• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ada beberapa alternatif untuk mengurangi agency cost, yaitu sebagai berikut.

1) Meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen, dimana manajer akan merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan juga apabila ada kerugian yang timbul sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Kepemilikan ini akan mensejajarkan kepentingan manajemen dengan pemegang saham (Jensen dan Meckling, 1976). Oleh karena itu, kepemilikan saham oleh manajemen merupakan insentif bagi para manajer

commit to user

xxxviii

untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan manajer akan menggunakan hutang secara optimal sehingga akan meminimumkan biaya keagenan.

2) Meningkatkan dividend payout ratio, dengan demikian tidak tersedia cukup banyak free cash flow dan manajemen terpaksa mencari pendanaan dari luar untuk membiayai investasinya.

3) Meningkatkan pendanaan dengan hutang. Pendanaan dari luar akan menurunkan besarnya konflik antara pemegang saham dengan manajemen di samping itu hutang juga akan menurunkan excess cash flow yang ada dalam perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan pemborosan yang dilakukan manajemen (Jensen, 1986).

Dividen adalah pembagian kepada pemegang saham perusahaan yang sebanding dengan jumlah lembar yang dimiliki. Ketika perusahaan menaikkan risiko pembagian dividen, kenaikan ini akan mengakibatkan harga saham naik. Namun jika dividen meningkat, maka akan berakibat dana yang tersedia untuk reinvestasi semakin sedikit sehingga tingkat pertumbuhan yang diharapkan untuk masa yang akan datang rendah. Jadi, setiap perubahan dalam kebijakan pembagian akan mempunyai pengaruh yang saling bertentangan. Oleh karenanya kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan yang menciptakan keseimbangan di antara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa yang akan datang.

Wahidahwati (2002) memperoleh bukti empiris bahwa dividen merupakan bagian dalam proses monitoring perusahaan dan bahwa perusahaan cenderung membayar dividen yang tinggi ketika proporsi managerial ownership rendah. Pembayaran dividen akan mengurangi sumber dana yang dikendalikan oleh manajer, dividen merupakan biaya modal ekuitas sehingga jika struktur kepemilikan

commit to user

xxxix

modal internal rendah maka debt ratio rendah. Kemudian ia juga menyatakan bahwa dividend payment mempunyai pengaruh yang signifikan dan berhubungan negatif terhadap kebijakan hutang perusahaan.

Putri dan Nasir (2006) meneliti tentang analisis persamaan simultan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, risiko, kebijakan hutang dan kebijakan dividen dalam perspektif teori keagenan. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan interdependensi antar semua variabel endogen, walaupun pada beberapa variabel terdapat hubungan yang signifikan, namun adanya arah yang bersesuaian antar masing-masing variabel. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa

free cash flow secara statistik berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang, dalam penelitian tersebut dijelaskan pula bahwa setelah krisis manajer berusaha untuk meningkatkan kestabilan perusahaan dengan cara menggunakan free cash flow untuk membayar hutang karena hutang yang terlalu tinggi meningkatkan resiko kebangkrutan.

Sementara itu, Wibowo (2008) meneliti tentang pengaruh kepemilikan manajerial, free cash flow dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ (sekarang BEI). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara simultan (bersama-sama) dan parsial variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu kepemilikan manajerial, free cash flow dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan- perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Murni dan Andriana (2007) meneliti tentang pengaruh insider ownership, institutional investor, dividend payments, dan firm growth terhadap kebijakan hutang perusahaan (studi kasus pada

commit to user

xl

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ). Hasilnya menunjukkan bahwa secara simultan semua variabel berpengaruh terhadap kebijakan hutang, sedangkan secara parsial tidak semua variabel dominan sebagai instrumen pendukung kebijakan hutang perusahaan.

Ismiyanti dan Hanafi (2003) menganalisis kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, risiko, kebijakan hutang dan kebijakan dividen dalam analisis persamaan simultan. Penelitian dilakukan terhadap 136 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ antara tahun 1998-2001. Hasil yang diperoleh adalah kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional sama-sama mempunyai hubungan yang positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Dalam penelitiannya terhadap kebijakan dividen, kepemilikan manajerial berhubungan negatif tidak signifikan demikian pula dengan kepemilikan institusional berhubungan positif tetapi tidak signifikan.

Penelitian Wahyudi dan Pawestri (2006) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial yang tinggi menyebabkan dividen yang dibayarkan pada pemegang saham rendah. Penetapan dividen rendah disebabkan manajer memiliki harapan investasi di masa yang akan datang yang dibiayai dari sumber internal. Karena adanya sumber internal perusahaan yang tinggi maka akan mengurangi penggunaan hutang untuk pembiayaan.

Chen dan Steiner (1999) menguji bagaimana kepemilikan manajerial berhubungan dengan risiko, kebijakan hutang, dan kebijakan dividen perusahaan. Sampel yang digunakan adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di New York Stock Exchange pada tahun 1994. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kepemilikan manajerial, kebijakan dividen, Resource and Development (R and D)

commit to user

xli

dan Return on Asset (ROA) berpengaruh negatif pada kebijakan hutang perusahaan tetapi hanya kepemilikan manajerial dan kebijakan dividen yang berpengaruh signifikan, sedangkan total aktiva memiliki pengaruh positif pada kebijakan hutang perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Murni dan Andriana (2007) bertujuan untuk menguji pengaruh dari insider ownership, institutional ownership, dividend payments dan firm growth terhadap kebijakan hutang perusahaan pada 42 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama tahun 1999- 2002. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa insider ownership tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan, sedangkan institutional ownership, dividend payments dan firm growth berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan.

Makmun (2003) dalam penelitiannya menganalisis faktor-faktor yang dapat mampengaruhi kebijakan hutang. Faktor-faktor yang dianalisis adalah insider ownership, kebijakan dividen, keuntungan (profit) dan pertumbuhan total aktiva. Populasi penelitian adalah 139 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ periode 1992-2001. Hasil penelitian ini adalah bahwa kebijakan dividen dan profit berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang, pertumbuhan aktiva berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang, sedangkan insider ownership tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang.

Dharmastuti et al. (2003) melakukan penelitian untuk menganalisis hubungan dividen dan kebijakan hutang pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Stock Exchange pada tahun 2000-2002. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

commit to user

xlii

terdapat hubungan interdependensi antara kebijakan dividen dan kebijakan hutang perusahaan. Secara parsial ditunjukkan bahwa dividen dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan pada kebijakan hutang, sedangkan profitabilitas dan volatilitas pendapatan berpengaruh positif dan signifikan pada kebijakan hutang perusahaan.

Wahidahwati (2002) menganalisis bagaimana kepemilikan manajerial berhubungan dengan risiko, kebijakan hutang dan kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 1993-1996. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa kepemilikan manajerial dan risiko berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan, sedangkan kebijakan dividen berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan.

Putri dan Nasir (2006) menganalisis hubungan antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan dividen, kebijakan pengambilan risiko, free cash flow, profitabilitas dan kebijakan hutang. Penelitian ini menggunakan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Jakarta Stock Exchange dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 sebagai sampelnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang perusahaan tetapi hanya kepemilikan manajerial yang berpengaruh signifikan. Sementara itu, kebijakan pengambilan risiko, free cash flow dan profitabilitas memiliki arah koefisien negative, tetapi hanya variabel kebijakan pengambilan risiko dan free cash flow yang berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan.

commit to user

xliii

Suhartono (2004) meneliti simultanitas antara kebijakan dividen dan kebijakan hutang pada 20 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ periode 1993-1996. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interdependensi antara kebijakan hutang dan kebijakan dividen. Net organizational capital, beta, dan

growth secara negatif berhubungan dengan kebijakan dividen. Earning volatility

dan profitabilitas secara negatif berhubungan dengan kebijakan hutang, namun net organizational capital dan growth tidak berhubungan dengan kebijakan hutang.

Dokumen terkait