ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN BAI BITSAMAN AJIL (BBA) Di BMT BINA USAHA KARANGJATI
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syari’ah (A.Md.E.Sy)
DISUSUN OLEH ISMANTO NIM :20113035
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUTAGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
MOTTO
HIDUP ITU PENUH PERJUANGAN
LAKUKAN DENGAN PENUH KEYAKINAN
KARNA ALLAH
MANJADDA WADJADDA
LEBIH BAIK MENCOBA DARI PADA TIDAK
PERSEMBAHAN
TUGAS AKHIR INI KUPERSEMBAHKAN KEPADA:
EMAK DAN BAPAKKU YANG SELALU MENDOAKANKU
DEMI KELANCARAN URUSANKU DAN
SAUDARA-SAUDARAKU YANG SELALU MENSUPORTKU DAN
MEMBERI MOTIVASI KEPADAKU
PARA TEMEN-TEMENKU YANG SELALU MEMBUAT SAYA
MENJADI TERMOTIVASI DALAM URUSANKU
PARA SAHABATKU YAKNI ELGIT, FEBRIANTO DAN
LUXMAN YANG SELALU MENGINGATKANKU UNTUK
SELALU BERBUAT YANG BAIK
DAN SEMUA PIHAK YANG TIDAK BISA SAYA SEBUTKAN
SATU PERSATU YANG TELAH TURUT ANDIL DALAM
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, inayah-Nya sehinggaTugas Akhir yang berjudul
“Analisis Penerapan Pembiayaan Bai Bitsaman Ajil (BBA) di BMT Bina Usaha
Karangjati Kec. Bergas Kab. Semarang” dapat terlaksana dengan baik dan
lancar.Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada beliau Nabi Agung
jungjungan kita, Muhammad SAW yang selalu kita nantikan di dunia dan akhirat
kelak.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini diajukan untuk memenuhi salah satu
syarat kelulusan program Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Studi
Perbankan Syariah Institut Agama Islam NegeriSalatiga (IAIN).
Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis melibatkan banyak pihak yang
membantu dan memberikan bimbingan serta motivasi yang sangat membantu
penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, oleh karena itu dengan kerendahan
hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. RahmadHariyadi, M,PdselakuRektor IAIN Salatiga
2. Bapak Dr. Anton Bawono, M.SiselakuDekan Fakultas Ekonomi Bisnis dan
Islam IAIN Salatiga
3. Bapak Drs. Alfred L., M.SiselakuKajur PS DIII Perbankan Syariah
4. BapakMoclasin, M.Agselakudosen pembimbing yang telah mencurahkan
waktu memberikan pengarahan kepada penulis dalam penulisan Tugas Akhir
5. Bapak dan ibu dosen Program Studi D III PerbankanSyariah IAIN Salatiga
yang telah memberikan bekal ilmu yang sangat membantu dalam Tugas
Akhir ini.
6. Pimpinan / Manajer beserta seluruh jajaran staf dan karyawan BMT Bina
Usaha Karangjati Kec. Bergas Kab. Semarang yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
7. Bapak dan emak, saudara-saudara, serta keluarga yang telah memberikan
motivasi untuk melangkah ke depan.
8. Teman-teman D III Perbankan Syariah angkatan 2013 dan sahabat-sahabat
penulis yang selalu memberikan semangat dan bantuan dalam penyelesaian
Tugas Akhir ini.
9. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan Tugas Akhir ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kata
sempurna.Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
mendukung dan membangun demi lebih baiknya laporan ini, sehingga menjadi
lebih sempurna.Akhir penulis memohon maaf atas keterbatasan penulis dalam
menyelesaikan laporan ini.Besar harapan penulis, semoga laporan ini dapat
bermanfaat dan menambah pengalaman serta pengetahuan bagi pembaca.
Salatiga, 18Agustus 2016
ABSTARK
Ismanto , 2016, Analisis Pembiayaan Bai Bitsaman Ajil (BBA) di BMT Bina Usaha Karangjati Kec. sBergas Kab. Semarang. Jurusan D III Perbankan Syariah (PS) Tugas Akhir.Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.Pembimbing: Mochlasin, M.Ag.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pembiayaan Bai Bitsaman Ajil secara detail dan faktor hasil pemberian pembiayaan tersebut diberikan kepada anggota/calonanggota di BMT Bina Usaha Karangjati Kec. Bergas Kab. Semarang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik yaitu maksudnya penilitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang realitas pada obyek yang diteliti secara obyektif, yaitu analisis penerapan pembiayaan pembiayaan BBA di BMT BINUS Karangjati. Analisis penerapan BMT Bina Usaha Karangjati adalah dengan cara menggunakan prinsip dasar 5C, yang sangat terpenting yakni informasi data calon anggota yang lengkap dan akurat untuk menetukan pembiayaan tersebut diberikan dengan langsung survei (on the spot) kerumahnya atau tempat usahanya. Penerapan pembiayaan BBA di BMT Bina Usaha Karangjati sudah sesuai dengan SOP (Standar Oprasional Prosedur) seperti lembaga keuangan lainnya.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR ...i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii
HALAMAN PENGESAHAN ...iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ...iv
HALAMAN MOTTO ...v
HALAMAN PERSEMBAHAN ...vi
KATA PENGANTAR ...vii
ABSTRAK ...ix
DAFTAR ISI ...x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1
B. Rumusan Masalah ...6
C. Tujuan Penelitian ...6
D. Manfaat Penelitian ...6
E. Metode Penelitian ...7
F. Penegasan Istilah ...9
G. SistematikaPenulisan ...10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu ...12
B. Analisis Pembiayaan ...16
C. Pembiayaan Bai Bitsaman Ajil...24
BAB III PROFIL LEMBAGA
A. Sejarah Singkat Berdiri dan Perkembangan BMT Bina Usaha...35
B. Legalitas BMT Bina Usaha Karangjati ...35
C. Visi dan Misi BMT Bina Usaha ...36
D. Struktur Organisasi ...36
E. Operasional BMT Bina Usaha ...40
BAB IV ANALISIS A. Prosedur Akad Bai Bitsaman Ajil BMT Bina Usaha Karangjati Kec. Bergas Kab. Semarang ...51
B. Faktor Pemberian Pembiayaa BBA di BMT Bina Usaha Karangjati Kec. Bergas Kab. Semarang ...59
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...63
B. Saran-saran ...64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1 Prosedur Umum Pembiayaan BMT ...32
Gambar II.2 Prosedur Pembiayaan Lanjutan ...34
DAFTAR TABEL
1 BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Asyari (2008) perkembangan lembaga keuangan syariah di Indonesia
memiliki akar sejarah yang panjang. Lembaga keuangan syariah, seperti
lembaga keunagan lainnya mempunyai fungsi sebagai penyedia jasa titipan
uang masyarakat dan penyedia dana bagi dunia usaha. Perkembangan lembaga
keuangan syariah menyisakan tantangan dan sekaligus memberikan peluang
bagi perguruan tinggi Islam yang consen dengan kajian Ekonomi Syariah untuk
menyiapkan tenaga yang terampil dalam mengelola lembaga keuangan syariah.
DPR tentang UU LKMS tuntas tentu akan membawa “awan cerah” bagi
perkembangan dan pertumbuhan LKMS serta sekaligus memberikan jaminan
yang cukup menjanjikan bagi kebutuhan tenaga kerja di LKMS.
Berdirinya bank syariah yang terus mengalami perkembangan pesat
membawa andil yang sangat baik dalam tatanan sistem keuangan di Indonesia.
Peran ini tentu saja sebagai upaya untuk mewujudkan sistem kuangan yang
adil. Oleh karenanya keberadaannya perlu mendapat dukungan dari segenap
lapisan masyarakat muslim. Melalui berbagai pengkajian yang panjang dang
mendalam, maka dirumuskanlah sistem keuangan yang lebih sesuai dengan
kondisi usaha mikro dan sesuai dengan syariah. Alternatif tersebut adalah BMT
masyarakat yang paling bawah dan tidak mungkin disentuh dengan dana-dana
komersial (Ridwan, 2004: V).
Iska dkk (2006) era otonomi daerah sering disebut dengan otoda
dimaksudkan senantiasa berhubungan dengan kebijakan pemerintah yang
memberikan nuansa baru yang lebih luwes bagi daerah dalam mengatur
kehidupan ekonomi mereka sejak pemerintah mengajukan draft UU No. 22
tahun 1999 tentang otonomi daerah. Otoda itu sebagian besar tertuju untuk
memperbarui kebijakan pusat terhadap daerah dalam masalah ekonomi agar
terjadi perimbangan kekayaan antara pusat dan daerah. Rasa tanggung jawab
pada daerah sendiri menjadikan masyarakat daerah sebagai agen
pembangunan.
Ada 3 prinsip yang dapat dilaksanakan oleh BMT (dalam fungsinya
sebagai Baitut Tamwil), yaitu : yaitu prinsip bagi hasil, prinsip jual beli dengan
mark-up, dan prinsip non profit. Sosialisasi mengenai sistem yang dianutnya
kepada anggota atau masyarakat sasaran pinjaman, dimana sistem yang
diterapkan oleh Baiutl Tamwil merupakan sistem alternatif lembaga keuangan
yang disahkan oleh syariah Islam serta memberikan kemudahan-kemudahan
(dengan tetap memegang prinsip kehati-hatian) kepada masyarkat dengan
tujuan kesejahteraan bersama. Hal ini sangat penting sekali dilakukan untuk
menjalin ikatan batin antara masyarakat dengan BMT, sehingga jalinan ini
diharapkan melahirkan sense of belonging (rasa memiliki) bagi masyarakat
Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang perbankan
dandikeluarkannya Fatwa Bunga Bank Haram dari MUI Tahun2003
menyebabkan banyak bank dan jasa keuangan nonbank yang menjalankan
prinsip syariah. Seiring dengan itupertumbuhan perbankan syariah di Indonesia
mengalamikemajuan yang signifikan ditandai dengan munculnya bankdan jasa
keuangan, mulai dari skala makro misalnya:asuransi syari’ah, pegadaian
syari’ah, reksadana syari’ah,pasar modal syari’ah, dan lain-lain, bahkan di
level mikromuncul lembaga keuangan syari’ah misalnya BPR
Syari’ah,Koperasi Syari’ah, dan Baitul Maal wat Tamwil (BMT).Lembaga
Keuangan Syariah Baitul Mal wat Tamwil(BMT) semakin menunjukkan
eksistensinya, seperti halnyabank syariah lainnya, kegiatan BMT adalah
melakukanpenghimpunan (prinsip wadiah dan mudharabah) danpenyaluran
dana (prinsip bagi hasil, jual beli dan ijarah)kepada masyarakat (Kuswiyati,
2007).
Menurut Darmawi 2011, Sebagai lembaga penggerak perekonomian
negara maupun masyarakat, tidaklah mudah mempertahankan konsistensi dan
administrasi demi kelancara kegiatan dan tentunya mengurangi kesalahan
pemberian pembiayaan. Pemberian pembiayaan yang kurang mendapat
informasi yang akurat dapat menjadikan pembiayaan itu gagal. Pembiayaan
gagal apabila pembiayaan tersebut mengalami macet, atau yang kita pahami
sebagai tagihan yang menunggak.
Menurut Ascarya (2011) akad pembiayaan jual beli (Bai Murabahah)
negara-negara yang menggunkan sistem perbankan syariah seperti Sudan, Pakistan,
Malaysia dan Indonesia. Karakteristik pembiayaan murabahah (bai bitsaman
ajil) di setiap negara tersebut sama yakni menurut hadist dan alquran, namun
penerapan ataupun prosedur pelaksanaanya yang lebih berbeda untuk melaukan
pengajuan pembiayaan.
Di KJKS BMT BINUS Karangjati merupakan lembaga keuangan non
bank namun mempunyai kegiatan hampir sama dengan lembaga keuangan
syariah lainnya seperti bank, yaitu funding dan financing salah satu kegiatan
fianancing adalah Bai Bitsaman Ajil (BBA). Bai Bitsaman Ajil merupakan
bentuk umum dari pada pembaiyaan dengan akad jual beli seperti akad jual beli
Murabahah dimana penjual menyatakan biaya perolehan barang meliputi harga
barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memeperoleh barang
tersebut, dan tingkat keuntungan (margin) yang diinginkan. Namun BBA (bai
bitsaman ajil) sendiri penetapan harga yang akan dibayar kemudian, harga
tangguh ini boleh lebih tinngi dari pada harga tunai dan bisa dicicil.
Bai bitsaman ajil merupakan produk pembiayaan yang ada di BMT
BINUS Karangjati karena di bandingkan dengan produk lain. Pembiayaan bai
bitsaman ajil produk yang sangat diminati oleh pemohon untuk keperluan atau
kebutuhan anggota peminjam yang mungkin jangka waktu pengembaliannya
panjang dari pada produk lain. Dari data yang penulis dapat yang bersumber
dari karyawan accounting dan kepala pembiayaan BMT BINUS Karangjati
murabahah102 anggota, produk pembiayaan ijaroh 226 anngota dan produk
pembiayaan bai bitsaman ajil sendiri 873 anggota.
Terkait pembiayaan yang diperlukan strategi atau cara agar masyarakat
tertarik untuk mengambil pembiayaan di BMT seperti halnya dengan lembaga
keuangan lainnya, dalam memberikan pembiayaan, BMT mempunyai tahapan
tahapan yang harus dipenuhi oleh nasabah dalam pengajuan pembiayaan.
Cara-cara dan prosedur yang diterapkan BMT dalam mengucurkan dana kepada
pemohon sebagai lembaga keuangan umumnya. Dengan berdasarkan
langkah-langkah dan prosedur-prosedur dalam pemberian pembiayaan yang disesuaikan
pada aturan perbankan. Sebagai bagian penting dari aktifitas BMT,
kemampuan dalam menyalurakan dana mempengaruhi tingkat performance
lembaga.
Dalam pemberian pembiayaan selain memperhatikan tingkat kesehatan
bank syariah, perlu juga melihat analisis pembiayaan. UU perbankan pasal 29
ayat 3 menentukan bahwa dalam memberikan kredit atau pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib
menempuh cara-cara yang tidak merugikan. Sebagaimana fatwa DSN MUI,
karakteristik pembiayaan murabahah atau Bai Bitsaman Ajil margin atau
tingkat keuntungan (bila sudah terjadi ijab kabul) bersifat tetap jadi sejak awal
perjanjian sampai dengan pelunasan tidak diperbolehkan mengubah harga yang
telah diperjanjikan/diakadkan (Asiyah, 2015: 73).
Untuk membahas lebih lanjut mengenai penyaluran dana yang
BMT perlu mensiasati dengan berbagai langkah-langkahuntuk meminimalisir
terjadinya kesalahan dalam pemberian pembiayaan Bai’Bitsamann Ajil, penulis
mengkaji lebih dalam tentang “Analisis Penerapan Pembiayaan Bai’Bitsamann
Ajil (BBA) di BMT Bina Usaha Ngimbun Karangajati kec.Bergas”.
B.Rumusan Masalah
Dari berbagai latar belakang diatas maka muncul rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana prosedur pembiayaan Bai Bitsaman Ajil (BBA) pada BMT
BINUS Karangjati ?
2. Apakah faktor-faktor yang menjadi penyebab layak dan tidaknya
pembiayaan bai bitsaman ajil pada BMT BINUS Karangjati ?
C.Tujuan
Tujuan penulis dalam menyusun Tugas Akhir, antara lain:
1. Untuk mengetahui prosedur penerapan pembiayaan Bai Bitsama Ajil
(BBA) BMT BINUS Karbfjati.
2. Untuk mengetahui faktor layak dan tidaknya pemberian pembiayaan Bai
Bitsaman Ajil (BBA) pada BMT BINUS Karangjati.
D.Kegunaan 1. Bagi Penulis
Dengan dibuatnya tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan
pemahaman tentang Ba’i Bitsaman Ajil (BBA) khususny di BMT BINUS
Untuk melengkapi dan memenuhi syarat kelulusan program D3 Perbankan
Syariah.
2. Bagi IAIN Salatiga
Memberikan kontribusi keilmuan sehingga dapat dijadikan tambahan
referensi perpustakaan IAIN Salatiga. Dapat menambah wawasan berfikir,
serta meningkatkan pengetahuan para mahasiswa.
3. Bagi BMT BINUS Karangjati
Diharapakan penelitian ini dapat memberikan solusi atas persoalan
mengenai produk bank syariah khususnya BBA dan dipakai sebagai
pertimbangan ketika akan menetepkan kebijakan yang berhubungan
dengan produk pembiayaan BBA pada BMT BINUS Karangjati.
E.Metode penelitian 1. Jenis Penelitian
Menurut Hasan (2000: 13) Pada penelitian ini penulis
menggunakan tipe penilitian diskriptif analitik, maksudnya penilitian yang
bertujuan untuk memberikan gambaran tentang realitas pada obyek yang
diteliti secara obyektif, yaitu anlisis penerapan pembiayaan pembiayaan
BBA di BMT BINUS Karangjati.
2. Jenis Data a. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh dan dikumpulkan secara langsung dari
b. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari buku-buku atau dokumen-dokumen
tertentu.
3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis
yakni :
a. Observasi
Menurut Bungin (2002:134) Observasi merupakan cara-cara
menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai
tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok
secara langsung. Peneliti mengamati secara langsung tentang tata cara
akad Murabahah atau BBA dan prosedur-prosedur yang dilakukan baik
dari nasabah mapun dari pihak BMT BINUS Karangjati.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara mengumpulkan data dengan
mengajukan suatu pertanyaan langsung kepada sumber informasi.
Metode wawancara digunkan untuk mengumpulkan data dari
pihak-pihak yang diwawancarai. Wawancara ini dilakuakan terhadap staf-staf
BMT BINUS terutama bagian pembiayaan (Moleong, 2009: 186).
c. Studi Pustaka
Study pustaka adalah mendapatkan dan atau informasi dari media
yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis (Mahi,
2011: 74).
d. Dokumentasi
Menurut (Sugiono, 2008:240)Selain itu penulis juga menggunakan
data penelitian terdahulu sebagai pertimbangan dan perbandingan
penelitian yang sudah dilakukan berbentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya dari seseorang. Dapat diartikan pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian untuk menelusuri data historis.
F. Penegasan Istilah
Agar tidak timbul salah pengertian dan penafsiran, maka penulis perlu
menjelaskan arti kata-kata dan memberikan penegasan istilah yang terdapat
dalam penelitian ini:
1. Analisis adalah proses perencanaan yang terdiri dari beberapa bagian atau
komponen yang saling berhubungan atau berkesinambungan agar dapat
mendapatkan sebuah pengertian yang berupa sumber informasi yang tepat
serta memiliki pemahaman arti kesluruhan sehingga memudahkan untuk
menggolongkan informasi tersebut.
2. Pembiayaan adalah penyertaa barang, jasa, atau hutang dari pihak kreditur
atau pemberian pinjaman atas dasar kepercayaan terhadap pihak debituratau
penerima pinjaman dengan janji membayar dari debitur kepada kreditur
pada tanggal yang telah disepakati oleh kedua belah pihak (Murniati,
3. Bai Bitsaman Ajil adalah akad jual beli seperti akad jual beli Murabahah
dimana penjual menyatakan biaya perolehan barang meliputi harga barang
dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memeperoleh barang tersebut,
dan tingkat keuntungan (margin) yang diinginkan. Namun BBA (bai
bitsaman ajil) sendiri penetapan harga yang akan dibayar kemudian, harga
tangguh ini boleh lebih tinngi dari pada harga tunai dan bisa dicicil.
4. Penerapan adalah suatu rangkaian metode yang telah menjadi pola tetap
dalam melakukan suatu pekerjaan yang merupakan suatu kebulatan
(Murniati, 2012: 11).
G.Sistematika Penulisan
Pada penelitian ini terdapat 5 bab yang terdiri dari sub-sub yang dapat
diuraikan kembali. Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bab pendahuluan yang berisi latarbelakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, pembatasan masalah,
metodepenelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Di dalam bab ini akan menyajikan landasan teori yang menguraikan
hal-hal yang bersangkutan dengan materi yang akan dibahas dalam penelitian,
dengan sumber dan referensi dari berbagai literatur.
Pada gambaran ini, terdiri dari gambaran umum BMTBINUS Karangjati,
data-data diskriptif, hasil penelitian yang merupakan faktor-faktor yang
dilakukan BMT BINUS untuk melakukan penerapan pembiayaan Bai
Bitsaman Ajil (BBA) sehingga meminimalisir kredit macet.
BAB IV ANALISIS DATA
Dalam bab ini berisi uraian analisis penulis terhadap faktor-faktor
penerapan pembiayaan yang dilakukan BMT BINUS.
BAB V PENUTUP
Merupakan penutup yang memuat kesimpulan dan saran dari hasil
penelitian ini dan diakhiri dengan lampiranlampiran yang terkait dengan hasil
penlitian yang ditemukan di lapangan yang dipergunakan sebagaipembahasan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Murabahah adalah salah satu produk BMT yang berbasis jual beli. Pada
BMT UGT Sidogiri cabang Wongsorejoproduk pembiayaan yang berbasis jual
beli yang palingpopuler adalah murabahah dan bai` bitsaman ajil
(BBA).Perbedaan murabahah dan BBA terletak pada aplikasinya.Menurut
Khoirul sebagai informan penelitian ini bahwapraktek penentuan harga jual
pada pembiayaan yangberbasis jual-beli dengan menggunakan akad
murabahahpada BMT-UGT Sidogiri Cabang Wongsorejo tanpamenyebutkan
dahulu harga pokok pembelian (tsaman)kepada anggota yang mengajukan
pembiayaan. BMTlangsung menentukan harga pokok penjualan yang
ditambahmargin keuntungan kepada anggota/debitur.Padapembiayaan yang
berbasis jual-beli, BMT inimenggunakanakadBai` BitsamanAjil. BMT wajib
menyebutkan hargapokok pembelian dan margin keuntungan yang akan
diambiloleh BMT.Pembiayaanmurabahahpada BMT-UGT
SidogiricabangWongsorejodilaksanakansecaraprosedural.Pertama,anggota
mengajukan permohonan pembiayaan
danmemenuhisyaratakadmurabahah.Kedua, BMTmenganalisis permohonan
pembiayaan.Selanjutnya,setelah BMT menyetujui permohonan anggota maka
BMTdan anggotamelakukanakadmurabahah (Hasanah, Puspitasari& Farida,
Penelitian yang dilakukan oleh Daud (2013), “Promosi dan Kualitas
Layanan Pengaruhnya Terhadap Keputusan Konsumen Menggunakan Jasa
Pembiayaan Pada PT. Finance Manado” penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh terbaik secara simultan dan parsial dari promosi dan
kualitas layanan terhadap keputusan konsumen menggunakan jasa pembiayaan
pada PT. Bess Finace Manado. Sempel pada penelitian ini adalah adalah PT.
Bess Finance Manado sebanyak 62 responden. Hasil penelitian menunjukan
promosi dan kualitas layanan secara simultan dan parsial berpengaruh
signifikan terhadap keputusan
Menurut Wahyuni pada TA tahun 2011 yang berjudul “Sistem dan
Prosedur Pemberian Pembiayaan di BMT Berkah Makmur tahun 2010” yang
membahas tentang sistem dan prosedur pemberian pemberian pembiayaan
dengan menggunakan akad Mudharabah dan Bai Bitsaman Ajil, banyak
nasabah menggunakan dana tidak sesuai dengan akad yang disampaikan diawal
waktu mengajukan pinjaman.
Subekti dengan tugas akhirnya “Prosedur Analisis Pembiayaan Bai’
Bitsaman Ajil (BBA) Pada Koperasi Simpan Pinjam Syariah (KSPS) BMT
Rama Salatiga” Tahun 2010 dengan menggunakan Metode Kualitatif. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui prosedur pembiayaan, langkah-langkah
pemberian pembiayaan, pertimbangan dan menyetujui suatu pembiayaan, serta
bagaimana realisasi pembiayaan dan cara pengembalianya. Perencanaan
collapse yang mengakibatkan kerugian pada lembaga keuangan, hal yang
paling berpengaruh terhadap pembiayaan adalah bagaimana kebijakan
mengenai prosedur pemberian pembiayaan akan membantu nasabah dalam
usaha mengembangkan bisnisnya. Dan selanjutnya akan semakin banyak
nasabah yang mengajukan kredit dan pengaruhnya terhadap pendapat yang
diperoleh KSPS BMT RAMA salatiga akan meningkat. Dari hasil pengamatan
dan menunjukan prosedur pembiayaan yang berhasil diterapkan yaitu pada
pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil, sehingga strategi pemasaran pembiayaan yang
dijalankan KSPS BT RAMA efektif diterapkan pada produk pembiayaan Bai’
Bitsaman Ajil. Kesimpulan penelitian ini adalah prosedur yang diterapkan
sangat mudah, ringan dan tidak dipersulit. Langkah yang diambil atau
ditempuh dengan tahap-tahapan analisis dan evaluasi yang diperlukan data
yang riil, dengan penuh kehati-hatian.
Menurut Sri Sulistyani pada TA tahun 2007 yang berjudul “Analisis
Tingkat Perkembangan Pembiayaan Bai Bitsaman Ajil (BBA) di BMT Anda
Salatiga” yang membahas tentang tingkat perkembangan dan faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat perkembangan pembiayaan BBA serta strategi di
BMT ANDA Salatiga dalam mengatasi pembiayaan BBA macet.
Menurut Taufiq dalam Tugas Akhir yang berjudul “Prosedur Realisasi
Pembiayaan Pada Bank BTN Kantor Cabang Syariah Solo” Tahun 2008
dengan menggunakan Metode Kualitatif. Bank BTN Kantor Cabang Syariah
Solo merupakan suatu lembaga keuangan yang berusaha dalam bidang jasa
syariah. Sebagai lembaga keuangan yang berusaha dalam bidang jasa
perbankan syariah, maka Bank BTN Kantor Cabang Syariah Solo juga
memiliki fungsi sebagai lembaga keuangan yang menghinpun dana dari
masyarakat dalam bentuk tabungan dan menyalurkan kembali dana tersebut
dalam bentuk pembiayaan. Pembiayaan pada Bank BTN Kantor Cabang
Syariah Solo ada beberapa macam salah satunya adalah pembiayaan KPR
Perorangan Bersubsidi dilakukan dengan menggunakan akad murabahah yaitu
akad perjanjian jual beli atas rumah antara nasabah sebagai pembeli sedangkan
pihak bank selaku penyedia barang, pembayaran dapat dilakukan dengan cara
lumsum atau angsuran. Dalam jual beli tersebut bank akan memperoleh
keuntungan dari margin yang telah ditentukan sesuai kesepakatan bersama.
Menurut UUD No.21 TAHUN 2008 tentang perbankan syariah pada Bab I
ketentuan umum pasal 1 ayat 12 dalam Undang-Undang ini yang di maksud
dengan prinsip syariah dalam prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan
berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan
dalam penetapan fatwa di bidang syariah. Sedangkan pada Bab I ketentuan
umum pasal 1ayat 25 dalam Undang-Undang yang dimaksud dengan
pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan
itu berupa
a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.
b. transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk
ijarah muntahiya bi’tamlik.
d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qard.
e. transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multi jasa.
B. Analisis Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan berdasarkan UU No 7 1992 adalah penyediaan uang
atau tagihan atau yang dapat dipersamakan dengan itu yang berdasarkan
tujuan kesepakatan pinjam meminjam untuk melunasi hutangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian sejumlah imbalan atau
pembagian hasil ( Ridwan, 2005 : 163).
Pembiayaan Bai Bitsaman Ajil adalah pembiayaan yang diberikan
kepada nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan barang modal
(Investasi) dengan kredit investasi yang diberikan oleh bank-bank dan
karenanya pembiayaan ini berjangka waktu di atas satu tahun
(Perwataatmadja dan Antonio, 1992 : 27).
Pembiayaan secara luas berarti, financing atau pembelanjaan yaitu
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain
(muhammad, 2002: 304).
Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 kredit
adalah penyedian uang atau tagihan yang dapat dipersamakan denagn itu
berdasarakan persetujuan atau kesepakatan pinjam meninjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi hutangnya
pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara bank dengan pihak lain uang mewajibkan pihak yang dibiayai
untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (Kasmir, 2013: 85).
2. Landasan Syariah
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan
janganlah kamu membunuh dirimu[287]; Sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadam”u.(QS. An-nisa: 29)
“Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,
Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba”.(QA. Al-Baqarah:275)
3. Jenis-jenis Pembiayaan
1) Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaanyang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk
peningkatan usaha baik usaha produsi, perdagangan, maupun
investasi.
2) Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan
untuk memenuhi kebutuhan.
b. Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi
dua hal :
1) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi
kebutuhan: (a) peningkatan produksi, baik secara kuantitatif,
yaitu jumlah hasil prosuksi, maupun secara kualitatif, yaitu
peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi; dan (b) untuk
keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari
suatu barang.
2) Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kenutujan
barang-barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat
kaitannya dengan itu (Antonio, 2001: 160).
4. Tujuan dan fungsi Pembiayaan
a. Pembiayaaan merupakan sumber pendapatan bagi bank syariah
sedangkan tujuan pembiayaan bank syariah adalah guna memenuhi
1) Pemilik
Pembiayaan merupakan sumber pendapatan bagi bank sehingga
para pemilik bank mengahrapkan akan memperoleh dari proses
pembiayaan yang dilakukan oleh bank.
2) Pegawai
Para pegawai mengharapkan akan memperoleh dari proses
kesejahteraan dari bank melalui pendapatan yang diterima bank
dalam berbagai proses pembiayaan yang mereka lakukan.
3) Masayarakat
a) Pemilik dana, masyarakat yang bertindak sebagai pemilik
dana tentu mengharapakan akan mendapatkan pendapatan
dari dana yang merreka investasikan berupa bagi hasil.
b) Debitur yang bersangkutan, produk pembiayaan yang
ditawarkan oleh bank syariah akan sangata membantu
masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya/pembiayaan
konsumtif dan untuk menjalankan usahany alam sector yang
produktif.
c) Masyarakat umum dlam hal ini konsumen, dengan
pembiayaaan mereka dapat emperoleh barang-barang yang
dibutuhkan.
4) Pemerintah
Pemerintah dapat mendapatkan penghasilan dari pajak atas
5) Bank
Bagi bank yang bersangkutan, hasil dari proses penyaluran
pembiayaan diharapkan akan dapat meneruskan dan
mengembangkan usahanya agar tetap survival dan meluaskan
jaringan usahanya, sehingga semakin banyak masyarakat yang
dapat dilayaninya(Yudiana, 2014: 88).
b. Fungsi pembiayaan yang diberikan lembaga kuangan maupun bank
syariah yakni berfungsi sebagai berikut :
1) Untuk meningkatkan daya guna uang
Dengan adanya pembiayaan dapat meningkatkan daya guna
uang maksudnya, jika uang hanya disimpan saja tidak akan
menghasilkan sesuatu yang berguna, jika ditingkatkan
kegunaannya uang tersebut akan menghasilkan barang atau jasa
guna membantu usaha dalam meningkatkan produktifitasnya.
2) Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar
dari suatu wilayah ke wilayah lainnya sehingga penggunaan
uang akan bertambah baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
3) Untuk meningkatkan daya guna barang
Pembiayaan yang diberiakan dapat dipergunakan si debitur
untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi barng yang
bermanfaat atau barang mentah menjadi barang jadi sehingga
4) Stabilitas ekonomi
Dengan adanya pembiayaan nantinya akan menambah jumlah
barang yang diperlukan oleh masyarakat akan menciptakan
peningkatan ekspor dari dalam negeri ke luar negeri , sehingga
devisa negara meningkat inflasi bisa terkendalikan.
5) Meningkatkan pemerataan pendapatan nasional
Jika sebuah pembiayaan diberikan produktifitas masyarakat
akan meningkat, sehingga dalam perkembangan usahnya akan
membutuhkan tenaga kerja lebih oleh karena itu penganguran
dapat terserap dengan adanya pembiayaan tersebut.
6) Sebagai alat hubungan ekonomi internasional
Dalam hal ini hubungan bilateral akan sangat membantu
pemberian pembiayaan yang akan menimbulkan peningkatan
kerja sama di banyak bidang (Kasmir, 2013: 89).
5. Prinsip-prinsip pemberian pembiayaan
Berikut dasar pemberian pembiayaan bai bitsaman ajil di BMT
BINUS Karangjati dalam pembiayaan menggunakan prinsip 5C.
1. Character artinya, sifat atau karakter nasabah pengambil
pinjaman. Data tentang kepribadian dari calon pelanggan seperti
sifat-sifat pribadi, kebiasaan-kebiasaanny, cara hidup, keadaan
dan latar belakang keluarga maupun hobinya.
2. Capacity artinya, kemampuan nasabah untuk menjalankan
Kemampuan calon nasabah dalam mengelola usahanya yang
dapat dilihat dari pendidikannya pengalaman mengelola usaha
(business record) nya, sejarah perusahaan yang pernah dikelola
(pernah mengalami masa sulit apa tidak, bagaimana mengatasi
kesulitan).
3. Capital artinya besarnya modal yang diperlukan peminjam
adalah kondisi kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang
dikelolanya. Dapat dilihat dari laporan neraca dan laporan laba
rugi, struktur permodalan, ratio-ratio keuntungan yang
diperoleh.
4. Coleteralartinya, jaminan yang telah dimiliki yang diberikan
peminjam kepada bank, bilamana masih ada suatu kesangsian
dalam pertimbangan-pertimbangan yang lain, maka bisa menilai
harta yang mungkin bisa dijadikan jaminan.
5. Condition artinya, keadaan usaha atau nasabah prospek atau
tidak, yang dikaitkan dengan prospek calon nasabah (Yudiana,
2014: 88)
6. Unsur Pembiayaan
Dalam pembiayaan mengandung berbagai maksud, atau dengan
kata lain dalam pembiayaan terkandung unsur-unsur yang dirkatkan
menjadi satu. Menurut Kasmir (2008: 98) terdapat unsur pembiayaan,
1. Kepercayaan
Suatu keyakinan bahwa pembiayaan yang diberikan
benar-benar diterima kembali dimasa yang akan datang sesuai jangka
waktu yang sudah diberikan. Kepercayaan yang telah diberikan
merupakan dasar utama yang dilandasi mengapa suatu pembiayaan
berani dikucurkan. Oleh karena itu sebelum pembiayaan
dikucurkan harus dilakukan penyelidikan ataupun penelitian
tentang kondisi nasabah, baik secara intern maupun ekstern untuk
menilai kesanggupan dan etika baik dari nasabah.
2. Kesepakatan
Kesepakatan terhadap antara pemohon dan pihak bank
melakukan suatu perjanjian dimana masing-masing pihak
menandatangi hak dan kewajiban masing-masing. Kesepakatan ini
kemudian dituangkan di dalam suatu akad pembiayaan kemudian
ditandatangani kedua belah pihak.
3. Jangka Waktu
Setiap pembiayaan yang diberikan memiliki jangka waktu
tertentu yang mencangkup masa pengambilan pembiayaan yang
telah disepakati. Jangka waktu merupakan batas waktu
pengambilan angsuran yang sudah disepakati kedua belah pihak..
untuk kondisi tertentu jangka waktu ini bisa diperpanjang sesuai
4. Resiko
Pengambilan pembiayaan memungkinkan suatu resiko tidak
tertagih atau macet pemberian suatu pembiayaan karena adanya
tenggang waktu. Semakin panjang jangka waktu pembiayaan maka
semakin besar resikonya, demikian sebaliknya.
5. Balas Jasa
Dalam bank konvensional balas jasa dikenal dengan nama bunga
disamping balas jasa dalam bentuk bunga bank juga membebankan
kepada nasabah biaya administrasi yang juga merupakan
keuntungan bank. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah
balas jasanya dikenal dengan bagi hasil.
C. Pembiayaan Ba’i Bitsaman Ajil
1. Pengertian Ba’i Bitsaman Ajil
Istilah Bai’ Bitsaman ajil sesungguhnya istilah yang tidak bisa
dilepaskan dalam literatur fiqih Islam. Yang dimaksud dengan bai
bitsaman ajil adalah jual beli barang pada harga asal ditambah dengan
keuntungan yang disepakati. Dalam transaksi ini, penjual harusmemberi
tahu pembeli tentang harga pokok barang yang menjadi obyek jual beli
(Ridwan, 2006: 56).
Pengertian bai’ bitsaman ajil adalah jual beli komoditas, di mana
pembayaran atas harga jual dilakukan dengan tempo atau waktu tertentu
di waktu yang mendatang. Bai’ bitsaman ajilakan sah jika waktu
waktu secara spesifik, misalnya 2 atau 3 bulan mendatang. Jika jangka
waktu pembayaran tidak ditentukan secara spesifik, maka akad jual beli
batal adanya.1 Dalam pelaksanaanya dengan cara bank membeli atau
memberi surat kuasa kepada nasabah untuk membelikan barang yang
diperlukannya atas nama bank. Selanjutnya, pada saat yang sama bank
menjual barang tersebut kepada nasabah denga harga sebesar harga
pokok ditambah sejumlah keuntungan, di mana jangka waktu serta
besarnya angsuran berdasarkan kesepakatan bersama antara bank dan
nasabah (Martono, 2004: 101).
bahwa bai’ bitsaman ajil adalah jual beli barang pada asal dengan
tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam bai’ bitsaman ajil penjual
harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu
tingkat keuntungan suatu imbalan.Bai bitsaman ajil dapat dilakukan
untuk pembelian secara pemesanan dan biasa disebut sebagai
al-bai’bitsaman ajil kepada pemesan pembelian Menurut Antonio (2001:
101).
Sedangkan bai bitsaman ajilmerupakan akad jual beli dan bukan
merupakan pemberian pinjaman. Jual beli BBA adalah jual beli tangguh
dan bukan jual beli spot (Bai’= jual beli, Tsaman= harga, Ajil=
penangguhan) sehingga BBA termasuk dalam kategori perdagangan dan
perniagaan yang dibolehkan syariah. Oleh karena itu, keuntungan dari
jual beli BBA halal, sedangkan keuntungan dari pemberian pinjaman
Prinsip jual beli dengan margin ini merupakan suatu tata cara jual
beli yang dalam pelaksanaannya BMT mengangkat nasabah sebagai agen
(yang diberi kuasa) melakukan pembelian barang atas nama BMT,
kemudian BMT bertindak sebagai penjual, menjual barang tersebut
kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan
bagi BMT atau sering disebut margin. Keuntungan yang diperoleh BMT
akan dibagi juga kepada penyedia atau penyimpan dana. Bentuk produk
prinsip ini adalah Murabahah dan Bai Bitsaman Ajil (Yunus, 2009: 35).
Pembiayaan berakad jual beli, adalah suatu perjanjian pembiayaan
yang disepakati antara bank dengan nasabah, dimana bank syariah
menyediakan dananya untuk sebuah investasi dan atau pembelian barang
modal dan usaha anggotanya yang kemudian proses pembayarannya
dilakukan secara dicicil atau angsuran. Jumlah kewajiban yang harus
dibayarkan oleh peminjam jumlah atas harga barang modal atau mark up
yang di sepakati. Untuk di Indonesia produk ini tidak lagi dikembangkan
di bank umum syariah (Khasmir, 2008: 8).
Kaidah-kaidah khusus yang berkaitan dengan Bai Bitsaman Ajil:
a.
Harga barang dengan transaksi bai bitsaman ajil dapat ditentukanlebih tinggi dari pada transaksi tunai. Namun, ketika harga telah
disepakati, tidak dapat dirubah lagi.
b.
Jangka waktu pengembalian dan jumlah cicilan ditentukanc.
Manakala nasabah tidak dapat membayar tepat pada waktu yangtelah disepakati maka bank akan mencarikan jalan yang paling
bijaksana. Jalan apapun yang ditempuh bank tidak akan mengenakan
sanksi atau melakukan repricing dari akad yang sama(Muhammad,
2000: 30).
2. Rukun dan Syarat Bai Bitsaman Ajil
Rukun dan syarata bai bitsaman ajil tidak jauh beda dengan jual beli
secara umum karena transaksi ini merupakan pengembangan dari kontrak
jual beli.
1. Rukun-rukun Akad
a. Aqid adalah orang berakad yakni penjual dan pembeli
b. Ma’qud alaih yaitu benda yang diakadkan seperti
benda-benda yang dijual dalam akad jual beli.
c. Maudhu al’aqad tujuan atau maksud pokok mengadakan akad,
ada nilai tukar suatu barang yang dijual belikan.
d. Shighat al’aqad yakni ijab dan qobul
2. Syarata-syarat jual beli sesuai dengan rukun di atas yaitu:
a. Pihak-pihak yang melakukan akad ialah dipandang mampu
bertindak menurut hukum (mukalaf). Oleh sebab itu, suatu akad
yang dilakukan oleh orang yang kurang waras (gila) atau anak
kecil yang belum mukallaf, hukumnya tidak sah.
b. Obyek akad itu diketahui oleh syara’. Obyek harus memenhi
1) Berbentuk harta
2) Dimiliki seseorang, dan
3) Bernilai harta menurut syara’
c. Ijab dan qobul harus menggambarakan kemauan dari
pihak-pihak yang bersangkutan, tidak terpaksa dan tidak karena
diancam atau ditakut-takuti oleh orang lain.
d. Dalam jual beli nilai tukar atau harga barang harus jelas yakni
harga dan masa (tempo) seperti dalam harga yang diangsur
dalam hal ini waktu pengembalian harus jelas, apabila tidak
jelas akad menjadi batal (Sahrani&Abdullah, 2011: 45).
D. Prosedur Pemberian Pemberian pembiayaan
Menurut Ridwan (2006: 81-86) dalam pemberian pembiayaan di BMT
BINUS tidaklah jauh beda dari bank syariah umumnya, namun yang mungkin
menjadi perbedaan terletak dari prosedur dan persyaratan yang ditetapkan
dengan pertimbangan masing-masing. Terkait dengan pemberian pembiayaan
tersebut anggota BMT harus memenuhi berbagai tahapan dan persyaratan
sebagai berikut:
1. Permohonan Pembiayaan
a. surat permohonan pembiayaan anggota harus diisi lengkap dan
ditanda tangani oleh pemohon dan suami/istri.
b. Dalam kondisi tertentu, surat permohonan pembiayaan dapat
dimintakan tanda tangan dari pengurus RT atau Takmir Masjid
c. Daftar isian yang telah disediakan oleh BMT, diisi dengan benar
dan lengkap.
d. Mendapatkan persetujuan dari suami atau istri dengan bermaterai
6.000, untuk pembiayaan dalam kategori yang besar.
e. Mendapatkan persetujuan dari bendaharawan pegawai, bagi
pembiayaan dalam kategori untuk pemotongan gaji.
f. Daftar lampiran-lampiran yang diminta oleh BMT telah dipenuhi
dengan baik. Daftar lampiran tersebut dapat terdiri dari:
1) Foto Copy KTP suami-istri
2) Foto copy kartu keluarga
3) Foto Copy jaminan berupa BPKB atau sertifikat tanah beserta
bukti pembayaran pajak terakhir.
4) Bukti atau izin-izin usaha seperti AD/ART , HO, SIUP, TDP,
TDUP, NPWB, SIUJK, bagi plafon tertentu.
5) Laporan keuangan perusahaan dua tahun terakhirserta bulan
terakhir (bagi anggota yang sudah mampu.
2. Penyelidikan dan Analisis Pembiayaan
Setelah permohonan diisi dengan baik dan benar, maka petugas
BMT akan melakukan penelitian dan analisis (survey) atas kewajaran
dan konsistensi dari data dan informasi yang diterima dari calon
peminjam pada saat pengisian formulir permohonan pembiayaan. Tugas
a. Tugas Penyelidikan
1) Wawancara secara langsung dengan calon peminja untuk
memperoleh data yang lengkap dan dapat bertatap muka untuk
mengetahui berbagai eksperi mimik dan karakter anggota calon
peminjam.
2) Jika pembiayaan dengan pola kelompok, wawancara dapat
dilakukan secara bersama dalam satu kelompok.
3) Pengumpulan data dengan permohonan pembiayaan yang
diajukan, baik data internal BMT maupun eksternal. Pengumpua
data tersebut dapat dilakukan secara bekerja sama dengan BMT,
KSP lainnya atau tempat simpan pinjam lain yang kemungkinan
anggota tersebut juga melakukan pinjaman.
4) Mendapatkan rekomendasi dari dua ketua kelompok. Bagi
pembiayaan sistem kelompokdengan tanggung renteng, maka
rekomendasi ketua kelompok menjadi sangat penting.
5) Pemeriksaan atau penyelidikan atas kebenaran data serta
kemampuan membayarnya dapat dilakukan dengan wawancara
silang dengan pejabat RT, atau suami/istri termasuk dengan orang
yang bersebrangan faham dengan calon peminjam.
6) Pemeriksaan terhadap kondisi riil dan surat-surat dokumen barang
jaminan.
Penyelidikan ini sangat diperlukan terutama bagi anggota baru.
Karena berbagai informasi anggota baru belumdapat diketahui oleh
BMT. Bagi angota lama penyelidikan tidak perlu penting dilakukan,
namun jika terdapat indikasi terjadinya penggunaan yang menyimpang
atau anggota yang menunjukan melakukan penyimpangan maka
penyelidikan tetap dilakukan.
b. Tugas Analisis Pembiayaan
1) Mempersiapkan pekerjaan analisis permohonan dari berbagai
aspek, baik keuangan maupun non keuangan untuk memastikan
kemungkinan dapat atau tidaknya permohonan pembiayaan
direalisasikan.
2) Menyusun laporan hasil analisi yaitu (a) plafon pembiayaan (b)
jumlah margin atau nisbah bagi hasil (c) angka waktu dan cara
pembayaran kembali (d) analisis jaminan dan sistem
pengikatannya.
3) Mengajukan hasil analisis kedalam forum rapat komite
pembiayaan atau langsung kepada pejabat yang berwenang untuk
Gambar I. 1.
Prosedur Umum Pembiayaan di BMT
ANGGOTA CUSTUMER SERVICE
Diterima
Sumber: Manajemen baitul maal wat tamwil (Ridwan 2004)
1. Anggota atau calon anggota
Mengisi surat permohonan menjadi anggota (SPMA) BMT dan surat
permohonan pembiayaan (SPP) yang telah disediakan oleh BMT. Bagi yang
telah menjadi anggota penuh cukup mengisi SPP saja.
2. Customer Service (CS)
Menerima dan menganalisis SPMA DAN SPP untuk diambil keputusan
diterima atau ditolak. Jika ditolak segara buat surat pemberitahuan penolkan
penolakan tersebut. jika SPP diterima, CS akan meneruskan SPP tersebut ke
Account officer (AO).
3. Account Oficer (AO)
Dalam hal ini AO menganalisa permohonan tersebut sesuai dengan
prinsip yang berlaku dan mengadakan survei ke lapangan. Setelah
menganalisa, AO dpat mengambil keputusan da melakukan diterima atau
ditolak. Jika ditolak segera membuat pemberitahuan kepada anggota atau calon
anggota, dan jika diterima dilanjutkan ke komite pembiayaan untuk dirapatkan
Gambar II.2.
Prosedur Pembiayaan Lanjutan
35 BAB III
PROFIL LEMBAGA
A. Sejarah Singkat Berdiri dan Perkembangan BMT Bina Usaha
Koperasi Bina Usaha terakhir dengan nama Baitul Mal Wattamwil
(BMT) Bina Usaha. Proses pendirian pra koperasi ini dilakukan melalui
beberapa kali pertemuan para pendiri di lingkugan Kecamatan Bergas yang
diprakarsai oleh Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) Kabupaten
Dati II Semarang. Sosialisasi awal tentang BMT dilakukan di Masjid
Al-Taqwa Tegalsari yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama
dan pemuda di lingkungan Kecamatan Bergas dan Tim PINBUK sebagai
inisiator.
Secara resmi lembaga yang terlahir dari program P3T (Proyek
Penanggulangan Pekerjaan Terampil) ini mulai berdiri pada tanggal 01
November 1998 di Masjid Ad-dakwah Karangjati oleh sekitar 30 orang
pendiri dan beroprasional sejak tanggal 09 November 1998. Pada awal mula
berdiri BMT Bina Usaha berlokasi di jalan PTP Ngobo No.4 Sruwi
Karangjati, namun sejak 6anggal 29 juli 2008 BMT Bina Usaha Berlokasi di
desa Ngimbun RT 03 RW 03, Kelurahan karangjati Kec. Bergas Kab.
Semarang.
B. Legalitas BMT BINA USAHA Karangjati Kec. Bergas
Dasar hukum yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan
a. BMT Bina Usaha berbadan hukum koperasi berdasarkan akta pendirian
koperasi dengan SK Menteri Koperasi PKM No.006/BH/KDK.11./1999
tanggal 2 Maret 1999..
b. Perubahan Anggaran Dasar dan Badan Hukum Nomor
57/BH/PAD/XIV/23/188.4/II/2009 tanggal 11 Febuari 2009.
c. SISIPK N0.064/SISIPK/KDK11.1/V/2011
d. Ijin Gangguan No. 503/124/2011
e. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Koperasi No. 11.17,2,64.00263
C. Visi dan Misi BMT Bina Usaha Karangjati Kec. Bergas 1. Visi
Menjadi lembaga yang besar,terpercaya, dan mampu
mensejahterakan anggotanya.
2. Misi
a. Memperdayakan ekonomi umat Islam wilayah kabupaten Semarang
pada khususnya.
b. Menyelenggarakan pelayanan kepada anggota sesuai dengan prinsip
KJKS.
c. Menjalankan kegiatan usaha jasa keuangan syariah dengan efktif,
efisien dan transparan.
d. Menjalin kerjasama usaha dengan berbagai pihak.
D. Struktur Organisasi
Strutuk organisasi BMT Bina Usaha pada tahun 2013-2017 dapat
digambarkan menggunakan bentuk organisasi garis dalam struktur
Gambar III.3
Struktur Organisasi BMT Bina Usaha
Tugas masing-masing bagian yang terdapat pada struktur organisasi
BMT Bina Usaha adalah sebagai berikut:
1. Pengawas
a. Melakukan pengawasan secara tidak langsung
b. Melakukan koordinasi dengan pengurus
2. Pengurus
a. Mengadakan rencana kerja dan rencana anggaran pendapatan dan
belanja BMT
b. Menyelenggarakan rapat
c. Menyelenggarakan rapat pengurus minimal 1 kali setiap bulan untuk
mengevaluasi pelaksanaan usaha BMT oleh pengelola
d. Menunjuk pengelola BMT yang profesional
3. Pengelola
a. Manager
1) Mempimpin kegiatan BMT secara menyeluruh
2) Melakukan koordinasi seluruh staf BMT
3) Menyusun rencana kerja bulanan, triwulanan, dan tahunan yang
merupakan penjabaran kebijakan umum pengawas dan rapat
anggota tahunan.
4) Menandatangani surat-surat untuk kepentingan intern dan extern.
5) Memberi persetujuan setiap transaksi, biaya atau pemindah bukuan.
6) Mengangkat dan memberhentikan pegawai.
b. Kepala Pembiayaan
1) Menyusun rencana pembiayaan
2) Menerima usulan dan melakukan wawancara analisa pembiayaan
3) Memantau, membina, dan mendata jalannya pengangsuran
pembiayaan agar tidak macet
4) Menganalisa proposal pembiayaan nasabah
5) Mengajukan persetujuan pembiayaan kepada manager
6) Melakukan survei untuk mencari calon nasabah baru
7) Melakukan administrasi pembiayaan
8) Melakukan penagihan lapangan
9) Melaksanakan pelayanan pengambilan pengambilan dan
pengantaran dari debitur.
c. Pembukuan (Accounting)
1) Membukukan semua transaksi keuangan
2) Membuat laporan-laporan keuangan secara periodik
3) Mengadministrasikan seluruh dokumen yang berhubungan dengan
bagian keuangan
4) Melayani claim, biaya, serta gaji yang telah disetujui manajer
5) Mengarsip semua berkas, surat-surat dan dokumen-dokumen lain
d. Kasir (Teller)
1) Bertindak sebagai penerima uang dan juru bayar
2) Melayani penerimaan serta penerimaan serta penarikan dari dan ke
nasabah
3) Melakukan pembayaran sesuai dengan perintah manajer
4) Menghitung bagi hasil seluruh nasabah
5) Mengadministrasikan seluruh transaksi yang berhubungan dengan
kas
6) Setiap akhir jam kerja menghitung uang yang ada dan meminta
pemeriksaan manajer.
e. Pemasaran (Marketing)
1) Melakukan kegiatan-kegiatan kerja dan promosi
2) Mencari sumber-sumber dana dengan melihat kemungkinan dan
peluang dana murah yang dapat di himpun baik dari nasabah
maupun dari simpanan pihak ketiga
3) Bersama bagian pembiayaan melakukan penagihan ke setiap
nasabah yang di berikan pembiayaan sesuai dengan tanggal dan
waktu yang telah disepakati.
E. Oprasional BMT Bina Usaha
a. Baitul Maal
Yaitu peran sosial dalam penyaluran dana kepada delapan golongan
organisasi soisal. BMT Bina Usaha mendapat dana dari zakat, infak, dan
sodaqoh.
b. Baitul Tamwil
Yaitu mengelola dana umat yang sangat potensial dan sesuai
syariat Islam. BMT Bina Usaha sebagai organisasi bisnis adalah
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkan kembali dalam bentuk pmbiayaan terhadap usaha-usaha
produktif dan menguntungkan. Jenis produk yang dikeluarkan BMT Bina
Usaha terdiri dari:
1. Produk Simpanan
Simpanan adalah dana yang terpercayakan oleh nasabah dalam
bentuk simpanan biasa atau simpanan berjangka. Produk simpanan
yang terdapat pada BMT Bina Usaha meliputi:
a. Si Rela (Simpanan Suka Rela)Merupakan simpanan dengan akad
wadiah yadhamanah, yaitu akad titipan uang anggota BMT dengan
tanggungan keamanan dari BMT dan BMT diperkenankan
untukmengelola uang tersebut untuk keperluan yang bermanfaat
BMT akan memberikan kadar keuntungan sesuai dengan ketetapan
BMT.
b. Si Supel (Simpanan Sukarela Pelajar)Merupakan simpanan yang diperuntukan bagi pelajar dengan akad wadiah yadhamanah, yaitu
akad titipan uang dengan tanggunga keamanan ari BMT dan BMT
yang bermanfaat BMT akan memberikan pembagian kadar
keuntungan sesuai dengan ketetapan BMT.
c. Si Suka (Simpanan Sukarela Berjangka)Merupakan simpanan dengan akad mudharbah, yaitu anggota BMT menginvestasikan
sejumlah dana kedapa BMT dan BMT akan mengelola dana
tersebut dalam bentuk pembiayaan dan usaha lain yang bermanfaat.
Anggota BMT akan memperoleh bagian keuntungan berdasarkan
nisbah yang telah disepakati.
d. Si Suqur (Simpanan Persiapan Ibadah Qurban)Merupakan simpanan yang direncanakan untuk pembelian hewan qurban pada
hari raya Idul Adha. Si Suqur menggunakan akad wadiah
yadhamanah. BMT akan memberikan pembagian kadar
keuntungan sesuai dengan ketetpan BMT.
e. Si Aman (Simpanan Amanah)Adalah dana amanah anggota BMT berupa zakat, infaq, shodaqoh, dan dana sosial yang disampaikan
kepada BMT dan BMT akan menyalurkan serta mengalokasikan
dana tersebut kepada pihak yang membutuhkan dan berhak
menerima (mustahiq).
2. Produk Pembiayaan
Pembiayaan dalah penyediaan uang yang dapat dipinjamkan
kepada peminjam berdasrkan persetujuan atau kesepakatan bersama
antara pihak BMT dengan nasabah. Nasabah peminjam (pembiayaan)
setelah jangka waktu tertentu yang telah ditentukan sesuai
kesepakatan bersama. Jenis-jenis pembiayaan di BMT Bina Usaha
adalah sebagai berikut :
a. Mudharabah (MDA)Yaitu akad kerjasama suatu usaha antara dua
pihak dimana pihak pertama BMT selaku shahibul maal
menyediakan seluruh modal usaha, sedangkan pihak kedua anggota
BMT sebagai mudharib bertindak selaku pengelola usaha dan
keuntungan usaha dibagi antara BMT.
Berikut ini syarat pengajuan pembiayaan:
1) Bersedia menjadi anggota
2) Amanah dan bertanggung jawab
3) Memiliki kartu identitas
4) Memiliki usaha dan atau pekerjaan tetap
5) Mengisi formulir permohonan pembiayaan
6) Bersedia disurvei ke rumah atau empat usaha
7) Permohonan pembiayaan dilengkapi fotocopy identitas diri
(KTP suami-istri dan Kartu Keluarga)
8) Pengajuan pembiayaan harus diketahui suami-istri atau
orang tua (bagi yang belum nikah)
9) Suatu keluarga hanya diperbolehkan mengajukan satu
permohonan pembiayaan.
10) Memberikan fotocopy jaminan yang akan dijadikan agunan
Ketentuan:
a) Pembiayaan untuk modal usaha produktif.
b) Modal usaha disediakan BMT.
c) Anggota BMT bertindak selaku pengelola usaha.
d) Anggota BMT bersedia untuk menyampaikan kondisi usaha,
dan laporan keuangan secara jujur dan terbuka.
e) Keuntungan hasil usaha dibagi antara BMT dan anggota BMT
sesuai kesepakatan bersama (nisbah).
b. Musyarakah (MSA)yaitu akad kerjasama antara BMT dan anggota BMT untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana (modal usaha) dan keuntungan usaha
dibagi antara BMT dengan anggota BMT sesuai kesepakatan yang
dituangkan dalam akad pembiayaan.
Berikut ini syarat pengajuan pembiayaan: 1) Bersedia menjadi anggota
2) Amanah dan bertanggung jawab
3) Memiliki kartu identitas
4) Memiliki usaha dan atau pekerjaan tetap
5) Mengisi formulir permohonan pembiayaan
6) Bersedia disurvei ke rumah atau empat usaha
7) Permohonan pembiayaan dilengkapi fotocopy identitas diri
8) Pengajuan pembiayaan harus diketahui suami-istri atau
orang tua (bagi yang belum nikah)
9) Suatu keluarga hanya diperbolehkan mengajukan satu
permohonan pembiayaan.
10)Memberikan fotocopy jaminan yang akan dijadikan agunan
11)Berkas yang sudah masuk tidak dapat diminta kembali
Ketentuan:
a) Pembiayaan untuk modal usaha produktif.
b) BMT menyertakan sebagian modal atas usaha yang dikelola
oleh anggota BMT.
c) Anggota BMT bersedia untuk menyampaikan kondisi usaha,
dan laporan keuangan (keuntungan) secara jujur dan
terbuka.
d) Keuntungan hasil usaha dibagi antara BMT dan anggota
BMT sesuai kesepakatan bersama (nisbah).
c. Murabahah (MBA)yaitu akad jual beli suatu barang antara BMT (penjual) dengan anggota BMT (pembeli) dengan menegaskan
harga belinya kepada anggota BMT dan anggota BMT
membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba.
Berikut ini syarat pengajuan pembiayaan:
1) Bersedia menjadi anggota
2) Amanah dan bertanggung jawab
4) Memiliki usaha dan atau pekerjaan tetap
5) Mengisi formulir permohonan pembiayaan
6) Bersedia disurvei ke rumah atau empat usaha
7) Permohonan pembiayaan dilengkapi fotocopy identitas diri
(KTP suami-istri dan Kartu Keluarga)
8) Pengajuan pembiayaan harus diketahui suami-istri atau orang
tua (bagi yang belum nikah)
9) Suatu keluarga hanya diperbolehkan mengajukan satu
permohonan pembiayaan.
10) Memberikan fotocopy jaminan yang akan dijadikan agunan
11) Berkas yang sudah masuk tidak dapat diminta kembali.
Ketentuan:
a) Pembiayaan untuk pembelian barang (kebutuhan konsumtif).
b) Pihak BMT membelikan barang yang dipesan oleh anggota
BMT, kemudian menjualnya kepada anggota, atau BMT
mewakilkan kepada Anggota BMT untuk membeli barang yang
dikehendakinya dan selanjutnya BMT menjual barang tersebut
kepada anggota.
c) BMT menyampaikan harga perolehan (harga beli barang) dan
menjual kepada anggota dengan harga lebih (profit margin)
d) Anggota BMT membayar barang yang dibeli tersebut dengan
cara jatuh tempo maupun angsuran sesuai jangka waktu yang
disepakati.
d. Ijaroh (IJR)adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatubarang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran
sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan pemilikan barang itu
sendiri.
Berikut ini syarat pengajuan pembiayaan:
1) Bersedia menjadi anggota
2) Amanah dan bertanggung jawab
3) Memiliki kartu identitas
4) Memiliki usaha dan atau pekerjaan tetap
5) Mengisi formulir permohonan pembiayaan
6) Bersedia disurvei ke rumah atau empat usaha
7) Permohonan pembiayaan dilengkapi fotocopy identitas diri
(KTP suami-istri dan Kartu Keluarga)
8) Pengajuan pembiayaan harus diketahui suami-istri atau orang
tua (bagi yang belum nikah)
9) Suatu keluarga hanya diperbolehkan mengajukan satu
permohonan pembiayaan.
10) Memberikan fotocopy jaminan yang akan dijadikan agunan
Ketentuan:
a) Ijaroh digunakan untuk keperluan menyewa barang/jasa
(pemindahan hak guna/manfaat barang/jasa).
b) Pihak BMT menyewakan barang atau jasa
(menyediakan hak guna barang/jasa) sesuai kebutuhan
anggota BMT.
c) Pembayaran sewa dilakukan secara mengangsur sesuai
jangka waktu yang disepakati.
d) Keuntungan BMT diperoleh dari imbalan jasa (ujroh)
atas penggunaan manfaat barang/jasa tersebut.
e. Qardhul Hasan (QH) yaitu suatu akad pinjaman kepada anggota BMT, dan anggota berkewajiban mengembalikan sejumlah pokok
pinjaman tanpa tambahan keuntungan kepada BMT.
Ketentuan:
1) Pinjaman ini diprioritaskan untuk kaum dhuafa.
2) Anggota hanya diwajibkan mengembalikan sejumlah pokok
pinjaman tanpa tambahan keuntungan.
f. Bai Bitsaman Ajil adalah pembiayaan yang diberikan kepada anggota untuk pembelian barang.keuntungan diperoleh dari harga
barang ditambah jumlah kelebihan harga barang sesuai dengan
Berikut ini syarat pengajuan pembiayaan: 1) Bersedia menjadi anggota
2) Amanah dan bertanggung jawab
3) Memiliki kartu identitas
4) Memiliki usaha dan atau pekerjaan tetap
5) Mengisi formulir permohonan pembiayaan
6) Bersedia disurvei ke rumah atau empat usaha
7) Permohonan pembiayaan dilengkapi fotocopy identitas diri
(KTP suami-istri dan Kartu Keluarga)
8) Pengajuan pembiayaan harus diketahui suami-istri atau orang
tua (bagi yang belum nikah)
9) Suatu keluarga hanya diperbolehkan mengajukan satu
permohonan pembiayaan.
10)Memberikan fotocopy jaminan yang akan dijadikan agunan
11)Berkas yang sudah masuk tidak dapat diminta kembali.
Ketentuan:
e) Pembiayaan untuk pembelian barang (kebutuhan konsumtif).
f) Pihak BMT membelikan barang yang dipesan oleh anggota
BMT, kemudian menjualnya kepada anggota, atau BMT
mewakilkan kepada Anggota BMT untuk membeli barang yang
dikehendakinya dan selanjutnya BMT menjual barang tersebut
g) BMT menyampaikan harga perolehan (harga beli barang) dan
menjual kepada anggota dengan harga lebih (profit margin)
sebagai laba.
h) Anggota BMT membayar barang yang dibeli tersebut dengan
cara jatuh tempo maupun angsuran sesuai jangka waktu yang
disepakati.
Tabel I.1
Jumlah Pembiyaan BBA BMT BINUS Karangjati thn 2012/2105 Tahun Jumlah peminjam/thn Jumlah uang keluar/thn
2012 392 anggota Rp. 3.848.100.000,00
2013 615 anggota Rp. 7.085.200.000,00
2104 836 anggota Rp. 10.227.100.000,00