i
PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN DI BMT BINA
USAHA KARANGJATI
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
GunaMemperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah
(A.Md.E.Sy)
Oleh:
ELYSA
NIM: 201-14-035
JURUSAN DIII PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
i
ANALISIS PERKEMBANGAN SERTA KENDALA
PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN DI BMT BINA
USAHA KARANGJATI
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
GunaMemperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah
(A.Md.E.Sy)
Oleh:
ELYSA
NIM: 201-14-035
JURUSAN DIII PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
vi
MOTTO
”Barang siapa menginginkan kebahagiaan didunia maka haruslah dengan ilmu,
barang siapa yang menginginkan kebahagiaan di akhirat haruslah dengan ilmu,
dan barang siapa yang menginginkan kebahagiaan pada kedanya maka haruslah
dengan ilmu juga”
vii
PERSEMBAHAN
“Sebagai Ungkapan Rasa Syukurku dan tanda Bakti Kepada Kedua Orang Tuaku” Tugas Akhir ini saya persembahkan kepada
Pertama
Kedua orang tuaku tercinta Ibuku “SUMIYATUN”dan Bapakku “KABUL
PRASETYO” yang senantiasa membimbing, mendorong, mendukung dengan penuh kesabaran, keikhlasan, kegigihan dan tidak ada henti-hentinya mendoakan
anak-anaknya supaya menjadi anak yang sholih dan sholihah bermanfaat bagi
Agama, Nusa dan Bangsa.
Amin YaRabbalalamin.
Ke-dua
Kepada suamiku MIFTAHUL ULUM yang selalu memberikan aku semangat
dan memberikan aku motivasi disaat aku mulai lelah untuk melanjutkan TA ini,
serta Keluarga dan Adik-adikku tercinta yang ikut serta memberi dorongan,
semangat, dan doanya dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Ke-tiga
Teman-temanku program studi D-III Perbankan Syariah kelas Aangkatan 2014
yang telah mengajarkanku apa arti kebersamaan, kemandirian, pengorbanan dan
persahabatan selama tiga tahun.
Ke-empat
Yang terakhir dan yang terspesial Almamaterku Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam jurusan D-III Perbankan Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang
atas segala limpahan nikmat, karunia, serta hidayah-nya. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa
terhaturkan dan tercurahkan kepada khatamul anbiya’ wal mursalin (penutup para
Nabi dan Rasul) baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan
pengikut serta orang-orang yang mencintainya, hingga yaumul qiyamah. Semoga
kita semua, orang tua kita, keluarga kita, guru-guru kita diberi tetap Iman, Islam,
Ihsan, istiqomah dalam beribadah dan dibimbing oleh Allah SWT dan pada
akhirnya jika kita dipanggil menghadap Allah AWT menetapi ‘ala ar-Ridha wa
khusnul khatimah. Amin
Penyusun Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Berawal dari kekurangan dan
keterbatasan, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul
“ANALISIS PERKEMBANGAN SERTA KENDALA PEMBIAYAAN
QARDHUL HASAN DI BMT BINA USAHA KARANGJATI” dengan baik.
Sebagai hamba yang lemah dan banyak kesalahan, penulis menyadari bahwa
dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini banyak pihak yang ikut serta memberikan
bantuan moril maupun material. Oleh karenanya dengan kerendahan hati bantuan
moril maupun material. Oleh karenanya dengan kerendahan hati perkenan
kanpenulis untuk menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
ix
2. Bapak Dr. Anton Bawono, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam IAIN Salatiga.
3. Bapak H. Alfred L. M.Si. selaku Ketua Jurusan D-III Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga.
4. Ibu Fetria Eka YudianaS.E.,M, Si. Yang telah membimbing penulis dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan kesantunan, kesabaran, keikhlasan
dan kebajikan.
5. Bapak Drs. Mubasirun, M.Ag. selaku dosen pembimbing Akademik
selama kuliah di jurusan D-III Perbankan Syariah IAIN Salatiga yang
selalu memberikan motivasi belajar bagi penulis.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta Karyawan Akademik IAIN Salatiga terlebih
kepada dosen-dosen di jurusan Perbankan Syariah IAIN Salatiga yang
banyak berjasa kepada penulis.
7. Siti Hanifa serta para staf di BMT Bina Usaha Karangjati.
8. Para Staf Perpustakaan IAIN Salatiga terimakasih atas bantuan penyediaan
buku-buku kepada penulis hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini.
9. Seluruh Karyawan BMT Bina Usaha Karangjati, yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian hingga akhir.
10.Semua pihak yang terkait dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan dan
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya saran dan kritik yang konstruktif
xi
ABSTRAK
Elysa. 2017. AnalisisPerkembangan,Serta Kendala Pembiayaan Qardhul Hasan
di BMT Bina Usaha KarangjatiTugasAkhir, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Program Studi D III Perbankan Syariah IAIN Salatiga. Pembimbing: Fetria Eka YudianaS.E.,M, Si.
Kata Kunci: Pembiayaan, Qardhul Hasan, BMT
Dalam penelitian ini membahas mengenai perkembangan serta kendala pembiayaan Qardhul Hasan yang ada pada BMT. Sebagai lembaga keuangan mikro syariah yang dertujuan untuk meyejahterakan angotanya, pemberian pembiayaan qardhul hasan sangatlah penting karena akad yang digunakaan dalam pembiayaan ini adalah akad tabaru’. Yang dimana pembiayaan ini sangatlah membantu untuk masyarakat di kalangangan kurang mampu.
Jenis pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalan pendekatan kualitatif dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan teknik pengambilan data melalui wawancara danobservasi, sedangkan data sekunder dari dokumen-dokumen BMT Bina Usaha Karangjati.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN ... iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ... v
MOTTO ... vi
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
D. Metode Penelitian ... 6
E. Sistematika Penulisan... 8
BAB II LANDASAN TEORI ... 11
xiii
B. Kerangka Teoritik ... 16
C. Pengertian Pembiayaan ... 16
D. Prosedur Analisis Pembiayaan ... 24
E. Pengertian Qardhul Hasan ... 25
F. Perkembangan BMT secara umum di Indonesia ... 30
BAB III GAMBARAN OBJEK PENELITIAN ... 35
A.Gambaran Umum BMT Bina Usaha Karangjati ... 35
B. Profil BMT Bina Usaha ... 35
C. Visi dan Misi ... 36
D. Lokasi BMT Bina Usaha Karangjati ... 36
E. Tujuan BMT Bina Usaha Karangjati ... 37
F.Struktur Organisasi BMT Bina Usaha Karangjati ... 37
G. Deskripsi Tugas ... 38
H.Produk-Produk ... 43
I.Data Perkembangan Anggota ... 46
BAB IV ANALISIS DATA ... 53
A. Perkembangan Pembiayaan Qardhul Hasan ... 57
B. Kendala Pembiayaan Qardhul Hasan ... 66
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1JumlahAnggotadanSimpanan BMT Bina Usaha Karangjati ...51
Tabel 2 Data Pembiayaan Qardhul HasanPeriode 2014-2015 ...58
Tabel 3 Data Pembiayaan Qardhul HasanPeriode 2015-2016 ...59
Tabel 4 Data Pembiayaan Qardhul HasanPeriode 2016-2017 ...61
xvi DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 PernyataanKeasliandanKesediaanPublikasi
Lampiran 2 Declaration
Lampiran 3 Brosur BMT Bina Usaha
Lampiran 4 Lembar Persetujuan Pembiayaan Qardhul Hasan
Lampiran 5 Slip pencairan Pembiayaan Qardhul Hasan
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Islam hubungan pinjam meminjam tidak dilarang bahkan
dianjurkan agar terjadi hubungan saling menguntungkan, yang pada
gilirannya berakibat kepada hubungan persaudaraan. Hal yang perlu
diperhatikan adalah apabila hubungan ini tidak mengikuti aturan yang
diajarkan oleh islam. Karena itu, pihak-pihak yang berhubungan harus
mengikuti etika yang diajarkan oleh islam (Antonio, 2001:169).
Dalam lembaga keuangan memiliki peran utama yaitu
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana kepada
masyarakat. Bagian terbesar dana operasional lembaga keuangan
adalah penyaluran dana kepada masyarakat. (Ismail, 2010: 4-5).
Salah satu lembaga keuangan syariah yang aktif dalam
menyalurkan dana kepada masyarakat adalah BMT. BMT merupakan
lembaga keuangan swasta yang modalnya sepenuhnya bersumber dari
masyarakat. Salah satu fungsi utama BMT adalah mengumpulkan dana
dan menyalurkan dana. Penyaluran dana dilakaukan dengan
memberikan pembiayaan kepada nasabah atau anggota yang
membutuhkan.
BMT pada dasarnya mempunyai 2 fungsi yaitu baitul mall dan
baitul tamwil. Akan tetapi banyak BMT yang tertarik menyalurkan
pembiayaan yang bersifat komersil atau pembiayaan tamwil. Karena
pembiayaan baitul mall atau Qardhul Hasan atau benevolent loan
2 sosial semata dimana si peminjam tidak dituntut untuk mengembalikan
apapun kecuali modal pinjaman. Produk ini memungkinkan
pengucuran dana segar kepada masyarakat yang kurang mampu
(dhuafa) dan termasuk ke dalam yang berhak menerima zakat
(mustahik) sebagai modal untuk melakukan usaha produktif dengan
jumlah pinjaman yang juga disesuaikan dengan kapasitas usahanya.
(Perwataatmadja dan Antonio, 1999).
Pembiayaan Qardhul Hasan cukup efektif dalam upaya
pemberdayaan ekonomi masyarakat yang kurang mampu. Penelitian
lain mengatakan bahwa pembiaayan Qardhul Hasan memiliki
dampak positif dalam program pengentasan kemiskinan. Pelaksanaan
pembiayaan Qardhul Hasan ini harus dilakukan dengan hati-hati agar
penyaluran dana bisa dilakukan dengan tepat sasaran. Untuk itu dalam
memilih calon penerima pembiayaan perlu dilakukannya prinsip 5 C
yaitu:
1. Character
Yaitu penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon
penerima pembiayaan Qardhul Hasan dengan tujuan untuk
memperkirakan kemungkinan bahwa pelanggan dapat
memenuhi kewajibannya.
2. Capacity
Yaitu penilaian secara subjektif tentang kemampuan
penerima pembiayaan Qardhul Hasan untuk melakukan
pembayaran. Kemampuan ini diukur dengan catatan presentasi
didukung dengan pengamatan di lapangan atas pabrik atau toko
dan metode kegiatan lainnya.
3. Capital
Yaitu penilaian terhadap kemampuan modal yang
dimiliki oleh calon penerima pembiayaan Qardhul Hasan, yang
diukur dengan posisi perusahaan keseluruhan yang ditunjukkan
oleh rasio keuangannya dan penekanan pada komposisi
modalnya.
4. Collateral
Yaitu jaminan yang dimiliki calon penerima pembiayaan
Qardhul Hasan. Penilaian ini bertujuan untuk meyakinkan
bahwa jika suatu risiko kegagalan pembayaran terjadi, maka
jaminan dipakai pengganti dari kewajibannya. Tetapi, collateral
dalam BMT lebih ditekankan pada faktor kepercayaan
kedekatan hubungan dengan pengusaha dan kegiatan usaha
saling mengenal karena daerah usahanya tidak luas melalui
tangguh renteng dan atau jaminan kepercayaan dari tokoh
setempat yang diiringi dengan pengajian bersama.
5. Condition
Bagian pembiayaan Baitut Tanwil harus melihat kondisi
perekonomian secara umum. Khususnya yang terkait dengan
usaha calon penerima pembiayaan Qardhul Hasan. Hal tersebut
dilakukan karena keadaan eksternal usaha yang dibiayai
mempunyai peranan yang sangat besar dalam memperlancar
4 Biasanya BMT memberikan pembatasan mengenai jumlah dan
jangka waktu, hal ini dimaksudkan sebagai proses revolving dari dana
Qardhul Hasan ini sehingga bisa digulirkan kembali kepada mustahik
lainnya.
Pengelolaan dana mall disetiap BMT berbeda-beda, khususnya
pembagian dana Qardhul Hasan. Karena disetiap BMT memiliki
pemasukan dan pengeluaran yang berbeda.Pembiayaan Qardhul
Hasan harus ada di setiap Lembaga Keuangan Syariah, selain dapat
membantu perekonomian masyarakat yang kurang
mampu.Pembiayaan ini juga mampu mengurangi tingkat kemiskinan
yang ada disekitar lingkungan BMT.
BMT Bina Usaha Karangjati merupakan BMT yang sudah
cukup terkenal dilingkungan kecamatan Bergas namun belum banyak
masyarakat yang mengetahui adanya pembiayaan Qardhul Hasan.
Pembiayaan Qardhul Hasan merupakan produk yang sudah sangat
lama BMT Bina Usaha, namun penyaluran dana produk ini belum
sesuai dengan prinsip pembiayaan Qardhul Hasan sendiri.
Dalam fungsi sosialnya BMT Bina Usaha bertujuan untuk
memberikan pinjaman kepada masyarakat dengan kemampuan ekonomi
yang kurang dengan harapan bisa membantu dan mengembangkan usaha
maupun memperbaiki kehidupan pribadinya melalui pembiayaan Qardhul
Hasan.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, penulis tertarik
melakukan analisa yang akan disusun dala tugas akhir (TA) dengan judul:
PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN DI BMT BINA USAHA
KARANGJATI”
B. Rumusan Masalah
Agar pembahasan laporan Tugas Akhir ini dapat terarah sesuai dengan
latar belakang permasalahan yang ada diatas rumusan masalah yang
penulis kemukakan adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan dan kendala
pembiayaan Qardhul Hasan yang terdapat di BMT Bina
UsahaKarangjati.
b. Untuk mengetahui apa saja kendala pembiayaan Qardhul Hasan di
BMT Bina Usaha Karangjati.
2. Manfaat
a. Bagi IAIN SALATIGA
Sebagai bahan referensi tambahan mengenai pembiayaan Qardhul
Hasan serta menambah wawasan bagi mahasiswa khususnya
mahasiswa FEBI IAIN SALATIGA yang hendak membuat tugas
ataupun karya tulis selanjutnya.
b. Bagi pikak BMT
6 c. Bagi Peneliti
Sebagai syarat guna memperoleh gelar ahli madya, untuk
menambah wawasan peniliti dibidang kekoperasian syariah.
d. Bagi peneliti lain
Dapat menambah wawasan dan sebagai bahan referensi untuk
membuta karya tulis selanjutnya.
D. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Bina Usaha terletak di
Ngimbun RT 03 RW 03 Kelurahan Karangjati Kecamatan Bergas
Kabupaten Semarang, no.Telp. (0298) 521 070 Sedangkan wilayah
kerja BMT Bina Usaha meliputi pasar-pasar, pedagang, petani, dan
masyarakat di daerah Kecamatan Karangjati dan sekitarnya.
2. Pendekatan dan jenis penelitian
Jenis pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalan
pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll secara holistic, dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiyah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode ilmiah (Moleong, 2005:6).
Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian
lapangan yang artinya penelitian yang dilakukan dengan cara
mengawasi dan berpartisipasi secara langsung dalam penelitian skala
3. Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan 2 (dua) sumber data yaitu:
a. Sumber data Primer
Data primer yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh
perseorangan atau suatu organisasi lapangan melalui objeknya.
Sumber data primer dalam penelitian ini penulis peroleh dengan
cara mencari informasi melalui wawancara dengan Manager
Pembiayaan di BMT Bina Usaha (Supranto, 2002:20-21).
b. Sumber data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen,
buku-buku, dan arsip-arsip data yang akan diteliti dengan metode
penulisan kualitatif ini. Sumber data sekunder penulis peroleh dari
buku-buku yang berkaitan dengan judul penelitian yang berkaitan
dengan tugas akhir ini, mengambil tugas akhir yang sudah ada
sebelumnya, serta dokumen-dokumen yang relevan dari BMT Bina
Usaha (Daymon, 2008)
4. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan penulis yaitu:
a. Metode observasi digunakan untuk memperoleh data yang
berkaitan dengan pembiayaan Qardul Hasan. Observasi
merupakan alat penilaian yang banyak digunakan untuk mengukur
tingkah laku individu maupun proses terjadinya suatu kegiatan
yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun
8 b. Metode wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
antara pewawancara dengan responden atau orang yang
diwawancarai, dengan tanpa menggunakan pedoman (guide)
wawancara dimana pewawancara dan informan terlibat dalam
kehidupan sosial yang ralatif lama (Sutopo, 2006: 72).
Dalam hal ini wawancara yang penulis lakukan adalah
denganmanajer pembiayaan di BMT Bina Usaha. Metode ini
digunakan untuk melengakapi data-data yang dioeroleh dari
metode observasi.
E. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam pembahasan dalam tugas akhir ini, penulis
menyusunya ke dalam 5 (lima) bab, dimana setiap bab terdiri dari
beberapa sub bab. Bab-bab tersebut secara keseluruhan saling berkaitan
satu sama lain. Yang diawali dengan pendahuluan dan diakhiri dengan
penutup yang berupa kesimpulan dan saran. Berikut gambaran mengenai
bab-bab sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bab pembuka yang berisi dari beberapa sub,
yaitu: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan,
penelitian terdahulu, metode penelitian, penegasan istilah dan sistematika
penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini membahas tentang telaah pustaka yang berisi landasan
sebelumnya dilakukan. Kerangka teoritik membahas tentang
konsep-konsep teoritik yang muncul dalam telaah pustaka dalam rangka
menjelaskan masalah-masalah yang dipilih.
BAB III LAPORAN OBYEK PENELITIAN
Bab ini membahas tentang gambaran umum, yang berisi sejarah
berdirinya BMT Bina Usaha Karangjati, visi dan misi BMT Bina Usaha
Karangjati, tujuan dan fungsi BMT Bina Usaha Karangjati. Selanjutnya
meliputi data-data diskriptif yang berisi usaha-usaha yang dilakukan BMT
Bina Usaha Karangjati, produk-produk, struktur organisasi, badan hukum,
lokasi dan permodalan. Kemudian strategi yang digunakan BMT Bina
Usaha Karangjati dalam menghadapi persaingan antar lembaga keuangan
syariah yang ada.
BAB IV ANALISIS DATA
Bab ini penulis menjelaskan masalah yang telah dirumuskan
berdasakan landasan teori dan informasi yang diperoleh dari BMT Bina
Usaha Karangjati mengenai objek yang diteliti.
BAB V PENUTUP
Bab ini penulis menyajikan kesimpulan yang diambil berdasarkan
pada analisis data penelitian yang telah dilakukan, dan berisikan saran
yang disusun dari hasil kesipulan tersebut, baik bagi pihak objek penelitian
ataupun bagi pihak pihak lainnya yang membutuhkan untuk digunakan
sebagai bahan referensi yang juga bertujuan demi perbaikan di masa yang
akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka
Peneliti Adnan (2006) yang meneliti tentang Evaluasi Non Perfoming
Loan (NPL) Pinjaman Qardhul Hasan (Studi Kasus di BNI Syariah
Cabang Yogyakarta) Qardhul Hasan ini mempunyai keterbatasan dalam
ruang lingkup penelitian hanya pada BNI Syariah dengan obyek
penelitian hanya pada 1 (satu) cabang BNI Syariah, dan perkembangan
pinjaman Qardhul Hasan hanya dilihat 3 (tiga) tahun, sedangkan data
untuk meneliti perkembangan pinjaman Qardhul Hasan Perbankan
Syariah di Indonesia belum tersedia pada Bank Indonesia.Penelitian ini
mempunyai keterbatasan dalam hal pengujian suatu teori dengan
koperasi memberikantoleransi pinjaman macet 10%.Saran untuk
penelitian selanjutnya harus memperluas lingkup penelitian Qardhul
Hasan dengan obyek penelitian dansample pada Perbankan Syariah di
Indonesia serta perkembangan pinjaman Qardhul Hasan dilihat secara
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dedi Riswandi (2015)
yang berjudul “Pembiayaan Qardhul Hasan di Bank Syariah Mandiri Kota
Mataram”. Krisis ekonomi jarak jauh telah menyebabkan meningkatnya
kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan adalah masalah sosial yang
harus diselesaikan. Salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin adalah distribusi zakat
yang diambil melalui beberapa sumber zakat seperti, infak, dan shadaqah.
Saat ini, ada banyak lembaga menerima sedekah dan mendistribusikannya.
Ini juga menggunakan sedekah untuk tenaga produktif, seperti Bank Islam.
Mekanisme distribusi zakat di Bank Syariah dilepaskan dalam pembiayaan
qarý al-hasan, yang mengabaikan bagian laba dan bunga. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menggambarkan pelaksanaan pembiayaan qarý
al-hasan di Bank Syariah Mandiri Mataram dan juga untuk menganalisis
kontribusi qarý al-hasan di tingkat nasabah bank setelah mendapatkan
biaya dari qarý al-hasan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah sampling, wawancara dan dokumentasi. Untuk menganalisis
data-data kualitatif digunakan metode induktif.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Heru Sulistiyo (2013)
yang berjudul “Model Pembiayaan Pedagang Kaki Lima (PKL) Melalui
Qardhul Hasan”.Pertumbuhan PKL meningkat pesat dari tahun ke tahun,
sehingga menimbulkan berbagai polemik sosial. Di satu sisi PKL sebagai
kekuatan ekonomi yang mampu menggerakkan ekonomi rakyat,
menyediakan lapangan kerja di sektor informal dalam mengurangi
pengangguran dan kemiskinan, sementara di sisi lain keberadaan PKL
13 terjaga. Menurut data di Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia (ASPPSI),
jumlah PKL di Indonesia mencapai 22 juta orang, kesempatan kerja PKL
mampu memberikan kontribusi yang sangat signifikan, terutama tenaga
kerja berpendidikan di Indonesia di mana jumlah tersebut masih sangat
besar. Oleh karena itu, PKL harus diberdayakan dan dikelola
keberadaannya melalui perhatian pemerintah baik untuk penataan PKL,
serta manajemen dan modal usaha yang telah tidak mendapatkan akses
lembaga keuangan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh PKL di
Semarang sekitar 12.000 orang. Sesuai dengan jumlah sampel yang
dianalisis 100 responden. Data dikumpulkan melalui data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui kuesioner yang disebarkan
kepada PKL dan pedagang yang telah memperoleh pinjamanQardhul
Hasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembiayaan Qardhul Hasan
untuk vendor untuk membantu omset meningkatkan penjualan dan tingkat
kesejahteraan mereka.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hendri Hermawandi
Nugraha (2012) yang berjudul “Sumber dan Penggunaan Dana Qardh dan
Qardhul Hasan Pada Bank BRI Syariah Yogyakarta”. Menjelaskan bahwa
sumber danaQardhul Hasanpada Bank Syariah Yogyakarta hanya berasal
dari denda nasabah dan pendapatan non halal. Sedangkan
pendistribusiannya hanya dialokasikan kepada warga dhuafa yang
berdominisi di sekitar Kantor Cabang BRI Syariah Yogyakarta.
Penggunaan dana Qardhul Hasan 12.5 % untuk biaya sekolah dan 87.5%
untuk modal usaha. Namun sumber dana Qardh dan Qardhul Hasan pada
dana ZIS dikelola sendiro di Bank BRI Pusat, yang mana seharusnya
dikelola oleh BRI Syariah Yogyakarta sebagai dana Qardh dan Qardhul
Hasan.
Peneliti Putriyana, (2016) dengan judul ”Analisis Pembiayaan
Qardhul Hasan pada PT BANK SYARIAH MANDIRI (BSM) KC
UNGARAN” menyimpulkan Prosedur pembiayaan Qardhul Hasan di
Bank Syariah Mandiri (BSM) KC Ungaran tidak menggunakan jaminan
serta persyaratan cukup mudah dengan jangka waktu jatuh tempo selama
satu tahun. Bank Syariah Mandiri (BSM) KC Ungaran bekerja sama
dengan masjid dalam penyaluran dana pembiayaan Qardhul Hasan dengan
maksut untuk memberdayakan ekonomi masyarakat sekitar masjid.
Nasabah pembiayaan Qardhul Hasan tiap orang menerima maksimal Rp
2.000.00,- (dua juta rupiah), sumber dana Qardhul Hasan melalui zakat,
infaq, sodaqoh yang berasal dari LAZNAS (Lembaga Amil Zakat
Nasional) Bank Syariah Mandiri (BSM) Semarang. Penyaluran
pembiayaan Qardhul Hasan di Bank Syariah Mandiri (BSM) KC Ungaran
sudah terlaksana dengan tepat sasaran yaitu pihak yang mendapat
pembiayaan Qardhul Hasan ini masyarakat menengah kebawah yang
memiliki usaha kecil dan menengah.
Peneliti Zunita (2016) dengan judul ”Analisis Pembiayaan Qardhul
Hasan di BMT Karisma Magelang” menyimpulkan Qardhul Hasan
diperiotaskan untuk usaha kecil yang kurang mampu secara ekonomi, dan
yang ingin mengembangkan usahanya, juga membantu masyarakat yang
tidak mampu, berobat, membayar hutang, biaya sekolah, biaya pernikahan.
15 kabulkan BMT Karisman Magelang adalah Rp 5.000.000,- (lima juta
rupiah). BMT tidak memberikan sanksi ataupun denda apabila nasabah
telat membayar angsuran, jika tidak mampu mengembalikan maka
dilakukan analisa faktor penyebab nasabah tidak mampu membayar
angsuran maka pembiayaan tersebut diiklaskan atau di hapus dari pihak
BMT.
Beda penelitian dengan peneliti sebelumnya bahwa penelitian ini
memfokuskan pada perkembangandana, penyaluran dana, serta kendala
pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Bina Usaha bagi. Sedangka
penelitian Adnan (2006) pembiayaan Qardhul Hasan dalam memberikan
suatu pinjanan menggunakan prinsip 7C dan 7P, serta lokasi penelitian di
BNI Syariah cabang Yogyakarta.
Beda penelitian yang kedua, penelitian menurut Hendri Hermawandi
Nugraha (2012) pembiayaan Qardhul Hasan ditujukan untuk warga
dhuafa di sekitar kantor cabang BRI Syariah Yogyakarta, sumber dana
pembiayaan berasal dari denda nasabah dan pendapatan non halal,
penggunaan dana sebagian besar digunakan untuk modal usaha, serta
lokasi penelitian di BRI Syariah cabang Yogyakarta.
Beda penelitian ketiga, penelitian menurut Heru Sulistiyo (2013)
pembiayaan Qardhul Hasan ini ditujukan untuk PKL disekitar Semarang,
teknik pengumpulan data primer melalui kuesioner, serta lokasi penelitian
di seluruh PKL yang berada di Semarang.
Beda penelitian keempat, penelitian menurut Dedi Riswadi (2015) dan
pengumpulan data menggugunakan teknik sampling, serta lokasi
penelitian di Bank Syariah Mandiri (BSM) cabang Mataram.
Beda penelitian kelima, penelitian menurut Putriyana (2016)
pembiayaan Qardhul Hasan ditujukan untuk masyarakat menengah
kebawah yang mempunyai usaha kecil dan menengah, sumber dana
berasal dari LAZNAS Bank Syariah Mandiri (BSM) Semarang, dana yang
diberikan maksimal 2.000.00,- (dua juta rupiah) dengan jatuh tempo
selama 1 tahun, serta lokasi penelitian di BRI Syariah KC Ungaran.
Beda penelitian keenam, penelitian menurut Zunita (2016)
pembiayaan Qardhul Hasan diprioritaskan untuk masyarakat yang
mempunyai usaha kecil yang ingin mengembangkan usahanya, sumber
dana berasal dari infaq, dana yang diberikan maksimal 5.000.000,- (lima
juta rupiah), dan penghapusan angsuran untuk anggota yang tidak
mengembalikan, serta lokasi penelitian di BMT Karisma Magelang.
Secara keseluruhan, beda penelitian terdahulu dengan penelitian ini
adalah terletak pada perkembangan serta kendala pembiayaan Qardhul
Hasan.
B.Kerangka Teoritik
1. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan menurut Kamus Pintar Ekonomi Syariah, pembiayaan
diartikan sebagai penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan
dengan itu berupa, (a) transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah
dan musyarakah, (b) transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah
atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiyah bit tamlik, (c) transaksi
17 transksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh, (e) transaksi
sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multi jasa,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank syariah serta
atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan
atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut untuk
mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil menurut (Asiyah, 2014:
2). Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan oleh
suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga menurut
(Muhammad, 2005:17).
Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan, yaitu
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang
lain. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang
dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.
Dalam UU Nomor 10 Tahun 1998 disebutkan bahwa pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Menurut M. Syafii Antonio (2001)Bank Syariah dari Teori ke
Praktek. Pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana
Menurut Muhammad (2002) Manajemen Bank Syariah.
Pembiayaan dalam secara luas diartikan sebagai pendanaan yang di
keluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan baik
dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain.
Menurut Muhammad (2005) pembiayaan atau financing yaitu
pendanaan yang diberikan oleh suatu bank kepada pihak lain untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri
maupun lembaga. Dalam kaitannya dalam pembiayaan pada bank
syariah atau istilah teknisnya disebut dengan aktiva produktif. Menurut
ketentuan bank Indonesia aktiva produktif adalah penanaman dana
bank syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk
pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga syariah, penempatan,
penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan
kontijensi pada rekening administrative serta sertifikat wadiah Bank
Indonesia (Peraturan Bank Indonesia No. 6/7/FBI/2003 tanggal 19 Mei
2013)
Berdasarkan tujuan pembiayaan yang ada dapat dibagi menjadi
2 bagian yaitu berdasarkan tingkat makro dan mikro namun disini kita
akan lebih fokuskan ke mikro berdasarkan tema besar. Tujuan tersebut
yaitu untuk:
a. Upaya untuk memaksimalkan laba, yang artinya setiap usaha yang
dibuka memiliki tujuan tertinggi, yaitu menghasilkan laba usaha.
Untuk dapat menghasilkan laba maksimal maka diperlukan
19 b. Upaya meminimalkan risiko, dengan arti usaha yang dilakukan
agar mampu menghasilkan laba maksimal, maka pengusaha harus
mampu meminimalkan risiko yang mungkin timbul. Risiko
kekurangan modal usaha dapat diperoleh melalui tindakan
pembiayaan.
c. Pendayagunaan sumber ekonomi, artinya sumber daya ekonomi
dapat dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber
daya alam dengan sumber daya manusia serta sumber daya
modal. Jika sumber daya alam dan sumber daya manusianya ada,
dan sumber daya modal tidak ada, maka dipastikan diperlukan
pembiayaan. Dengan demikian, pembiayaan pada dasarnya dapat
meningkatkan daya guna sumber daya ekonomi.
d. Penyaluran kelebihan dana, yang artinya dalam kehidupan
masyarakat ada pihak yang kelebihan dana, sementara ada pihak
yang kekurangan dana. Dalam kaitan dengan masalah dana, maka
mekanisme pembiayaan dapat menjadi jembatan dalam
penyeimbangan dan penyaluran kelebihan dana dari pihak yang
kelebihan kepada pihak yang kekurangan dana menurut (Asiyah,
2014: 6).
Namun secara umum tujuan pembiayaan ada dua fungsi yang
saling berkaitan. Profitability yaitu tujuan untuk memperoleh hasil
dari pembiayaan berupa keuntungan yang diraih dari bagi hasil yang
diperoleh dari usaha yang dikelola bersama nasabah. Safety yakni
terjamin sehingga tujuan profitability dapat benar benar tercapai tanpa
hambatan yang berarti.
Pembiayaan yang diselenggarakan bank syariah memiliki
fungsi yaitu: meningkatkan daya guna uang, meningkatkan daya guna
barang, meningkatkan peredaran uang, menimbulkan kegairahan
berusaha, stabilitas ekonomi, dan jembatan untuk meningkatkan
pendapatan nasional menurut(Asiyah, 2014:8)
Menurut Muhammad (2004) dalam pelaksanaan pembiayaan, bank
harus memenuhi dua aspek, yaitu:
a. Aspek syariah, yang beratri dalam setiap realisasi pembiayaan
kepada para nasabah, bank syariah harus tetap berpedoman pada
syariat Islam yang antara lain tidak mrengandung unsur maysir,
gharar, dan riba.
b. Aspek ekonomi yang berarti mempertimbangkan perolehan
keuntungan bagi bank syariah maupun nasabah itu sendiri.
Sedangkan menurut Syafii Antonio sifat penggunaannya,
pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal yaitu:
a. Pembiayaan Produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu
untuk peningkatan usaha baik usaha produksi, perdagangan,
maupun investasi.
b. Pembiayaan Konsumtif, yaitu pembiayaan yang dipergunakan
untuk memenuhi konsumsi, yang akan habis digunakan untuk
21 Lazimnya dalam bisnis prinsip pembiayaan, ada tiga skim dalam
melakukan akad pada bank syariah, yaitu:
a. Prinsip bagi hasil
Fasilitas pembiayaan yang disediakan di sini berupa uang
tuna atau barang yang dinilai dengan uang. Jika dilihat dari sisi
jumlah, dapat menyediakan sampai 100% dari modal yang
diperlukan, ataupun dapat pula hanya sebagian saja berupa
patungan antar bank dengan pengusaha (customer). Sisi bagi
hasilnya, ada dua jenis bagi hasil (tergantung kesepakatan),
yaitu revenue sharing atau profit sharing. Adapun dalam hal
presentase bagi hasilnya dikenal dengan nisbah, yang dapat
disepakati dengan customer yang mendapat faslitas pembiayaan
pada saat akad pembiayaan. Prinsip bagi hasil ini terdapat dalam
produk-produk:
1) Mudaharabah, yaitu akad kerja sama uaha antara dua
pihak di mana pihak pertama sahibul mal
menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak
lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara
mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang
dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi
ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu
bukan akibat kelalaian pengelola. Seandainya
kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau
kelalaian pengelola, maka pengelola harus
2) Musyarakah, yaitu akad kerja sama antara dua pihak
atau. lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau
amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama
sesuai dengan kesepakatan.
3) Muzara’ah, yaitu akad kerja sama atau percampuran
pengolahan pertanian antara pemilik lahan dengan
penggarap dengan sistem bagi hasil atas dasar hasil
panen. Adapun jenis-jenis muzara’ah adalah
muzara’ah, yaitu kerja sama pengolahan lahan di
mana benih berasal dari pemilik lahan dan
mukhabarah yaitu kerja sama pengolahan lahan di
mana benih berasal dari penggarap.
b. Prinsip jual beli
Prinsip ini merupakan suatu sistem yang
menerapkan tata cara jual beli, di mana bank akan
membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau
mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan
pembelian barang atas nama bank, kemudian bank
menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga
sejumlah harga beli ditambah keuntungan
(margin/mark-up). Prinsip ini dilaksanakan karena
adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda.
23 menjadi bagian antar harga barang yang diperjual
belikan. Prinsip ini terdapat dalam produk:
1) Bai‘al-Murabahah, yaitu akad jual beli barang
tertentu. Dalam transaksi jual beli tersebut, penjual
menyebutkan dengan jelas barang yang
diperjualbelikan, termasuk harga pembelian dan
keuntungan yang diambil.
2) Bai‘al-muqayyadah, yaitu jual beli di mana
pertukaran terjadi antara barang dengan barang
(barter). Aplikasi jual beli semacam ini dapat
dilakukan sebagai jalan keluar bagi transaksi ekspor
yang tidak dapat menghasilkan valuta asing
(devisa).
3) Bai‘al-mutlaqah, yaitu pertukaran antara barang
atau jasa dengan uang. Uang berperan sebagai alat
tukar. Jual beli semacam ini menjiwai semua produk
lembaga keuangan yang didasarkan atas prinsip jual
beli.
4) Bai‘as-salam, yaitu akad jual beli di mana pembeli
membayar uang (sebesar harga) atas barang yang
telah disebutkan spesifikasinya, sedangkan barang
yang diperjualbelikan itu akan diserahkan
kemudian, yaitu pada tanggal yang disepakati.
diangsur sesuai dengan jadwal dan syarat-syarat
yang disepakati bersama, sedangkan barang yang
dibeli diproduksi dan diserahkan kemudian.
c. Prinsip sewa-menyewa
Selain akad jual beli yang telah dijelaskan sebelumnya, ada
pula akad sewa-menyewa yang dilaksanakan dalam perbankan
syari’ah. Prinsip ini terdiri atas dua jenis akad, yaitu:
1) Akad ijarah, yaitu akad pemindahan hak guna atas barang
atau jasa melalui pembayaran upah sewa tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyah)
atas barang itu sendiri.
2) Akad ijarah muntabihabi at-tamlik, yaitu sejenis
perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau lebih
tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan
barang di tangan si penyewa. Sifat pemindahan
kepemilikan ini pula yang menandakan dengan ijarah
biasa.
2. Prosedur analisis pembiayaan
a. Berkas dan pencatatan
b. Data pokok dan analisis pendahuluan
1) Realisasi pembelian, produksi dan penjualan
2) Rencana pembelian, produksi dan penjualan
3) Jaminan
4) Laporan keuangan
25
c. Penelitian data
d. Penelitian atas realisasi usaha
e. Penelitian atas rencana usaha
f. Penelitian dan penilaian barang jaminan
g. Laporan keuangan dan penelitiannya menurut(Asiyah, 2014: 88)
3. Qardhul Hasan
Menurut Al-Quran surat Al-Hadid ayat 11 dan Surat Al-Baqarah
ayat 245
Surat Al-Hadid ayat 11
Ayat 11
ٌي ِرَك ٌر ْجَأ ُ َلَ َو ُ َلَ ُهَفِعا َضُيَف اًن َ سَح ا ًض ْرَق َ ذللَّا ُضِرْقُي يِ ذلَّا اَذ ْنَم
“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.” (Depaetemen Agama RI, Alquran terjemah: 538: 2010)
Surah Al-Baqarah - Ayat 245
ُط ُسْبَيَو ُضِبْقَي ُ ّللَّاَو ًةَيرِثَك اًفاَع ْضَأ َُلَ ُهَفِعا َضُيَف اًن َ سَح ا ًضْرَق َ ّللَّا ُضِرْقُي يِ ذلَّا اَذ نذم
َنوُعَجْرُت ِهْيَل
ِ
اَو
”Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman
yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki)
dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.”(Depaetemen Agama RI,
Alquran terjemah: 39: 2010)
Qardhul Hasan dalam kitab-kitab klasik adalah qard. Qard secara
etimologi berarti al-qot’u yang artinya pemotongan. Harta yang
merupakan potongan dari harta orang yang memberikan hutang.
Qardhul Hasan atau pinjaman kebajikan merupakan suatu pembiayaan
yang bersifat sosial dalam Lembaga Keuangan Syariah (LKS).
Menurut Baharudin (2008) Al-Qardh ialah pemberian harta kepada
orang lain yang dapat ditagih kembali atau dengan kata lain
meminjamkan tanpa mengharap imbalan. Salam fiqh, al-qardh
termasuk dalam kategori tabarru’.
Menurut saleh (1992) Qard merupakan pinjaman kebajikan/lunak
tanpa imbalan yang biasanya digunakan untuk pembelian
barang-barang fungible (yaitu barang yang dapat diberikan dan diganti sesuai
berat, ukuran, dan jumlahnya). Kata ini kemudian diadopsi menjadi
credo (romawi), credit (inggris), dan kredit (Indonesia). Objek dari
penjaman qardh biasanya adalah uang atau alat tukar lainnya, yang
merupakan transaki pinjaman murni tanpa tanpa bunga ketika ketika
peminjam mendapat uang tunai dari pemilik dana (bank) dan hanya
wajib mengembalikan pokok hutang pada jangka waktu tertentu sesuai
dengan kesepakan yang telah ditentukan. Peminjam dapat
mengembalikan lebih dari pinjaman sebagai ucapan terima kasih.
Menurut Maslehudin (1994) secara epistimologi kata Qardhul
berasal dari q-r-d yang berati memotong. Dikatakan demikian karena
harta tersebut benar-benar dipotong apabila diberikan kepada
peminjam. Berdasarkan Hadist Nabi Saw, pemberian pendahuluan
pinjaman dengan caraal-qard lebih berkenaan bagi Allah daripada
27 perlu diragukan lagi, serta merupakan sunah Nabi Saw dan ijma’
ulama.
Menurut Perwataatmadja dan Antonio (1999) secara terminologi,
al-qardu al-hasan (benevolen loan) ialah suatu pinjaman yang
diberikan atas dasar kewajiban sosial semata, dalam hal ini si
peminjam tidak dituntut untuk mengembalikan apa pun kecuali
pinjaman. Sifat Qardhul Hasan Menurut Antonio (2001) ini tidak
memberikan financial.
Menurut buku pedoman Qardhul Hasan BNI Syariah (2000)
al-qard al-hasan adalah perjanjian pembiayaan antara bank dan nasabah
yang layak menerima, dengan prioritas kecil bagi pengusaha kecil
yang potensial,akan tetapi tidak mempunyai modal apapun selain
kemampuan berusaha, serta perorangan lain yang berada dalam
keadaan terdesak. Penerima pembiayaan hanya diwajibkan
mengembalikan pokok pembiayaan pada saat jatuh tempo dan bank
harus membebani nasabah atas biaya administrasi dan biaya lainnya
untuk keperluan pembuatan perjanjian. ”Dan jika ia (orang yang berutang itu) dalam kesulitan, berilah
mengetahui.” (Depaetemen Agama RI, Alquran terjemah: 47: 2010)
b. Rukun
1) Pelaku, terdiri atas pemberi dan penerima pinjaman
2) Objek akad, berupa uang yang dipinjamkan
3) Ijab Kabul/serah terima
c. Tujuan
Pada dasarnya pinjaman Qardhul Hasanbertujuan atau
diperuntukkan untuk mereka kaum duafa yang memerlukan
pinjaman konsumtif jangka pendek untuk tujuan yang sangat
darurat (pendidikan dan biaya rumah sakit).
d. Sumber Dana
2) Dapat membebankan biaya administrasi sehubungan
dengan pemberian Qardh. Biaya administrasi ditetapkan
dengan nominal tertentu, tanpa terkait dengan jumlah dan
jangka waktu pinjaman.
3) Dapat memperpanjang jangka waktu pengembalian atau
menghapus buku sebagian/seluruh kewajiban pada waktu
29
f. Peminjam (nasabah)
1) Nasabah wajib mengembalikan jumlah pokok pinjaman
Qardhul Hasan pada waktu yang disepakati.
2) Nasabah dapat memberikan tambahan/sumbangan dengan
suka rela kepada bank selama tidak diperjanjikan dalam
akad.
3) Karakter nasabah harus diketahui dengan jelas.
4) Bank tidak diperbolehkan mempermasyarakatkan imbalan
atau kelebihan/hadiah (di luar pinjaman) dari nasabah
peminjam Qardhul Hasan.
g. Dokumentasi
1) Surat persetujuan prinsip.
2) Akad Qardhul Hasan.
3) Surat Permohonan realisasi Pinjaman Qardhul Hasan.
4) Tanda Terima Uang oleh Nasabah.
h. Lain-lain
1) Semua biaya administrasi yang timbul akibat dari perjanjian
ini dapat ditanggung oleh nasabah.
2) Penyaluran dana biaya administrasi dapat dilakukan secara
sekaligus atau secara mengangsur.
3) Atas pinjaman Qardh, bank hanya boleh mengenakan biaya
administrasi menurut (Muhammad, 2000: 17-151)
Akad terutama digunakan IDB ketika memberikan
pinjaman lunak kepada pemerintah. Biaya jasa ini pada
1-2 persen. Dalam aplikasinya di perbankan syariah. Qardh
biasa digunakan untuk menyediakan dana talangan kepada
nasabah prima dan untuk menyumbang sektor usaha
kecil/mikro atau membantu sektor sosial. Dalam hal ini skema
pinjamannya di sebut Qardhul Hasan menurut (Ascarya,2011:
47)
i. Persyaratan untuk memperoleh fasilitas Qardhul Hasan
1) Jumlah pinjaman paling tinggi sesuai dngan keputusan
sidang Dewan Direktur Eksekutif IDB ke-108 adalah US$ 5
juta.
2) Jangka waktu paling lama 25 tahun, dengan masa tenggang
waktu paling lama 5 tahun.
3) Dikenakan service free sebesar biaya yang benar benar
dikeluarkan untuk pemberian pinjaman tersebut yang
besarnya tidak lebih dari 2,5% per tahun menurut (Antonio,
dan Perwataatmadja, 1992:67-68)
4. Perkembangan BMT Secara Umum di Indonesia
BMT adalah lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) yang
tumbuh dari masyarakat dan berkembang sangat pesat sehingga telah
menjangkau hampir di seluruh tanah air Indonesia. Perkembangan
tersebut tidak hanya dari sisi jumlah BMT (ribuan) tetapi juga sisi
perkembangan organisasi (termasuk aset) maupun peranannya dalam
memberdayakan masyarakat khususnya masyarakat lapisan bawah,
31 perkembangan yang luar biasa tersebut, saat ini BMT telah menjadi
sorotan dunia internasional.
Tingkat kemiskinan di Indonesia dinilai masih relatif tinggi dan
masih diperlukan upaya-upaya untuk mereduksinya. Berkaitan dengan
hal ini, maka BMT perlu untuk meningkatkan perannya. Itu artinya
BMT perlu dikembangkan lebih jauh sehingga peranannya maksimal.
Untuk keperluan tersebut diperlukan sumber daya manusia (SDM)
yang memadai baik secara kualitas maupun kuantitas. Berikut adalah
perkembangan BMT di Indonesia:
a. Pada mulanya adalah Baitul Maal
Nama Baitul Maal berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata
bait artinya “rumah”, dan al-maal yang berarti “harta”. Baitul
Maal berarti rumah untuk mengumpulkan atau menyimpan harta.
Baitul Maal adalah suatu lembaga atau pihak (al jihat) yang
mempunyai tugas khusus mengenai segala harta umat, baik
berupa pendapatan maupun pengeluaran negara. Dengan
demikian, munculnya nama Baitul Maal pada masa itu adalah
terkait dengan urusan negara berkenaan dengan pengelolaan harta
baik berupa uang maupun barang sebagaimana Rasulullah Saw.
Dalam pengertian Baitul Maal yang sekarang, khususnya di
Indonesia menjadi menyempit. BMT lebih diartikan sebagai
lembaga sosial untuk menyalurkan zakat, infaq dan shadaqah atau
sebagai lembaga amil saja, dengan pelaksananya tidak hanya
pemerintah saja, tapi swasta juga dapat melakukannya.
BAZIS. Hal tersebut selanjutnya ditanggapi positif oleh Presiden
dengan memberikan seruan dan edaran kepada para pejabat dan
instansi terkait untuk menyebarluaskan dan membantu
terlaksananya pengumpulan zakat secara nasional. Tercatat bahwa
secara resmi, Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Ali Sadikin
mengeluarkan Surat Keputusan No.Cb. 14/8/68 tertanggal 5
Desember 1968 tentang Pembentukan Badan Amil Zakat,
berdasarkan syariat Islam dalam wilayah DKI Jakarta.
b. Baitul Maal Dikembangkan dengan Kelengkapannya sabagai
Baitul Tamwil, tahapannya sebagai berikut:
Dimulai tahun 1984 dikembangkan oleh aktivitas Masjid
Salman di ITB Bandung yang mendirikan Koperasi Teknosa yang
mencoba manggulirkan lembaga pembiayaan berdasarkan syariah
bagi usaha kecil. Dipilihnya badan hukum koperasi tampaknya
sebagai pilihan yang dianggap paling tepat untuk memenuhi
aspek legalitasnya, sementara secara generik uamat lebih
menyebutnya sebagai Baitul Tanwil (BT) Teknosa.
Pada tahun 1988 menyusul muncuknya Koperasi Ridho
Gusti, dan Tahun 1992 muncul lembaga yang menggambungkan
nama Baitul Maal dan Tanwil, dengan BMT Insani Kamil. Mulai
pada masa inilah secara sadar umat lebih mengenal BMT sebagai
lembaga keuangan mikro syariah yang memberikan layanan
keuangan umat baik untuk sosial (sebagai amil) - fungsi Baitul
Maal dan layanan komersial atau niaga - dengan fungsi Baitul
33
1) Pertumbuhan BMT Sebagai Lembaga Ekonomi Umat
Kemunculan lembaga Baitul Maal wa Tamwil, yang
melakukan kegiatannya berdasar prinsip-prinsip syariah
dirasakan betul bagi umat dapat memenuhi kebutuhan, tidak
saja karena sistemnya yang syar’i, namun juga fungsi manfaat
sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, kemudian bermunculan
lembaga-lembaga keuangan mikro syariah dengan nama
generik BMT yang banyak dimotori oleh aktivis atau jemaah
masjid atau dari atau dari organisasi kemasyarakatan seperti
Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, PERSIS dan sebagainya,
serta umat lain secara perorangan atau kelompok.
Pada tahun 1993, kegiatan oprasional BMT-BMT di
Indonesia masih beragam, baik dari sisi produk, akad, maupun
sistem oprasionalnya. Oleh karena itu, banyak umat yang
mengalihkan pilihanya dengan mendirikan BMT. Di awali
dengan BMT BINAMA di Semarang, BMT TAMZIZ di
Wonosobo, BMT BUS di Lasem, BMT Bringharjo di
Yogyakarta. Gerakan nasional BMT pada tahun 1995 (yang
dimotori oleh PINBUK) tampaknya mempunyai peran yang
cukup penting dalam hal ini. Pada masa ini lah BMT yang kita
kenal beroprasi di indonesia berdasarkan kegiatan oprsionalnya
sebagai sebuah lembaga kauangan dengan prinsip sistem
perbankan syariah, yang kemudian diadobsi dan dilegalkan
oleh pemerintah melalui Departemen Koperasi dan UKMK
Koperasi UKMK No. 91/Kep/M.UKMK/IX/2004. Masa
tumbuh dan berkembangnya BMT ini, semakin meneguhkan
dan memberikan keyakinan umat bahwa BMT adalah lembaga
umat yang tepat untuk menjawab masalah-masalah ekonomi
umat. Beberapa BMT mulai tumbuh kesadarannya untuk
memperkuat barisan sebagai lembaga keuangan syariah yang
35
BAB III
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Profil BMT Bina Usaha
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Bina Usaha adalah lembaga keuangan
syariah berbadan hukum koperasi yang pertama kali berdiri di kecamatan
Bergas, kabupaten Semarang. BMT Bina Usaha mulai beroperasional pada
tanggal 1 November 1998 di Jl. PTP Ngobo No.4, Sruwi Karangjati,
Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang dan memperoleh badan hukum
koperasi pada tanggal 3 Maret 1999 dengan nomor
066/BH/KDK.11./III/1999.
Pada tangga 29 juli 2008 Koperai BMT Bina Usaha menempati kantor
baru di Ngimbun RT 03 RW 03 Kelurahan Karangjati Kecamatan Bergas
Kabupaten Semarang, nomor telepon (0298) 521070 dengan perubahan
Anggaran dasar dan badan hukum nomor 57/BH/PAD/XIV.23/188.4/II/2009,
tanggal 11 Februari 2009. Adapun kelebihan yang dimiliki oleh BMT Bina
Usaha yaitu:
1. BMT Bina Usaha mengguanakan pelayanan dengan sistem jemput bola
yang artinya, penyetoran dan penarikan simpnan bisa dilayani di rumah
/ lokasi usaha anggota BMT, disamping itu anggota BMT bisa juga
langsung ke kantor untuk melakukan transaksi setoran maupun
penarikan simpanan selama jam kerja.
2. Operasional lembaga dikelola secara profesional dan transparan,
sehingga Anggota BMT dapat mengetahui saldo rekening setiap saat.
3. Perkembangan kadar keuntungan (bagi hasil) simpanan yang kompetitif
4. Dana anggota dikelola dan disalurkan dalam bentuk pembiayaan usaha
produktif dan pemenuhan kebutuhan konsumtif dalam rangka
meningkatkan taraf hidup dan pengembangan ekonomi umat.
5. Menggunakan pola syariah, dengan pembenahan sistem operasional
yang terus dilakukan untuk menjamin keamanan dan kenyamanan
dalam bertransaksi.
6. Modal maupun keuntungan yang diperoleh BMT Bina Usaha
dikeluarkan Zakat setisp tahun untuk kemudisn disalurkan kepada
pihak-pihak yang membutuhkan, dengan mengharap ridho dan
keberkahan dari Allah SWT.
B. Visi dan Misi BMT Bina Usaha
BMT Bina Usaha memiliki sebuah visi yaitu “Menjadi lembaga
keuangan syariah yang besar dan mampu mensejahterakan anggota”.
Adapum misi yang ingin dicapai oleh BMT Bina Usaha adalah sebagai
berikut:
1. Menyeleggarakan pelayanan kepada anggota sesuai dengan prinsip
KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah).
2. Memperdayakan ekonomi umat islam kabupaten semarang pada
khsusnya.
C. Lokasi BMT Bina Usaha
Lokasi Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Bina Usaha terletak di Ngimbun
RT 03 RW 03 Kelurahan Karangjati Kecamatan Bergas Kabupaten
Semarang, no.Telp. (0298) 521070 dengan perubahan Anggaran Dasar dan
dan Badan Hukum nomor 57/BH/PAD/XIV.23/188.4/II/2009, tanggal 11
37 pasar, pedagang, petani, dan masyarakat di daerah Kecamatan Karangjati dan
sekitarnya.
D. Tujuan BMT Bina Usaha
BMT Bina Usaha memiliki sebuah visi yaitu “Menjadi lembaga
keuangan syariah yang besar, terpercaya dan mampu mensejahterakan
anggota”.
Adapun misi yang ingin dicapai oleh BMT Bina Usaha adalah sebagai
berikut:
1.Menyelenggarakan pelayanan prima kepada anggota sesuai jatidiri
koperasi.
2.Menjalankan kegiatan usaha jasa keuangan syariah dengan efektif, efisien
dan transparan.
3.Menjalin kerjasama usaha dengan berbagai pihak.
4.Menjadikan usaha jasa keuangan syariah sebagai percontohan.
E. Struktur Organisasi BMT Bina Usaha
Faktor terpenting dalam perusahaan adalah struktur organisasi dari
perusahaan. Dengan menentukan struktur organisasi yang tepat maka akan
memudahkan koordinasi atara atasan dan bawahan sehingga dapat
menciptakan suasana kerja yang baik dan memperlancar aktifitas operasional
perusahaan. Selain itu adanya struktur organisasi memudahkan untuk
pengkoordinasian dan penyatuan usaha untuk menujukan kerangka –
kerangka hubungan diantara fungsi bagian – bagian maupun tugsa dan
wewenang serta tanggung jawab. Sama halnya dengan BMT Bina Usaha
Struktur Organisasi BMT Bina Usaha
F. Deskripsi Tugas dan Tanggung Jawab Struktur Organisasi
Seperti halnya dengan sebuah perusahaan, BMT Bina Usaha Karangjati
dalam sistem manajemen terdapat bagian – bagian yang mempunyai tugas
dan tanggung jawab dalam menyelesaikan semua pekerjaannya. Berikut
adalah tugas dan tanggung jawab bagian – bagian yang ada pada BMT Bina
Usaha Karangjati, yaitu sebagai berikut:
1. Dewan Pengawas Syariah
Dalam struktur organisasi dewan Pengawas syariah mempunyai tugas
dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Membuat pedoman syariah dari setiap produk pengerahan dana
maupun produk pembiayaan BMT.
b. Mengawasi penerapan konsep syariah dalam seluruh kegiatan
operasional BMT.
c. Melakukan pembinaan/konsultasi dalam bidang syari’ah bagi
pengurus, pengelola dan atau anggota BMT.
2. Badan Pengawas
Dalam struktur organisasi pada BMT Bina Usaha seorang Badan
39 a. Sebagai penasehat dan pemeberi saran kepada pengurus mengenai
hal-hal yang terkait dengan syariah.
b. Sebagai mediator antara BMT dengan Dewan Pengawas Syariah.
c. Mewakili anggota dalam pengawasan syariah.
3. Badan Pengurus
Dalam struktur organisasi pada BMT Bina Usaha pengurus
mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Memimpin organisasi dan usaha BMT.
b. Membuat rencana kerja dan rencana anggaran pendapatan dan belanja
BMT.
c. Menyelenggarakan rapat anggota pengurus.
d. Mengajukan laporan keuangan dan pertanggung jawaban pelaksanaan
tugas pada rapat anggota.
e. Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris serta
adminsitrasi anggota.
4. Manajer
Dalam struktur organisasi pada BMT Bina Usaha seorang manajer
mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Membuat rencana pemasaran, pembiayaan, operasional dan keuangan
secara periodik.
b. Membuat kebijakan khusus sesuai dengan kebijakan umum yang
digariskan oleh dewan pengurs syariah.
c. Memimpin dan mengarahkan kegiatan yang dilakukan oleh staffnya.
d. Membuat laporan pembiayaan baru, perkembangan pembiayaan, dana,
5. Pengawas Internal
Dalam struktur organisasi pada BMT Bina Usaha seorang Pengawas
Internal mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Melakukan pengawasan secara periodik atas aktivitas
menejemen,operasional dan keuangan, sehingga dapat dipastikan
aktivitas menejemen, operasional dan keuangan BMT Bina Usaha
berjalan sesuai prosedur yang berlaku di BMT Bina Usaha dan
terhindar dari kemungkinan-kemungkinan yang dapat mengancam
keberlangsungan BMT Bina Usaha.
6. Kabag Baitul Maal
Dalam struktur organisasi pada BMT Bina Usaha seorang Kabag Baitul
Maal mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Membantu manajer dalam penyusunan rencana pemasaran dan
operasional serta keuangan.
b. Memimpin dan menarahkan kegiatan yang dilakukan oleh staffnya.
c. Membuat laporan periodik kepada menejer berupa :
1) Laporan penyuluhan dan konsultasi.
2) Laporan perkembangan penerimaan ZIS.
3) Laporan Keuangan.
7. Kabag Operasional
Dalam struktur organisasi pada BMT Bina Usaha seorang Kabag
Opersional mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Merencanakan, mengarahkan, mengontrol serta mengevaluasi seluruh
aktivitas dibidang operasional baik yang berhubungan dengan pihak
41 BMT Bina Usahakhususnya dalam pelayanan terhadap mitra maupun
anggota BMT Bina Usaha.
8. Kabag Pemasaran
Dalam struktur organisasi pada BMT Bina Usaha seorang Kabag
Pemasaran mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Merencanakan, Mengarahkan, serta mengevaluasi target
penghimpunan dana dan pembiayaan BMT Bina Usaha serta
memastikan strategi yang digunakan tepat dalam upaya mencapai
sasaran termasuk dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah.
9. Pembukuan
Dalam struktur organisasi pada BMT Bina Usaha bagian Pembukuan
mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Mengerjakan jurnal dan buku besar.
b. Menyusun neraca percobaan.
c. Melakukan perhitungan bagi hasil.
d. Menyusun laporan keuangan secara periodik.
10.Kasir / Teller
Dalam struktur organisasi BMT Bina Usaha seorang teller mempunyai
tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Menerima uang dan membayar sesuai perintah ketua/Direktur.
b. Melayani dan membayar pengambilan tabungan.
c. Membuat buku kas harian.
d. Setiap kahir jam keja, menghitung uang yang ada dan minta
pemeriksaan dari menejer.
f. Menangani pembukuan kartu tabungan.
g. Mengurs semua dokumen dan pekerjaan yang harus di
komunikasikan dengan anggota.
11.Marketing / Pembiayaan
Dalam struktur organisasi BMT Bina Usaha bagian
marketing/pembiayaan mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut:
e. Mengajukan persetujuan pembiayaan kepada ketua baitul tamwil.
f. Melakukan administrasi pembiayaan.
g. Melakukan pembinaan anggota.
h. Memuat laporan perkembangan pembiayaan.
12.Pemasaran
Dalam struktur organisasi BMT Bina Usaha bagian
marketing/pembiayaan mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut:
a. Menjalankan tugas lapangan yaitu menarik setoran anggota/nasabah
dan menawarkan produk-produk BMT Bina Usaha.
b. Mengatur rute kunjungan pemasaran harian.
c. Melaporkan kendala-kendala yang dialami dilapangan kepada
43
G. Produk – Produk BMT Bina Usaha
BMT Bina Usaha merupakan salah satu koperasi berbasis syariah yang
bergerak di bidang simpan pinjam, ada beberapa produk yang ditawarkan
baik itu produk simpanan maupun produk pembiayaan, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Pendanaan/ Simpanan
a. Simpanan Sukarela Lancar (SIRELA)
Simpanan dengan akad wadiah yadhamanah, yaitu akad
titipan uang anggota BMT dengan tanggungan keamanan dari
BMT, dan BMT diperkenankan untuk mengelola uang tersebut
untuk keperluan yang bermanfaat. BMT akan memberikan
pembagian kadar keuntungan seuai dengan ketetapan BMT,
dengan ketentuan:
1) Simpanan atas nama pribadi atau lembaga.
2) Menbayar simpanan pokok sebesar Rp 10.000,- (sepuluh
ribu rupiah).
3) Setoran selanjutnya minimal Rp 5.000,- (lima ribu rupiah).
4) Setoran dan penarikan dapat dilakukan sewaktu-waktu
selama jam kerja.
5) Melayani sistem jemput bola (pelayanan penarikan setoran
dan penarikan simpanan di lokasi anggota)
b. Simpanan Sukarela Berjangka (SISUKA)
Simpanan dengan akad mudharabah, yaitu anggota BMT
menginvestasikan sejumlah dana kepada BMT, dan BMT akan