• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSATAKA

2.5 Penelitian Terdahulu

Berikut ini merupakan penelitian–penelitian sebelumnya yang digunakan

sebagai acuan dalam penelitian ini.

1. Nour Ika Okvania ( 2007 )

Penelitian ini dilakukan di PT. Asian Profile Indosteel Surabaya yang

mempunyai tujuan untuk mengetahui kecacatan produk besi beton polos yang di

produksi oleh perusahaan tersebut yang dilihat dari segi probabilitas kecacatan

produk besi beton polos dalam proses produksi di PT. Asian Profile Indosteel

dengan menggunakan metode Fault Tree Anlysis

Berdasarkan langkah–langkah penyelesaian masalah dengan menggunakan

metode FTA, peneliti dapat mengidentifikasikan faktor–faktor kecacatan produk

dengan langkah–langkah sebagai berikut:

1. Pengidentifikasian akar penyebab terjadinya top event yang terjadi pada

produk melalui sebab primer dan sebab sekunder secara brainstorming

pada pihak karyawan masing–masing stasiun kerja dalam proses produksi.

2. Melakukan pengamatan terhadap berapa banyak akar penyebab yang

terjadi dalam proses produksi.

3. Tahap selanjutnya yaitu melakukan perbaikan dari kecacatan tersebut dan

melakukan perhitungan tingkat kecacatan agar dapat dilakukan evaluasi.

a. Penentuan Kecacatan

Menentukan kecacatan hingga ke akar – akar penyebabnya dengan

menggambarkan ke dalam fault tree diagram beserta simbol – simbol

logika dari akar penyebab tersebut sampai menuju pada kejadian atau kecacatan yang tidak diinginkan dan harus dihindari.

b. Struktur Kecacatan

Fault Tree Diagram tersebut selanjutnya dievaluasi dengan menggunakan Cut Set Method hingga didapatkan cacat yang lebih

spesifik.

c. Perhitungan Probabilitas

Setelah dievaluasi, kemudian dihitung nilai probabilitasnya

sehingga diketahui seberapa tingkat kecacatan yang terjadi dan

pengaruhnya terhadap perusahaan ke depan.

Dapat diketahui penyebab kecacatan yang terjadi dalam proses produksi

adalah temperatur tidak stabil, mutu bahan bakar kurang baik, monitoring operator

kurang, kemampuan mesin kurang maksimal, proses produksi baru berjalan,

terjadi masalah saat produksi berjalan, setting mesin kurang presisi, mesin trobel,

pemakaian kaliber roll sudah maksimal, pemasangan roll kurang tepat, desain

kaliber roll tidak sesuai, mesin pinc roll kotor, mutu roll kurang baik, air

pendingin kurang baik, operator kurang teliti, operator kurang terampil, operator

terburu-buru. Dari penyebab diatas dapat diketahui peristiwa puncak kecacatan

atau yang biasa disebut dengan top event yaitu besi beton bersirip atau nguping,

besi beton permukaan berlubang dan besi beton ukuran tidak sesuai.

Berdasarkan perhitungan Fault Tree dan Cut Set didapatkan tingkat

kecacatan sebagai berikut:

a. Permukaan plat bersirip atau nguping, probabilitas kecacatan per 180

menit awal proses produksi sebelum evaluasi 0.1708 dan sesudah evaluasi

b. Permukaan plat permukaan berlubang, probabilitas kecacatan per 180

menit awal proses produksi sebelum evaluasi 0.1133 dan sesudah evaluasi

0.1178.

c. Plat ukuran tidak sesuai, probabilitas kecacatan per 180 menit awal proses

produksi sebelum evaluasi 0.0491 dan sesudah evaluasi 0.0773.

Dari data diatas maka peristiwa (top event) yang mempunyai tingkat

kecacatan tertinggi adalah peristiwa besi beton bersirip atau nguping dengan

probabilitas 0.1714 per 180 menit awal proses produksi yang membuat terjadinya

kecacatan pada saat proses produksi. Sehingga perlu diadakan correction action

terhadap peristiwa tersebut yaitu setting mesin kurang presisi, operator terburu –

buru, operator kurang terampil, mesin troubel dan kaliber mesin aus atau rusak.

( Nour Ika Okvania, 2007, ”Identifikasi Faktor – Faktor Kecacatan Produksi Besi

Beton Dengan Metode Fault Tree Analysis (FTA) di PT. Asian Profile Indosteel,

Surabaya”, Tugas Akhir S–1 (Skripsi) Universitas Pembangunan Nasional

”Veteran” Jawa Timur, Surabaya )

2. Deddy Chrismianto

Keamanan dan keselamatan pengoperasian kapal akan dapat terpenuhi jika

sistem yang ada di dalam kapal dapat berfungsi sesuai dengan spesifikasi yang

pelumasan bagian utama terutama motor induk kapal sebagai penggerak utama

kapal.

Pada umunya di dalam kapal sering terjadi kegagalan pada sistem

pelumas. Kegagalan ini disebabkan karena komponen-komponen yang terdapat

pada sistem pelumas tidak dapat berfungsi dengan baik. Sehubungan dengan

adanya kegagalan yang terjadi pada sistem pelumas tersebut maka perlu dilakukan

analisa keandalan sehingga dapat mengidentifikasi bagaimana sistem mengalami

kegagalan.

Tujuan analisa keandalan tersebut yaitu untuk mengidentifikasi mode

kegagalan, penyebab dan dampak kegagalan komponen terhadap kondisi

operasional sistem pelumas, komponen-komponen yang dapat menyebabkan

kegagalan sistem pelumas, kontribusi kegagalan tiap-tiap komponen terhadap

sistem pelumas dan keandalan dari komponen-komponen sistem pelumas.

Sebuah fault tree mengilustrasikan keadaan komponen–komponen sistem

(basic event) dan hubungan antara basic event dan top event. Simbol grafis yang

dipakai untuk menyatakan hubugan tersebut disebut gerbang logika. Dari diagram

fault tree ini dapat disusun cut set dan minimal cut set. Cut set yaitu serangkaian komponen system, apabila terjadi kegagalan dapat berakibat kegagalan pada

sistem. Sedangkan minimal cut set yaitu set minimal yang dapat menyebabkan

kegagalan pada sistem. Untuk mencari minimal cut set digunakan Method for

obtaining cut sets (Mocus) yaitu sebuah algoritma yang dipakai untuk mendapatkan minimal cut set dalam sebuah fault tree.

Hasil analisa kualitatif dengan menggunakan metode Fault Tree Analysis

(FTA) menyimpulkan bahwa top event pada permasalahan ini adalah sistem

pelumas tidak berfungsi atau gagal dengan sub sistem yang mengalami kegagalan

adalah sebagai berikut:

1. Sistem pemompaan

- Hand Pump 1

- Pompa Pelinciran: - LO Priming Pump

- Hand Pump II

- LO Pump

2. Sistem pertukaran kalor

- Komponen Cooler

3. Sistem suplai minyak pelumas dan

- LO Service Tank

4. Sistem penyaringan minyak pelumas

- Komponen Filter

Hasil analisa FTA dengan menggunakan MOCUS, diperoleh minimal cut

set yaitu {1}, {2}, {3}, {4}, {5}, {6}, {7}. Hal ini berarti sistem akan mengalami

kegagalan jika ada minim satu first order mengalami kegagalan atau second order

yang mengalami kegagalan secara serentak. Komponen yang termasuk first order

yaitu LO Pump, Hand pump 1, Cooler, LO Service tank dan Filter.

Sedangkan komponen yang yang termasuk second order yaitu Pompa pelinciran

Sehingga dalam metode FTA ini ada dua prioritas penyebab kegagalan

sistem. Jika diperhatikan, maka komponen-komponen yang termasuk dalam first

order yaitu komponen yang mempunyai susunan seri. Pada komponen yang

mempunyai susunan seri maka diperlukan satu komponen gagal agar sistem

tersebut mengalami kegagalan.

Sedangkan komponen yang termasuk dalam second order yaitu komponen

yang mempunyai susunan standby. Pada komponen yang mempunyai susunan

stand by maka diperlukan dua komponen gagal agar sistem tersebut mengalami

kegagalan. Untuk itu harus dilakukan perawatan dengan baik pada komponen

yang termasuk dalam first order. Karena jika komponen itu gagal maka

keseluruhan sistem pelumas akan gagal dalam menjalankan fungsinya.

(Deddy Chrismianto, “Aplikasi Fault Tree Analysis (FTA) Dalam Aanalisa Keandalan Sistem

Pelumas Motor Induk Kapal”, Staf Pengajar Program Studi S-1 Teknik Perkapalan FT-UNDIP

Semarang, www.google.com)

Dokumen terkait