• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI TINGKAT KECACATAN PADA PROSES PENGELASAN (WELDING PROCES) MENGGUNAKAN METODE FAULT TREE ANALISIS DI PT. BAMA BUMI SENTOSA – SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IDENTIFIKASI TINGKAT KECACATAN PADA PROSES PENGELASAN (WELDING PROCES) MENGGUNAKAN METODE FAULT TREE ANALISIS DI PT. BAMA BUMI SENTOSA – SURABAYA."

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI TINGKAT KECACATAN

PADA PROSES

PENGELASAN (WELDING PROCES) MENGGUNAKAN

METODE FAULT TREE ANALISIS DI PT. BAMA BUMI

SENTOSA – SURABAYA

SKRIPSI

Oleh :

INDRA DWI WIDIANTORO

0632010059

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, karunia serta hidayahNya, serta Para Nabi dan Rasul Allah

terutama Nabi Muhammad SAW yang kami jadikan panutan sehingga kami dapat

menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.

Tugas Akhir ini adalah salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh

setiap Mahasiswa Jurusan Teknik Industri di Universitas Pembangunan Nasional

“ Veteran” Jawa Timur untuk memperoleh gelar sarjana S-1.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini tentunya terdapat kesalahan dan

kekurangan yang perlu diperbaiki. Untuk itu sebagai penulis, kami mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan Tugas Akhir ini.

Kami juga menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir ini tidak akan

terwujud tanpa adanya pihak-pihak yang membantu, baik secara langsung maupun

tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terima

kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan membimbing kami selama

melaksanakan dan menyelesaikan Tugas Akhir ini, terutama kepada :

1.

Bapak Prof. DR. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2.

Bapak Ir. Sutiyono, MT. selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3.

Bapak Ir. M. Tutuk Safirin, MT. selaku Ketua Jurusan Teknik

Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

(3)

4.

Bapak Drs. Pailan, Mpd. selaku Sekretaris Jurusan Teknik Industri

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

5.

Bapak Ir. Sunardi, MT. selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Ir.

Budi Santoso, MMT. selaku dosen pembimbing II dan dan Ibu Enny

Ariyani, ST. MT. selaku dosen wali jurusan Teknik Industri di

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Terima

kasih atas segala bimbingan dan kemudahan sehingga saya bisa

menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.

6.

Para Dosen Penguji seminar dan penguji lesan Jurusan Teknik

Industri di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa

Timur.

7.

Seluruh karyawan dan staf PT. Bama Bumi Sentosa terutama Pak H.

Ilham Lubis dan Bapak M. Fauzi Lubis yang telah meluangkan waktu

serta memberikan bantuan dan bimbingannya sehingga Tugas Akhir

ini dapat terlaksana dan terselesaikan dengan baik.

8.

Ucapan terima kasih dan rasa hormat yang tak terhingga Kepada

Kedua Orang Tua tercinta Papa, Mama, Kakakku “Mas Hendry”, juga

Adikku “putra” atas dukungan dan do`a serta pengorbanannya yang

luar biasa baik berupa moril maupun material.

9.

Separuh nafasku, My Lovely “Eva Rosyidah” makasih buat

konsultasi waktu dan dukungannya serta doa-doanya yang tak pernah

berhenti sampai waktu sidang Tugas Akhirku, Thank`s Honey..

(4)

iii

10.

Thank`s For All my Band “Thambal Band, Ksatria Muda, IE Com

Band” yang sudah terima aku bagian dari kalian.

11.

Teman-temanku Kos-kosan “MEDOSA 135”, bumi, heri pak de, rizal

kunyuk, ridha gundul, zaldy gembrot, openg, happy, nurdin

combreng, yopi, radik pecun, and budi butek makasih uuntuk

segalanya.

12.

Teman-teman kampusku Jurusan Teknik Industri terutama

teman-teman dari Paralel B `06 terima kasih sudah memberikan support dan

terima aku bagian dari kalian, sukses buat kalian semua.

13.

Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang

telah membantu sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan

baik.

Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat

bagi semua pihak, terutama bagi penulis.

Surabaya, Nopember 2010

(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR SAMPUL

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

LAMPIRAN ... xi

ABSTRAKSI ... xii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Batasan Masalah ... 3

1.4 Asumsi ... 3

1.5 Tujuan Penelitian ... 3

1.6 Manfaat Penelitian ... 4

1.7 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II

TINJAUAN PUSATAKA

2.1 Konsep Dan Definisi Kualitas………... 7

2.1.1 Pengendalian kualitas ………... 9

2.1.2 Tujuan Pengendalian Kualitas ... 10

2.1.3 Manfaat Pengendalian Kualitas ... 11

2.1.4 Ruang Lingkup Pengendalian Kualitas ... 12

(6)

2.2

Voice Of Customer ... 18

2.3

Fault Tree Analisis ... 19

2.3.1

Prinsip

Fault Tree ... 21

2.3.2 Konstruksi Pohon Kesalahan ... 22

2.3.3 Konsep Dasar Fault Tree Analysis ... 23

2.3.4

Tahapan

Fault Tree Analysis ... 26

2.3.5

Cut Set Method ... 28

2.3.5.1 Langkah Pembentukan Cut Set ... 30

2.3.6

Cut Set Quantitative ... 31

2.4 Proses Produksi Cylinder Block GN-5 ... 34

2.5 Penelitian Terdahulu ... 38

BAB III METODE PENELITIAN

3.1

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 44

3.2

Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional Variabel... 44

3.3

Metode Pengumpulan Data ... 45

3.3.1 Penentuan Kecacatan ... 47

3.3.2 Struktur Kecacatan ... 47

3.3.3 Perhitungan Tingkat Kecacatan ... 48

3.4

Metode Pengolahan Data ... 49

(7)

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan data ... 57

4.1.1 Definisi Spesifikasi Produk ... 57

4.1.2 Data Kecacatan Produk ... 58

4.1.3 Data Sampling Produk Cacat ... 65

4.2 Pengolahan Data ... 65

4.2.1 Identifikasi Peristiwa Puncak ... 53

4.2.2 Struktur Kecacatan………... 57

4.2.3 Perhitungan Probabilitas ... 71

4.2.3.1 Perhitungan Probabilitas Kecacatan Missrun ... 72

4.2.3.2 Perhitungan Probabilitas Kecacatan Crack ... 74

4.2.3.3 Perhitungan Probabilitas Kecacatan Sand Inclution ... 75

4.3. Pembahasan ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

(8)

ABSTRAKSI

IDENTIFIKASI TINGKAT KECACATAN PADA PROSES PENGELASAN

(WELDING PROCES) MENGGUNAKAN METODE

FAULT TREE ANALISIS

DI PT. BAMA BUMI SENTOSA – SURABAYA

PT. Bama Bumi Sentosa merupakan suatu perusahaan yang bergerak

dibidang industri manufaktur dengan produk yang dihasilkan adalah separator.

Separator berfungsi sebagai alat kilang pemisah antara minyak, gas, dan air yang

digunakan untuk kebutuhan masyarakat. Untuk menghasilkan produk berkualitas

tinggi PT. Bama Bumi Sentosa melakukan pengendalian kualitas dengan langkah

awal berupa pengidentifikasian kecacatan produk agar dapat mengurangi

kesalahan proses seminimal mungkin.

Namun pada kenyataannya sekarang ini, separator dalam proses

produksinya sering terjadi kecacatan yang cukup banyak. Jenis kecacatanya juga

bervariasi mulai dari : Separator pendek, Slak, Under Cut. Dengan tingkat

kecacatan rata-rata antara 3 % - 8 % dalam satu bulan produksi. Semua itu

biasanya kurang mendapat perhatian serta pengendalian, sehingga menurunkan

kualitas produk dan tentu saja merugikan perusahaan. Banyak industri yang

melalaikan jumlah kecacatan terutama perusahan yang memproduksi barang

dalam jumlah besar dan continue (mass production).

Beberapa masalah yang biasa dihadapi oleh sebagian industri manufaktur

di Indonesia agar perusahaan mampu bertahan hidup dalam kompetisi bisnis yang

semakin ketat antara lain produk yang mereka produksi selalu tidak sempurna

atau tidak bebas cacat (defect tree) serta perusahaan harus mampu memberikan

jaminankepada konsumen bahwa produk yang dihasilkan adalah produk yang

berkualitas. Untuk itu perlu diciptakan pengawasan pada produk mutlak

diimplementasikan sebagai jaminan pada konsumen bahwa produk yang

dilemparkan kepasaran memiliki mutu dan kualitas yang baik sehingga

manajemen kualitas dari perusahaan berorientasi untuk terus menerus berupaya

meningkatkan kualitas secara dramatik menuju kegagalan nol (zero defect).

Berdasarkan perhitungan fault tree analysis dan minimal cut set didapat

tingkat kecacatan sebagai berikut : Kecacatan Porosity, probabilitas per 10 menit

= 0,9232 = 92,32 %, Kecacatan Crack, probabilitas per 10 menit = 0,2404 =

24,04 %, Kecacatan Under Cut, probabilitas per 10 menit = 0,212 = 21,2 % dari

probabilitas yang dapat ditunjukkan bahwa yang paling berpeluang dilakukan

tindakan korelatif adalah kecacatan porosity dengan probabilitas per 10 menit =

0,9232 = 92,32 %

Kata kunci : Pengendalian Kualitas, mass production, Probabilitas, Fault Tree

Analysis, Corection Action.

(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada era globalisasi persaingan dalam dunia industri akan semakin ketat,

dikarenakan dalam era tersebut produk-produk asing/luar negeri dapat masuk

secara bebas kedalam negeri, selain akan bersaing dengan produk-produk dari

dalam negeri tetapi juga akan bersaing dengan produk-produk luar negeri. Selain

dari harganya yang bersaing mutu dari suatu produk juga semakin ketat bersaing.

Produk dimana dengan mutu yang tidak baik pasti tidak laku di pasaran. Untuk

menghasilkan produk berkualitas, suatu perusahaan perlu melakukan

pengendalian dengan langkah awal yaitu mengidentifikasikan kecacatan agar

mengurangi kecacatan seminimal mungkin.

PT. Bama Bumi Sentosa adalah perusahaan yang bergerak di bidang

manufaktur, dimana produk-produk tersebut dikerjakan sesuai dengan

permintaan/pesanan dari pemesan secara continue dalam jumlah tertentu. Dalam

penelitian ini produk yang diamati dari kesekian jenis produk yang dibuat adalah

produk separator, produk ini diamati karena produk tersebut dipesan dengan spek

yang ketat, sehingga dalam pembuatannya berdasarkan progress yang di sepakati

oleh kedua belah pihak ( antara customer dan PT BBS sebagai fabricator). Untuk

menghasilkan produk yang berkualitas tinggi PT. Bama Bumi Sentosa sering

menghadapi beberapa masalah yaitu kecacatan pada pengelasan produk

(10)

yang terjadi pada perusahaan yang memproduksi separator rata-rata 3 % - 8 %.

Beberapa penyebab terjadinya cacat ini di sebabkan oleh prosses Machining,

bahan baku, tenaga kerja dan metoda. Sehingga perusahaan harus melakukan

tindakan pengontrolan dan prosedur fabrikasi untuk mengurangi kesalahan proses

dan juga pembengkakan biaya produksi seminimal mungkin. Dalam memecahkan

masalah tersebut, usaha yang dilakukan adalah menganalisa alur dari aktivitas

proses produksi dengan didukung Quality Inspection dan Quality Control dengan

pendekatan metode fault tree analysis yaitu suatu metode yang bertujuan untuk

mengurangi jumlah defect.

Penggunaan metode Fault Tree Analysis akan dapat mengidentifikasi cacat

produk yang ada di PT. Bama Bumi Sentosa,dengan menentukan faktor penyebab

kecacatan berdasarkan data kecacatan produk yang di catat oleh bagian Quality

Control sehingga kualitas produk yang baik akan didapatkan dan tujuan dalam

menghasilkan produk yang sesuai dengan permintaan konsumen tercapai. PT.

Bama Bumi Sentosa dalam memproduksi Separator setiap pengelasan di lakukan

pengujian dengan tiga tahap yaitu radiograpy test, penetrantion test, fibrator test.

Dengan ada nya uji pengelasan diharapkan dapat memberikan kualitas

pengelasan yang berstandarisasi.Sehingga dapat menghasilkan produk yang

berkualitas dan teruji.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan dalam penelitian ini

(11)

“ Bagaimana mengidentifikasi tingkat kecacatan yang terjadi pada proses

pengelasan?“

1.3. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian dilakukan pada tipe produk separator yang memiliki defect yang

dominan yaitu pada proses welding .

2. Tidak membahas fungsi separator secara detail hanya di fokuskan pada

identifikasi proses pengelasan dan permasalahan nya.

3. Tidak dilakukan analisa biaya.

1.4 Asumsi

Asumsi-asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Selama penelitian berlangsung, kegiatan proses produksi tetap berjalan.

2. Kondisi kerja internal bersifat tetap dan berjalan normal.

3. Perolehan data yang berkaitan dengan proses produksi diambil dalam jangka

waktu penelitian

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilakukan di PT. Bama Bumi Sentosa :

1. Untuk mengidentifikasi tingkat kecacatan dengan menggunakan metode Fault

(12)

2. Mengetahui peluang kesalahan (kecacatan) proses pengelasan yang

menyebabkan cacat terbesar terhadap produk.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dalam penulisan tugas akhir ini antara lain :

1. Bagi Penulis

Menambah cakrawala berpikir, memantapkan dan menambah pengalaman serta

kreatifitas penulis dalam menghadapi masalah yang komplek yang dialami

perusahaan. Sebagai bahan perbandingan antara ilmu yang penulis peroleh

selama dibangku kuliah maupun dari hasil membaca literatur-literatur dengan

kenyataan praktis yang ada pada perusahaan.

2. Bagi Perusahaan

Dengan adanya penelitian ini perusahaan dapat mengetahui tingkat cacat

produk. Perusahaan dapat mengetahui kepuasan pelanggan dilihat dari voice of

customernya, yang mana dapat mempengaruhi lakunya produk dipasar. Hasil

identifikasi ini akan dapat dijadikan bahan evaluasi guna peningkatan dan

pengendalian kualitas produk perusahaan dimasa datang.

3. Bagi Universitas

Memberikan mahasiswanya wawasan terakhir sebelum dilepas kedunia kerja

sehingga mahasiswa tersebut mempunyai bekal kerja dan usaha. Hasil

(13)

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan penelitian sesuai dengan sistematika

penulisan yang ditetapkan oleh pihak fakultas untuk memudahkan dalam

pengamatan yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah sehingga dapat diketahui

mengapa penulis mengambil judul tersebut, perumusan masalah,

pembatasan masalah untuk membatasi masalah agar terfokus pada

masalah yang diteliti, asumsi-asumsi yang digunakan penulis

dalam menyusun penelitian, tujuan penelitian, manfaat dan

sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang studi kepustakaan yang berhubungan dengan

masalah yang diteliti dan dapat digunakan sebagai acuan teori dan

dasar dari pemecahan masalah yang dilakukan.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang langkah-langkah yang dilakukan untuk

penelitian yang dimiliki dari perumusan masalah sampai dengan

(14)

BAB IV : PELAKSANAAN DAN ANALISA HASIL

Bab ini berisi data-data yang diperlukan dalam analisa masalah

berupa data primer dan data sekunder yaitu data yang menunjang

tercapainya tujuan penelitian. Kemudian data tersebut diolah dan

dianalisa untuk mendapatkan hasil lebih lanjut.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dan saran sebagai bahan

pertimbangan.

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dan Definisi Kualitas

Proses kelahiran produk dimulai ketika desainer menerima informasi yang

diinginkan, diperlukan dan diharapkan oleh konsumen dan menterjemahkannya

kedalam bentuk spesifikasi produk yang mencakup gambar, demensi, toleransi,

material, proses, perkakas, dan alat bantu. Operator menggunakan informasi dari

desainer untuk membuat produk atau mengerjakannya pada proses permesinan.

Dalam usaha memuaskan konsumen, produk yang dipesan harus tiba dalam

jumlah, waktu, tempat dan memberikan speck yang di minta konsumen.

Dalam proses pengelasan berlangsung diperlukan waktu 10 menit untuk

mendapatkan hasil yang maksimal, karena produk yang dibuat adalah separator

dimana produk tersebut merupakan produk yang sangat vital apabila terjadi

kesalahan pada proses pengelasan (PT. Bama Bumi Sentosa).

Definisi kualitas adalah kepuasan konsumen terhadap produk yang

dibelinya. Berdasarkan pengertian tentang kualitas tersebut nampak bahwa

kualitas selalu berfokus pada pelanggan. Dengan demikian produk desain,

diproduksi untuk memenuhi keinginan pelanggan dapat dimanfaatkan dengan baik

serta diproduksi dengan baik dan benar.

Jadi dengan kata lain sasaran kebutuhan konsumen adalah kualitas yang

membangun keseimbangan yang tepat antara biaya produk dan nilai yang diterima

(16)

Definisi kualitas menurut Ross adalah kepuasan konsumen terhadap

produk yang dibelinya. Berdasarkan pengertian dasar tentang kualitas diatas

tampak bahwa kualitas selalu berfokus pada pelanggan.

Pengendalian kualitas adalah aktivitas keteknikan dan manajemen, yang dengan

aktivitas itu kita ukur ciri-ciri kualitas produk, membandingkannya dengan

spesifikasi atau persyaratan dan mengambil tindakan penyehatan yang sesuai

apabila ada perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dengan yang standart.

Kegiatan pengendalian kualitas pada dasarnya merupakan kumpulan

aktivitas untuk mencapai kondisi yang memuaskan keinginan konsumen yang

mulai pada saat produk dirancang, diproses sampai seleksi didistribusikan ke

konsumen. Kegiatan pengendalian kualitas antara lain akan meliputi hal-hal

berikut:

1. Perancangan kualitas pada saat merancang produk dan proses

pembuatannya.

2. Pengendalian dalam penggunaan berbagai sumber material yang dipakai

dalam proses produksi.

3. Pengamatan terhadap performansi produk.

4. Membandingkan performansi yang dihasilkan dengan standart yang berlaku.

Analisa tindakan korelasi dalam kaitannya dengan cacat-cacat yang

(17)

2.1.1 Pengendalian Kualitas

Tiap produk mempunyai sejumlah unsur yang bersama-sama

menggambarkan kecocokan penggunanya. Parameter-parameter ini biasanya

dinamakan ciri-ciri kualitas menurut Douglas C. Montgomery (1998 : 3)

Pengendalian kualitas adalah aktivitas keteknikan dan manajemen, yang

dengan aktivitas itu kita ukur ciri-ciri kualitas produk, membandingkannya

dengan spesifikasi atau persyaratan dan mengambil tindakan yang sesuai apabila

ada perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dan yang standard.

Kegiatan pengendalian kualitas pada dasarnya merupakan

kumpulan-kumpulan aktivitas untuk mencapai kondisi yang memuaskan keinginan

konsumen yang dilaksanakan mulai saat produk dirancang, diproses sampai

seleksi didistribusikan ke konsumen. Kegiatan pengendalian kualitas antara lain

akan meliputi hal-hal berikut :

1. Perencanaan kualitas pada saat merancang produk dan proses

pembuatannya.

2. Pengendalian dalam penggunaan berbagai sumber material yang dipakai

dalam proses produksi.

3. Pengamatan terhadap performans produk.

4. Membandingkan performans yang dihasilkan dengan standart yang

berlaku.

5. Analisa tindakan koreksi dalam kaitannya dengan cacat-cacat yang

(18)

2.1.2 Tujuan Pengendalian Kualitas

Tujuan pengendalian kualitas ini adalah untuk memberikan jaminan

kualitas yang sebaik-baiknya kepada konsumen sehingga didapatkan kepercayaan

dari konsumen. Secara terperinci dapat dikatakan bahwa tujuan dari pengendalian

kualitas adalah (Sofyan Assauri : 2003) :

1. Agar barang atau produk hasil produksi dapat mencapai standart mutu

yang telah ditetapkan.

2. Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan

menggunakan mutu produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin.

3. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat ditekan seminim mungkin.

4. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin.

Tujuan pokok pengendalian mutu statistic adalah untuk menyelidiki

dengan cepat terjadinya sebab-sebab terduga sedemikian sehingga tindakan

pembetulan dapat dilakukan secara dini. (Montgomery : 1998).

Dengan adanya pengendalian kualitas maka perusahaan tersebut akan mempunyai

kemampuan dalam hal :

1. Meningkatkan produktivitas.

Dengan adanya pengendalian kualitas maka akan mengurangi buangan

sehingga produktivitas bertambah.

2. Pencegahan Cacat Lebih Besar.

Dengan adanya pengendalian kualitas maka pengendalian proses akan

(19)

3. Mencegah penyesuaian proses yang tidak perlu pengendalian kualitas,

dapat membedakan antara gangguan dasar dan variasi terduga.

4. Memberikan Informasi Tentang Proses

Dengan adanya pengendalian kualitas maka informasi tentang perubahan

proses dan parameter proses yang penting dapat diketahui.

2.1.3 Manfaat Pengendalian Kualitas

Pengaturan pengendalian kualitas dalam suatu perusahaan merupakan

bagian yang sangat penting dalam menunjang kelangsungan suatu perusahaan.

Manfaat yang dapat diperoleh dalam manajemen pengendalian kualitas adalah

(Sritomo, 1993 : 244-245).

1. Menambah tingkat efisiensi dan produktivitas kerja.

2. Mengurangi kehilangan-kehilangan dalam proses kerja yang dilakukan

seperti mengurangi atau menghilangkan waktu yang tidak reproduktif.

3. Menekan biaya dan save money.

4. Menjaga agar penjualan tetap meningkat sehingga profit tetap diperoleh.

5. Menambah reliabilitas produk yang dihasilkan.

6. Memperbaiki moral pekerja tetap tinggi.

7. Mengurangi klaim pelanggan.

(20)

2.1.4 Ruang Lingkup Pengendalian Kualitas

Ada 3 jenis kualitas dalam operasi bisnis manufacturing, yaitu :

1. Kualitas Design

Adalah derajat dimana katagori suatu produk akan mampu memberikan

kepada konsumen dua atau lebih produk meskipun memiliki fungsi yang

sama bisa memberikan derajat kepuasan yang berbeda karena adanya

perbedaan kualitas dalam rancangan.

2. Kualitas Kesesuaian

Berhubungan dengan spesifikasi dan standarisasi produk kriteria standar

kerja yang telah disepakati. Secara umum kualitas kesesuaian mencakup 3

macam bentuk pengendalian, yaitu :

a.. Pencegahan Cacat

Mencegah kerusakan atau cacat sebelum benar-benar terjadi.

b. Pencegahan

Melibatkan pemakaian dan penetapan metode pemeriksaan, pengujian

dan analisa statistik dengan menerapkan teknik pengawasan kualitas

untuk mendeteksi cacat yang timbul.

c. Analisa dan tindakan Korektif

Menganalisa kesalahan yang terjadi dan melakukan koreksi terhadap

penyimpangan tersebut, keinginan ini merupakan tenggung jawab

(21)

3. Kualitas Penampilan

Perbaikan dari kualitas design dan kualitas kesesuaian akan dapat

meningkatkan penampilan produk. Jika kualitas design rendah terhadap

kekurangan penyesuaian dalam spesifikasi, maka akan mempengaruhi

penampilan secara keseluruhan.

2.1.5 Perangkat Pengendalian Kualitas

Merupakan Vincent Gaspersz, 2001 ada beberapa perangkat yang

digunakan dalam pengendalian kualitas, yaitu:

1. Lembar Periksa

Lembar periksa adalah suatu formulir dimana item –item yang akan diperiksa

telah dicetak dalam formulir itu, dengan maksud agar data dapat dikumpulkan

secara mudah dan ringkas. Penggunaan lembar periksa bertujuan untuk :

a. Memeudahkan proses pengumpulan data terutama untuk mengetahui

bagaimana sesuatu masalah sering terjadi. Tujuan utama dari penggunaan

lembar periksa adalah membantu mentabulasikan banyaknya kejadian dari

suatu masalah tertentu atau penyebab tertentu.

b. Mengumpulkan data tentang jenis masalah yang sedang terjadi. Dalam

kaitan ini, lembar periksa akan membantu memilah-milah data ke dalam

kategori yang berbeda seperti penyebab-penyabab, masalah-masalah dan

lain-lain.

c. Menyusun data secara otomatis, sehingga data itu dapat dipergunakan

(22)

d. Memisahkan antara opini dan fakta. Kita sering berpikir bahwa kita

mengetahui sesuatu masalah atau menganggap bahwa sesuatu penyebab

itu merupakan hal yang paling penting. Dalam kaitan ini lembar periksa

akan membantu membuktikan opini kita itu apakah benar atau salah.

Pada dasarnya lembar periksa dapat dibuat dengan menggunakan enam langkah

utama, sebagai berikut :

a. Menjelaskan tentang tujuan pengumpulan data. Adalah baik untuk

memulai pengumpulan data (apakah dengan menggunakan lembar periksa

atau bukan) dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan

dengan hal-hal berikut :

 Apa yang menjadi masalah utama?  Mengapa data harus dikumpulkan?

 Siapa yang akan menggunakan informasi yang sedang dikumpulkan

dan informasi apa yang benar-benar dibutuhkan. Apakah informasi

itu perlu diperinci berdasarkan departemen, hari, bulan, shift, mesin,

dan lain-lain?

 Siapa yang akan mengumpulkan data?

b. Identifikasi apa variabel atau atribut karakteristik kualitas yang sedang

diukur? Berkaitan dengan hal ini kita dapat mengikuti langkah-langkah

spesifik, sebagai berikut :

 Memulai memberikan judul dari lembar periksa itu. Pemberian judul

harus tegas dan memberitahukan kepada orang tentang apa yang

(23)

 Menuliskan hal-hal spesifik yang akan diukur pada lembar periksa

itu. Sebagai misal, apabila kita sedang mengukur keluhan pelanggan,

maka kategori yang mungkin dipertimbangkan adalah penyerahan

terlambat, karyawan tidak sopan, tagihan tidak benar, penyerahan

tidak sesuai pesanan, dan lain-lain.

c. Menentukan waktu atau tempat pengukuran. Dalam kaitan ini kita perlu

memutuskan apakah ingin mengumpulkan informasi berdasarkan waktu

(per menit, per jam, per hari, per minggu, per bulan dan lain-lain),

berdasarkan tempat atau berdasarkan tempat dan waktu (banyaknya

kejadian per departemen per hari, banyaknya produk cacat per mesin, per

jam, banyaknya produk cacat per shift per minggu, dan lain-lain).

d. Mulai mengumpulkan data untuk item yang sedang diukur. Dalam kaitan

ini, kita harus mencacat kejadian secara langsung pada lembar periksa.

Akurasi data harus diperhatikan dalam setiap kegiatan pengumpulan data.

e. Menjumlahkan data yanng telah dikumpulkan itu. Dalam hal ini harus

menjumlahkan banyaknya kejadian untuk setiap kategori yang sedanng

diukur.

f. Memutuskan untuk mengambil tindakan peningkatan atas penyebab

masalah yang sedang terjadi itu. Perlu diingat bahwa setiap tindakan

peningkatan harus diambil berdasarkan fakta dan bukan hanya berdasarkan

opini. Apabila ada hal-hal yang masih meragukan barkaitan dengan fakta

yang ditemukan dalam pengumpulan data maka perlu dilakukan verifikasi

(24)

Terdapat macam lembar periksa menurut fungsinya yaitu :

a. Lembar Periksa Untuk Data Item Yang Cacat

Dalam memeriksa produk akhir, pemeriksa memberikan tanda periksa

setiap kali menemukan produk yang cacat.

b. Lembar Periksa Keluhan Pelanggan

Penggunaan lembar periksa ini untuk mencatat data keluhan pelanggan.

Dengan data ini pihak manajemen dapat melakukan analisa pada bagian

mana yang paling potensial yang menyebabkan ketidakpuasan pelanggan

atau masalah utama yang terjadi dan di departemen mana yang perlu

diperbaiki.

2. Diagram Pareto

Diagram pareto adalah grafik batang yang menunjukkan masalah bedasarkan

urutan banyaknya kejadian. Masalah yang paling banyak tertjadi ditunjukkan

oleh grafik batang pertama yang tertinggi serta ditempatkan pada sisi paling

kiri dan seterusnya sampai masalah yang paling sedikit terjadi ditunjukkan

oleh grafik batang terakhir yang terendah serta ditempatkan pada sisi paling

kanan.

Pada dasarnya diagram pareto dapat dipergunakan sebagai alat interprestasi

untuk :

a. Menentukan frekuensi relatif dan urutan pentingnya masalah-masalah atau

penyebab dari masalah yang ada.

b. Momfokuskan perhatian pada isu-isu kritis dan penting melalui membuat rangking terhadap masalah-masalah

(25)

Penggunaan diagram pareto biasanya dikombinasikan dengan penggunaan

lembar periksa (check sheet). Karena itu, sebelum membangun atau

membangun atau membuat diagram pareto perlu diketahui terlebih dahulu

tentang penggunaan lembar periksa.

3. Diagram Sebab Akibat (Fishbone)

Diagram sebab-akibat adalah suatu diagram yang menunjukkan hubungan

antara sebab dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses statistical,

diagram sebab-akibat dipergunakan untuk menunjukkan faktor-faktor

penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh

faktor-faktor penyebab itu. Diagram sebab-akibat ini sering juga disebut

sebagai diagram tulang ikan (fishbone diagram) karena bentuknya seperti

kerangka ikan.

Pada dasarnya diagram sebab-akibat dapat dipergunakan untuk

kebutuhan-kebutuhan berikut :

a. Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah.

b. Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah.

c. Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut.

Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab dari suatu masalah yang sedang

dikaji kita dapat mengembangkan pertanyaan-pertanyaan berikut :

 Apa penyebab itu?

(26)

Bertanya “mengapa” beberapa kali (konsep five whys) sampai

ditemukan penyebab yang cukup spesifik untuk diambil tindakan

peningkatan. Penyabab-penyebab spesifik itu yang dimasukkan atau

dicatat ke dalam diagram sebab-akibat. Seperti pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Contoh Diagram Tulang Ikan (sebab-akibat)

2.2 Voice Of Customer

Dengan pelanggan sebagai fokus dari banyak aktivitas, maka ada banyak

teknik yang membantu organisasi untuk mengumpulkan input pelanggan

eksternal, menilai dan memprioritaskan persyaratan dan hal itu penting untuk

memberikan umpan balik kepada organisasi. Alat-alat Voice Of Customer

memasukkan banyak metode riset pasar yang sederhana, konsep-konsep analisis

persyaratan.

Pelanggan sendiri sering tidak yakin dengan apa yang mereka inginkan

atau mengalami kesulitan dalam mengekspresikannya. Mereka biasanya tidak

cukup baik dalam menjelaskan apa yang tidak mereka inginkan. Sehingga kita

harus mendengarkan suara pelanggan dan menterjemahkan bahasa pelanggan

(27)

Tabel 2.3 Penjabaran VOC

Kata Pelanggan Artinya Bagi Bisnis Kita Persyaratan Pelanggan

Tabel tersebut merupakan gambaran proses yang memiliki tiga kategori ukuran

(Pande, Peter S : 2003):

1. Output atau hasil akhir dari proses. Ukuran-ukuran output focus kepada hasil

segera (Pengiriman, cacat/defect, komplain) dan hasil akhir pada

pengaruh-pengaruh dengan periode yang lebih panjang (profit, kepuasan, dan

sebagainya).

2. Proses: Hal-hal yang dapat dilacak atau ditelusuri dan diukur. Item-item ini

biasanya membantu untuk memulai menyentuh akar masalah.

3. Input: hal-hal yang ada pada proses untuk mengubah output. Tentu saja, intput

yang buruk dapat menciptakan output yang buruk, jadi ukuran input juga

membantu mengindentifikasi akar masalah yang mungkin.

2.3 Fault Tree Analysis

Fault Tree Analysis menurut Barry Kirwan, 1994 adalah suatu teknik

analisa desain keandalan (reliability) suatu desain system yang bermula atas dasar

kesadaran terhadap efek kegagalan system, yang disebut juga “Top Event”. Dalam

analisa ini dijelaskan bagaimana top event disebabkan oleh kegagalan atau

(28)

Selain menunjukkan hubungan logika antar peristiwa sehingga

menyebabkan top event. Probabilitas gagal diperoleh dari prediksi nilai reliability

terhadap peristiwa kegagalan. Perlu diperhatikan disini bahwa FTA yang berbeda

harus dibangun untuk setiap Top Event yang disebabkan oleh pola kegagalan atau

hubungan logika antar peristiwa kegagalan yang berbeda.

Russell dan Taylor (Jurnal : 2000), menyebutkan bahwa Fault Tree

Analysis merupakan suatu metode visual yang melakukan analisis atas cacat

produk yang saling memiliki keterkaitan disebut pohon cacat atau kegagalan mutu

lebih lanjut akan rekomendasikan jalan keluar alternatif untuk memperbaiki atau

mengatasi cacat atau tuna mutu yang terjadi atas produk. Dengan sifatnya yang

demikian, maka Fault tree dimaksud sekaligus memperhatikan pola analisis

sebab-akibat ketunamutuan seperti yang dijumpai pada diagram tulang ikan

(fishbone diaggram). Karena fault tree memperlihatkan pula sebab-akibat dari

ketunamutuan produk, maka fault tree disebut juga sebagai Failure Mode and

Effect Analysis (FMEA). Berhubung karena analisis menyajikan pula dampak dari

cacat yang terjadi atas produk serta rekomendasi jalan keluar alternatif untuk

mengatasi cacat yang bersangkutan, maka Fault Tree Analysis dapat pula dipakai

sebagai alat kendali proses untuk menghindari ketunamutuan produk (Product

failure).

Fault Tree sebagai metode analisis ketunamutuan, juga dapat dipakai

sebagai alat pengendali proses produksi untuk mencapai spesifikasi mutu yang

diharapkan oleh konsumen pada umumnya.

(29)

1. Spesifikasi mutu yang disyaratkan oleh konsumen.

2. Tipe ketunamutuan yang mungkin ada atas produk yang dihasilkan.

Kedua hal yang dikemukakan tentu sangat tergantung pada jenis produk

yang akan dievaluasi dan dikendalikan.

2.3.1 Prinsip Fault Tree

Prinsip Fault Tree menurut Alain Villemeur, (1992: 149-196) dapat

menentun dalam melakukan analisa, yaitu :

1. Mengidentifikasi berbagai kemungkinan kejadian kombinasi mengarahkan

pada kejadian yang tidak diinginkan.

2. Menghadirkan grafik kombinasi seperti struktur.

Ini penting untuk memberi gambaran diantara beberapa bidang pohon

kesalahan yang mana antar hubungan tertutup praktis.

Fault Tree Analysis memberi kesempatan analisa untuk mengidentifikasi

berbagai penyebab kesalahan, dengan mengulang definisi awal diaplikasi deduktif

berdasarkan urutan prinsip dan aturan yang telah digambarkan. Kemudian dalam

pelaksanaan dengan obyek kedua, penyebab kesalahan dipresentasikan oleh

sebuah pohon.

Pohon kesalahan berisi urutan tingkat kejadian yang dihubungkan dalam

beberapa cara yang mana kejadian lainnya pada tingkat urutan dari kejadian pada

tingkat bawah baru ditentukan macam operator logika (gate atau gerbang),

(30)

menyeimbangkan kegagalan, kesalahan manusia, kekurangan perangkat lunak dan

lain-lain seperti kejadian yang tidak diinginkan.

Proses deduktif dilanjutkan sampai peristiwa dasar identifikasi. Peristiwa

itu tidak berhubungan satu dengan lainnya dan kemungkinan kejadiannya

diketahui.

Telah disebutkan bahwa tentu saja pohon kesalahan bukan suatu model

dari semua kegagalan seperti terjadi dalam sistem. Pada kenyataan, itu adalah

suatu model logika interaksi antara peristiwa-peristiwa penuntun menuju pada

kejadian yang tidak diinginkan.

2.3.2 Konstruksi Pohon Kesalahan

Analisa fault tree yang benar memerlukan definisi yanng cermat dari

sistem (Barry Kirwan, 1994). Pertama, diagram layout fungsional sistem yang

penting seharusnya digambar untuk menunjukkan hubungan fungsional dan

mengidentifikasikan tiap komponen sistem. Batasan sistem secara fisik disusun

kemudian untuk memfokuskan perhatian penganalisa pada area yang tepat dan

penting. Kesalahan lang lazim adalah kesalahan menyusun batasan sistem yanng

realistis, yang menimbulkan penyimpangan analisa. Informasi harus tersedia

untuk tiap komponen system yang mengijinkan penganalisa menentukan mode

yang perlu dari kerusakan komponen. Informasi ini dapat diperoleh dari

pengalaman atau dari spesifikasi teknik komponen.

Pada beberapa analisa batasan sistem menjadi sangat berarti, dimana

(31)

tidak dihubungkan dengan batasan fisik dari sistem. Kondisi-kondisi batas sistem

mendefinisikan situasi yang digambarkan oleh fault tree.

Kejadian puncak adalah kondisi batas sistem yang paling penting yang

didefinisikan sebagai kerusakan sistem utama. Untuk beberapa sistem yang ada

banyak kemungkinan bagi kejadian puncak tetap ada sehingga pilihan tepat dari

kejadian puncak kadang kala adalah suatu tugas yang sulit. Pada umumnya,

kejadian puncak harus dipilih sebagai suatu kejasian (1) yang terjadinya harus

mempunyai sebuah definisi tertentu dan kemungkinan dari keterjadinya dapat

dikuantitaskan dan (2) yang dapat lebih jauh dipilah untuk menemukan

penyebabnya.

2.3.3 Konsep Dasar Fault Tree Analysis

Beberapa konsep dasar yang perlu diketahui dan dipahami untuk dapat

menganalisa kejadian melalui diagram pohon kesalahan (Fault Tree Analysis),

konsep tersebut menurut Alain Viilemeur (1992):

1. Peristiwa Utama Yang Tidak Diinginkan (Top Event)

Pusat Fault Tree Analysis disebut peristiwa yang tidak diinginkan. Peristiwa

ini mendatangkan peristiwa puncak dari pohon dan analisa ditunjukkan pada

pendapatan semua penyebab-penyebabnya. Sering peristiwa ini adalah suatu

bencana, tetapi itu bisa menjadi suatu kegagalan sistem atau ketidakmampuan

pabrik (aspek ekonomi).

Untuk membuat analisa lebih mudah, peristiwa yang tidak diinginkan harus

(32)

maka analisa akan berhenti untuk dijalankan, sebaliknya jika kejadian tertalu

spesifik analisa dapat menemukan kegagalan utama pada elemen dasar sistem,

oleh karena itu resiko awal direkomendasikan untuk menemukan sesuai

macam misi-misi sistem.

2. Presentasi Gerbang Logika

Peristiwa-peristiwa dihubungkan oleh gerbang logika sesuai konsekuensi

penyebab hubungan baik, seperti ditunjukkan pada gambar 2.2

Gambar 2.2 Contoh AND Gate

3. Pengkelasan Kegagalan (penyebab Kegagalan)

Kegagalan bisa dipecah menjadi dua kelas sesuai dengan penyebabnya (P.L.

Clemens: 2002) yaitu:

a. Kegagalan atau Penyebab primer

Kegagalan elemen penyebab terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan

(33)

b. Kegagalan atau penyebab Sekunder

Kegagalan penyebab terjadinya kegagalan primer yang akan dianalisa

lebih lanjut menjadi peristiwa paling dasar penyebab peristiwa yang tidak

diinginkan.

4. Peristiwa Dasar

Analisa penyebab kejadian atau peristiwa dilanjutkan sampai peristiwa dasar

ditemukan. Oleh karena itu, kejadian-kejadian harus hati-hati ditemukan sejak

mencapai batas analisis.

Peristiwa dasar dalam pohon kesalahan, sebagai berikut :

 Kejadian yang mana tidak dibutuhkan untuk dikembangkan. Kejadian ini

cukup baik untuk menggambarkan dan mengetahui sejauh mana

ketidakgunaan batas asal kejadian.

 Kejadian tidak bisa dipertimbangkan secara mendasar tapi kejadian asal

tidak akan dikembangkan. Dalam kasus ini batas sistem dipelajari

mencakup ketika teridentifikasi.

 Kejadian tidak dapat digambarkan atau dipandang sebagai dasar dan

penyebab kejadian itu belum dikembangkan tetapi akan segera

dikembangkan. Analisa mempertimbangkan, kemudian ia secara temporer

menjangkau batas dalam mempelajari dan bahwa sebagaimana data kurang

(34)

2.3.4 Tahapan Fault Tree Analisis

Menurut Thomas Pyzdex, 2002 Fault Tree mempunyai beberapa tahap

umum untuk mencapai hasil analisa yang optimal hingga ke akar-akar

penyebabnya, yaitu :

1. Tentukan kejadian paling atas, kadang-kadang disebut kejadian utama. Ini

adalah kondisi kegagalan dibawah studi.

2. Tetapkan batasan Fault Tree Analysis.

3. Periksa sistem untuk mengetahui bagaimana berbagai elemen berhubung

pada satu dengan lainnya dan untuk kejadian paling atas.

4. Buat pohon kesalahan, mulai pada kejadian paling atas dan bekerja ke arah

bawah.

5. Analisis pohon kesalahan untuk mengidentifikasi cara dalam

menghilangkan kejadian yang mengarah kepada kegagalan.

6. Persiapan rencana tindakan perbaikan untuk mencegah kegagalan dan

rencana kemungkinan berkenan dengan kegagalan saat mereka terjadi.

Fault Tree Analysis merupakan pendekatan dari atas ke bawah yang

menyediakan perwakilan grafik kejadian yang mungkin mengarah pada

kegagalan. Beberapa simbol digunakan dalam pembuatan pohon kesalahan

(35)
[image:35.612.127.515.155.579.2]

Tabel 2.4

Simbol-Simbol Logika (Gerbang) Dalam FTA

Simbol Gerbang Nama Gerbang Hubungan Kasual

Gerbang AND Kejadian keluaran terjadi jika semua

kejadian masukan terjadi serentak

Gerbang OR Kejadian keluaran terjadi jika satu dari

kejadian masukan terjadi.

Gerbang

menghalangi

Masukan menghasilkan keluaran saat

kejadian bersyarat terjadi.

Gerbang AND

prioritas

Kejadian keluaran terjadi jika semua

kejadian masukan terjadi dengan urutan

dari kiri kekanan.

Gerbang OR

ekslusif

Kejadian keluaran terjadi jika satu, tetapi

tidak keduanya, dari kejadian masukan

terjadi

m

n inputs

Gerbang

m-diluar-n (gerbang

voting atau

sampel)

Kejadian keluaran terjadi jika m-diluar-n

kejadian masukan terjadi.

Tabel diatas menunjukkan simbol gerbang dalam Fault Tree, selain itu juga

(36)
[image:36.612.127.515.157.506.2]

Tabel 2.5

Simbol – Simbol Logika (kejadian) dalam FTA

Simbol Kejadian Arti

Persegi

Kejadian diwakili oleh sebuah gerbang

Lingkaran

Kejadian dasar dengan data yang cukup

Kejadian yang belum berkembang

Belah ketupat

Putaran

Baik terjadi atau tidak terjadi

Oval

Kejadian bersyarat yang digunakan

dengan gerbang menghalangi

Segitiga

Simbol perpindahan

2.3.5 Cut Set Method

Cut Set menurut P.L. Clemens, 2002 adalah kombinasi pembentuk pohon

kesalahan yang mana bila semua terjadi akan menyebabkan peristiwa puncak

terjadi. Cut Set digunakan untuk mengevaluasi diagram pohon kesalahan dan

(37)

menunjukkan jumlah minimum block gagal yang menyebabkan seluruh sistem

[image:37.612.150.373.156.367.2]

gagal. Sebagai contoh bisa dilihat dari gambar 2.3

Gambar 2.3 Contoh Struktur Cut Set

Peristiwa A,B, dan C membentuk menjadi peristiwa T. peristiwa A, B dan

C disebut sebagai cut set. Namun bukan kombinasi peristiwa terkecil yang

menyebabkan peristiwa puncak. Untuk mengetahuinya diperlukan minimal cut set

(Alain Villemeur : 1992). Minimal cut set ini adalah kombinasi peristiwa yang

paling kecil yang membawa ke peristiwa yang tidak diinginkan. Jika satu dari

peristiwa-peristiwa dalam minimal cut set tidak terjadi, maka peristiwa puncak

atau peristiwa yang tidak diinnginkan tidak akan terjadi. Dengan kata lain minimal

cut set merupakan akar penyebab yang paling terkecil yang berpontensial

menyebabkan kecacatan (peristiwa puncak).

Suatu pohon kesalahan berisi batasan minimal cut set, yaitu:

1. Pertama, minimal cut set menunjukkan kegagalan tunggal memproduksi

peristiwa yang tidak diinginkan (top event). T

E C

(38)

2. Kedua, minimal cut set menunjukkan kegagalan ganda yang sama jika

kejadian terjadi secara simultan atau bebarengan dan menyebabkan peristiwa

tidak diinginkan.

2.3.5.1 Langkah Pembentukan Cut Set

Beberapa langkah membentuk Cut set menurut P.L. Clemens, 2002, yaitu :

1. Mengabaikan semua unsur-unsur pohon kecuali pembentuk atau dasar.

2. Permulaan dengan seketika dibawah peristiwa puncak, menugaskan

masing-masing gerbang dan pembentuk atau penyebab dasar.

3. Kelanjutan menurut langkah dari peristiwa puncak mengarah ke bawah

membangun matrik menggunakan nomor dan huruf. Huruf ini mewakili

gerbang peristiwa puncak menjadi masukan matrik awal. Sebagai kontruksi

maju:

a. Menggantikan nomor untuk masing-masing gerbang AND dengan nomor

untuk semua gerbang yang disebut masukan. Secara horisontal dalam

matrik baris.

b. Memindahkan nomor-nomor untuk masing-masing gerbang OR dengan

semua gerbang yang disebut masukan. Memanjang vertikal dalam matrik

kolom. Masing-masing gerbang OR dibentuk baris bergantian harus pula

berisi semua masukan lain dibaris induk asli.

4. Hasil matrik akhir, hanya menghasilkan angka-angka mewakili pembentuk.

Masing-masing baris dari matrik ini adalah cut set Boolean. Dengan

(39)

yang ditemukan dalam baris lebih sedikit. Juga menghapuskan unsur-unsur

berlebihan didalam baris dan baris yang menyalin baris lain. Baris yang tersisa

adalah minimal cut set.

Pembentukan cut set dapat dilihat dengan jelas pada gambar 2.4

[image:39.612.135.483.220.472.2]

Gambar 2.4 Contoh Pembentukan Cut Set

2.3.6 Cut Set Quantitative

Perhitungan dalam Fault Tree Analysis digunakan untuk mengetahui nilai

probabillitas dari kejadian puncak yang terjadi. Untuk menghitunng probabilitas

hanya diperlukan jumlah seluruh proses yang sukses dan kegagalan proses, hal ini

ditunjukkan dalam rumus berikut ini (P.L. Clemens : 2002) :

2 4

2 3 1

TOP

B

D

C

(40)

F PF = 

(S + F)

Keterangan :

S = Sukses (produk/proses)

F = Kegagalan (failure)

PF = Probabilitas kegagalan

Untuk selanjutnya akan dihitung probabilitas dalam masing-masing gerbang,

yaitu:

1. Untuk gerbang OR, probabilitas masing-masing peristiwa atau masuknya

mengalami penjumlahan dan pengurangan.

a. Untuk 2 masukan

PF = 1 – [(1 – PA)(1 – PB)]

PF = PA + PB – PA PB

b. Untuk lebih dari 2 masukan

PF = PA + PB + PC

2. Untuk gerbang AND, probabilitas masing-masing masukannya dikalikan.

Dalam gerbang AND ini untuk masukan sejumlah 2 atau lebih semua cara

perhitungannya sama yaitu dikalikan.

(41)

Gambar 2.5

Contoh Perhitungan Fault Tree Analysis

Setelah semua diketahui maka akan didapatkan probabilitas peristiwa puncak dan

untuk langkah selanjutnya masing-masing probabilitas dievaluasi melalui matrik

dalam minimal Cut Set seperti pada contoh gambar 2.5

1 2

1 3

1 4

3 4 5 6

Gambar 2.6

Contoh Hasil Akhir Matrik Minimal Cut Set Jam utama

salah Jam

bangun Baterai habis Salah isi waktu alarm Lupa memutar Pada malam hari ketulian Lupa memasang alarm Bangun kesiangan Kegagalan jam alaram Jam bangun gagal Kesalah an mekanis Tidak diperhatikan 1,89 x 10-4

1,89 x 10-4

1,82x 10-2 1,04 x 10-2

1 x 10-2 3 x 10-4 8 x 10-3 4 x 10-4 1 x 10

(42)

Matrik Cut Set tersebut, selamanya akan dihitung probabilitasnya dengan

menggunakan rumus berikut :

PF ≈Σ PK = (P1 x P2) + (P1 x P3) + (P1 x P4) + (P3 x P4 x P5 x P6)

PT merupakan probabilitas top event dan PK probabilitas cut set. Yang mana PK

adalah probabilitas pembentuk cut set berarah horisontal yang ditambahkan

sehingga menghasilkan probabilitas cacat atau peristiwa utama.

2.4 Proses Produksi

Sebelum di laksanakan suatu rencana realisasi produk atau komponen pihak

perusahaan telah melakukan perjanjian dengan custumer mengenai produk yang

akan dibuat.setelah kedua pihak sepakat mengenai waktu penyelesaiannya dan

harga.Di bawah ini merupakan langkah-langkah rencana realisasi produk dari

bahan baku hingga barang jadi :

Proses pendesainan

Sebelum membuat separator melakukan pembentukan gambar dengan

persetujuan kedua belah pihak yang mana permintaan sesuai dengan PO

yang telah di tetapkan.

Persediaan material

Material ysng akan di butuhkan untuk pembuatan separator tersebut

berupa plat baja,besi,

(43)

Pengelasan tempa merupakan proses penyambungan tertua yang dikenal

manusia. Proses terdiri dari pemanasan logam yang kemudian ditempa,

(tekan) sehingga terjadi penyambunagn logam.

Pengelasan dengan gas

Kelompok ini mencakup semua proses pengelasan dimana digunakan

campuran gas seebagai sumber panas. Nyala dgas yang lazim digunakan

adalah gas alam, asetilen dan hidrogen dicampur dengan oksigen.

Pengelasan oksihidrogen

Karena oksihidrogen menyala pada suhu 20000C, suhu yang jauh lebih

rendah dari pada oksigen asetilen nyala ini digunakan untuk pengelasan

lembaran tipis dan paduan dengan titik cair yang rendah dan dalam

pekerjaan mematri.

Pengelasan nyala udara – asetilin

Nyala yang digunakan dalam proses ini dihasilkan oleh pembakar mirip

dengan pembakar bunsen. Karena suhu jauh lebih rendah dari pada

proses lainnya, kegunaanya sangat terbatas dan hanya dimanfaatkan

untuk patri timah atau patri suhu rendah.

Pengelasan gas bertekanan

Pada pengelasan gas bertekanan, ujung tumpu yang akan dilas dipanaska

dengan nyala oksiatilen hingga 12000C kemudian ditekan. Ada dua cara

yang lazim digunakan. Cara pertama dikenal dengan nama metoda

sambungan tertutup, kedua permukaan yang akan disambung ditekan

(44)

sambungan terbuka, permukaan dipanaskan oleh nyala pipih sehingga

terbentuk logam cair pada permukaanya.

Pengelasan resistansi listrik

Pada proses ini arus yang cukup besar dialirkan melalui logam sehingga

menimbulkan panas pada sambungan, dan dibawah pengaruh tekanan,

terbentuklah sambungan las.

Proses Fetting Proses Penggerindaan

Proses Shot Blasting Proses Painting

Proses Oven Proses Packaging

Gudang

Gambaran Proses Pembuatan separator

Keterangan Proses pembuatan separator :

1. Proses Fettling

Merupakan proses pemisahan tiap-tiap casting, serta memisahkan cilica

dengan casting dan menghilangkan sisa-sisa cilica dengan menggunakan palu.

(45)

Merupakan proses menghaluskan casting produk dari proses fettlingan dengan

menggunakan gerinda, ada dua macam gerinda yang digunakan :

1. gerinda dengan mesin

2. gerinda dengan udara

3. Proses Shot Blasting

Proses menghilangkan sisa-sisa pasir pada produk dengan menggunakan

mesin dengan waktu proses selama 5 menit, dimana produk ditaruh pada

tempat khusus yang bernama hanger dengan jumlah tiap hanger berisi 54

casting produk.

4. Proses Painting

Merupakan proses pengecatan yang dilakukan secara manual dengan

menggunakan cat yang berwarna hitam dengan waktu pengecatan 5 menit,

fungsi dari pengecatan ini untuk menjaga agar produk tidak mudah berkarat.

5. Proses Pengovenan

Merupakan proses pengeringan cat dengan menggunakan mesin oven dengan

temperature 150 ºC dan waktu pengovenan 60 menit.

6. Proses Packaging

Merupakan proses tahap akhir dengan memasukkan produk kedalam kemasan

dan siap untuk dikirim.

7. Gudang

(46)

Berikut ini merupakan penelitian–penelitian sebelumnya yang digunakan

sebagai acuan dalam penelitian ini.

1. Nour Ika Okvania ( 2007 )

Penelitian ini dilakukan di PT. Asian Profile Indosteel Surabaya yang

mempunyai tujuan untuk mengetahui kecacatan produk besi beton polos yang di

produksi oleh perusahaan tersebut yang dilihat dari segi probabilitas kecacatan

produk besi beton polos dalam proses produksi di PT. Asian Profile Indosteel

dengan menggunakan metode Fault Tree Anlysis

Berdasarkan langkah–langkah penyelesaian masalah dengan menggunakan

metode FTA, peneliti dapat mengidentifikasikan faktor–faktor kecacatan produk

dengan langkah–langkah sebagai berikut:

1. Pengidentifikasian akar penyebab terjadinya top event yang terjadi pada

produk melalui sebab primer dan sebab sekunder secara brainstorming

pada pihak karyawan masing–masing stasiun kerja dalam proses produksi.

2. Melakukan pengamatan terhadap berapa banyak akar penyebab yang

terjadi dalam proses produksi.

3. Tahap selanjutnya yaitu melakukan perbaikan dari kecacatan tersebut dan

melakukan perhitungan tingkat kecacatan agar dapat dilakukan evaluasi.

a. Penentuan Kecacatan

Menentukan kecacatan hingga ke akar – akar penyebabnya dengan

menggambarkan ke dalam fault tree diagram beserta simbol – simbol

logika dari akar penyebab tersebut sampai menuju pada kejadian atau

(47)

b. Struktur Kecacatan

Fault Tree Diagram tersebut selanjutnya dievaluasi dengan

menggunakan Cut Set Method hingga didapatkan cacat yang lebih

spesifik.

c. Perhitungan Probabilitas

Setelah dievaluasi, kemudian dihitung nilai probabilitasnya

sehingga diketahui seberapa tingkat kecacatan yang terjadi dan

pengaruhnya terhadap perusahaan ke depan.

Dapat diketahui penyebab kecacatan yang terjadi dalam proses produksi

adalah temperatur tidak stabil, mutu bahan bakar kurang baik, monitoring operator

kurang, kemampuan mesin kurang maksimal, proses produksi baru berjalan,

terjadi masalah saat produksi berjalan, setting mesin kurang presisi, mesin trobel,

pemakaian kaliber roll sudah maksimal, pemasangan roll kurang tepat, desain

kaliber roll tidak sesuai, mesin pinc roll kotor, mutu roll kurang baik, air

pendingin kurang baik, operator kurang teliti, operator kurang terampil, operator

terburu-buru. Dari penyebab diatas dapat diketahui peristiwa puncak kecacatan

atau yang biasa disebut dengan top event yaitu besi beton bersirip atau nguping,

besi beton permukaan berlubang dan besi beton ukuran tidak sesuai.

Berdasarkan perhitungan Fault Tree dan Cut Set didapatkan tingkat

kecacatan sebagai berikut:

a. Permukaan plat bersirip atau nguping, probabilitas kecacatan per 180

menit awal proses produksi sebelum evaluasi 0.1708 dan sesudah evaluasi

(48)

b. Permukaan plat permukaan berlubang, probabilitas kecacatan per 180

menit awal proses produksi sebelum evaluasi 0.1133 dan sesudah evaluasi

0.1178.

c. Plat ukuran tidak sesuai, probabilitas kecacatan per 180 menit awal proses

produksi sebelum evaluasi 0.0491 dan sesudah evaluasi 0.0773.

Dari data diatas maka peristiwa (top event) yang mempunyai tingkat

kecacatan tertinggi adalah peristiwa besi beton bersirip atau nguping dengan

probabilitas 0.1714 per 180 menit awal proses produksi yang membuat terjadinya

kecacatan pada saat proses produksi. Sehingga perlu diadakan correction action

terhadap peristiwa tersebut yaitu setting mesin kurang presisi, operator terburu –

buru, operator kurang terampil, mesin troubel dan kaliber mesin aus atau rusak.

( Nour Ika Okvania, 2007, ”Identifikasi Faktor – Faktor Kecacatan Produksi Besi

Beton Dengan Metode Fault Tree Analysis (FTA) di PT. Asian Profile Indosteel,

Surabaya”, Tugas Akhir S–1 (Skripsi) Universitas Pembangunan Nasional

”Veteran” Jawa Timur, Surabaya )

2. Deddy Chrismianto

Keamanan dan keselamatan pengoperasian kapal akan dapat terpenuhi jika

sistem yang ada di dalam kapal dapat berfungsi sesuai dengan spesifikasi yang

(49)

pelumasan bagian utama terutama motor induk kapal sebagai penggerak utama

kapal.

Pada umunya di dalam kapal sering terjadi kegagalan pada sistem

pelumas. Kegagalan ini disebabkan karena komponen-komponen yang terdapat

pada sistem pelumas tidak dapat berfungsi dengan baik. Sehubungan dengan

adanya kegagalan yang terjadi pada sistem pelumas tersebut maka perlu dilakukan

analisa keandalan sehingga dapat mengidentifikasi bagaimana sistem mengalami

kegagalan.

Tujuan analisa keandalan tersebut yaitu untuk mengidentifikasi mode

kegagalan, penyebab dan dampak kegagalan komponen terhadap kondisi

operasional sistem pelumas, komponen-komponen yang dapat menyebabkan

kegagalan sistem pelumas, kontribusi kegagalan tiap-tiap komponen terhadap

sistem pelumas dan keandalan dari komponen-komponen sistem pelumas.

Sebuah fault tree mengilustrasikan keadaan komponen–komponen sistem

(basic event) dan hubungan antara basic event dan top event. Simbol grafis yang

dipakai untuk menyatakan hubugan tersebut disebut gerbang logika. Dari diagram

fault tree ini dapat disusun cut set dan minimal cut set. Cut set yaitu serangkaian

komponen system, apabila terjadi kegagalan dapat berakibat kegagalan pada

sistem. Sedangkan minimal cut set yaitu set minimal yang dapat menyebabkan

kegagalan pada sistem. Untuk mencari minimal cut set digunakan Method for

obtaining cut sets (Mocus) yaitu sebuah algoritma yang dipakai untuk

(50)

Hasil analisa kualitatif dengan menggunakan metode Fault Tree Analysis

(FTA) menyimpulkan bahwa top event pada permasalahan ini adalah sistem

pelumas tidak berfungsi atau gagal dengan sub sistem yang mengalami kegagalan

adalah sebagai berikut:

1. Sistem pemompaan

- Hand Pump 1

- Pompa Pelinciran: - LO Priming Pump

- Hand Pump II

- LO Pump

2. Sistem pertukaran kalor

- Komponen Cooler

3. Sistem suplai minyak pelumas dan

- LO Service Tank

4. Sistem penyaringan minyak pelumas

- Komponen Filter

Hasil analisa FTA dengan menggunakan MOCUS, diperoleh minimal cut

set yaitu {1}, {2}, {3}, {4}, {5}, {6}, {7}. Hal ini berarti sistem akan mengalami

kegagalan jika ada minim satu first order mengalami kegagalan atau second order

yang mengalami kegagalan secara serentak. Komponen yang termasuk first order

yaitu LO Pump, Hand pump 1, Cooler, LO Service tank dan Filter.

Sedangkan komponen yang yang termasuk second order yaitu Pompa pelinciran

(51)

Sehingga dalam metode FTA ini ada dua prioritas penyebab kegagalan

sistem. Jika diperhatikan, maka komponen-komponen yang termasuk dalam first

order yaitu komponen yang mempunyai susunan seri. Pada komponen yang

mempunyai susunan seri maka diperlukan satu komponen gagal agar sistem

tersebut mengalami kegagalan.

Sedangkan komponen yang termasuk dalam second order yaitu komponen

yang mempunyai susunan standby. Pada komponen yang mempunyai susunan

stand by maka diperlukan dua komponen gagal agar sistem tersebut mengalami

kegagalan. Untuk itu harus dilakukan perawatan dengan baik pada komponen

yang termasuk dalam first order. Karena jika komponen itu gagal maka

keseluruhan sistem pelumas akan gagal dalam menjalankan fungsinya.

(Deddy Chrismianto, “Aplikasi Fault Tree Analysis (FTA) Dalam Aanalisa Keandalan Sistem

Pelumas Motor Induk Kapal”, Staf Pengajar Program Studi S-1 Teknik Perkapalan FT-UNDIP

Semarang, www.google.com)

BAB III

(52)

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. BAMA BUMI SENTOSA jalan Perak

Barat no 225 Perak-Surabaya, Jawa Timur. Dan penelitian dilaksanakan mulai

dari bulan Juli 2010 sampai dengan data telah tercukupi.

3.2. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah kegiatan operasi dan prosedur yang dilakukan dengan

menggunakan variabel, faktor, dan atribut. Dalam penelitian ini digunakan :

1. Variabel terikat yaitu variabel yang nilainya tergantung dari variasi perubahan

variabel bebas. Adapun variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kualitas

separator.

2. Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi variasi perubahan nilai

variabel terikat, Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah:

1. Porosity adalah kecacatan pada pengelasan (welding process) ketidak

continue dari casting dalam bentuk dan terdapat titik-titik pada pengelasan

2. Crack adalah kecacatan pada pengelasan (welding process) ketidak continu

dalam casting

3. Under cut adalah kecacatan pada pengelasan (welding process) dikarenakan

men setting satuan ampere terlalu besar

4. Blow Hole adalah kecacatan pada pengelasan (welding process)

(53)

5. Pengelasan Tembus (schalop) adalah kecacatan pada pengelasan (welding

process) seperti lubang tembus.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan adalah Fault Tree Analisis, yang menganalisa

elemen-element peneyebab kegagalan suatu system dengan menggunakan

berbagai perangkat pembantu meliputi simbol-simbol logika. Metode ini

menganalisa kejadian yang tidak diinginkan sampai penyebab-penyebab yang

menyebabkannya.

Dalam pengumpulan data selama penelitian, data yang dikumpulkan

terbagi menjadi 2 (dua), yaitu:

1. Data Primer

Yaitu data yang di dapat dari penelitian langsung dengan cara mengambil

langsung dari sumber yang memberikan informasi, antara lain: jumlah

kejadian kecacatan proses produksi, dll. Adapun metode yang digunakan

adalah sebagai berikut:

a. Interview

Dengan cara melakukan interview kepada sumber secara langsung,

sehingga di dapatkan informasi yang valid.

b. Observasi

Pengamatan secara langsung ke obyek yang diteliti sehingga dapat

diketahui jalannya proses dengan jelas.

(54)

Yaitu data yang didapatkan dengan jalan mengumpulkan dan mempelajari

dokumen perusahaan.

Teknik-teknik yang digunakan dalam pengumpulan data selama penelitian,

dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Menganalisa penyebab terjadinya peristiwa (top event).

Dari data kecacatan produk yang dicatat oleh bagian quality control

yang terkumpul akan dapat diketahui peristiwa utama (top event).

Tabel 3.1 Lembar Identifikasi Penyebab Kecacatan

Top Event Penyebab Primer Penyebab Sekunder

b. Melakukan sampling kerja selama 5 Minggu per 10 menit proses

produksi

Tabel 3.2 Lembar sampling Proses Produksi

Akar Penyebab

10 mnt Minggu

ke 1

10 mnt Minggu ke 2

10 mnt Minggu ke 3

10 mnt Mingggu ke 4

10 mnt Minggu ke 5

S F

1

-

-

N

Total

Keterangan : S : Produksi yang sukses

(55)

Adapun populasi produk (jumlah produk) dalam penelitian ini adalah

sebesar jumlah produk yang dihasilkan selama 1 hari/ 10 menit awal proses

produksi. Dimana jumlah produk yang dihasilkan bersifat fluktuatif. Sedangkan

banyak sample produk yang diambil secara random (acak) berdasarkan total

produk yang dihasilkan selama 10 menit awal proses produksi, agar data

kecacatan yang dibutuhkan dapat dinyatakan cukup

3.3.1. Penentuan Kecacatan

Penyebab kecacatan ada dua yang digunakan peneliti yang diantaranya :

1. Penyebab primer, penyebab yang mengakibatkan top event.

2. Penyebab skunder, penyebab yang mengakibatkan adanya penyebab primer dan

terdiri dari akar-akar penyebabnya.

Setelah akar penyebab diketahui maka digambar dalam fault tree diagram. Yang

berisi simbol-simbol logika kejadian dan gerbang sehingga membentuk suatu

keterkaitan kejadian satu sama lain.

3.3.2. Struktur Kecacatan

Digunakan pula untuk evaluasi analisa yaitu metode cut set. Metode ini

merupakan suatu bagian dalam fault tree analisis. Dalam cut set ini akan dibentuk

struktur kecacatan yang akan diminimalkan menjadi minimal cut set, maksudnya

menganalisa penyebab terkecil yang menimbulkan kecacatan utama (top event).

(56)

Fault tree dapat digunakan untuk menghitung berapa sering atau tingkat

kecacatan suatu produk dengan melakukan perhitungan probabilitas, yang disebut

cut set quantitative. Perhitungan ini sangat sederhana, namun akan mengalami

kesulitan dalam menempatkan symbol logika karena harus rasional dan

probabilitas untuk masing-masing gerbang dapat dicoba dengan cara yang

berbeda-beda seperti tertulis dalam rumus berikut ini :

PF =

Keterangan:

S = Sukses (produk/proses)

F = Kegagalan (failure)

PF = Probabilitas kegagalan

Untuk selanjutnya akan dihitung probabilitas dalam masing-masing gerbang,

yaitu:

1. Untuk gerbang OR, probabilitas masing-masing peristiwa atau masukanya

mengalami penjumlahan dan pengurangan.

a. Untuk 2 masukan

PF = 1 – [(1 – PA)(1 – PB)]

F = PA + PB – PA PB

b. Untuk lebih dari 2 masukan

F = PA + PB + PC

2. Untuk gerbang AND, probabilitas masing-masing masukannya dikalikan. F

(57)

Dalam gerbang AND ini untuk masukan sejumlah 2 atau lebih semua cara

perhitungannya sama yaitu dikalikan.

Untuk evaluasi perhitungannya ditunjukkan pada gambar 3.2 yang mana dari

[image:57.612.282.382.207.268.2]

1 2 1 3 1 4 3 4 5 6

Gambar 3.1 Contoh Hasil Akhir Matrik Minimal Cut Set

Matrik cut set ini, selanjutnya akan dihitung probabilitasnya dengan menggunakan

rumus berikut :

PF ≈Σ PK = (P1 x P2) + (P1 x P3) + (P1 x P4) + (P3 x P4 x P5 x P6)

Sehingga bisa didapatkan besar probabilitas peristiwa-peristiwa puncak atau

peristiwa yang tidak diinginkan. Dan tingkat kecacatan dapat teridentifikasi.

3.4. Metode Pengolahan Data

Metode yang digunakan dalam pengolahan data adalah Metode Fault Tree

Analysis (FTA), yang menganalisa elemen-elemen penyebab kegagalan suatu

sistem dengan menggunakan berbagai perangkat pembentuk meliputi simbol

logika.

Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data pada studi kasus di PT.

Bama Bumi Sentosa Surabaya dengan menggunakan metode FTA adalah sebagai

(58)

1. Menganalisa kejadian yang tidak diinginkan sampai pada akar-akar

penyebabnya yang meliputi penyebab primer yang mengakibatkan terjadinya

top event (kejadian utama) dan penyebab sekunder yang mengakibatkan

terjadinya penyebab primer.

2. Menggambarkan akar-akar penyebab tersebut kedalam Fault Tree Diagram

(pohon kesalahan) yang berisi simbol-simbol logika (gerbang) kejadian

sehingga membentuk suatu keterkaitan satu sama lain.

3. Fault Tree Diagram, akan membentuk kombinasi pohon kesalahan, sehingga

diperlukan cut set yang digunakan untuk mengevaluasi diagram tersebut. Hal

ini diperoleh dengan menggambarkan garis melalui blok dalam sistem untuk

menunjukkan jumlah minimum blok gagal yang menyebabkan seluruh sistem

gagal.

4. Untuk mengetahui kombinasi peristiwa terkecil diperlukan minimal cut set.

Minimal cut set ini adalah kombinasi peristiwa yang paling kecil yang

membawah pada peristiwa yang paling tidak diinginkan atau akar penyebab

yang paling terkecil yang berpotensial menyebabkan kecacatan (peristiwa

puncak atau top event).

5. Untuk menghitung probabilitas hanya diperlukan jumlah seluruh proses yang

sukses dan kegagalan proses, hal ini ditunjukkan dalam rumus berikut ini:

) (S F

F PF

 

Keterangan

S = Sukses ( Produk/Proses )

(59)

PF = probabilitas kegagalan

Untuk selanjutnya akan dihitung probabilitas dalam masing-masing gerbang,

yaitu: untuk gerbang OR, probabilitas masing-masing peristiwa atau

masukannya mengalami penjumlahan dan pengurangan.

a.Untuk 2 masuk

Gambar

Tabel 2.4
Tabel 2.5
Gambar 2.3 Contoh Struktur Cut Set
Gambar 2.4 Contoh Pembentukan Cut Set
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok Kerja Pengadaan Jasa Konsultansi Pekerjaan Jalan dan Jembatan Provinsi Jawa Tengah pada Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah Dana APBD Tahun Anggaran

Menurut Abdul Halim (2007:98) pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik Pemda. Rekening ini disediakan untuk mengakuntansikan

Tidak terdapat interaksi dan pengaruh pemberian IAA dan BAP terhadap variabel tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang pada aklimatisasi plantlet dengan 3

Dalam penelitian ini Return On Asset sebagai variabel intervening untuk mengetahui kinerja perusahaan memediasi hubungan struktur modal terhadap harga saham

Penelitian perusahaan manufaktur yang melakukan merger dan akuisisi juga dilakukan oleh Tabita (2010) dengan metode EVA dan Ernawati (2012) penilaian kinerja

BAB II Tinjauan Pustaka Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan MySQL adalah suatu program yang digunakan untuk mengatur sebuah sistem basis

Yuni Apsari, M.Si., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Unika Widya Mandala Surabaya, yang senantiasa membantu dan memberikan dukungan pada peneliti, selama proses

This study aims to determine the characteristics of vaginal epithelial cells of each estrous phase and the appearance of estrus Simmental PO cows that are injected