi dapat menjadi sebuah sarana dalam mempengaruhi khalayak

untuk sumber motivasi, mendorong, dan mengikuti kemajuan orang lain melalui

apa yang dilihat, dibaca dan di dengar serta dapat memperkenalkan nilai-nilai baru

untuk merubah sikap.

2.1.6 Faktor Penghambat Komunikasi

Meskipun proses komunikasi sudah terjadi, namun belum dapat dipastikan

bahwa tujuan komunikasi tercapai secara efektif. Suranto (2005 : 112-113)

mengidentifikasikan faktor-faktor yang mungkin menjadi penghambat terjadinya

proses komunikasi, yaitu :

1. Hambatan Sosiologis

Secara sosiologis, warga atau pedagang pasar berasal dari berbagai golongan dan

tingkat pendidikan yang menimbulkan perbedaan sehingga dapat menjadi

hambatan bagi kelancaran komunikasi.

2. Hambatan Psikologis

Hambatan berkomunikasi yang disebabkan oleh situasi psikologis yang tidak

mendukung. Misalnya saja pembeli menawar saat pedagang sedang marah,

bingung atau sedang menaruh prasangka kepada pembeli sehingga menghambat

(33)

3. Hambatan Semantis

Adalah hambatan komunikasi yang disebabkan latar belakang penggunaan bahasa

yang berbeda, contohnya bahasa Indonesia “jangan” berbeda makna dengan kata

“jangan” dalam bahasa Jawa yang berarti sayur.

4. Hambatan mekanis

Hambatan yang terjadi pada proses komunikasi yang pada umumnya terjadi pada

komunikasi yang dilakukan secara formal dengan menggunakan media.Contohnya

bunyi gemuruh pada microphone, sinyal telepon yang hilang dan lain-lain 5. Hambatan Ekologis

Hambatan ini disebabkan oleh gangguan yang terjadi di lingkungan ketika proses

komunikasi sedang berlangsung. Misalnya saja saat berkomunikasi hujan deras

sedang berlangsung, mesin pabrik yang menderu dan lain-lain.

2.1.7 Komunikasi Verbal dan Komunikasi Nonverbal 2.1.7.1 Komunikasi Verbal

Komunikasi menurut Hovland, Janis dan Kelly ( Fajar 2009:19) berarti

sebuah proses dimana seorang individu sebagai komunikator menyampaikan

stimulus yang biasanya verbal untuk mengubah perilaku orang lainnya.

Komunikasi verbal merupakan pernyataan lisan antar manusia lewat kata-kata dan

simbol umum yang sudah disepakati antar individu, kelompok, bangsa dan

negara. Jadi definisi komunikasi verbal dapat disimpulkan bahwa komunikasi

yang menggunakan kata-kata secara lisan dengan sadar dilakukan oleh manusia

untuk berhubungan dengan manusia lain. Dasar komunikasi verbal adalah

interaksi antar manusia dan menjadi salah satu sarana bagi manusia

berkomunikasi secara lisan atau bertatapan dengan manusia lain sebagai sarana

utama menyatukan pikiran, perasaan dan maksud (Fajar 2009:110)

Verbal communication adalah bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis (written) atau lisan (oral). Komunikasi verbal lebih memudahkan komunikator untuk menyampaikan ide-ide

atau gagasan serta keputusan untuk lebih mudah dipahami. Menurut Hardjana

(34)

baik secara lisan maupun tertulis. Melalui komunikasi secara verbal, manusia

dapat menyampaikan fakta, data dan informasi bahkan saling bertengkar.

Komunikasi Vokal Komunikasi Non Vokal

Komunikasi Verbal Bahasa Lisan (spoken words)

Bahasa Tertulis ( Written Words)

Komunikasi Non Verbal Nada Suara (tone of voice), desah (sighs), jeritan (screams), kualitas vocal (vocal qualities)

Isyarat (gesture), gerakan (movement), penampilan (appearance), ekspresi wajah (facial expression) Gambar 1

Pembagian Tipe-tipe Komunikasi Menurut Agler & Roadman (1999:96)

2.1.7.2 Komunikasi Nonverbal

Menurut Larry A Samovar (Mulyana 2007:343), komunikasi nonverbal

mencakup rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting

komunikasi oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu yang

mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. Jadi definisi ini

mencakup perilaku yang disengaja juga yang tidak disengaja sebagai bagian dari

keseluruhan proses komunikasi, kita mengirim banyak pesan nonverbal tanpa

menyadari bahwa pesan-pesan tersebut bermakna bagi orang lain.

Porter (2010:294) juga menambahkan bahwa komunikasi nonverbal

meliputi semua stimulus nonverbal dalam sebuah situasi komunikasi yang

dihasilkan, baik oleh sumbernya maupun penggunanya dalam lingkungan dan

memiliki nilai pesan yang potensial untuk menjadi sumber atau penerima.

Komunikasi nonverbal merupakan aktivitas multidimensi. Aspek

multidimensi ini terungkap dalam fakta bahwa komunikasi nonverbal tidak dapat

berdiri sendiri namun biasanya diikuti oleh pesan verbal. Memang secara teoritis,

kedua jenis komunikasi ini dapat dipisahkan. Namun pada kenyataannya, kedua

komunikasi ini saling menjalin dan saling melengkapi dalam proses komunikasi

(35)

Komunikasi nonverbal juga terbagi lagi dalam berbagai jumlah bentuk

yang meliputi wajah terutama mata, tubuh, sentuhan, suara, ruang, waktu, daya

tarik fisik dan pakaian. Menurut Weaver (Budyatna 2011:11-12) sebagian besar

dari bentuk-bentuk ini menampilkan beberapa karakteristik seperti berikut :

a. Komunikasi Nonverbal memiliki sifat berkesinambungan

Kata-kata yang keluar dari mulut kita ada waktunya atau sewaktu-waktu. Namun isyarat nonverbal kita keluar secara berkesinambungan. Sebagai contoh, seseorang mengajukan pertanyaan kepada kita, maka orang itu juga berusaha melihat reaksi kita. Apabila kita tidak berbicara atau tidak memberikan jawaban, maka si penanya akan melihat ekspresi muka kita untuk melihat respon kita.

b. Komunikasi Nonverbal kaya akan makna

Komunikasi nonverbal sangat banyak bentuknya seperti alis mata terangkat, senyum yang tidak kentara, sentuhan tangan dan lain-lain. Isyarat-isyarat dalam komunikasi nonverbal semacam itu terutama berguna apabila untuk alasan-alasan tertentu, komunikasi secara verbal tidak tepat digunakan.

c. Komunikasi Nonverbal dapat membingungkan

Meskipun komunikasi nonverbal kaya akan makna, namun komunikasi nonverbal dapat membingungkan apabila komunikator atau komunikan tidak mampu memahami apa maknanya. Ini menyebabkan keduanya harus saling berhati-hati untuk memahami dan menarik makna dari komunikasi verbal yang terjadi. Contohnya saja ada orang yang selalu mengelus rambutnya apapun alasannnya. Ini merupakan kebiasaan mereka dan tidak memiliki makna apapun sejauh komunikasi nonverbal berlangsung.

d. Komunikasi nonverbal menyampaikan emosi

Apabila anda merenungkan mengenai ini, bahwa objek-objek dan tindakan dapat membangkitkan lebih banyak emosi daripada kata-kata karena objek dan tindakan kurang abstrak dibandingkan kata-kata. Kata-kata biasanya lebih banyak digunakan pada penampilan intelektual. Apabila kita ingin menunjukan ketulusan dan kesungguhan hati, maka wajah dan isyarat tubuh kita lebih efektif dibandingkan kata-kata atau ucapan kita.

2.1.7.3 Fungsi Komunikasi Nonverbal

Menurut Verderber et.al (Budyatna, 2011:118), komunikasi nonverbal

memiliki lima fungsi sebagai berikut :

a. Melengkapi Informasi

Kebanyakan informasi atau isi sebuah pesan disampaikann secara nonverbal.

Isyarat-isyarat nonverbal kita dapat mengulang, mensubsitusi, menguatkan atau

mempertentangkan pesan verbal kita. Kita dapat menggunakan isyarat-isyarat

nonverbal untuk mengulangi apa yang telah kita katakana secara verbal. Apabila

(36)

Anda telah menggunakan isyarat nonverbal untuk mengulang apa yang telah anda

katakan secara verbal.

b. Mengatur Interaksi

Kita mengelola sebuah interaksi melalui cara-cara yang tidak kentara dan

kadang-kadang melalui isyarat nonverbal yang jelas. Kita gunakan perubahan atau

pergeseran dalam kontak mata, gerakan kepala yang perlahan, bergeser dalam

sikap badan, mengangkat alis, menganggukkan kepala, memberitahukan pihak

lain kapan boleh melanjutkan, mengulang, menguraikan, bergegas atau berhenti.

c. Mengekspresikan atau menyembunyikan emosi dan perasaan

Kita telah menjelaskan bahwa kebanyakan dari aspek-aspek emosional

dari komunikasi disampaikan melalui cara-cara nonverbal. Secara alternatif kita

dapat gunakan perilaku nonverbal untuk menutupi perasaan kita yang sebenarnya.

d. Memperlihatkan kuasa atau kendali

Banyak perilaku nonverbal merupakan isyarat dari kekuasaan, terlepas dari

apakah mereka bermaksud menunjukkan kuasa atau kendali. Coba lihat

bagaimana manajer atau direktur perusahaan memperlihatkan kekuasaan mereka

melalui perilaku nonverbal. Manajer menggunakan baju gaya eksekutif, perabot

kantor seperti meja dan kursi yang mahal.

2.2 Pengertian Harga

Setiap produk yang diperdagangkan baik barang maupun jasa memiliki

harga atau satuan nilai. Menurut Buchari (2002:125) Harga merupakan nilai suatu

barang atau jasa yang dinyatakan dengan uang. Sedangkan menurut Simamora

(2002:74), harga merupakan sejumlah uang yang dibebankan atau dikeluarkan

atas sebuah produk atau jasa. Pedagang harus menetapkan harga secara tepat agar

sukses dalam menjual barang. Harga merupakan satu-satunya unsur bauran

pemasaran yang member pemasukan atau pendapatan bagi pedagang. Disamping

itu, harga merupakan unsur bauran pemasaran yang bersifat fleksibel, artinya

dapat diubah dengan cepat yang mengikuti kondisi-kondisi yang

(37)

Harga adalah merupakan salah satu tindakan perusahaan untuk

mendatangkan pendapatan. Walaupun demikian, masih banyak organisasi bisnis

yang tidak menggarap masalah harga dengan baik. Keaalahan-kesalahan yang

umumnya terjadi adalah penetapan harga terlalu mengarah kepada biaya, harga

jual kurang sering ditinjau padahal pasar selalu berubah, harga jual ditetapkan

sendiri dan bukan merupakan satu unsur terpadu dalam strategi penempatan pasar,

harga kurang bervariasi bagi jenis produk dan segmen pasar yang berlainan

(Kotler 2011:94)

Harga memiliki dua peranan utama dalam pengambilan keputusan para

pembeli (Tjiptono, 1999) yaitu :

1. Peranan alokasi harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli

untuk memutuskan cara memperolehnya manfaat atau utilitas tertinggi

yang diharapkan berdasarkan daya belinya. Dengan demikian, adanya

harga dapat membantu para pembeli untuk memutuskan cara

mengalokasikan daya belinya pada berbagai jenis barang dan jasa. Pembeli

membandingkan harga dari berbagai alternatif yang tersedia, kemudian

memutuskan alokasi dana yang dikehendaki.

2. Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam memberi tahu

pembeli mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas. Hal ini terutama

bermanfaat dalam situasi dimana pembeli mengalami kesulitan untuk

menilai faktor produk atau manfaatnya secara objektif. Persepsi yang

sering berlaku adalah bahwa harga yang tinggi mencerminkan kualitas

yang baik

Selanjutnya Kotler (2001:25) menyatakan bahwa terdapat enam usaha

utama yang dapat diraih suatu perusahaan melalui harga yaitu bertahan hidup,

maksimalisasi laba jangka pendek, maksimalisasi pendapatan jangka pendek,

unggul dalam pasar dan unggul dalam mutu produk. Pedagang harus

mempertimbangkan berbagai faktor dalam menetapkan harga.

Harga jual adalah sejumlah kompensasi (uang ataupun barang) yang

dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang atau jasa. Pedagang

selalu menetapkan harga produknya dengan harapan produk tersebut laku terjual

(38)

mendefinisikan “harga jual adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu

unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau

diserahkan”. Menurut Mulyadi (2001:78) “pada prinsipnya harga jual harus dapat

menutupi biaya penuh ditambah dengan laba yang wajar. Harga jual sama dengan

biaya produksi ditambah mark-up”.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa harga jual adalah sejumlah

biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu barang atau jasa

ditambah dengan persentase laba yang diinginkan perusahaan, karena itu untuk

mencapai laba yang diinginkan oleh perusahaan salah satu cara yang dilakukan

untuk menarik minat pembeli adalah dengan cara menentukan harga yang tepat

untuk produk yang terjual. Harga yang tepat adalah harga yang sesuai dengan

kualitas produk suatu barang dan harga tersebut dapat memberikan kepuasan

kepada pembeli.

2.2.1 Penetapan Harga (Pricing Decision)

Dalam bisnis, penetapan harga merupakan salah satu elemen penting

dalam pengambilan keputusan strategis untuk dapat mempertahankan usaha tetap

eksis dalam persaingan. Menurut Horngren dan Datar (2006:398) ada beberapa

faktor yang mempengaruhi dalam penetapan harga jual yaitu :

1. Customer

Customer memberikan pengaruh melalui efek terhadap permintaan akan produk

dan jasa berdasarkan kualitas dan fungsi produk. Perusahaan harus melihat dari

sudut pandang pembeli. Apabila pedagang terlalu tinggi menetapkan harga jual

akan menyebabkan pelanggan memilih produk yang dijual dari pesaing atau

produk substitusi.

2. Competitor

Pedagang harus selalu berhati-hati dan mengamati pergerakan pesaing. Pada suatu

saat produk substitusi atau produk dari pesaing akan mempengaruhi permintaan

sehingga menyebabkan pedagang hars menurunkan harga. Akan sangat

menguntungkan apabila dapat memprediksi harga yang ditawarkan pesaing dan

(39)

3. Costs

Biaya mempengaruhi harga jual karena jika biaya bisa dikurangi maka harga jual

akan bisa diturunkan untuk mendapatkan keuntungan yang sama atau harga jual

tetap maka keuntungan yang diperoleh pedagang akan meningkat.

Menurut Saladin (2000:8), Faktor – faktor yang mempengaruhi penetapan

harga adalah :

1. Demand For The Product (Permintaan Produk)

Dimana perusahaan perlu memperkirakan permintaan terhadap produk yang merupakan langkah penting dalam penetapan harga suatu produk. 2.Target Share Of The Market (Target dan Bagian Pasar Saham)

Target dan bagian pasar yaitu pasar saham yang ditargetkan oleh perusahaan

3.Competitive Reaction (Reaksi Pesaing) Yaitu reaksi dari para pesaing 4.Use Of Cream – Skiming Pricing Of Penetration Pricing

Yaitu mempertimbangkan langkah-langkah yang perlu di ambil pada saat perusahaan memasuki pasar dengan harga yang tinggi atau dengan harga yang rendah.

5. Other Parts Of The Marketing Mix (Bauran Pemasaran)

Bauran pemasaran yaitu perusahaan perlu mempertimbangkan kebijakan bauran pemasaran, kebijakan promosi dan saluran distribusi.

6. Biaya untuk memproduksi atau untuk membeli produk.

Masalah penetapan harga mencakup segala usaha-usaha mencocokkan

biaya dan volume penjualan dengan barang yang tersedia dibayar oleh pembeli

sedemikian rupa sehingga mampu memberi nafkah bagi pemilik usaha,

menyediakan lapangan kerja yang layak bagi karyawan dan memberikan laba

bagi pembiayaan udaha dimasa depan (Lewis 2009:99). Harga suatu barang lebih

ditentukan oleh pandangan orang mengenai nilai barang. Menurut Winardi

(2012:19), mekanisme harga merupakan salah satu kekuatan terpenting di dalam

berbagai perekonomian yang berorientasi pada pasar (market oriented economy). Ia menambahkan, mekanisme harga melaksanakan tiga macam fungsi penting

sebagai berikut :

1. Persoalan Perbandingan (Comparison)

Harga suatu produk memungkinkan suatu pembeli untuk memperkirakan

nilainya, relatif dibandingkan dengan produk-produk lain yang serupa

(40)

Mekanisme harga melaksanakan suatu fungsi stimulasi. Ini berarti makin tinggi

harga produk yang bersangkutan, maka makin besar hasil total yang dicapai.

3. Distribusi (Rationing)

Mekanisme harga mendeterminasi siapa yang akan membeli apa. Walaupun

sistem kredit pada saat tertentu mendistorsi fungsi-fungsi distribusi dan harga,

masih cukup jelas terlihat bahwa barang-barang di distribusikan melalui

keputusan-keputusan penetapan harga.

2.2.2 Prosedur Penetapan Harga

Kotler (2000:523-524) menguraikan beberapa pertimbangan sebuah unit

usaha untuk menetapkan kebijakan harganya. Adapun prosedur dalam

menetapkan harga adalah :

1. Memilih tujuan penetapan harga

Pertama-tama perusahaan harus memutuskan apa yang ingin dicapai

dengan penawaran produk tertentu. Jika perusahaan telah memilih pasar sasaran

dan penentuan posisi pasarnya dengan cermat, maka harganya akan cukup jelas.

2. Menentukan Permintaan

Tiap harga yang dikenakan perusahaan akan menghasilkan tingkat

permintaan yang berbeda-beda dan karena itu akan memberikan pengaruh yang

berbeda pula terhadap tujuan penetapan harganya.

3. Memperkirakan biaya

Permintaan menentukan batas harga tertinggi yang dapat dikenakan

perusahaan atas produknya dan biaya perusahaan menentukan batas terendahnya.

Perusahaan ingin menetapkan harga yang dapat menutup biaya produksi,

distribusi dan penjualan produk, termasuk pengembalian yang memadai atas

usaha dan resikonya.

4. Menganalisis biaya, harga dan penawaran pesaing

Dalam rentang harga yang mungkin, yaitu diantara biaya dan permintaan

pasar, harga pesaing dan kemungkinan reaksi harga membantu perusahan

menetapkan harga yang akan dikenakan. Perusahaan perlu mengukur biayanya

(41)

atau lebih rendah. Setiap bisnis yang ingin mapan dan berkelanjutan (establish) perlu mengetahui harga dan kualitas penawaran pesaing.

5. Memilih metode penetapan harga

Perusahaan memecahkan masalah penetapan harga ini dengan memilih

suatu metode penetapan harga yang menyertakan satu atau beberapa unsur dari

ketiga pertimbangan ini. Metode penetapan harga akan menghasilkan suatu harga

tertentu.

6. Memilih harga akhir

Metode-metode penetapan harga mempersempit rentang harga yang

dipilih perusahaan untuk menentukan harga akhir. Dalam memilih harga akhir,

perusahaan harus mempertimbangkan sebagai faktor tambahan, termasuk

penetapan harga dengan memperhatikan daya beli dan kemampuan ekonomi dan

dampak dari penetapan harga terhadap pihak-pihak lain.

Adapun skema prosedur penetapan harga dapat digambarkan sebagai

berikut :

Gambar 1 Menentukan Kebijakan Penetapan Harga Sumber : Kotler (2000:523)

1. Menentukan Tujuan Penetapan Harga

2. Menentukan Permintaan

3. Memperkirakan Biaya

4. Menganalisis Harga yang ditawarkan pesaing

5. Memilih metode penetapan harga

(42)

2.2.3 Tujuan Penetapan Harga

Menurut Simamora (2000:575) ada 4 tujuan penetapan harga. 4 tujuan penetapan harga tersebutantara lain sebagai berikut :

1. Memaksimalkan Laba atau Keuntungan

Salah satu tujuan lazim dalam penetapan harga jual adalah untuk memperoleh laba

yang maksimum. Banyak organisasi yang membutuhkan laba usaha untuk

memuaskan komunitas pemegang saham dan penyediaan dana ekspansi dalam

mengembangkan produk dalam rangka memaksimalkan laba usaha dibutuhkan

data jumlah unit yang dijual padaharga jual yang berbeda ditambah etimasi biaya

variabel dan biaya tetap.

2. Memaksimalkan Pendapatan.

Demi mendapatkan pertumbuhan pasar, sering perusahaan besedia untuk

mengorbankan sedikit keuntungan demi meningkatkan volumepenjualan.

Beberapa perusahaan berpendapat dan yakin lebih mudah memaksimalkan

penjualan dari pada memaksimalkan keuntungan yang sifatnya lebih abstrak.

Harga jual yang lebih rendah serta diiringi dengan memaksimalkan pendapatan

dapat pula digunakan supaya competitor tidak dapat memasuki pasar.

3. Memaksimalkan Pangsa Pasar.

Tujuan memaksimalkan pangsa pasar untuk mendapatkan posisi pasar akan

mengorbankan berbagai keuntungan dan pendapatan. Rancangan ini biasanya

dipakai untuk menerobos pasar baru. Volume unit pasar yang maksimal biasanya

penting dalam situasi dimana data penjualan unit dan angka-angka pasar dari

keseluruhan bisnis dalam upaya menopang citranya. Terlepas dari apapun

imbasnya terhadap laba usaha. Memaksimalkan pangsa pasar paling baik dipakai

disaat perusahaan mempunyai arus kas dari lini produk lain yang digunakan untuk

mensubsidikan silang, Perbaikan produk dan ekspansi fasilitas produk.

4. Kepemimpinan Mutu.

Tujuan penetapan harga jual lain adalah untuk menopang suatu citra, seperti

pemimpin mutu di sebuah pasar. Beberapa pelanggan menggunakan harga jual

sebagai indikator mutu. Para pembeli cenderung menyukai produk berharga jual

(43)

secara signifikan, dan pada saat perbedaan harga jual diantara merk-merk yang

ada adalah besar. Konsekuensinya harga jual suatu produk yang sesuai dapat

memberikan persepsi di benak konsumen bahwa harga jual produk di perusahaan

yang bermutu tinggi. Menurut Lupiyodi dalam Rambat (2001 : 88 ) metode

penentuan harga harus dimulai dengan pertimbangan atas tujuan penentuan harga

jual itu sendiri. Tujuan-tujuan penetapan harga tersebut adalah sebagai berikut :

1. Survival yaitu merupakan usaha untuk tidak melaksanakan tindakan-tindakan untuk meningkatkan profit ketika perusahaan sedang dalam kondisi pasar yang

tidak menguntungkan, usaha tersebut dilakukan perusahaan untuk bertahan tetap

hidup.

2. Profit Maximization Penentuan harga bertujuan untuk memaksimumkan profit dalam periode tertentu.

3. Sales Maximazation

Penetuan harga bertujuan untuk membangun pangsa pasar (market share) dengan

melakukan penjualan pada harga jual awal yang merugikan.

4. Prestige

Tujuan penentuan harga adalah mempromosikan produk (barang atau jasa)

perusahaan tersebut sebagai produk yang eksklusif.

5. ROI (Return On Investment) Tujuan penetapan harga adalah didasarkan atas

Return On Investment yang diinginkan (ROI)

2.2.4 Sasaran Penetapan Harga Jual

Para pemasar berusaha untuk mencapai sasaran tertentu melalui

komponen-komponen penetapan harga. Beberapa perusahaan mencoba untuk meningkatkan

keuntungan dengan menetapkan harga rendah untuk menarik bisnis baru. Menurut

Boone dan Kurtz (2002:70) “ada empat kategori dasar atau sasaran penetapan

harga, yaitu:

1) profitabilitas, 2) volume,

(44)

1) Sasaran profitabilitas

Sebagian besar perusahaan mengejar sejumlah sasaran profitabilitas dalam strategi

penetapan harganya. Para pemasar mengerti bahwa laba diperoleh dari selisih

pendapatan dan beban. Dan juga pendapatan merupakan harga jual dikalikan

dengan jumlah yang terjual.Berbagai teori ekonomi mendasari prinsip

maksimalisasi keuntungan (profit maximization). Akan tetapi pada kenyatannya prinsip ini masih sulit diterapkan. Maka banyak perusahaan beralih pada sasaran

profitabilitas yang lebih sederhana, yaitu Target Return Goal, dimana perusahaan menetapkan harga dengan tingkat profitabilitas yang diinginkan sebagai

pengembalian finansial atas penjualan ataupun investasi.

2) Sasaran volume

Pendekatan yang lain dalam strategi penetapan harga disebut maksimalisasi

penjualan (sales maximization), para manajer menetapkan tingkat minimum profitabilitas yang dapat diterima dan kemudian menetapkan harga yang akan

mengahasilkan volume penjualan tertinggi tanpa menyebabkan laba turun di

bawah level itu. Strategi ini memandang ekspansi penjualan sebagai suatu

prioritas yang lebih penting bagi posisi persaingan jangka panjang perusahaan

daripada laba jangka pendek.

3) Tingkat Kompetisi

Sasaran penetapan harga ini hanyalah untuk menyamakan harga dengan pesaing.

Jadi perusahaan berusaha untuk menghindari perang harga dengan tidak

menekankan elemen harga dari bauran pemasaran dan memfokuskan usaha

persaingannya pada variabel selain harga seperti menambah nilai, meningkatkan

kualitas, mendidik pembeli, dan menciptakan hubungan.

4) Sasaran Prestise

Pengaruh harga pada prestise membuat sebuah harga menjadi relatif tinggi untuk

mengembangkan dan menjaga sebuah citra dari kualitas dan eksklusivitas. Para

pemasar menetapkan sasaran tersebut karena mereka mengakui peran harga dalam

(45)

2.2.5 Strategi Penentuan Harga Jual

Harga yang ditentukan untuk sebuah produk akan mempengaruhi pendapatan

perusahaan dan pada akhirnya tingkat laba. Perusahaan menentukan harga jual

produknya dengan tiga dasar pertimbangan yaitu biaya produksi, suplai

persediaan, dan harga persaingan.

1) Penentuan harga berdasarkan biaya produksi

Pada strategi ini, perusahaan menentukan harga untuk sebuah produk dengan

mengestimasi biaya per unit untuk memproduksi produk tersebut dan

menambahkan suatu kenaikan. Jika metode ini digunakan, perusahaan harus

mencatat semua biaya yang melengkapi produksi sebuah produk dan diupayakan

agar harga tersebut dapat menutupi semua biaya tersebut.Sebuah strategi harga

harus menghitung skala ekonomis. Bagi produk atau jasa yang berada di dalam

skala ekonomis, harga harus cukup rendah agar dapat mencapai volume tingkat

penjualan yang tinggi sehingga biaya produksi mengalami penurunan.

2) Penentuan harga berdasarkan suplai persediaan

Pada umumnya perusahaan cenderung menurunkan harga jika mereka harus

mengurangi persediaan.

3) Penentuan harga berdasarkan harga pesaing

Penentuan harga berdasarkan harga pesaing dibagi atas tiga yaitu:

a) Penentuan harga penetrasi, dimana perusahaan menentukan harga yang lebih

rendah dari harga pesaing agar dapat menembus pasar. Keberhasilan penentuan

harga penetrasi tergantung pada seberapa besar tanggapan pembeli terhadap

penurunan harga dan juga perusahaan tidak perlu menggunakan strategi ini bila

produknya tidak elastis terhadap harga karena kebanyakan pembeli tidak akan

beralih ke produk pesaing untuk mengambil keuntungan dari harga yang lebih

rendah.

b) Penentuan harga defensive, dimana perusahaan menurunkan harga produk untuk mempertahankan pangsa pasarnya. Selain itu beberapa perusahaan juga

menurunkan harga untuk menyerang pesaing baru yang masuk ke dalam pasar,

Gambar

     Gambar 1    Pembagian  Tipe-tipe  Komunikasi Menurut  Agler & Roadman (1999:96)
Gambar  1  Menentukan  Kebijakan  Penetapan  Harga Sumber : Kotler (2000:523)
Gambar  2  Model  Teoritis
 Gambar  4 Model  Analisis  Data  Huberman dan Miles (1992)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskipsikan hal-hal yang tekait dengan latar belakang konsumen membeli pakaian bekas di Pasar

Demikianlah hasil penelitian dengan adanya perdagangan pakaian bekas sangat mempengaruhi perekonomian pedagang pakaian bekas dan juga masyarakat kota Tanjung Balai..

Kebijakan larangan impor pakaian bekas merupakan kebijakan yang melarang pakaian bekas untuk diimpor ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kebijakan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh kemandirian pribadi terhadap perilaku kewirausahaan pada pedagang pakaian Pasar Petisah

INTERAKSI JUAL BELI ANTARA PEDAGANG PAKAIAN DENGAN PEMBELI DI PASAR MUNCAR KECAMATAN.. MUNCAR KABUPATEN BANYUWANGI: TINJAUAN

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh kemandirian pribadi terhadap perilaku kewirausahaan pada pedagang pakaian Pasar Petisah

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh kemandirian pribadi terhadap perilaku kewirausahaan pada pedagang pakaian Pasar Petisah

HASIL PENELITIAN Tahapan Tahapan dalam Impor Barang Pakaian Bekas Proses yang dilakukan dalam kegiatan impor barang pakaian bekas terbilang cukup sulit dikarenakan barang yang