BAB IV ANALISIS DATA
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Murabahah adalah salah satu produk BMT yang berbasis jual beli. Pada
BMT UGT Sidogiri cabang Wongsorejoproduk pembiayaan yang berbasis jual
beli yang palingpopuler adalah murabahah dan bai` bitsaman ajil
(BBA).Perbedaan murabahah dan BBA terletak pada aplikasinya.Menurut
Khoirul sebagai informan penelitian ini bahwapraktek penentuan harga jual pada pembiayaan yangberbasis jual-beli dengan menggunakan akad
murabahahpada BMT-UGT Sidogiri Cabang Wongsorejo tanpamenyebutkan
dahulu harga pokok pembelian (tsaman)kepada anggota yang mengajukan
pembiayaan. BMTlangsung menentukan harga pokok penjualan yang ditambahmargin keuntungan kepada anggota/debitur.Padapembiayaan yang berbasis jual-beli, BMT inimenggunakanakadBai` BitsamanAjil. BMT wajib
menyebutkan hargapokok pembelian dan margin keuntungan yang akan
diambiloleh BMT.Pembiayaanmurabahahpada BMT-UGT
SidogiricabangWongsorejodilaksanakansecaraprosedural.Pertama,anggota
mengajukan permohonan pembiayaan
danmemenuhisyaratakadmurabahah.Kedua, BMTmenganalisis permohonan pembiayaan.Selanjutnya,setelah BMT menyetujui permohonan anggota maka BMTdan anggotamelakukanakadmurabahah (Hasanah, Puspitasari& Farida,
Penelitian yang dilakukan oleh Daud (2013), “Promosi dan Kualitas
Layanan Pengaruhnya Terhadap Keputusan Konsumen Menggunakan Jasa Pembiayaan Pada PT. Finance Manado” penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh terbaik secara simultan dan parsial dari promosi dan kualitas layanan terhadap keputusan konsumen menggunakan jasa pembiayaan pada PT. Bess Finace Manado. Sempel pada penelitian ini adalah adalah PT. Bess Finance Manado sebanyak 62 responden. Hasil penelitian menunjukan promosi dan kualitas layanan secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan
Menurut Wahyuni pada TA tahun 2011 yang berjudul “Sistem dan Prosedur Pemberian Pembiayaan di BMT Berkah Makmur tahun 2010” yang membahas tentang sistem dan prosedur pemberian pemberian pembiayaan dengan menggunakan akad Mudharabah dan Bai Bitsaman Ajil, banyak nasabah menggunakan dana tidak sesuai dengan akad yang disampaikan diawal waktu mengajukan pinjaman.
Subekti dengan tugas akhirnya “Prosedur Analisis Pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil (BBA) Pada Koperasi Simpan Pinjam Syariah (KSPS) BMT Rama Salatiga” Tahun 2010 dengan menggunakan Metode Kualitatif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prosedur pembiayaan, langkah-langkah pemberian pembiayaan, pertimbangan dan menyetujui suatu pembiayaan, serta bagaimana realisasi pembiayaan dan cara pengembalianya. Perencanaan penyaluran pembiayaan harus dilakukan dengan baik agar tidak mengalami
collapse yang mengakibatkan kerugian pada lembaga keuangan, hal yang
paling berpengaruh terhadap pembiayaan adalah bagaimana kebijakan mengenai prosedur pemberian pembiayaan akan membantu nasabah dalam usaha mengembangkan bisnisnya. Dan selanjutnya akan semakin banyak nasabah yang mengajukan kredit dan pengaruhnya terhadap pendapat yang diperoleh KSPS BMT RAMA salatiga akan meningkat. Dari hasil pengamatan dan menunjukan prosedur pembiayaan yang berhasil diterapkan yaitu pada pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil, sehingga strategi pemasaran pembiayaan yang dijalankan KSPS BT RAMA efektif diterapkan pada produk pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil. Kesimpulan penelitian ini adalah prosedur yang diterapkan sangat mudah, ringan dan tidak dipersulit. Langkah yang diambil atau ditempuh dengan tahap-tahapan analisis dan evaluasi yang diperlukan data yang riil, dengan penuh kehati-hatian.
Menurut Sri Sulistyani pada TA tahun 2007 yang berjudul “Analisis Tingkat Perkembangan Pembiayaan Bai Bitsaman Ajil (BBA) di BMT Anda Salatiga” yang membahas tentang tingkat perkembangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat perkembangan pembiayaan BBA serta strategi di BMT ANDA Salatiga dalam mengatasi pembiayaan BBA macet.
Menurut Taufiq dalam Tugas Akhir yang berjudul “Prosedur Realisasi Pembiayaan Pada Bank BTN Kantor Cabang Syariah Solo” Tahun 2008 dengan menggunakan Metode Kualitatif. Bank BTN Kantor Cabang Syariah Solo merupakan suatu lembaga keuangan yang berusaha dalam bidang jasa perbankan dengan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai prinsip
syariah. Sebagai lembaga keuangan yang berusaha dalam bidang jasa perbankan syariah, maka Bank BTN Kantor Cabang Syariah Solo juga memiliki fungsi sebagai lembaga keuangan yang menghinpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan dan menyalurkan kembali dana tersebut dalam bentuk pembiayaan. Pembiayaan pada Bank BTN Kantor Cabang Syariah Solo ada beberapa macam salah satunya adalah pembiayaan KPR Perorangan Bersubsidi dilakukan dengan menggunakan akad murabahah yaitu akad perjanjian jual beli atas rumah antara nasabah sebagai pembeli sedangkan pihak bank selaku penyedia barang, pembayaran dapat dilakukan dengan cara lumsum atau angsuran. Dalam jual beli tersebut bank akan memperoleh keuntungan dari margin yang telah ditentukan sesuai kesepakatan bersama.
Menurut UUD No.21 TAHUN 2008 tentang perbankan syariah pada Bab I ketentuan umum pasal 1 ayat 12 dalam Undang-Undang ini yang di maksud dengan prinsip syariah dalam prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah. Sedangkan pada Bab I ketentuan umum pasal 1ayat 25 dalam Undang-Undang yang dimaksud dengan pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa
a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.
b. transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bi’tamlik.
d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qard.
e. transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multi jasa. B. Analisis Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan berdasarkan UU No 7 1992 adalah penyediaan uang atau tagihan atau yang dapat dipersamakan dengan itu yang berdasarkan tujuan kesepakatan pinjam meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian sejumlah imbalan atau pembagian hasil ( Ridwan, 2005 : 163).
Pembiayaan Bai Bitsaman Ajil adalah pembiayaan yang diberikan kepada nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan barang modal (Investasi) dengan kredit investasi yang diberikan oleh bank-bank dan karenanya pembiayaan ini berjangka waktu di atas satu tahun (Perwataatmadja dan Antonio, 1992 : 27).
Pembiayaan secara luas berarti, financing atau pembelanjaan yaitu
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain (muhammad, 2002: 304).
Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 kredit adalah penyedian uang atau tagihan yang dapat dipersamakan denagn itu berdasarakan persetujuan atau kesepakatan pinjam meninjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi hutangnya setelah wakti tertentu dengan pemberian bunga. Sedangkan pengertian
pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain uang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (Kasmir, 2013: 85).
2. Landasan Syariah
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan
janganlah kamu membunuh dirimu[287]; Sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadam”u.(QS. An-nisa: 29)
“Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,
Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba”.(QA. Al-Baqarah:275)
3. Jenis-jenis Pembiayaan
a. Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dibagi menjadi dau hal berikut:
1) Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaanyang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha baik usaha produsi, perdagangan, maupun investasi.
2) Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
b. Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua hal :
1) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan: (a) peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil prosuksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi; dan (b) untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari
suatu barang.
2) Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kenutujan
barang-barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat
kaitannya dengan itu (Antonio, 2001: 160).
4. Tujuan dan fungsi Pembiayaan
a. Pembiayaaan merupakan sumber pendapatan bagi bank syariah
sedangkan tujuan pembiayaan bank syariah adalah guna memenuhi kepentingan dan kebutuhan para stakeholder yaitu :
1) Pemilik
Pembiayaan merupakan sumber pendapatan bagi bank sehingga para pemilik bank mengahrapkan akan memperoleh dari proses pembiayaan yang dilakukan oleh bank.
2) Pegawai
Para pegawai mengharapkan akan memperoleh dari proses kesejahteraan dari bank melalui pendapatan yang diterima bank dalam berbagai proses pembiayaan yang mereka lakukan.
3) Masayarakat
a) Pemilik dana, masyarakat yang bertindak sebagai pemilik dana tentu mengharapakan akan mendapatkan pendapatan dari dana yang merreka investasikan berupa bagi hasil.
b) Debitur yang bersangkutan, produk pembiayaan yang
ditawarkan oleh bank syariah akan sangata membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya/pembiayaan konsumtif dan untuk menjalankan usahany alam sector yang produktif.
c) Masyarakat umum dlam hal ini konsumen, dengan
pembiayaaan mereka dapat emperoleh barang-barang yang dibutuhkan.
4) Pemerintah
Pemerintah dapat mendapatkan penghasilan dari pajak atas pendapatan yang dihasilkan melalui pembiayaan bank syariah.
5) Bank
Bagi bank yang bersangkutan, hasil dari proses penyaluran
pembiayaan diharapkan akan dapat meneruskan dan
mengembangkan usahanya agar tetap survival dan meluaskan jaringan usahanya, sehingga semakin banyak masyarakat yang dapat dilayaninya(Yudiana, 2014: 88).
b. Fungsi pembiayaan yang diberikan lembaga kuangan maupun bank syariah yakni berfungsi sebagai berikut :
1) Untuk meningkatkan daya guna uang
Dengan adanya pembiayaan dapat meningkatkan daya guna uang maksudnya, jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna, jika ditingkatkan kegunaannya uang tersebut akan menghasilkan barang atau jasa guna membantu usaha dalam meningkatkan produktifitasnya. 2) Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari suatu wilayah ke wilayah lainnya sehingga penggunaan uang akan bertambah baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
3) Untuk meningkatkan daya guna barang
Pembiayaan yang diberiakan dapat dipergunakan si debitur untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi barng yang bermanfaat atau barang mentah menjadi barang jadi sehingga tingkat utiliat dari bahan mentah tersebut akan meningkat.
4) Stabilitas ekonomi
Dengan adanya pembiayaan nantinya akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat akan menciptakan peningkatan ekspor dari dalam negeri ke luar negeri , sehingga devisa negara meningkat inflasi bisa terkendalikan.
5) Meningkatkan pemerataan pendapatan nasional
Jika sebuah pembiayaan diberikan produktifitas masyarakat akan meningkat, sehingga dalam perkembangan usahnya akan membutuhkan tenaga kerja lebih oleh karena itu penganguran dapat terserap dengan adanya pembiayaan tersebut.
6) Sebagai alat hubungan ekonomi internasional
Dalam hal ini hubungan bilateral akan sangat membantu pemberian pembiayaan yang akan menimbulkan peningkatan kerja sama di banyak bidang (Kasmir, 2013: 89).
5. Prinsip-prinsip pemberian pembiayaan
Berikut dasar pemberian pembiayaan bai bitsaman ajil di BMT
BINUS Karangjati dalam pembiayaan menggunakan prinsip 5C.
1. Character artinya, sifat atau karakter nasabah pengambil pinjaman. Data tentang kepribadian dari calon pelanggan seperti sifat-sifat pribadi, kebiasaan-kebiasaanny, cara hidup, keadaan dan latar belakang keluarga maupun hobinya.
2. Capacity artinya, kemampuan nasabah untuk menjalankan
Kemampuan calon nasabah dalam mengelola usahanya yang dapat dilihat dari pendidikannya pengalaman mengelola usaha (business record) nya, sejarah perusahaan yang pernah dikelola
(pernah mengalami masa sulit apa tidak, bagaimana mengatasi kesulitan).
3. Capital artinya besarnya modal yang diperlukan peminjam adalah kondisi kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang dikelolanya. Dapat dilihat dari laporan neraca dan laporan laba rugi, struktur permodalan, ratio-ratio keuntungan yang diperoleh.
4. Coleteralartinya, jaminan yang telah dimiliki yang diberikan peminjam kepada bank, bilamana masih ada suatu kesangsian dalam pertimbangan-pertimbangan yang lain, maka bisa menilai harta yang mungkin bisa dijadikan jaminan.
5. Condition artinya, keadaan usaha atau nasabah prospek atau tidak, yang dikaitkan dengan prospek calon nasabah (Yudiana, 2014: 88)
6. Unsur Pembiayaan
Dalam pembiayaan mengandung berbagai maksud, atau dengan kata lain dalam pembiayaan terkandung unsur-unsur yang dirkatkan menjadi satu. Menurut Kasmir (2008: 98) terdapat unsur pembiayaan, antara lain :
1. Kepercayaan
Suatu keyakinan bahwa pembiayaan yang diberikan benar-benar diterima kembali dimasa yang akan datang sesuai jangka waktu yang sudah diberikan. Kepercayaan yang telah diberikan merupakan dasar utama yang dilandasi mengapa suatu pembiayaan berani dikucurkan. Oleh karena itu sebelum pembiayaan dikucurkan harus dilakukan penyelidikan ataupun penelitian tentang kondisi nasabah, baik secara intern maupun ekstern untuk
menilai kesanggupan dan etika baik dari nasabah.
2. Kesepakatan
Kesepakatan terhadap antara pemohon dan pihak bank melakukan suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangi hak dan kewajiban masing-masing. Kesepakatan ini kemudian dituangkan di dalam suatu akad pembiayaan kemudian ditandatangani kedua belah pihak.
3. Jangka Waktu
Setiap pembiayaan yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu yang mencangkup masa pengambilan pembiayaan yang telah disepakati. Jangka waktu merupakan batas waktu pengambilan angsuran yang sudah disepakati kedua belah pihak.. untuk kondisi tertentu jangka waktu ini bisa diperpanjang sesuai dengan kebutuhan.
4. Resiko
Pengambilan pembiayaan memungkinkan suatu resiko tidak tertagih atau macet pemberian suatu pembiayaan karena adanya tenggang waktu. Semakin panjang jangka waktu pembiayaan maka semakin besar resikonya, demikian sebaliknya.
5. Balas Jasa
Dalam bank konvensional balas jasa dikenal dengan nama bunga disamping balas jasa dalam bentuk bunga bank juga membebankan kepada nasabah biaya administrasi yang juga merupakan keuntungan bank. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya dikenal dengan bagi hasil.