• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

C. Penelitian Terdahulu

Pada bab ini berisi gambaran umum Dusun Kadipiro, Keadaan Sosial Masyarakat, serta Tradisi Brokohan di Dusun Kadipiro. BAB IV ANALISIS DATA

Meliputi analisis tentang Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Brokohan serta pembahasan

14 BAB V PENUTUP

Dalam bab ini akan disampaikan tentang kesimpulan data dan saran.Diakhiri dengan daftar pustaka, serta lampiran-lampiran yang dapat mendukung laporan penelitian ini.

15 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Nilai-nilai Pendidikan Islam 1. Pengertian Nilai

Nilai artinya sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (Purwadarminta, 1999:677). Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Pada hakikatnya nilai akan memberikan pengaruh dalam kehidupan sosial manusia sehari-hari.

Nilai bersifat ideal, abstrak dan tidak dapat disentuh oleh panca indera, sedangkan yang dapat ditangkap hanya barang atau tingkah laku yang mengandung nilai tersebut.Nilai juga bukan fakta yang berbentuk kenyataan dan konkret.Oleh karena itu masalah nilai bukan soal benar dan salah, tetapi soal dikehendaki atau tidak, disenangi atau tidak, sehingga bersifat subjektif.Adapun dalam masyarakat yang dibahas adalah nilai inti (score value), nilai inti ini diikuti oleh setiap individu atau kelompok yang jumlahnya cukup besar, orang-orang itu benar-benar menjunjung tinggi nilai itu sehingga menjadi salah satu faktor penentu untuk berperilaku (Munandar, 1995:25).

Liliweri (2003:82) mendefinisikan nilai sebagai berikut,

Nilai merupakan sesuatu yang abstrak, tentang tujuan budaya yang akan dibangun bersama melalui bahasa, simbol dan pesan-pesan verbal maupun non verbal. Nilai merupakan unsur penting dalam kebudayaan, nilai juga membimbing manusia untuk menentukan apakah sesuatu itu boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan.

16

Menurut Sykur (1996:22-13) pengertian nilai dari segi filsafat dipahami dalam dua arti yaitu,

yang pertama arti ekonomis yaitu yang berhubungan dengan kualitas atau harga suatu barang. Arti yang kedua yaitu tentang nilai Islami, ada dua cara untuk menentukan substansi nilai-nilai Islam; yang pertama lewat kajian ilmiah tentang sikap dan dan tingkah laku orang-orang muslim.Pendekatan nilai-nilai ajaran Islam semacam ini memang beguna untuk mengetahui sejauh mana seorang Muslim mengikuti ajaran.Cara kedua adalah merujuk kepada sumber aslinya, yaitu Al-Qur’an dan al-Hadits.

Dilihat dari segi kebutuhan hidup manusia, nilai menurut Sjarkawi (2009:29).

a. Nilai moral b. Nilai sosial

c. Nilai undang-undang d. Nilai agama

Keempat nilai tersebut berkembang sesuai dengan tuntutan kebutuhan, dari kebutuhan yang paling sederhana yakni kebutuhan akan fisik biologis, keamanan, harga diri dan yang terakhir kebutuhan jati diri.

Menurut Thoha (1996:64) sumber nilai dalam kehidupan manusia yaitu,

a. Nilai Illahi (nilai religi) yaitu nilai yang dititahkan Tuhan melalui para rasul-Nya, yang berbentuk takwa, iman, adil yang diabadikan dalam wahyu Illahi.

b. Nilai Insani yaitu nilai yang tumbuh atas kesepakatan manusia serta hidup berkembang dari peradaban manusia.

Kedua nilai tersebut dilihat dari ruang lingkup hidup manusia sudah memadahi.Sebab, mencakup hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan dirinya sendiri.

17 2. Pengertian Pendidikan Islam

Definisi pendidikan Islam yang diungkapkan oleh Ahmad Tafsir (2007:24) yaitu, “secara sederhana kata Islamdalam pendidikan Islam menunjukkan warna pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang berwarna Islam, pendidikan yang Islami yaitu pendidikan yang pendidikan yang berdasarkan Islam”.

Pendidikan Islam menurut Gunawan (2014:8) adalah “suatu proses edukatif yang mengarah kepada pembentukan akhlak atau secara utuh dan menyeluruh, menyangkut aspek jasmani dan rohani”.Pendidikan Islam adalah usaha yang lebih khusus dan ditekankan pada pengembangan fitrah keberagamaan dan sumber daya insani lainnya agar lebih mampu memahami, menghayati dan mengajarkan ajaran Islam.

Pendidikan Islam menurutn Muhaimin (2009:14) adalah “sistem pendidikan yang dikembangkan dan dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam”.

Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah sebagaimana yang dikutip oleh Gunawan (2014:10) menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasikan menjadi empat aspek yaitu:

1. Tujuan Pendidikan jasmani ( al-ahdaf al jismiyah ). Bahwa proses pendidikan ditujukan dalam rangka mempersiapkan diri manusia sebagai pengemban tugas khalifah fi al-ardh.

2. Tujuan pendidikan rohani dan agama (al-ahdaf al-ruhaniyah wai ahdaf al diniyah). Bahwa proses pendidikan ditujukan

18

dalam rangka meningkatkan pribadi manusia dari kesetiaan yang hanya kepada Allah semata, dan melaksanakan akhlak qur’ani yang diteladani oleh Nabi SAW sebagai perilaku perwujudan keagamaan.

3. Tujuan pendidikan akal (al-ahdaf al-akliyah). Bahwa proses pendidikan ditujukan dalam rangka mengarahkan potensi intelektual manusia untuk menemukan kebenaran dan sebab-sebabnya, dengan menelaah ayat-ayatnya (baik qauliyah dan kauniyah).

4. Tujuan pendidikan sosial (al-ahdaf al-ijtimaiyah). Bahwa proses pendidikan ditujukan dalam rangka pembentukan kepribadian yang utuh. Pribadi disini tercermin sebagai al-nas yang hidup pada masyarakat plural .

Ke-empat tujuan pendidikan Islam ini harus diarahkan menuju pada kesempurnaan.Dan keempat tujuan ini tentu harus tetap dalam satu kesatuan yang tidak terpisah-pisah.

Pendidikan Islam dapat terjadi di lingkungan keluarga, sekolah dan di masyarakat.Menurut Daradjat (2011:44) “masyarakat turut serta memikul tanggung jawab pendidikan dan sangat besar pengaruhnya dalam memberi arah terhadap pendidikan anak, terutama para pemimpin masyarakat atau penguasa yang ada didalamnya”.Lingkungan masyarakat juga merupakan tempat bergaul sekaligus menerima pendidikan social bagi setiap keluarga yang ada di dalamnya. Dan agama sebagai sumber sosial normatif dapat dipahami sebagai substansi nilai yang erat kaitannya

19

dengan aspek pengalaman dan sejumlah peristiwa sehari-hari. Biasanya melibatkan kepercayaan dan tanggapan pada sesuatu yang berada di luar jangkauan manusia.

Oleh karena itu, secara sosiologis agama menjadi penting dalam kehidupan manusia bermasyarakat.Pembinaan nilai agama dalam masyarakat dapat dilihat dari akhlak keluarga yang berada di dalamnya. 3. Pengertian Nilai Pendidikan Islam

Menurut Ardhana dalam (Muhaimin, 1993:124), kehidupan manusia tidak lepas dari nilai, dan nilai itu selanjutnya perlu diinstitusikan.Institusionalisasi nilai yang terbaik adalah melalui upaya pendidikan. Hakikat pendidikan adalah proses tranformasi dan internalisasi nilai, proses pembiasaan terhadap nilai, proses rekonstruksi nilai, serta penyesuaian nilai.

Nilai Pendidikan Islam bermakna sebagai konsep-konsep pendidikan yang dibangun berdasarkan ajaran Islam sebagai landasan etis, moral dan operasional pendidikan (Sarjono, 2005:137).Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan Islam adalah sifat-sifat atau hal-hal yang melekat dalam pendidikan Islam yang digunakan manusia sebagai dasar untuk mengabdi pada Allah SWT.

Ada beberapa butir nilai, hasil deduksi dari Al-Qur’an yang dapat dikembangkan untuk penerapan pendidikan Islam (Muhaimin, 2011:64) yaitu:

a. Nilai Ibadah

Penerapan dan pengembangan pendidikan Islam merupakan Ibadah.

20

Pendidikan Islam hendaknya dikembangkan untuk berbuat baik kepada semua pihak pada setiap generasi, disebabkan karena Allah Swt. telah berbuat baik kepada manusia dengan aneka nikmat-Nya, dan dilarang berbuat kerusakan dalam bentuk apapun.

c. Nilai Kerahmatan

Pendidikan Islam hendaknya ditujukan bagi kepentingan dan kemaslahatan seluruh umat manusia dan alam semesta.

d. Nilai Amanah

Pendidikan Islam adalah amanah dari Alah Swt. Sehingga, pengembangandan penerapannya dilakukan dengan niat, cara dan tujuan sebagaimana dikehendaki-Nya.

e. Nilai Dakwah

Pengembangan dan penerapan pendidikan Islam merupakan wujud dialog dakwah menyampaikan kebenaran Islam.

B. Konsep Ritual

1. Pengertian Ritual

Menurut Koentjaraningrat (1990:190) upacara ritual atau ceremony adalah “sistem atau rangkaian tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku di masyarakat dan berhubungan dengan berbagai macam peristiwa yang biasanya terjadi di dalam masyarakat yang bersangkutan”.

Menurut Winnick dalam (Syam, 2005:17) ritual adalah “seperangkat tindakan yang dimantapkanmelalui tradisi. Ritus tidak sama dengan pemujaan, karena ritus merupakan tindakan yang bersifat keseharian”.

Ritual dibagi menjadi dua yaitu dari segi tujuan (makna) dan cara (Djamari, 1993:http://blogspot.co.id/ritual-dan-institusiIslam.html diakses pada Sabtu,16 Mei 2015, pukul 13:12) WIB. Dari segi tujuan ritual dibagi menjadi tiga yaitu:

21

a. Ritual yang tujuannya bersyukur kepada Tuhan.

b. Ritual yang tujuannya mendekatkan diri kepada Tuhan agar mendapatkan keselamatan dan rahmat.

c. Ritual yang tujuannya meminta ampun atas kesalahan yang dilakukan.

Adapun dari segi cara, ritual dapat dibedakan menjadi dua yaitu: a. Individual

Sebagian ritual dilakukan secara perorangan, bahkan ada yang dilakukan dengan mengisolasi diri dari keramaian, seperti meditasi, bertapa, dan yoga.

b. Kolektif

Ritual yang dilakukan secara kolektif (umum), seperti khotbah, salat berjamaah, dan haji.

Menurut Dhavamony dalam (Syam, 2005:19), ritual dibedakan menjadi empat macam, yaitu:

a. Tindakan magi, yang dikaitkan dengan penggunaan bahan-bahan yang bekerja karena daya-daya mistis.

b. Tindakan religius, kultus para leluhur juga bekerja dengan cara ini.

c. Ritual konstitutif yang mengungkapkan atau mengubah hubungan sosial dengan merujuk pada pegertian-pengertian mistis, dengan cara ini upacara-upaca menjadi khas.

22

d. Ritual faktitif yang meningkatkan produktivitas atau kekuatan, atau pemurnian dan perlindungan, atau dengan cara lain meningkatkan kesejahteraan materi suatu kelompok.

2. RitualSlametan

Menurut Geertz (1981:11) “di pusat keseluruhan sistem agama Jawa, terdapat suatu ritus yang sederhana, formal, jauh dari keramaian dan dramatis itulah slametan”. Slametan adalah versi Jawa dari apa yang barangkali merupakan upacara keagamaan yang paling umum di dunia, ia melambangkan kesatuan mistis dan sosial mereka yang ikut serta di dalamnya.Slametan adalah ritus bagi mereka yang hidup (Beatty, 2001:42).

Menurut Khalil (2008:278) penertian slametan adalah,“salah satu adat istiadat, sebagai ritual keagamaan yang paling populer di dalam masyarakat Islam Jawa yaitu upacara ritual komunal yang telah mentradisi di kalangan masyarakat Islam Jawa yang dilaksanakan untuk peristiwa penting dalam kehidupan seseorang”. Slametan diyakini sebagai sarana spiritual yang mampu mengatasi segala bentuk krisis yang melanda serta bisa mendatangkan berkah bagi mereka. Menurut Aizid (2015:83) pengertian slametan adalah,

kegiatan masyarakat Jawa yang biasanya digambarkan sebagai pesta ritual, baik upacara di rumah maupun di desa. Saat pelaksanaan slametan, sejumlah orang duduk melingkar di atas tikar untuk berdoa bersama. Selesai berdoa dilanjutkan makan bersama hidangan yang telah disiapkan, selain itu tuan rumah juga sudah menyiapkan bungkusan yang dibagi-bagikan kepada orang-orang yang hadir. Bungkusan tersebut berisi nasi beserta lauk-pauk dan makanan kecil.

23

Kebanyakan slametan diselenggarakan di waktu malam, segera setelah matahari terbenam dan sembahyang magrib telah dilakukan oleh mereka yang mengamalkannya.Jika menyangkut kelahiran atau kematian, maka peristiwa itu sendirilah yang menentukan waktunya.

Menurut Gerrtz (1981:38)Slametan terbagi dalam empat jenisyaitu: a. yang berkisar sekitar krisis-krisis kehidupan atau lingkaran

hidup ( kelahiran, khitanan, perkawinan dan kematian). b. yang ada hubungannya dengan hari-hari raya Islam

(Maulud Nabi, Idul Fitri, Idul Adha dan sebagainya).

c. yang ada sangkutannya dengan integrasi sosial desa (bersih desa).

d. yang diselenggarakan dalam waktu yang tidak tetap, tergantung kepada kejadian luar biasa yang dialami seseorang (pindah tempat, ganti nama, sakit).

Secara umum, tujuan slametan adalah untuk menciptakan keadaan sejahtera, aman dan bebas dari gangguan makhluk yang nyata maupun halus (suatu keadaan yang disebut slamet) ( Beatty, 2001:43).

Suatu ciri yang menonjol dalam kajian antropologi mengenai ritual di tempat-tempat lain di Indonesia adalah unsur eksplisit slametan yakni perlunya menyatakan dengan jelas maksud slametan dan mengucapkannya dengan tegas makna setiap unsur. Tamu yang hadir tidak bersifat pasif melainkan menjadi saksi yang mengabsahkan maksud tuan rumah. Persetujuan mereka diperlukan dan setiap kalimat pernyataan simbolik diikuti oleh ucapan “Ya” bersama-sama (Beatty, 2001:47). Mirip dengan apa yang dikemukakan Woodward (1988:80), bahwa ucapan “Amin” yang mengikuti setiap kalimat doa dalam bahasa Arab”mentransformasikan doa individual menjadi doa kolektif.

24

Interpretasi terhadap slametan yang sudah memiliki formulasi tertentu dalam sambutan-sambutan upacara menyelimuti posisi dan motivasi yang beraneka ragam.Dari sini ada dua titik garis ekstrim, yakni mistikal dan santri, dengan mayoritas terletak di antara keduanya.Adalah kaum mistik yang bergerak lebih jauh dalam mengembangkan gagasan dan penerjemahan yang berkenaan dengan simbol-simbol slametan (Khalil, 2008:280).

3. Brokohan

Brokohan atau Barokahan merupakan salah satu upacara adat Jawa untuk menyambut kelahiran bayi. Upacara adat ini mempunyai makna sebagai ungkapan rasa syukur dan sukacita karena proses kelahiran berjalan lancar. Brokohan berasal dari bahasa Arab yaitu

ﺔﻛﺮﺑ

“Barokah” yang maknanya mengharapkan berkah (Aizid, 2015:121) dantelah mengalami perubahan menurut lidah orang Jawa. Firman Allah SWT dalam Q.S. An Nahl:78

































Artinya:

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalamkeadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”(Q. S. An Nahl ayat 78).

25

4. Dasar Hukum Pelaksanaan Tradisi Brokohan



















































Artinya:

Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya Tuhanku, Sesunguhnya Aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya Aku Telah menamai dia Maryam dan Aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk" (QS. Ali ‘Imran:36).

َﺴَﻓ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﮫْﯿَﻠَﻋ ُ ﱠﷲ ﻰﱠﻠَﺻ ﱠﻲِﺒﱠﻨﻟا ِﮫِﺑ ُﺖْﯿَﺗَﺄَﻓ ٌم َﻼُﻏ ﻲِﻟ َﺪِﻟُو

ُهﺎﱠﻤ

ِﺔَﻛَﺮَﺒْﻟﺎِﺑ ُﮫَﻟ ﺎَﻋَدَو ٍةَﺮْﻤَﺘِﺑ ُﮫَﻜﱠﻨَﺤَﻓ َﻢﯿِھاَﺮْﺑِإ

Artinya:

“Anakku telah lahir, maka aku bawa kepada Nabi saw. Maka beliau memberinama kepadanya dengan nama Ibrahim, lalu diusap langit-langit mulutnya dengan kurma dan dido’akan dengan barakah. (HR. Bukhari dari Abu Musa r.a.)

ﻢﯿِھاَﺮْﺑِإ ﻲِﺑَأ ِﻢْﺳﺎِﺑ ُﮫُﺘْﯿﱠﻤَﺴَﻓ ٌم َﻼُﻏ َﺔَﻠْﯿﱠﻠﻟا ﻲِﻟ َﺪِﻟُو

Artinya:

“Semalam telah lahir anakku laki-laki,lalu aku beri nama dia dengan nama kakekku, Ibrahim. (HR. Muslim dari Anas)

26

ﱠنِإ ُلﻮُﻘَﯾَو َﻦْﯿَﺴُﺤْﻟاَو َﻦَﺴَﺤْﻟا ُذﱢﻮَﻌُﯾ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﮫْﯿَﻠَﻋ ُ ﱠﷲ ﻰﱠﻠَﺻ ﱡﻲِﺒﱠﻧ

ِ ﱠﷲ ِتﺎَﻤِﻠَﻜِﺑ ُذﻮُﻋَأ َقﺎَﺤْﺳِإَو َﻞﯿِﻋﺎَﻤْﺳِإ ﺎَﮭِﺑ ُذﱢﻮَﻌُﯾ َنﺎَﻛ ﺎَﻤُﻛﺎَﺑَأ

ْﻦِﻣ ِﺔﱠﻣﺎﱠﺘﻟا

ٍﺔﱠﻣ َﻻ ٍﻦْﯿَﻋ ﱢﻞُﻛ ْﻦِﻣَو ٍﺔﱠﻣﺎَھَو ٍنﺎَﻄْﯿَﺷ ﱢﻞُﻛ

Artinya:

“Adalah Rasulullah saw memohon perlindungan bagi Hasan dan Husen (cucu beliau) dan bersabda: Sesungguhnya Nabi Ibrahim memohonkan perlindungan bagi Isma’il dan Ishaq sebagai berikut: A’udzu bikalimatillahit taam mati min kulli syaithani wa hammatin wamin kulli ‘ainiammatin. (HR. Bukhari dari Ibnu Abbas).

ٍﺔﱠﻣ َﻻ ٍﻦْﯿَﻋ ﱢﻞُﻛ ْﻦِﻣَو ٍﺔﱠﻣﺎَھَو ٍنﺎَﻄْﯿَﺷ ﱢﻞُﻛ ْﻦِﻣ ِﺔﱠﻣﺎﱠﺘﻟا ِ ﱠﷲ ِتﺎَﻤِﻠَﻜِﺑ ُذﻮُﻋ

Artinya:

“Aku berlindung dengan firman-firman Allah yang sempurna dari seluruh syaitan, segala macam gangguan dan penggoda yang jahat.

a. Hubungan antara Tradisi Brokohan dengan Pendidikan Islam Hubungan antara Tradisi Brokohan dengan Pendidikan Islam sebagai berikut:

1. Dengan adanya tradisi Brokohan kita termasuk melestarikan budaya serta memberikan transformasi kebudayaan baru yang belum dikenal oleh masyarakat.

2. Salah satu sarana untuk menjaga warisan budaya agar tidak diklaim oleh para penjajah budaya.

27

b. Pengaruh Positif Pelaksanaan Tradisi Brokohan

Pengaruh positif bagi kehidupan bermasyarakat di Dusun Kadipiro, yaitu:

1. Masyarakat semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan selal bersukur atas segala nikmat yang telah diberikan oleh-Nya.

2. Terjalin kehidupan yang rukun antar umat Islam.

3. Adanya rasa kebersamaan yang tinggi dalam kehidupan bermasyarakat.

c. Hikmah Pelaksanaan Tradisi Brokohan

1. Takwa Kepada Allah SWT

Makna pertama yang dapat dipetik dari tradisi Brokohan adalah ketakwaan kepada Allah SWT. Sebab, dalampraktiknya, terdapat kegiatan doa bersama untuk mendoakan bayi dan ibu baru serta doa keselamatan untuk semua orang yang hadir. Selain itu, karena tradisi brokohan dilaksanakan setelah prosesi kelahiran bayi, maka slametan ini dapat dikatakan sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas kelahiran yang selamat.

2. Kebersamaan dan Gotong-royong

Makna lain yang dapat dipetik dari tradisi brokohan ini adalah rasa kebersamaan, persatuan serta gotong-royong. Hal ini disebabkan slametan brokohan melibatkan orang banyak meliputi pemuka agama, dukun bayi, sanak saudara dan

28

tetangga sekitar yang bekerja sama dan bergotong- royong, mulai dari persiapan sampai akhir acara.

3. Kepedulian terhadap masyarakat sekitar 4. Melestarikan budaya

Tradisi brokohan merupakan salah satu dari sekian banyak tradisi yang masih dilaksanakan di Dusun Kadipiro DesaKarangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Dengan dilaksanakannya tradisi ini, budaya akan terus dilestarikan. Orang-orang yang hadir dalam tradisi ini dapat menceritakan dan mencontokannya kepada anak dan cucu mereka kelak.

C. Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah penulis baca diantaranya:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Widi Agung Prasetyawan (2010), dengan judul Akulturasi Budaya Islam dan Budaya Hindu : StudiTentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam di GununggangsirBejiPasuruan. Pada penelitian tersebut dijelaskan Budaya Brokohan merupakan peninggalan agama Hindu yang diubah menjadi budaya sesuai ajaran agama Islam. Hal ini ditujukan untuk menciptakansuasana Islami yang mengarah pada ketauhidan. Awalnya budaya Brokohan adalah budaya Hindu berupa sesaji dikirimkan ke candi sebagai ungkapan syukur atas anugerah yang diberikan berupa seorang bayi lahir dengan selamat serta sempurna. Pada ritual

29

keagamaan ini banyak pembacaan mantra-mantra agama Hindu yang dipimpin oleh sesepuh desa. Namun keadaan masyarakat Gununggangsir sekarang sudah berubah dan mayoritas beragama Islam, ritual Brokohan mengalami pergeseran seperti digantinya mantra-mantra agama Hindu menjadi bacaan-bacaan ayat suci Al-Qur'an dan ditutup dengan do'a menurut agama Islam. Selain itu juga, sesaji tetap ada tetapi tidak sebesar pada masa Hindu melainkan sesuai kemampuan ekonominya. Dan melahirkan bayi dilaksanakan di dalam rumah tidak lagi di candi.

Letak perbedaan penelitian adalah fokus penelitian yang lebih mengarah pada proses akulturasi tradisi Brokohan menyangkut sesaji dan mantra-mantra Hindu menjadi bacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an sehingga tidak terfokus pada nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam tradisi tersebut.

2. Penelitian skripsi oleh Retna Wahyu Kinasih (2013) dengan judul Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Upacara-upacara Kelahiran Sejak Masa Prenatal Sampai Balita di Dusun Sojomerto Kidul

DesaSidomulyo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang”. Pada

penelitian tersebut dijelaskan bahwa pelaksanaan upacara kelahiran sejak masa prenatal sampai balita di Dusun Sojomerto Kidul, hanya sedikit perbedaan dari sajian atau perlengkapan dengan daerah lain. Bagi orang yang memiliki

30

dana lebih biasanya pelaksanaan upacara kelahiran itu dilaksanakan secara komplit. Tetapi kebanyakan dari masyarakat Dususn Sojomerto lebih memilih untuk melakukan selamatan secara sederhana.

Letak perbedaan penelitian adalah pada tujuan penelitian yang bertujuan untuk meneliti semua nilai-nilai pendidikan Islam dalam upacara-upacara kelahiran sejak masa prenatal sampai balita dan tidak hanya pada satu jenis upacara saja. Sehingga tradisi brokohan tidak dibahas secara lebih mendalam.

31

Dokumen terkait