Statistik deskriptif digunakan untuk melihat distribusi data yang digunakan sebagai sampel. Statitistik deskriptif menggambarkan distribusi data yang terdiri dari nilai minimum, nilai maksimun, nilai rata-rata dan nilai standar deviasi atas data variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Berikut merupakan statistik deskriptif untuk masing-masing variabel dalam penelitian ini.
Table IV.2 Hasil Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DPR 91 0,01 2,00 0,3509 0,28677 DR 91 0,05 0,88 0,4564 0,18797 LN_FCF 91 19,27 30,07 25,8438 1,88586 Valid N (listwise) 91
Sumber: hasil pengolahan data
Kebijakan dividen yang diproksikan dengan Dividend Payout Ratio (DPR) dalam tabel deskriptif menunjukkan nilai rata-rata 0,3509. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan sampel mengeluarkan kas perusahaan untuk distribusi kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen kas adalah sebanyak 35% atas laba bersih perusahaan. Nilai minimum sebesar 0,01 atau sebesar 1% yang dimiliki oleh PT SMART Tbk dan nilai maksimum sebesar 2 atau
commit to user
lxi
sebesar 200% yang dimiliki oleh PT Sugi Sama Persada Tbk. Standar deviasi DPR menunjukkan angka 0,28677, hal ini berarti kesenjangan DPR perusahaan sampel adalah sebesar 29%.
Kebijakan hutang yang diproksikan dengan Debt Ratio (DR) dalam tabel deskriptif menunjukkan nilai rata-rata sebesar 0,4564. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan sampel memiliki hutang yang digunakan dalam proses operasionalnya sebanyak 46% atas aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Nilai minimum sebesar 0,05 atau sebesar 5% yang dimiliki oleh PT Jaya Pari Steel Tbk dan nilai maksimum sebesar 0,88 atau sebesar 88% yang dimiliki oleh PT Tembaga Mulia Semanan Tbk. Standar deviasi DR menunjukkan angka 0,18797, hal ini berarti kesenjangan DR perusahaan sampel adalah sebesar 19%.
Sementara itu, rata-rata nilai LN_FCF sebesar 25,8438 (Rp 599.998.999.286), nilai minimum sebesar 19,27 (Rp 234.958.456) untuk perusahaan PT Pan Brothers Tex Tbk dan nilai maksimum sebesar 30,07 (Rp 11.405.392.000.000) untuk perusahaan PT Astra International Tbk. Standar deviasi yang cukup besar yaitu sebesar 1,88586 memperlihatkan bahwa kesenjangan arus kas bebas perusahaan sampel cukup jauh yaitu sebesar 189%, kesenjangan arus kas bebas dalam perusahaan sampel ini dapat terjadi dikarenakan pengaruh ukuran perusahaan yang memberikan arus kas bebas berbeda-beda.
Setelah paparan deskripsi data penelitian yang digunakan, maka selanjutnya dijelaskan pengujian dan hasil pengujian hipotesis. Secara lengkap hasil pengujian hipotesis disajikan seperti berikut ini.
commit to user
lxii
1. Uji Hipotesis I
a) Pengujian Asumsi Klasik
Model regresi dalam penelitian dapat digunakan untuk estimasi dengan signifikan dan representatif jika model regresi tersebut tidak menyimpang dari asumsi dasar klasik regresi berupa: normalitas, multikolinearitas, autokorelasi dan heterokedastisitas.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov terhadap residual regresi yang dilakukan dengan program SPSS 16.0. hasil pengujian dapat dilihat pada lampiran. Secara ringkas hasil ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel IV.3
Hasil Uji Normalitas Data 1
H a s i l
Hasil pengujian Kolmogorov-Smirnov dengan residual dapat diketahui p-value lebih besar dari 5% (p > α), maka dapat dinyatakan bahwa seluruh data memiliki sebaran data normal.
2) Uji Multikolinearitas
Unstandardized Residual
N 91
Normal Parametersa Mean 0,0000000
Std. Deviation 1,64109152
Most Extreme Differences Absolute 0,055
Positive 0,048
Negative -0,055
Kolmogorov-Smirnov Z 0,528
Asymp. sig. (2-tailed) 0,943
a. Test distribution is Normal.
commit to user
lxiii
Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terdapat korelasi antara variabel independen atau korelasinya rendah. Keberadaan multikolinearitas diketahui dengan Varians Inflating Factor
(VIF) dan Tolerance. Hasil uji multikolinearitas tersaji pada tabel berikut ini.
Tabel IV.4
Hasil Uji Multikolinearitas 1
Variabel Tolerance VIF Keterangan
DPR 1,000 1,000 Tidak terdapat multikolinearitas
Sumber : hasil pengolahan data
Hasil pengujian multikolinearitas menunjukkan bahwa semua variabel independen memiliki nilai tolerance lebih dari 0,1 (10%), tidak ada korelasi antar variabel bebas yang nilainya lebih dari 90%. Hasil penghitungan juga menunjukkan bahwa semua variabel bebas memiliki VIF kurang dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas dalam model regresi yang digunakan.
3) Uji Autokorelasi
Pada penelitian ini digunakan alat uji runs test. Dari pengujiaan ini dapat dilihat apakah terjadi autokorelasi atau tidak didasarkan pada nilai asymp. sig. dalam uji run test. Apabila asymp. sig. lebih besar dari 5%, maka tidak terjadi gejala autokorelasi dan sebaliknya jika asymp. sig. lebih kecil 5% maka terjadi gejala autokorelasi dalam model regresi yang digunakan dalam penelitian ini.
commit to user
lxiv
Hasil Uji Runs Test 1
Hasil uji autokorelasi dengan Run test di atas menunjukkan bahwa nilai asymp. sig. adalah sebesar 0,461 yang lebih besar dari 5%, sehingga dapat dinyatakan tidak terdapat gejala autokorelasi dalam model penelitian.
4) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedaktisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Kebanyakan data cross section seperti yang digunakan dalam penelitian ini mengandung situasi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dalam penelitian ini dengan menggunakan kriteria, jika nilai probabilitas lebih besar dari 5%, maka dapat dinyatakan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas dan sebaliknya jika nilai probabilitas lebih kecil dari 5%, maka dapat dinyatakan terdapat gejala heteroskedastisitas dalam model penelitian.
Unstandardized Residual
Test Valuea -0,17716
Cases < Test Value 45
Cases >= Test Value 46
Total Cases 91
Number of Runs 43
Z -0,737
Asymp. sig. (2-tailed) 0,461
a. Median
commit to user
lxv
Tabel IV.6
Hasil Uji Heteroskedaktisitas 1 Variabel Sig Kriteria Simpulan
DPR 0,841 Sig>0,05 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Sumber: hasil pengolahan data
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai sig untuk seluruh variabel independen dalam penelitian adalah di atas 0,05. Hasil uji tersebut mengindikasikan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi yang digunakan dalam penelitian.
b) Uji Parameter Simultan (Uji Statistik-F)
Pengujian ini bertujuan mengetahui apakah model regresi yang digunakan dalam penelitian layak untuk digunakan sebagai model pengujian data dan hipotesis yang diajukan. Kriteria yang digunakan dalam pengujian ini adalah, apabila Sig. lebih kecil dari 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa model penelitian layak untuk digunakan sebagai model pengujian dalam penelitian, sebaliknya, apabila Sig. lebih besar dari 0,05, maka model tidak layak untuk digunakan sebagai model pengujian dalam penelitian. Berikut disajikan hasil uji signifikansi F dalam penelitian ini.
Tabel IV.7
Hasil Uji Signifikansi-F 1
F-hitung Sig. Kriteria Keterangan 32,704 0,000 p < 0,05 Signifikan
Sumber: hasil pengolahan data
Hasil uji signifikansi-F (ANOVA) menunjukkan hasil Sig. 0,000 yang lebih kecil dari 0,05, hasil ini dapat jelaskan bahwa model regresi yang
commit to user
lxvi
digunakan dalam penelitian ini layak untuk menjadi model pengujian data dan hipotesis.
c) Uji Parameter Individual (uji statistik-t)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara individual mempengaruhi variabel terikat dengan asumsi variabel independen lainnya konstan.
Tabel IV.8
Hasil Uji Signifikansi-t 1
Variabel T Sig. α Kriteria Keterangan DPR -5,719 0,000 0,05 p<0,05 H1:didukung data Sumber : hasil pangolahan data
Tabel tersebut menunjukkan bahwa variabel DPR mempunyai p- value 0,000 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi penelitian 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa hipotesis pertama dalam penelitian ini didukung oleh data penelitian.
2. Uji Hipotesis II
a) Pengujian Asumsi Klasik
Model regresi dalam penelitian dapat digunakan untuk estimasi dengan signifikan dan representatif jika model regresi tersebut tidak menyimpang dari asumsi dasar klasik regresi berupa: normalitas, multikolinearitas, autokorelasi dan heterokedastisitas.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov terhadap residual regresi yang dilakukan dengan program SPSS 16.0. Kriteria yang digunakan adalah apabila asym. sig.
commit to user
lxvii
lebih besar dari 5%, maka dapat dinyatakan data terdistribusi normal, jika sebaliknya maka data terdistribusi tidak normal. Hasil pengujian dapat dilihat pada lampiran. Secara ringkas hasil ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel IV.9
Hasil Uji Normalitas Data 2
H asil pen
gujian Kolmogorov-Smirnov dengan residual dapat diketahui p-value
lebih besar dari 5% (p > α), maka dapat dinyatakan bahwa seluruh data memiliki sebaran data normal.
2) Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terdapat korelasi antara variabel independen atau korelasinya rendah. Keberadaan multikolinearitas diketahui dengan Varians Inflating Factor
(VIF) dan Tolerance. Kriteria untuk multikolinearitas adalah Varians Unstandardized
Residual
N 91
Normal Parametersa Mean 0,0000000
Std. Deviation 0,15787641 Most Extreme Differences Absolute 0,090 Positive 0,090 Negative -0,048 Kolmogorov-Smirnov Z 0,862
Asymp. sig. (2-tailed) 0,447
a. Test distribution is Normal.
commit to user
lxviii
Inflating Factor (VIF) > 10 dan nilai Tolerance < 0,1. Hasil uji multikolinearitas tersaji pada tabel berikut ini.
Tabel IV.10
Hasil Uji Multikolinearitas 2
Variabel Tolerance VIF Keterangan
DPR 0,731 1,367 Tidak terdapat multikolinearitas LN_FCF 0,731 1,367 Tidak terdapat multikolinearitas
Sumber : hasil pengolahan data
Hasil pengujian multikolinearitas menunjukkan bahwa semua variabel independen memiliki nilai tolerance lebih dari 0,1 (10%), tidak ada korelasi antar variabel bebas yang nilainya lebih dari 90%. Hasil penghitungan juga menunjukkan bahwa semua variabel bebas memiliki VIF kurang dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas dalam model regresi yang digunakan.
3) Uji Autokorelasi
Pada penelitian ini menggunakan alat uji runs test. Dari pengujiaan ini dapat dilihat apakah terjadi autokorelasi atau tidak didasarkan pada nilai asymp. sig. dalam uji run test. Apabila asymp. sig.
lebih besar dari 5%, maka tidak terjadi gejala autokorelasi dan sebaliknya jika asymp. sig. lebih kecil 5% maka terjadi gejala autokorelasi dalam model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Berikut ini disajikan hasil uji runs test untuk mengindikasikan asumsi autokorelasi dalam model regresi yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel IV.11 Hasil Uji Runs Test 2
Unstandardized Residual
commit to user
lxix
Hasil uji autokorelasi dengan Run test di atas menunjukkan bahwa nilai asymp. sig. adalah sebesar 0,461 yang lebih besar dari 5%, sehingga dapat dinyatakan tidak terdapat gejala autokorelasi dalam model penelitian.
4) Heteroskedastisitas
Uji heteroskedaktisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Kebanyakan data crossection seperti yang digunakan dalam penelitian ini mengandung situasi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dalam penelitian ini dengan menggunakan kriteria, jika nilai probabilitas lebih besar dari 5%, maka dapat dinyatakan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas dan sebaliknya jika nilai probabilitas lebih kecil dari 5%, maka dapat dinyatakan terdapat gejala heteroskedastisitas dalam model penelitian.
Cases < Test Value 45
Cases >= Test Value 46
Total Cases 91
Number of Runs 43
Z -0,737
Asymp. sig. (2-tailed) 0,461
a. Median
commit to user
lxx
Tabel IV.12
Hasil Uji Heteroskedaktisitas 2 Variabel Sig Kriteria Simpulan
DPR 0,863 Sig>0,05 Tidak terjadi heteroskedastisitas LN_FCF 0,064 Sig>0,05 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Sumber: hasil pengolahan data
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai sig untuk seluruh variabel independen dalam penelitian adalah di atas 0,05. Hasil uji tersebut mengindikasikan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi yang digunakan dalam penelitian.
b) Uji Parameter Simultan (Uji Statistik-F)
Pengujian ini bertujuan mengetahui apakah model regresi yang digunakan dalam penelitian layak untuk digunakan sebagai model pengujian data dan hipotesis yang diajukan. Kriteria yang digunakan dalam pengujian ini adalah, apabila Sig. lebih kecil dari 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa model penelitian layak untuk digunakan sebagai model pengujian dalam penelitian, sebaliknya, apabila Sig. lebih besar dari 0,05, maka model tidak layak untuk digunakan sebagai model pengujian dalam penelitian. Berikut disajikan hasil uji signifikansi F dalam penelitian ini.
Tabel IV.13 Hasil Uji Signifikansi-F 2
F-hitung Sig. Kriteria Keterangan 11,953 0,000 p < 0,05 Signifikan
Sumber: hasil pengolahan data
Hasil uji signifikansi-F (ANOVA) menunjukkan hasil sig 0,000 yang lebih kecil dari 0,05, hasil ini dapat jelaskan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini layak untuk menjadi model pengujian data dan hipotesis.
commit to user
lxxi
c) Uji Parameter Individual (Uji Statistik-t)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara individual mempengaruhi variabel terikat dengan asumsi variabel independen lainnya konstan.
Tabel IV.14 Hasil Uji Signifikansi-t 2
Variabel T Sig. Α Criteria Keterangan DPR 2,767 0,007 0,05 p<0,05 H1:didukung data
LN_FCF -2,013 0,047 0,05 P<0,05 H2:didukung data Sumber : hasil pangolahan data
Tabel tersebut menunjukkan bahwa variabel DPR mempunyai p- value 0,007 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi penelitian 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa hipotesis pertama dalam penelitian ini didukung oleh data penelitian. Sementara itu, variabel FCF mempunyai p- value 0,047 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi penelitian 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa hipotesis kedua dalam penelitian ini didukung oleh data penelitian.
3. Uji Hipotesis III
Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi berganda yang diperluas dengan metode path analysis untuk pengujian pengaruh variabel
intervening. Hipotesis penelitian ini ingin membuktikan apakah dividend policy
berpengaruh terhadap debt policy dengan free cash flow sebagai variabel
intervening.
Koefisien jalur dihitung dengan dua persamaan struktural (1dan 2), yaitu persamaan regresi yang menunjukkan hubungan yang dihipotesiskan. Nilai
commit to user
lxxii
koefisien standardized beta pada persamaan (1 dan 2) merupakan nilai jalur masing-masing persamaan. Bila nilai standardized beta pada persamaan (1) positif dan signifikan (p<0,05), berarti dividend policy mempengaruhi free cash flow. Demikian pula bila nilai standardized beta pada persamaan (2) positif dan signifikan (p<0,05), berarti dividend policy dapat berpengaruh langsung ke debt policy dan dapat juga berpengaruh tidak langsung terhadap debt policy melalui
free cash flow sebagai variabel intervening. Untuk menentukan hubungan tidak langsung adalah dengan cara mengalikan koefisien tidak langsungnya, bila hasil perkalian koefisien tidak langsung lebih besar dari koefisien langsung berarti hubungan yang sebenarnya adalah tidak langsung (Ghozali, 2002).
Hasil pengujian disajikan pada tabel IV.11 dan tabel IV.12 berikut ini.
Tabel IV.15
Hasil Regresi Pengujian Hipotesis (LN_FCF = β1 DPR + e1) Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 27,235 0,306 89,088 0,000
DPR -3,947 0,690 -0,518 -5,719 0,000 1,000 1,000 a. Dependent Variable: LN_FCF
Sumber: hasil pengolahan data
Tabel IV.16
Hasil Regresi Pengujian Hipotesis (DR = β1 DPR + β2 LN_FCF + e2) Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 0,804 0,281 2,863 0,005
DPR 0,216 0,078 0,306 2,767 0,007 0,731 1,367 LN_FCF -0,021 0,010 -0,223 -2,013 0,047 0,731 1,367
commit to user lxxiii Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 0,804 0,281 2,863 0,005
DPR 0,216 0,078 0,306 2,767 0,007 0,731 1,367 LN_FCF -0,021 0,010 -0,223 -2,013 0,047 0,731 1,367 a. Dependent Variable:DR
Sumber: hasil pengolahan data
Berdasarkan hasil output SPSS pada tabel IV.15 dan IV.16 dapat dilihat bahwa nilai koefisien standardized beta dividend policy (DPR) pada persamaan (1) negatif sebesar 0,518 dan signifikan (p<0,05) yaitu 0,000 yang berarti
dividend policy mempengaruhi free cash flow. Nilai koefisien standardized beta
-0,518 merupakan nilai path atau jalur p2.
Pada output SPSS persamaan regresi (2) nilai standardized beta untuk
dividend policy 0,306 dan free cash flow -0,223 semuanya signifikan. Nilai
standardized beta dividend policy 0,306 merupakan nilai jalur p1 dan nilai
standardized betafree cash flow -0,223 merupakan nilai jalur p3. Besarnya nilai e1 = √(1-0 ,269) = 0,855 dan besarnya nilai e2= √(1 - 0,214) = 0,886.
Gambar IV.1
Pengaruh Dividend Policy Terhadap Debt Policy dengan
Free Cash Flow Sebagai Variabel Intervening
e1 = 0,855
-0,518 -0,223
e2=0,886 0,306
Hasil analisis jalur menunjukkan bahwa dividend policy dapat berpengaruh langsung ke debt policy namun tidak dapat berpengaruh tidak
Dividend Policy
Free Cash Flow
commit to user
lxxiv
langsung yaitu dari dividend policy ke free cash flow (sebagai intervening) lalu ke debt policy. Besarnya pengaruh langsung adalah 0,306 sedangkan besarnya pengaruh tidak langsung harus dihitung dengan mengalikan koefisien tidak langsungnya yaitu (-0,518) x (-0,223) = 0,116. Oleh karena itu, total pengaruh
dividend policy ke debt policy = 0,306 + (-0,518 x -0,223) = 0,422.
Pengaruh mediasi yang ditunjukkan oleh perkalian koefisien (p2 x p3) sebesar 0,116 harus diuji dengan Sobel test terlebih dahulu untuk menentukan signifikan atau tidak. Pengujian Sobel test adalah sebagai berikut.
Hitung standard error dari koefisien indirect effect (Sp2p3) Sp2p3 = √ (p32.Sp22 + p22.Sp32 + Sp22.Sp32)
Sp2p3 = √ (-0,223)2.(0,690)2 + (-0,518)2.(0,010)2 + (0,690)2.(0,010)2 Sp2p3 = √ (0,0236759769) + (0,0000268324) + (0,00004761) Sp2p3 = 0,15411168
Berdasarkan hasil Sp2p3 ini, peneliti dapat menghitung nilai t statistik pengaruh mediasi dengan rumus sebagai berikut.
t = p2p3 = 0,116 = 0,7527 Sp2p3 0,15411168
Oleh karena nilai thitung = 0,7527 lebih kecil dari ttabel dengan tingkat signifikansi
0,05 yaitu sebesar 1,96 maka dapat disimpulkan bahwa koefisien mediasi 0,116 tidak signifikan yang berarti tidak ada pengaruh mediasi free cash flow dalam pengaruh antara dividend policy dengan debt policy sehingga hipotesis tiga dalam penelitian ini ditolak.
commit to user
lxxv
Hasil analisis data penelitian yang telah dilakukan dan dipaparkan seperti tersaji sebelumnya menunjukkan bahwa kebijakan dividen berpengaruh signifikan terhadap arus kas bebas. Tanda koefisien jalurnya adalah negatif yang mengindikasikan bahwa tingkat kebijakan dividen yang tinggi membawa kecenderungan perusahaan untuk memiliki arus kas bebas yang kecil. Tingginya rasio kebijakan dividen perusahaan mengindikasikan bahwa perusahaan yang membayarkan dividen dalam jumlah besar kepada para pemegang sahamnya akan menghasilkan arus kas bebas yang cenderung kecil karena arus kas bebas sendiri adalah arus kas sisa yang diperoleh dari arus kas yang dihasilkan (digunakan) oleh aktivitas operasional perusahaan pada akhir periode dikurangi dengan arus kas yang dihasilkan (digunakan) oleh aktivitas investasi perusahaan pada akhir periode yang sama. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Jensen (1986) yang menyatakan bahwa semakin tinggi dividen maka akan menyebabkan semakin berkurangnya free cash flow dalam perusahaan sehingga menghindari adanya alokasi pada tindakan yang tidak menguntungkan.
Sementara itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa kebijakan dividen berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Tanda koefisien jalurnya adalah positif yang mengindikasikan bahwa kebijakan dividen yang tinggi membawa kecenderungan perusahaan untuk melakukan kebijakan hutang yang tinggi bagi perusahaan. Tingginya rasio kebijakan dividen perusahaan mengindikasikan bahwa laba yang dihasilkan perusahaan telah banyak terpakai untuk kegiatan pembayaran dividen kepada para pemegang sahamnya sehingga perusahaan membutuhkan tambahan dana dari luar untuk mencukupi kebutuhan investasinya pada periode akan datang yang salah satunya melalui kebijakan hutang. Hasil penelitian ini
commit to user
lxxvi
konsisten dengan penelitian Murni dan Andriana (2007) yang menguji pengaruh
insider ownership, institusional ownership, dividend payments dan firm growth
terhadap kebijakan hutang perusahaan pada 42 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama tahun 1999-2002. Hasilnya membuktikan bahwa insider ownership tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan, sedangkan institusional ownership, dividend payments dan firm growth
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan.
Kebijakan dividen secara langsung berpengaruh terhadap kebijakan hutang, namun jika melewati arus kas bebas terlebih dahulu (sebagai variabel intervening) tidak berpengaruh sehingga dengan kata lain arus kas bebas tidak dapat memediasi pengaruh antara kebijakan dividen dengan kebijakan hutang. Pengaruh langsung kebijakan dividen terhadap kebijakan hutang sebesar 0,306 sedangkan pengaruh kebijakan dividen terhadap kebijakan hutang dengan arus kas bebas sebagai variabel
intervening adalah sebesar 0,116. Total pengaruh kebijakan dividen terhadap kebijakan hutang sebesar 0,422. Untuk mengetahui pengaruh yang sebenarnya, apakah langsung atau tidak langsung, maka dibandingkan antara besarnya nilai pengaruh langsung dengan besarnya nilai pengaruh tidak langsung. Jika nilai pengaruh langsung lebih besar dari pada nilai pengaruh tidak langsung maka yang terjadi sebenarnya adalah pengaruh langsung, begitu pula sebaliknya. Dalam penelitian ini nilai pengaruh langsung (0,306) lebih besar dari pada nilai pengaruh tidak langsung (0,116), oleh karena itu pengaruh yang sebenarnya terjadi adalah pengaruh langsung antara kebijakan dividen (dividend policy) terhadap kebijakan hutang (debt policy).
commit to user
lxxvii
Hasil tersebut dipertegas dengan hasil Sobel test, di mana besarnya thitung
(0,7527) lebih kecil dari ttabel dengan tingkat signifikansi 0,05 yaitu sebesar 1,96
sehingga dapat dikatakan bahwa arus kas bebas (free cash flow) tidak dapat memediasi pengaruh kebijakan dividen terhadap kebijakan hutang perusahaan. Hal tersebut membuktikan bahwa free cash flow tidak memiliki muatan informasi yang digunakan untuk menentukan kebijakan hutang perusahaan. Selain itu, manajer juga terbukti tidak menggunakan free cash flow dalam mempertimbangkan kebijakan hutang perusahaan. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Wahidahwati (2002) yang menyatakan bahwa meningkatkan kebijakan dividen merupakan salah satu cara untuk mengurangi agency problem, dengan demikian tidak tersedia cukup banyak free cash flow dan manajemen terpaksa mencari pendanaan dari luar untuk membiayai investasinya.
BAB V
PENUTUP
Setelah melakukan analisis data dan pembahasan hasil penelitian di Bab IV, maka pada Bab V ini dijelaskan mengenai kesimpulan hasil penelitian, keterbatasan dan saran yang diberikan peneliti.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini, terdapat beberapa kesimpulan sebagai berikut ini.
1. Dividend policy berpengaruh terhadap free cash flow dengan tanda koefisien negatif sehingga dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi rasio pembagian
commit to user
lxxviii
dividen kepada para pemegang saham dalam perusahaan menyebabkan kecenderungan perusahaan untuk mempunyai arus kas bebas yang rendah. Dengan demikian berarti H1 dalam penelitian ini diterima.
2. Dividend policy berpengaruh terhadap debt policy dengan tanda koefisien positif sehingga dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi rasio pembagian dividen kepada para pemegang saham perusahaan menyebabkan kecenderungan perusahaan untuk melakukan kebijakan hutang yang tinggi. Dengan demikian berarti H2 dalam penelitian ini diterima.