• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERKEMBANGAN SERTA KENDALA PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN DI BMT BINA USAHA KARANGJATI TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat GunaMemperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A.Md.E.Sy)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS PERKEMBANGAN SERTA KENDALA PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN DI BMT BINA USAHA KARANGJATI TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat GunaMemperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A.Md.E.Sy)"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

i

PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN DI BMT BINA

USAHA KARANGJATI

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

GunaMemperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah

(A.Md.E.Sy)

Oleh:

ELYSA

NIM: 201-14-035

JURUSAN DIII PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)

i

ANALISIS PERKEMBANGAN SERTA KENDALA

PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN DI BMT BINA

USAHA KARANGJATI

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

GunaMemperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah

(A.Md.E.Sy)

Oleh:

ELYSA

NIM: 201-14-035

JURUSAN DIII PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

vi

MOTTO

”Barang siapa menginginkan kebahagiaan didunia maka haruslah dengan ilmu,

barang siapa yang menginginkan kebahagiaan di akhirat haruslah dengan ilmu,

dan barang siapa yang menginginkan kebahagiaan pada kedanya maka haruslah

dengan ilmu juga”

(9)

vii

PERSEMBAHAN

“Sebagai Ungkapan Rasa Syukurku dan tanda Bakti Kepada Kedua Orang Tuaku” Tugas Akhir ini saya persembahkan kepada

Pertama

Kedua orang tuaku tercinta Ibuku “SUMIYATUN”dan Bapakku “KABUL

PRASETYO” yang senantiasa membimbing, mendorong, mendukung dengan penuh kesabaran, keikhlasan, kegigihan dan tidak ada henti-hentinya mendoakan

anak-anaknya supaya menjadi anak yang sholih dan sholihah bermanfaat bagi

Agama, Nusa dan Bangsa.

Amin YaRabbalalamin.

Ke-dua

Kepada suamiku MIFTAHUL ULUM yang selalu memberikan aku semangat

dan memberikan aku motivasi disaat aku mulai lelah untuk melanjutkan TA ini,

serta Keluarga dan Adik-adikku tercinta yang ikut serta memberi dorongan,

semangat, dan doanya dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Ke-tiga

Teman-temanku program studi D-III Perbankan Syariah kelas Aangkatan 2014

yang telah mengajarkanku apa arti kebersamaan, kemandirian, pengorbanan dan

persahabatan selama tiga tahun.

Ke-empat

Yang terakhir dan yang terspesial Almamaterku Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam jurusan D-III Perbankan Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

(10)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang

atas segala limpahan nikmat, karunia, serta hidayah-nya. Sehingga penulis dapat

menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa

terhaturkan dan tercurahkan kepada khatamul anbiya’ wal mursalin (penutup para

Nabi dan Rasul) baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan

pengikut serta orang-orang yang mencintainya, hingga yaumul qiyamah. Semoga

kita semua, orang tua kita, keluarga kita, guru-guru kita diberi tetap Iman, Islam,

Ihsan, istiqomah dalam beribadah dan dibimbing oleh Allah SWT dan pada

akhirnya jika kita dipanggil menghadap Allah AWT menetapi ‘ala ar-Ridha wa

khusnul khatimah. Amin

Penyusun Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Berawal dari kekurangan dan

keterbatasan, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul

“ANALISIS PERKEMBANGAN SERTA KENDALA PEMBIAYAAN

QARDHUL HASAN DI BMT BINA USAHA KARANGJATI” dengan baik.

Sebagai hamba yang lemah dan banyak kesalahan, penulis menyadari bahwa

dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini banyak pihak yang ikut serta memberikan

bantuan moril maupun material. Oleh karenanya dengan kerendahan hati bantuan

moril maupun material. Oleh karenanya dengan kerendahan hati perkenan

kanpenulis untuk menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada:

(11)

ix

2. Bapak Dr. Anton Bawono, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Islam IAIN Salatiga.

3. Bapak H. Alfred L. M.Si. selaku Ketua Jurusan D-III Perbankan Syariah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga.

4. Ibu Fetria Eka YudianaS.E.,M, Si. Yang telah membimbing penulis dalam

menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan kesantunan, kesabaran, keikhlasan

dan kebajikan.

5. Bapak Drs. Mubasirun, M.Ag. selaku dosen pembimbing Akademik

selama kuliah di jurusan D-III Perbankan Syariah IAIN Salatiga yang

selalu memberikan motivasi belajar bagi penulis.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta Karyawan Akademik IAIN Salatiga terlebih

kepada dosen-dosen di jurusan Perbankan Syariah IAIN Salatiga yang

banyak berjasa kepada penulis.

7. Siti Hanifa serta para staf di BMT Bina Usaha Karangjati.

8. Para Staf Perpustakaan IAIN Salatiga terimakasih atas bantuan penyediaan

buku-buku kepada penulis hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini.

9. Seluruh Karyawan BMT Bina Usaha Karangjati, yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian hingga akhir.

10.Semua pihak yang terkait dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan dan

masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya saran dan kritik yang konstruktif

(12)
(13)

xi

ABSTRAK

Elysa. 2017. AnalisisPerkembangan,Serta Kendala Pembiayaan Qardhul Hasan

di BMT Bina Usaha KarangjatiTugasAkhir, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam Program Studi D III Perbankan Syariah IAIN Salatiga. Pembimbing: Fetria Eka YudianaS.E.,M, Si.

Kata Kunci: Pembiayaan, Qardhul Hasan, BMT

Dalam penelitian ini membahas mengenai perkembangan serta kendala pembiayaan Qardhul Hasan yang ada pada BMT. Sebagai lembaga keuangan mikro syariah yang dertujuan untuk meyejahterakan angotanya, pemberian pembiayaan qardhul hasan sangatlah penting karena akad yang digunakaan dalam pembiayaan ini adalah akad tabaru’. Yang dimana pembiayaan ini sangatlah membantu untuk masyarakat di kalangangan kurang mampu.

Jenis pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalan pendekatan kualitatif dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan teknik pengambilan data melalui wawancara danobservasi, sedangkan data sekunder dari dokumen-dokumen BMT Bina Usaha Karangjati.

(14)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ... v

MOTTO ... vi

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Metode Penelitian ... 6

E. Sistematika Penulisan... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

(15)

xiii

B. Kerangka Teoritik ... 16

C. Pengertian Pembiayaan ... 16

D. Prosedur Analisis Pembiayaan ... 24

E. Pengertian Qardhul Hasan ... 25

F. Perkembangan BMT secara umum di Indonesia ... 30

BAB III GAMBARAN OBJEK PENELITIAN ... 35

A.Gambaran Umum BMT Bina Usaha Karangjati ... 35

B. Profil BMT Bina Usaha ... 35

C. Visi dan Misi ... 36

D. Lokasi BMT Bina Usaha Karangjati ... 36

E. Tujuan BMT Bina Usaha Karangjati ... 37

F.Struktur Organisasi BMT Bina Usaha Karangjati ... 37

G. Deskripsi Tugas ... 38

H.Produk-Produk ... 43

I.Data Perkembangan Anggota ... 46

BAB IV ANALISIS DATA ... 53

A. Perkembangan Pembiayaan Qardhul Hasan ... 57

B. Kendala Pembiayaan Qardhul Hasan ... 66

(16)

xiv

DAFTAR GAMBAR

(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1JumlahAnggotadanSimpanan BMT Bina Usaha Karangjati ...51

Tabel 2 Data Pembiayaan Qardhul HasanPeriode 2014-2015 ...58

Tabel 3 Data Pembiayaan Qardhul HasanPeriode 2015-2016 ...59

Tabel 4 Data Pembiayaan Qardhul HasanPeriode 2016-2017 ...61

(18)

xvi DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 PernyataanKeasliandanKesediaanPublikasi

Lampiran 2 Declaration

Lampiran 3 Brosur BMT Bina Usaha

Lampiran 4 Lembar Persetujuan Pembiayaan Qardhul Hasan

Lampiran 5 Slip pencairan Pembiayaan Qardhul Hasan

(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Islam hubungan pinjam meminjam tidak dilarang bahkan

dianjurkan agar terjadi hubungan saling menguntungkan, yang pada

gilirannya berakibat kepada hubungan persaudaraan. Hal yang perlu

diperhatikan adalah apabila hubungan ini tidak mengikuti aturan yang

diajarkan oleh islam. Karena itu, pihak-pihak yang berhubungan harus

mengikuti etika yang diajarkan oleh islam (Antonio, 2001:169).

Dalam lembaga keuangan memiliki peran utama yaitu

menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana kepada

masyarakat. Bagian terbesar dana operasional lembaga keuangan

adalah penyaluran dana kepada masyarakat. (Ismail, 2010: 4-5).

Salah satu lembaga keuangan syariah yang aktif dalam

menyalurkan dana kepada masyarakat adalah BMT. BMT merupakan

lembaga keuangan swasta yang modalnya sepenuhnya bersumber dari

masyarakat. Salah satu fungsi utama BMT adalah mengumpulkan dana

dan menyalurkan dana. Penyaluran dana dilakaukan dengan

memberikan pembiayaan kepada nasabah atau anggota yang

membutuhkan.

BMT pada dasarnya mempunyai 2 fungsi yaitu baitul mall dan

baitul tamwil. Akan tetapi banyak BMT yang tertarik menyalurkan

pembiayaan yang bersifat komersil atau pembiayaan tamwil. Karena

pembiayaan baitul mall atau Qardhul Hasan atau benevolent loan

(20)

2 sosial semata dimana si peminjam tidak dituntut untuk mengembalikan

apapun kecuali modal pinjaman. Produk ini memungkinkan

pengucuran dana segar kepada masyarakat yang kurang mampu

(dhuafa) dan termasuk ke dalam yang berhak menerima zakat

(mustahik) sebagai modal untuk melakukan usaha produktif dengan

jumlah pinjaman yang juga disesuaikan dengan kapasitas usahanya.

(Perwataatmadja dan Antonio, 1999).

Pembiayaan Qardhul Hasan cukup efektif dalam upaya

pemberdayaan ekonomi masyarakat yang kurang mampu. Penelitian

lain mengatakan bahwa pembiaayan Qardhul Hasan memiliki

dampak positif dalam program pengentasan kemiskinan. Pelaksanaan

pembiayaan Qardhul Hasan ini harus dilakukan dengan hati-hati agar

penyaluran dana bisa dilakukan dengan tepat sasaran. Untuk itu dalam

memilih calon penerima pembiayaan perlu dilakukannya prinsip 5 C

yaitu:

1. Character

Yaitu penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon

penerima pembiayaan Qardhul Hasan dengan tujuan untuk

memperkirakan kemungkinan bahwa pelanggan dapat

memenuhi kewajibannya.

2. Capacity

Yaitu penilaian secara subjektif tentang kemampuan

penerima pembiayaan Qardhul Hasan untuk melakukan

pembayaran. Kemampuan ini diukur dengan catatan presentasi

(21)

didukung dengan pengamatan di lapangan atas pabrik atau toko

dan metode kegiatan lainnya.

3. Capital

Yaitu penilaian terhadap kemampuan modal yang

dimiliki oleh calon penerima pembiayaan Qardhul Hasan, yang

diukur dengan posisi perusahaan keseluruhan yang ditunjukkan

oleh rasio keuangannya dan penekanan pada komposisi

modalnya.

4. Collateral

Yaitu jaminan yang dimiliki calon penerima pembiayaan

Qardhul Hasan. Penilaian ini bertujuan untuk meyakinkan

bahwa jika suatu risiko kegagalan pembayaran terjadi, maka

jaminan dipakai pengganti dari kewajibannya. Tetapi, collateral

dalam BMT lebih ditekankan pada faktor kepercayaan

kedekatan hubungan dengan pengusaha dan kegiatan usaha

saling mengenal karena daerah usahanya tidak luas melalui

tangguh renteng dan atau jaminan kepercayaan dari tokoh

setempat yang diiringi dengan pengajian bersama.

5. Condition

Bagian pembiayaan Baitut Tanwil harus melihat kondisi

perekonomian secara umum. Khususnya yang terkait dengan

usaha calon penerima pembiayaan Qardhul Hasan. Hal tersebut

dilakukan karena keadaan eksternal usaha yang dibiayai

mempunyai peranan yang sangat besar dalam memperlancar

(22)

4 Biasanya BMT memberikan pembatasan mengenai jumlah dan

jangka waktu, hal ini dimaksudkan sebagai proses revolving dari dana

Qardhul Hasan ini sehingga bisa digulirkan kembali kepada mustahik

lainnya.

Pengelolaan dana mall disetiap BMT berbeda-beda, khususnya

pembagian dana Qardhul Hasan. Karena disetiap BMT memiliki

pemasukan dan pengeluaran yang berbeda.Pembiayaan Qardhul

Hasan harus ada di setiap Lembaga Keuangan Syariah, selain dapat

membantu perekonomian masyarakat yang kurang

mampu.Pembiayaan ini juga mampu mengurangi tingkat kemiskinan

yang ada disekitar lingkungan BMT.

BMT Bina Usaha Karangjati merupakan BMT yang sudah

cukup terkenal dilingkungan kecamatan Bergas namun belum banyak

masyarakat yang mengetahui adanya pembiayaan Qardhul Hasan.

Pembiayaan Qardhul Hasan merupakan produk yang sudah sangat

lama BMT Bina Usaha, namun penyaluran dana produk ini belum

sesuai dengan prinsip pembiayaan Qardhul Hasan sendiri.

Dalam fungsi sosialnya BMT Bina Usaha bertujuan untuk

memberikan pinjaman kepada masyarakat dengan kemampuan ekonomi

yang kurang dengan harapan bisa membantu dan mengembangkan usaha

maupun memperbaiki kehidupan pribadinya melalui pembiayaan Qardhul

Hasan.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, penulis tertarik

melakukan analisa yang akan disusun dala tugas akhir (TA) dengan judul:

(23)

PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN DI BMT BINA USAHA

KARANGJATI”

B. Rumusan Masalah

Agar pembahasan laporan Tugas Akhir ini dapat terarah sesuai dengan

latar belakang permasalahan yang ada diatas rumusan masalah yang

penulis kemukakan adalah:

a. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan dan kendala

pembiayaan Qardhul Hasan yang terdapat di BMT Bina

UsahaKarangjati.

b. Untuk mengetahui apa saja kendala pembiayaan Qardhul Hasan di

BMT Bina Usaha Karangjati.

2. Manfaat

a. Bagi IAIN SALATIGA

Sebagai bahan referensi tambahan mengenai pembiayaan Qardhul

Hasan serta menambah wawasan bagi mahasiswa khususnya

mahasiswa FEBI IAIN SALATIGA yang hendak membuat tugas

ataupun karya tulis selanjutnya.

b. Bagi pikak BMT

(24)

6 c. Bagi Peneliti

Sebagai syarat guna memperoleh gelar ahli madya, untuk

menambah wawasan peniliti dibidang kekoperasian syariah.

d. Bagi peneliti lain

Dapat menambah wawasan dan sebagai bahan referensi untuk

membuta karya tulis selanjutnya.

D. Metode Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Bina Usaha terletak di

Ngimbun RT 03 RW 03 Kelurahan Karangjati Kecamatan Bergas

Kabupaten Semarang, no.Telp. (0298) 521 070 Sedangkan wilayah

kerja BMT Bina Usaha meliputi pasar-pasar, pedagang, petani, dan

masyarakat di daerah Kecamatan Karangjati dan sekitarnya.

2. Pendekatan dan jenis penelitian

Jenis pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalan

pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian

misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll secara holistic, dan

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu

konteks khusus yang alamiyah dan dengan memanfaatkan berbagai

metode ilmiah (Moleong, 2005:6).

Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian

lapangan yang artinya penelitian yang dilakukan dengan cara

mengawasi dan berpartisipasi secara langsung dalam penelitian skala

(25)

3. Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan 2 (dua) sumber data yaitu:

a. Sumber data Primer

Data primer yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh

perseorangan atau suatu organisasi lapangan melalui objeknya.

Sumber data primer dalam penelitian ini penulis peroleh dengan

cara mencari informasi melalui wawancara dengan Manager

Pembiayaan di BMT Bina Usaha (Supranto, 2002:20-21).

b. Sumber data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen,

buku-buku, dan arsip-arsip data yang akan diteliti dengan metode

penulisan kualitatif ini. Sumber data sekunder penulis peroleh dari

buku-buku yang berkaitan dengan judul penelitian yang berkaitan

dengan tugas akhir ini, mengambil tugas akhir yang sudah ada

sebelumnya, serta dokumen-dokumen yang relevan dari BMT Bina

Usaha (Daymon, 2008)

4. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan penulis yaitu:

a. Metode observasi digunakan untuk memperoleh data yang

berkaitan dengan pembiayaan Qardul Hasan. Observasi

merupakan alat penilaian yang banyak digunakan untuk mengukur

tingkah laku individu maupun proses terjadinya suatu kegiatan

yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun

(26)

8 b. Metode wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka

antara pewawancara dengan responden atau orang yang

diwawancarai, dengan tanpa menggunakan pedoman (guide)

wawancara dimana pewawancara dan informan terlibat dalam

kehidupan sosial yang ralatif lama (Sutopo, 2006: 72).

Dalam hal ini wawancara yang penulis lakukan adalah

denganmanajer pembiayaan di BMT Bina Usaha. Metode ini

digunakan untuk melengakapi data-data yang dioeroleh dari

metode observasi.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam pembahasan dalam tugas akhir ini, penulis

menyusunya ke dalam 5 (lima) bab, dimana setiap bab terdiri dari

beberapa sub bab. Bab-bab tersebut secara keseluruhan saling berkaitan

satu sama lain. Yang diawali dengan pendahuluan dan diakhiri dengan

penutup yang berupa kesimpulan dan saran. Berikut gambaran mengenai

bab-bab sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bab pembuka yang berisi dari beberapa sub,

yaitu: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan,

penelitian terdahulu, metode penelitian, penegasan istilah dan sistematika

penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini membahas tentang telaah pustaka yang berisi landasan

(27)

sebelumnya dilakukan. Kerangka teoritik membahas tentang

konsep-konsep teoritik yang muncul dalam telaah pustaka dalam rangka

menjelaskan masalah-masalah yang dipilih.

BAB III LAPORAN OBYEK PENELITIAN

Bab ini membahas tentang gambaran umum, yang berisi sejarah

berdirinya BMT Bina Usaha Karangjati, visi dan misi BMT Bina Usaha

Karangjati, tujuan dan fungsi BMT Bina Usaha Karangjati. Selanjutnya

meliputi data-data diskriptif yang berisi usaha-usaha yang dilakukan BMT

Bina Usaha Karangjati, produk-produk, struktur organisasi, badan hukum,

lokasi dan permodalan. Kemudian strategi yang digunakan BMT Bina

Usaha Karangjati dalam menghadapi persaingan antar lembaga keuangan

syariah yang ada.

BAB IV ANALISIS DATA

Bab ini penulis menjelaskan masalah yang telah dirumuskan

berdasakan landasan teori dan informasi yang diperoleh dari BMT Bina

Usaha Karangjati mengenai objek yang diteliti.

BAB V PENUTUP

Bab ini penulis menyajikan kesimpulan yang diambil berdasarkan

pada analisis data penelitian yang telah dilakukan, dan berisikan saran

yang disusun dari hasil kesipulan tersebut, baik bagi pihak objek penelitian

ataupun bagi pihak pihak lainnya yang membutuhkan untuk digunakan

sebagai bahan referensi yang juga bertujuan demi perbaikan di masa yang

akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

(28)

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Telaah Pustaka

Peneliti Adnan (2006) yang meneliti tentang Evaluasi Non Perfoming

Loan (NPL) Pinjaman Qardhul Hasan (Studi Kasus di BNI Syariah

Cabang Yogyakarta) Qardhul Hasan ini mempunyai keterbatasan dalam

ruang lingkup penelitian hanya pada BNI Syariah dengan obyek

penelitian hanya pada 1 (satu) cabang BNI Syariah, dan perkembangan

pinjaman Qardhul Hasan hanya dilihat 3 (tiga) tahun, sedangkan data

untuk meneliti perkembangan pinjaman Qardhul Hasan Perbankan

Syariah di Indonesia belum tersedia pada Bank Indonesia.Penelitian ini

mempunyai keterbatasan dalam hal pengujian suatu teori dengan

koperasi memberikantoleransi pinjaman macet 10%.Saran untuk

penelitian selanjutnya harus memperluas lingkup penelitian Qardhul

Hasan dengan obyek penelitian dansample pada Perbankan Syariah di

Indonesia serta perkembangan pinjaman Qardhul Hasan dilihat secara

(29)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dedi Riswandi (2015)

yang berjudul “Pembiayaan Qardhul Hasan di Bank Syariah Mandiri Kota

Mataram”. Krisis ekonomi jarak jauh telah menyebabkan meningkatnya

kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan adalah masalah sosial yang

harus diselesaikan. Salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin adalah distribusi zakat

yang diambil melalui beberapa sumber zakat seperti, infak, dan shadaqah.

Saat ini, ada banyak lembaga menerima sedekah dan mendistribusikannya.

Ini juga menggunakan sedekah untuk tenaga produktif, seperti Bank Islam.

Mekanisme distribusi zakat di Bank Syariah dilepaskan dalam pembiayaan

qarý al-hasan, yang mengabaikan bagian laba dan bunga. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk menggambarkan pelaksanaan pembiayaan qarý

al-hasan di Bank Syariah Mandiri Mataram dan juga untuk menganalisis

kontribusi qarý al-hasan di tingkat nasabah bank setelah mendapatkan

biaya dari qarý al-hasan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

adalah sampling, wawancara dan dokumentasi. Untuk menganalisis

data-data kualitatif digunakan metode induktif.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Heru Sulistiyo (2013)

yang berjudul “Model Pembiayaan Pedagang Kaki Lima (PKL) Melalui

Qardhul Hasan”.Pertumbuhan PKL meningkat pesat dari tahun ke tahun,

sehingga menimbulkan berbagai polemik sosial. Di satu sisi PKL sebagai

kekuatan ekonomi yang mampu menggerakkan ekonomi rakyat,

menyediakan lapangan kerja di sektor informal dalam mengurangi

pengangguran dan kemiskinan, sementara di sisi lain keberadaan PKL

(30)

13 terjaga. Menurut data di Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia (ASPPSI),

jumlah PKL di Indonesia mencapai 22 juta orang, kesempatan kerja PKL

mampu memberikan kontribusi yang sangat signifikan, terutama tenaga

kerja berpendidikan di Indonesia di mana jumlah tersebut masih sangat

besar. Oleh karena itu, PKL harus diberdayakan dan dikelola

keberadaannya melalui perhatian pemerintah baik untuk penataan PKL,

serta manajemen dan modal usaha yang telah tidak mendapatkan akses

lembaga keuangan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh PKL di

Semarang sekitar 12.000 orang. Sesuai dengan jumlah sampel yang

dianalisis 100 responden. Data dikumpulkan melalui data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh melalui kuesioner yang disebarkan

kepada PKL dan pedagang yang telah memperoleh pinjamanQardhul

Hasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembiayaan Qardhul Hasan

untuk vendor untuk membantu omset meningkatkan penjualan dan tingkat

kesejahteraan mereka.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hendri Hermawandi

Nugraha (2012) yang berjudul “Sumber dan Penggunaan Dana Qardh dan

Qardhul Hasan Pada Bank BRI Syariah Yogyakarta”. Menjelaskan bahwa

sumber danaQardhul Hasanpada Bank Syariah Yogyakarta hanya berasal

dari denda nasabah dan pendapatan non halal. Sedangkan

pendistribusiannya hanya dialokasikan kepada warga dhuafa yang

berdominisi di sekitar Kantor Cabang BRI Syariah Yogyakarta.

Penggunaan dana Qardhul Hasan 12.5 % untuk biaya sekolah dan 87.5%

untuk modal usaha. Namun sumber dana Qardh dan Qardhul Hasan pada

(31)

dana ZIS dikelola sendiro di Bank BRI Pusat, yang mana seharusnya

dikelola oleh BRI Syariah Yogyakarta sebagai dana Qardh dan Qardhul

Hasan.

Peneliti Putriyana, (2016) dengan judul ”Analisis Pembiayaan

Qardhul Hasan pada PT BANK SYARIAH MANDIRI (BSM) KC

UNGARAN” menyimpulkan Prosedur pembiayaan Qardhul Hasan di

Bank Syariah Mandiri (BSM) KC Ungaran tidak menggunakan jaminan

serta persyaratan cukup mudah dengan jangka waktu jatuh tempo selama

satu tahun. Bank Syariah Mandiri (BSM) KC Ungaran bekerja sama

dengan masjid dalam penyaluran dana pembiayaan Qardhul Hasan dengan

maksut untuk memberdayakan ekonomi masyarakat sekitar masjid.

Nasabah pembiayaan Qardhul Hasan tiap orang menerima maksimal Rp

2.000.00,- (dua juta rupiah), sumber dana Qardhul Hasan melalui zakat,

infaq, sodaqoh yang berasal dari LAZNAS (Lembaga Amil Zakat

Nasional) Bank Syariah Mandiri (BSM) Semarang. Penyaluran

pembiayaan Qardhul Hasan di Bank Syariah Mandiri (BSM) KC Ungaran

sudah terlaksana dengan tepat sasaran yaitu pihak yang mendapat

pembiayaan Qardhul Hasan ini masyarakat menengah kebawah yang

memiliki usaha kecil dan menengah.

Peneliti Zunita (2016) dengan judul ”Analisis Pembiayaan Qardhul

Hasan di BMT Karisma Magelang” menyimpulkan Qardhul Hasan

diperiotaskan untuk usaha kecil yang kurang mampu secara ekonomi, dan

yang ingin mengembangkan usahanya, juga membantu masyarakat yang

tidak mampu, berobat, membayar hutang, biaya sekolah, biaya pernikahan.

(32)

15 kabulkan BMT Karisman Magelang adalah Rp 5.000.000,- (lima juta

rupiah). BMT tidak memberikan sanksi ataupun denda apabila nasabah

telat membayar angsuran, jika tidak mampu mengembalikan maka

dilakukan analisa faktor penyebab nasabah tidak mampu membayar

angsuran maka pembiayaan tersebut diiklaskan atau di hapus dari pihak

BMT.

Beda penelitian dengan peneliti sebelumnya bahwa penelitian ini

memfokuskan pada perkembangandana, penyaluran dana, serta kendala

pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Bina Usaha bagi. Sedangka

penelitian Adnan (2006) pembiayaan Qardhul Hasan dalam memberikan

suatu pinjanan menggunakan prinsip 7C dan 7P, serta lokasi penelitian di

BNI Syariah cabang Yogyakarta.

Beda penelitian yang kedua, penelitian menurut Hendri Hermawandi

Nugraha (2012) pembiayaan Qardhul Hasan ditujukan untuk warga

dhuafa di sekitar kantor cabang BRI Syariah Yogyakarta, sumber dana

pembiayaan berasal dari denda nasabah dan pendapatan non halal,

penggunaan dana sebagian besar digunakan untuk modal usaha, serta

lokasi penelitian di BRI Syariah cabang Yogyakarta.

Beda penelitian ketiga, penelitian menurut Heru Sulistiyo (2013)

pembiayaan Qardhul Hasan ini ditujukan untuk PKL disekitar Semarang,

teknik pengumpulan data primer melalui kuesioner, serta lokasi penelitian

di seluruh PKL yang berada di Semarang.

Beda penelitian keempat, penelitian menurut Dedi Riswadi (2015) dan

(33)

pengumpulan data menggugunakan teknik sampling, serta lokasi

penelitian di Bank Syariah Mandiri (BSM) cabang Mataram.

Beda penelitian kelima, penelitian menurut Putriyana (2016)

pembiayaan Qardhul Hasan ditujukan untuk masyarakat menengah

kebawah yang mempunyai usaha kecil dan menengah, sumber dana

berasal dari LAZNAS Bank Syariah Mandiri (BSM) Semarang, dana yang

diberikan maksimal 2.000.00,- (dua juta rupiah) dengan jatuh tempo

selama 1 tahun, serta lokasi penelitian di BRI Syariah KC Ungaran.

Beda penelitian keenam, penelitian menurut Zunita (2016)

pembiayaan Qardhul Hasan diprioritaskan untuk masyarakat yang

mempunyai usaha kecil yang ingin mengembangkan usahanya, sumber

dana berasal dari infaq, dana yang diberikan maksimal 5.000.000,- (lima

juta rupiah), dan penghapusan angsuran untuk anggota yang tidak

mengembalikan, serta lokasi penelitian di BMT Karisma Magelang.

Secara keseluruhan, beda penelitian terdahulu dengan penelitian ini

adalah terletak pada perkembangan serta kendala pembiayaan Qardhul

Hasan.

B.Kerangka Teoritik

1. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan menurut Kamus Pintar Ekonomi Syariah, pembiayaan

diartikan sebagai penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan

dengan itu berupa, (a) transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah

dan musyarakah, (b) transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah

atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiyah bit tamlik, (c) transaksi

(34)

17 transksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh, (e) transaksi

sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multi jasa,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank syariah serta

atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan

atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut untuk

mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan

imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil menurut (Asiyah, 2014:

2). Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan oleh

suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah

direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga menurut

(Muhammad, 2005:17).

Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan, yaitu

pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah

direncanakan baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang

lain. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang

dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.

Dalam UU Nomor 10 Tahun 1998 disebutkan bahwa pembiayaan

berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang

dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai

untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu

tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

Menurut M. Syafii Antonio (2001)Bank Syariah dari Teori ke

Praktek. Pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana

(35)

Menurut Muhammad (2002) Manajemen Bank Syariah.

Pembiayaan dalam secara luas diartikan sebagai pendanaan yang di

keluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan baik

dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain.

Menurut Muhammad (2005) pembiayaan atau financing yaitu

pendanaan yang diberikan oleh suatu bank kepada pihak lain untuk

mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri

maupun lembaga. Dalam kaitannya dalam pembiayaan pada bank

syariah atau istilah teknisnya disebut dengan aktiva produktif. Menurut

ketentuan bank Indonesia aktiva produktif adalah penanaman dana

bank syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk

pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga syariah, penempatan,

penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan

kontijensi pada rekening administrative serta sertifikat wadiah Bank

Indonesia (Peraturan Bank Indonesia No. 6/7/FBI/2003 tanggal 19 Mei

2013)

Berdasarkan tujuan pembiayaan yang ada dapat dibagi menjadi

2 bagian yaitu berdasarkan tingkat makro dan mikro namun disini kita

akan lebih fokuskan ke mikro berdasarkan tema besar. Tujuan tersebut

yaitu untuk:

a. Upaya untuk memaksimalkan laba, yang artinya setiap usaha yang

dibuka memiliki tujuan tertinggi, yaitu menghasilkan laba usaha.

Untuk dapat menghasilkan laba maksimal maka diperlukan

(36)

19 b. Upaya meminimalkan risiko, dengan arti usaha yang dilakukan

agar mampu menghasilkan laba maksimal, maka pengusaha harus

mampu meminimalkan risiko yang mungkin timbul. Risiko

kekurangan modal usaha dapat diperoleh melalui tindakan

pembiayaan.

c. Pendayagunaan sumber ekonomi, artinya sumber daya ekonomi

dapat dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber

daya alam dengan sumber daya manusia serta sumber daya

modal. Jika sumber daya alam dan sumber daya manusianya ada,

dan sumber daya modal tidak ada, maka dipastikan diperlukan

pembiayaan. Dengan demikian, pembiayaan pada dasarnya dapat

meningkatkan daya guna sumber daya ekonomi.

d. Penyaluran kelebihan dana, yang artinya dalam kehidupan

masyarakat ada pihak yang kelebihan dana, sementara ada pihak

yang kekurangan dana. Dalam kaitan dengan masalah dana, maka

mekanisme pembiayaan dapat menjadi jembatan dalam

penyeimbangan dan penyaluran kelebihan dana dari pihak yang

kelebihan kepada pihak yang kekurangan dana menurut (Asiyah,

2014: 6).

Namun secara umum tujuan pembiayaan ada dua fungsi yang

saling berkaitan. Profitability yaitu tujuan untuk memperoleh hasil

dari pembiayaan berupa keuntungan yang diraih dari bagi hasil yang

diperoleh dari usaha yang dikelola bersama nasabah. Safety yakni

(37)

terjamin sehingga tujuan profitability dapat benar benar tercapai tanpa

hambatan yang berarti.

Pembiayaan yang diselenggarakan bank syariah memiliki

fungsi yaitu: meningkatkan daya guna uang, meningkatkan daya guna

barang, meningkatkan peredaran uang, menimbulkan kegairahan

berusaha, stabilitas ekonomi, dan jembatan untuk meningkatkan

pendapatan nasional menurut(Asiyah, 2014:8)

Menurut Muhammad (2004) dalam pelaksanaan pembiayaan, bank

harus memenuhi dua aspek, yaitu:

a. Aspek syariah, yang beratri dalam setiap realisasi pembiayaan

kepada para nasabah, bank syariah harus tetap berpedoman pada

syariat Islam yang antara lain tidak mrengandung unsur maysir,

gharar, dan riba.

b. Aspek ekonomi yang berarti mempertimbangkan perolehan

keuntungan bagi bank syariah maupun nasabah itu sendiri.

Sedangkan menurut Syafii Antonio sifat penggunaannya,

pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal yaitu:

a. Pembiayaan Produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan

untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu

untuk peningkatan usaha baik usaha produksi, perdagangan,

maupun investasi.

b. Pembiayaan Konsumtif, yaitu pembiayaan yang dipergunakan

untuk memenuhi konsumsi, yang akan habis digunakan untuk

(38)

21 Lazimnya dalam bisnis prinsip pembiayaan, ada tiga skim dalam

melakukan akad pada bank syariah, yaitu:

a. Prinsip bagi hasil

Fasilitas pembiayaan yang disediakan di sini berupa uang

tuna atau barang yang dinilai dengan uang. Jika dilihat dari sisi

jumlah, dapat menyediakan sampai 100% dari modal yang

diperlukan, ataupun dapat pula hanya sebagian saja berupa

patungan antar bank dengan pengusaha (customer). Sisi bagi

hasilnya, ada dua jenis bagi hasil (tergantung kesepakatan),

yaitu revenue sharing atau profit sharing. Adapun dalam hal

presentase bagi hasilnya dikenal dengan nisbah, yang dapat

disepakati dengan customer yang mendapat faslitas pembiayaan

pada saat akad pembiayaan. Prinsip bagi hasil ini terdapat dalam

produk-produk:

1) Mudaharabah, yaitu akad kerja sama uaha antara dua

pihak di mana pihak pertama sahibul mal

menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak

lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara

mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang

dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi

ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu

bukan akibat kelalaian pengelola. Seandainya

kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau

kelalaian pengelola, maka pengelola harus

(39)

2) Musyarakah, yaitu akad kerja sama antara dua pihak

atau. lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau

amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa

keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama

sesuai dengan kesepakatan.

3) Muzara’ah, yaitu akad kerja sama atau percampuran

pengolahan pertanian antara pemilik lahan dengan

penggarap dengan sistem bagi hasil atas dasar hasil

panen. Adapun jenis-jenis muzara’ah adalah

muzara’ah, yaitu kerja sama pengolahan lahan di

mana benih berasal dari pemilik lahan dan

mukhabarah yaitu kerja sama pengolahan lahan di

mana benih berasal dari penggarap.

b. Prinsip jual beli

Prinsip ini merupakan suatu sistem yang

menerapkan tata cara jual beli, di mana bank akan

membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau

mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan

pembelian barang atas nama bank, kemudian bank

menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga

sejumlah harga beli ditambah keuntungan

(margin/mark-up). Prinsip ini dilaksanakan karena

adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda.

(40)

23 menjadi bagian antar harga barang yang diperjual

belikan. Prinsip ini terdapat dalam produk:

1) Bai‘al-Murabahah, yaitu akad jual beli barang

tertentu. Dalam transaksi jual beli tersebut, penjual

menyebutkan dengan jelas barang yang

diperjualbelikan, termasuk harga pembelian dan

keuntungan yang diambil.

2) Bai‘al-muqayyadah, yaitu jual beli di mana

pertukaran terjadi antara barang dengan barang

(barter). Aplikasi jual beli semacam ini dapat

dilakukan sebagai jalan keluar bagi transaksi ekspor

yang tidak dapat menghasilkan valuta asing

(devisa).

3) Bai‘al-mutlaqah, yaitu pertukaran antara barang

atau jasa dengan uang. Uang berperan sebagai alat

tukar. Jual beli semacam ini menjiwai semua produk

lembaga keuangan yang didasarkan atas prinsip jual

beli.

4) Bai‘as-salam, yaitu akad jual beli di mana pembeli

membayar uang (sebesar harga) atas barang yang

telah disebutkan spesifikasinya, sedangkan barang

yang diperjualbelikan itu akan diserahkan

kemudian, yaitu pada tanggal yang disepakati.

(41)

diangsur sesuai dengan jadwal dan syarat-syarat

yang disepakati bersama, sedangkan barang yang

dibeli diproduksi dan diserahkan kemudian.

c. Prinsip sewa-menyewa

Selain akad jual beli yang telah dijelaskan sebelumnya, ada

pula akad sewa-menyewa yang dilaksanakan dalam perbankan

syari’ah. Prinsip ini terdiri atas dua jenis akad, yaitu:

1) Akad ijarah, yaitu akad pemindahan hak guna atas barang

atau jasa melalui pembayaran upah sewa tanpa diikuti

dengan pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyah)

atas barang itu sendiri.

2) Akad ijarah muntabihabi at-tamlik, yaitu sejenis

perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau lebih

tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan

barang di tangan si penyewa. Sifat pemindahan

kepemilikan ini pula yang menandakan dengan ijarah

biasa.

2. Prosedur analisis pembiayaan

a. Berkas dan pencatatan

b. Data pokok dan analisis pendahuluan

1) Realisasi pembelian, produksi dan penjualan

2) Rencana pembelian, produksi dan penjualan

3) Jaminan

4) Laporan keuangan

(42)

25

c. Penelitian data

d. Penelitian atas realisasi usaha

e. Penelitian atas rencana usaha

f. Penelitian dan penilaian barang jaminan

g. Laporan keuangan dan penelitiannya menurut(Asiyah, 2014: 88)

3. Qardhul Hasan

Menurut Al-Quran surat Al-Hadid ayat 11 dan Surat Al-Baqarah

ayat 245

Surat Al-Hadid ayat 11

Ayat 11

ٌي ِرَك ٌر ْجَأ ُ َلَ َو ُ َلَ ُهَفِعا َضُيَف اًن َ سَح ا ًض ْرَق َ ذللَّا ُضِرْقُي يِ ذلَّا اَذ ْنَم

“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.” (Depaetemen Agama RI, Alquran terjemah: 538: 2010)

Surah Al-Baqarah - Ayat 245

ُط ُسْبَيَو ُضِبْقَي ُ ّللَّاَو ًةَيرِثَك اًفاَع ْضَأ َُلَ ُهَفِعا َضُيَف اًن َ سَح ا ًضْرَق َ ّللَّا ُضِرْقُي يِ ذلَّا اَذ نذم

َنوُعَجْرُت ِهْيَل

ِ

اَو

Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman

yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki)

dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.”(Depaetemen Agama RI,

Alquran terjemah: 39: 2010)

Qardhul Hasan dalam kitab-kitab klasik adalah qard. Qard secara

etimologi berarti al-qot’u yang artinya pemotongan. Harta yang

(43)

merupakan potongan dari harta orang yang memberikan hutang.

Qardhul Hasan atau pinjaman kebajikan merupakan suatu pembiayaan

yang bersifat sosial dalam Lembaga Keuangan Syariah (LKS).

Menurut Baharudin (2008) Al-Qardh ialah pemberian harta kepada

orang lain yang dapat ditagih kembali atau dengan kata lain

meminjamkan tanpa mengharap imbalan. Salam fiqh, al-qardh

termasuk dalam kategori tabarru’.

Menurut saleh (1992) Qard merupakan pinjaman kebajikan/lunak

tanpa imbalan yang biasanya digunakan untuk pembelian

barang-barang fungible (yaitu barang yang dapat diberikan dan diganti sesuai

berat, ukuran, dan jumlahnya). Kata ini kemudian diadopsi menjadi

credo (romawi), credit (inggris), dan kredit (Indonesia). Objek dari

penjaman qardh biasanya adalah uang atau alat tukar lainnya, yang

merupakan transaki pinjaman murni tanpa tanpa bunga ketika ketika

peminjam mendapat uang tunai dari pemilik dana (bank) dan hanya

wajib mengembalikan pokok hutang pada jangka waktu tertentu sesuai

dengan kesepakan yang telah ditentukan. Peminjam dapat

mengembalikan lebih dari pinjaman sebagai ucapan terima kasih.

Menurut Maslehudin (1994) secara epistimologi kata Qardhul

berasal dari q-r-d yang berati memotong. Dikatakan demikian karena

harta tersebut benar-benar dipotong apabila diberikan kepada

peminjam. Berdasarkan Hadist Nabi Saw, pemberian pendahuluan

pinjaman dengan caraal-qard lebih berkenaan bagi Allah daripada

(44)

27 perlu diragukan lagi, serta merupakan sunah Nabi Saw dan ijma’

ulama.

Menurut Perwataatmadja dan Antonio (1999) secara terminologi,

al-qardu al-hasan (benevolen loan) ialah suatu pinjaman yang

diberikan atas dasar kewajiban sosial semata, dalam hal ini si

peminjam tidak dituntut untuk mengembalikan apa pun kecuali

pinjaman. Sifat Qardhul Hasan Menurut Antonio (2001) ini tidak

memberikan financial.

Menurut buku pedoman Qardhul Hasan BNI Syariah (2000)

al-qard al-hasan adalah perjanjian pembiayaan antara bank dan nasabah

yang layak menerima, dengan prioritas kecil bagi pengusaha kecil

yang potensial,akan tetapi tidak mempunyai modal apapun selain

kemampuan berusaha, serta perorangan lain yang berada dalam

keadaan terdesak. Penerima pembiayaan hanya diwajibkan

mengembalikan pokok pembiayaan pada saat jatuh tempo dan bank

harus membebani nasabah atas biaya administrasi dan biaya lainnya

untuk keperluan pembuatan perjanjian. ”Dan jika ia (orang yang berutang itu) dalam kesulitan, berilah

(45)

mengetahui.” (Depaetemen Agama RI, Alquran terjemah: 47: 2010)

b. Rukun

1) Pelaku, terdiri atas pemberi dan penerima pinjaman

2) Objek akad, berupa uang yang dipinjamkan

3) Ijab Kabul/serah terima

c. Tujuan

Pada dasarnya pinjaman Qardhul Hasanbertujuan atau

diperuntukkan untuk mereka kaum duafa yang memerlukan

pinjaman konsumtif jangka pendek untuk tujuan yang sangat

darurat (pendidikan dan biaya rumah sakit).

d. Sumber Dana

2) Dapat membebankan biaya administrasi sehubungan

dengan pemberian Qardh. Biaya administrasi ditetapkan

dengan nominal tertentu, tanpa terkait dengan jumlah dan

jangka waktu pinjaman.

3) Dapat memperpanjang jangka waktu pengembalian atau

menghapus buku sebagian/seluruh kewajiban pada waktu

(46)

29

f. Peminjam (nasabah)

1) Nasabah wajib mengembalikan jumlah pokok pinjaman

Qardhul Hasan pada waktu yang disepakati.

2) Nasabah dapat memberikan tambahan/sumbangan dengan

suka rela kepada bank selama tidak diperjanjikan dalam

akad.

3) Karakter nasabah harus diketahui dengan jelas.

4) Bank tidak diperbolehkan mempermasyarakatkan imbalan

atau kelebihan/hadiah (di luar pinjaman) dari nasabah

peminjam Qardhul Hasan.

g. Dokumentasi

1) Surat persetujuan prinsip.

2) Akad Qardhul Hasan.

3) Surat Permohonan realisasi Pinjaman Qardhul Hasan.

4) Tanda Terima Uang oleh Nasabah.

h. Lain-lain

1) Semua biaya administrasi yang timbul akibat dari perjanjian

ini dapat ditanggung oleh nasabah.

2) Penyaluran dana biaya administrasi dapat dilakukan secara

sekaligus atau secara mengangsur.

3) Atas pinjaman Qardh, bank hanya boleh mengenakan biaya

administrasi menurut (Muhammad, 2000: 17-151)

Akad terutama digunakan IDB ketika memberikan

pinjaman lunak kepada pemerintah. Biaya jasa ini pada

(47)

1-2 persen. Dalam aplikasinya di perbankan syariah. Qardh

biasa digunakan untuk menyediakan dana talangan kepada

nasabah prima dan untuk menyumbang sektor usaha

kecil/mikro atau membantu sektor sosial. Dalam hal ini skema

pinjamannya di sebut Qardhul Hasan menurut (Ascarya,2011:

47)

i. Persyaratan untuk memperoleh fasilitas Qardhul Hasan

1) Jumlah pinjaman paling tinggi sesuai dngan keputusan

sidang Dewan Direktur Eksekutif IDB ke-108 adalah US$ 5

juta.

2) Jangka waktu paling lama 25 tahun, dengan masa tenggang

waktu paling lama 5 tahun.

3) Dikenakan service free sebesar biaya yang benar benar

dikeluarkan untuk pemberian pinjaman tersebut yang

besarnya tidak lebih dari 2,5% per tahun menurut (Antonio,

dan Perwataatmadja, 1992:67-68)

4. Perkembangan BMT Secara Umum di Indonesia

BMT adalah lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) yang

tumbuh dari masyarakat dan berkembang sangat pesat sehingga telah

menjangkau hampir di seluruh tanah air Indonesia. Perkembangan

tersebut tidak hanya dari sisi jumlah BMT (ribuan) tetapi juga sisi

perkembangan organisasi (termasuk aset) maupun peranannya dalam

memberdayakan masyarakat khususnya masyarakat lapisan bawah,

(48)

31 perkembangan yang luar biasa tersebut, saat ini BMT telah menjadi

sorotan dunia internasional.

Tingkat kemiskinan di Indonesia dinilai masih relatif tinggi dan

masih diperlukan upaya-upaya untuk mereduksinya. Berkaitan dengan

hal ini, maka BMT perlu untuk meningkatkan perannya. Itu artinya

BMT perlu dikembangkan lebih jauh sehingga peranannya maksimal.

Untuk keperluan tersebut diperlukan sumber daya manusia (SDM)

yang memadai baik secara kualitas maupun kuantitas. Berikut adalah

perkembangan BMT di Indonesia:

a. Pada mulanya adalah Baitul Maal

Nama Baitul Maal berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata

bait artinya “rumah”, dan al-maal yang berarti “harta”. Baitul

Maal berarti rumah untuk mengumpulkan atau menyimpan harta.

Baitul Maal adalah suatu lembaga atau pihak (al jihat) yang

mempunyai tugas khusus mengenai segala harta umat, baik

berupa pendapatan maupun pengeluaran negara. Dengan

demikian, munculnya nama Baitul Maal pada masa itu adalah

terkait dengan urusan negara berkenaan dengan pengelolaan harta

baik berupa uang maupun barang sebagaimana Rasulullah Saw.

Dalam pengertian Baitul Maal yang sekarang, khususnya di

Indonesia menjadi menyempit. BMT lebih diartikan sebagai

lembaga sosial untuk menyalurkan zakat, infaq dan shadaqah atau

sebagai lembaga amil saja, dengan pelaksananya tidak hanya

pemerintah saja, tapi swasta juga dapat melakukannya.

(49)

BAZIS. Hal tersebut selanjutnya ditanggapi positif oleh Presiden

dengan memberikan seruan dan edaran kepada para pejabat dan

instansi terkait untuk menyebarluaskan dan membantu

terlaksananya pengumpulan zakat secara nasional. Tercatat bahwa

secara resmi, Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Ali Sadikin

mengeluarkan Surat Keputusan No.Cb. 14/8/68 tertanggal 5

Desember 1968 tentang Pembentukan Badan Amil Zakat,

berdasarkan syariat Islam dalam wilayah DKI Jakarta.

b. Baitul Maal Dikembangkan dengan Kelengkapannya sabagai

Baitul Tamwil, tahapannya sebagai berikut:

Dimulai tahun 1984 dikembangkan oleh aktivitas Masjid

Salman di ITB Bandung yang mendirikan Koperasi Teknosa yang

mencoba manggulirkan lembaga pembiayaan berdasarkan syariah

bagi usaha kecil. Dipilihnya badan hukum koperasi tampaknya

sebagai pilihan yang dianggap paling tepat untuk memenuhi

aspek legalitasnya, sementara secara generik uamat lebih

menyebutnya sebagai Baitul Tanwil (BT) Teknosa.

Pada tahun 1988 menyusul muncuknya Koperasi Ridho

Gusti, dan Tahun 1992 muncul lembaga yang menggambungkan

nama Baitul Maal dan Tanwil, dengan BMT Insani Kamil. Mulai

pada masa inilah secara sadar umat lebih mengenal BMT sebagai

lembaga keuangan mikro syariah yang memberikan layanan

keuangan umat baik untuk sosial (sebagai amil) - fungsi Baitul

Maal dan layanan komersial atau niaga - dengan fungsi Baitul

(50)

33

1) Pertumbuhan BMT Sebagai Lembaga Ekonomi Umat

Kemunculan lembaga Baitul Maal wa Tamwil, yang

melakukan kegiatannya berdasar prinsip-prinsip syariah

dirasakan betul bagi umat dapat memenuhi kebutuhan, tidak

saja karena sistemnya yang syar’i, namun juga fungsi manfaat

sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, kemudian bermunculan

lembaga-lembaga keuangan mikro syariah dengan nama

generik BMT yang banyak dimotori oleh aktivis atau jemaah

masjid atau dari atau dari organisasi kemasyarakatan seperti

Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, PERSIS dan sebagainya,

serta umat lain secara perorangan atau kelompok.

Pada tahun 1993, kegiatan oprasional BMT-BMT di

Indonesia masih beragam, baik dari sisi produk, akad, maupun

sistem oprasionalnya. Oleh karena itu, banyak umat yang

mengalihkan pilihanya dengan mendirikan BMT. Di awali

dengan BMT BINAMA di Semarang, BMT TAMZIZ di

Wonosobo, BMT BUS di Lasem, BMT Bringharjo di

Yogyakarta. Gerakan nasional BMT pada tahun 1995 (yang

dimotori oleh PINBUK) tampaknya mempunyai peran yang

cukup penting dalam hal ini. Pada masa ini lah BMT yang kita

kenal beroprasi di indonesia berdasarkan kegiatan oprsionalnya

sebagai sebuah lembaga kauangan dengan prinsip sistem

perbankan syariah, yang kemudian diadobsi dan dilegalkan

oleh pemerintah melalui Departemen Koperasi dan UKMK

(51)

Koperasi UKMK No. 91/Kep/M.UKMK/IX/2004. Masa

tumbuh dan berkembangnya BMT ini, semakin meneguhkan

dan memberikan keyakinan umat bahwa BMT adalah lembaga

umat yang tepat untuk menjawab masalah-masalah ekonomi

umat. Beberapa BMT mulai tumbuh kesadarannya untuk

memperkuat barisan sebagai lembaga keuangan syariah yang

(52)

35

BAB III

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Profil BMT Bina Usaha

Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Bina Usaha adalah lembaga keuangan

syariah berbadan hukum koperasi yang pertama kali berdiri di kecamatan

Bergas, kabupaten Semarang. BMT Bina Usaha mulai beroperasional pada

tanggal 1 November 1998 di Jl. PTP Ngobo No.4, Sruwi Karangjati,

Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang dan memperoleh badan hukum

koperasi pada tanggal 3 Maret 1999 dengan nomor

066/BH/KDK.11./III/1999.

Pada tangga 29 juli 2008 Koperai BMT Bina Usaha menempati kantor

baru di Ngimbun RT 03 RW 03 Kelurahan Karangjati Kecamatan Bergas

Kabupaten Semarang, nomor telepon (0298) 521070 dengan perubahan

Anggaran dasar dan badan hukum nomor 57/BH/PAD/XIV.23/188.4/II/2009,

tanggal 11 Februari 2009. Adapun kelebihan yang dimiliki oleh BMT Bina

Usaha yaitu:

1. BMT Bina Usaha mengguanakan pelayanan dengan sistem jemput bola

yang artinya, penyetoran dan penarikan simpnan bisa dilayani di rumah

/ lokasi usaha anggota BMT, disamping itu anggota BMT bisa juga

langsung ke kantor untuk melakukan transaksi setoran maupun

penarikan simpanan selama jam kerja.

2. Operasional lembaga dikelola secara profesional dan transparan,

sehingga Anggota BMT dapat mengetahui saldo rekening setiap saat.

3. Perkembangan kadar keuntungan (bagi hasil) simpanan yang kompetitif

(53)

4. Dana anggota dikelola dan disalurkan dalam bentuk pembiayaan usaha

produktif dan pemenuhan kebutuhan konsumtif dalam rangka

meningkatkan taraf hidup dan pengembangan ekonomi umat.

5. Menggunakan pola syariah, dengan pembenahan sistem operasional

yang terus dilakukan untuk menjamin keamanan dan kenyamanan

dalam bertransaksi.

6. Modal maupun keuntungan yang diperoleh BMT Bina Usaha

dikeluarkan Zakat setisp tahun untuk kemudisn disalurkan kepada

pihak-pihak yang membutuhkan, dengan mengharap ridho dan

keberkahan dari Allah SWT.

B. Visi dan Misi BMT Bina Usaha

BMT Bina Usaha memiliki sebuah visi yaitu “Menjadi lembaga

keuangan syariah yang besar dan mampu mensejahterakan anggota”.

Adapum misi yang ingin dicapai oleh BMT Bina Usaha adalah sebagai

berikut:

1. Menyeleggarakan pelayanan kepada anggota sesuai dengan prinsip

KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah).

2. Memperdayakan ekonomi umat islam kabupaten semarang pada

khsusnya.

C. Lokasi BMT Bina Usaha

Lokasi Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Bina Usaha terletak di Ngimbun

RT 03 RW 03 Kelurahan Karangjati Kecamatan Bergas Kabupaten

Semarang, no.Telp. (0298) 521070 dengan perubahan Anggaran Dasar dan

dan Badan Hukum nomor 57/BH/PAD/XIV.23/188.4/II/2009, tanggal 11

(54)

37 pasar, pedagang, petani, dan masyarakat di daerah Kecamatan Karangjati dan

sekitarnya.

D. Tujuan BMT Bina Usaha

BMT Bina Usaha memiliki sebuah visi yaitu “Menjadi lembaga

keuangan syariah yang besar, terpercaya dan mampu mensejahterakan

anggota”.

Adapun misi yang ingin dicapai oleh BMT Bina Usaha adalah sebagai

berikut:

1.Menyelenggarakan pelayanan prima kepada anggota sesuai jatidiri

koperasi.

2.Menjalankan kegiatan usaha jasa keuangan syariah dengan efektif, efisien

dan transparan.

3.Menjalin kerjasama usaha dengan berbagai pihak.

4.Menjadikan usaha jasa keuangan syariah sebagai percontohan.

E. Struktur Organisasi BMT Bina Usaha

Faktor terpenting dalam perusahaan adalah struktur organisasi dari

perusahaan. Dengan menentukan struktur organisasi yang tepat maka akan

memudahkan koordinasi atara atasan dan bawahan sehingga dapat

menciptakan suasana kerja yang baik dan memperlancar aktifitas operasional

perusahaan. Selain itu adanya struktur organisasi memudahkan untuk

pengkoordinasian dan penyatuan usaha untuk menujukan kerangka –

kerangka hubungan diantara fungsi bagian – bagian maupun tugsa dan

wewenang serta tanggung jawab. Sama halnya dengan BMT Bina Usaha

(55)

Struktur Organisasi BMT Bina Usaha

F. Deskripsi Tugas dan Tanggung Jawab Struktur Organisasi

Seperti halnya dengan sebuah perusahaan, BMT Bina Usaha Karangjati

dalam sistem manajemen terdapat bagian – bagian yang mempunyai tugas

dan tanggung jawab dalam menyelesaikan semua pekerjaannya. Berikut

adalah tugas dan tanggung jawab bagian – bagian yang ada pada BMT Bina

Usaha Karangjati, yaitu sebagai berikut:

1. Dewan Pengawas Syariah

Dalam struktur organisasi dewan Pengawas syariah mempunyai tugas

dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Membuat pedoman syariah dari setiap produk pengerahan dana

maupun produk pembiayaan BMT.

b. Mengawasi penerapan konsep syariah dalam seluruh kegiatan

operasional BMT.

c. Melakukan pembinaan/konsultasi dalam bidang syari’ah bagi

pengurus, pengelola dan atau anggota BMT.

2. Badan Pengawas

Dalam struktur organisasi pada BMT Bina Usaha seorang Badan

(56)

39 a. Sebagai penasehat dan pemeberi saran kepada pengurus mengenai

hal-hal yang terkait dengan syariah.

b. Sebagai mediator antara BMT dengan Dewan Pengawas Syariah.

c. Mewakili anggota dalam pengawasan syariah.

3. Badan Pengurus

Dalam struktur organisasi pada BMT Bina Usaha pengurus

mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Memimpin organisasi dan usaha BMT.

b. Membuat rencana kerja dan rencana anggaran pendapatan dan belanja

BMT.

c. Menyelenggarakan rapat anggota pengurus.

d. Mengajukan laporan keuangan dan pertanggung jawaban pelaksanaan

tugas pada rapat anggota.

e. Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris serta

adminsitrasi anggota.

4. Manajer

Dalam struktur organisasi pada BMT Bina Usaha seorang manajer

mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Membuat rencana pemasaran, pembiayaan, operasional dan keuangan

secara periodik.

b. Membuat kebijakan khusus sesuai dengan kebijakan umum yang

digariskan oleh dewan pengurs syariah.

c. Memimpin dan mengarahkan kegiatan yang dilakukan oleh staffnya.

d. Membuat laporan pembiayaan baru, perkembangan pembiayaan, dana,

(57)

5. Pengawas Internal

Dalam struktur organisasi pada BMT Bina Usaha seorang Pengawas

Internal mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Melakukan pengawasan secara periodik atas aktivitas

menejemen,operasional dan keuangan, sehingga dapat dipastikan

aktivitas menejemen, operasional dan keuangan BMT Bina Usaha

berjalan sesuai prosedur yang berlaku di BMT Bina Usaha dan

terhindar dari kemungkinan-kemungkinan yang dapat mengancam

keberlangsungan BMT Bina Usaha.

6. Kabag Baitul Maal

Dalam struktur organisasi pada BMT Bina Usaha seorang Kabag Baitul

Maal mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Membantu manajer dalam penyusunan rencana pemasaran dan

operasional serta keuangan.

b. Memimpin dan menarahkan kegiatan yang dilakukan oleh staffnya.

c. Membuat laporan periodik kepada menejer berupa :

1) Laporan penyuluhan dan konsultasi.

2) Laporan perkembangan penerimaan ZIS.

3) Laporan Keuangan.

7. Kabag Operasional

Dalam struktur organisasi pada BMT Bina Usaha seorang Kabag

Opersional mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Merencanakan, mengarahkan, mengontrol serta mengevaluasi seluruh

aktivitas dibidang operasional baik yang berhubungan dengan pihak

(58)

41 BMT Bina Usahakhususnya dalam pelayanan terhadap mitra maupun

anggota BMT Bina Usaha.

8. Kabag Pemasaran

Dalam struktur organisasi pada BMT Bina Usaha seorang Kabag

Pemasaran mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Merencanakan, Mengarahkan, serta mengevaluasi target

penghimpunan dana dan pembiayaan BMT Bina Usaha serta

memastikan strategi yang digunakan tepat dalam upaya mencapai

sasaran termasuk dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah.

9. Pembukuan

Dalam struktur organisasi pada BMT Bina Usaha bagian Pembukuan

mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Mengerjakan jurnal dan buku besar.

b. Menyusun neraca percobaan.

c. Melakukan perhitungan bagi hasil.

d. Menyusun laporan keuangan secara periodik.

10.Kasir / Teller

Dalam struktur organisasi BMT Bina Usaha seorang teller mempunyai

tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Menerima uang dan membayar sesuai perintah ketua/Direktur.

b. Melayani dan membayar pengambilan tabungan.

c. Membuat buku kas harian.

d. Setiap kahir jam keja, menghitung uang yang ada dan minta

pemeriksaan dari menejer.

(59)

f. Menangani pembukuan kartu tabungan.

g. Mengurs semua dokumen dan pekerjaan yang harus di

komunikasikan dengan anggota.

11.Marketing / Pembiayaan

Dalam struktur organisasi BMT Bina Usaha bagian

marketing/pembiayaan mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai

berikut:

e. Mengajukan persetujuan pembiayaan kepada ketua baitul tamwil.

f. Melakukan administrasi pembiayaan.

g. Melakukan pembinaan anggota.

h. Memuat laporan perkembangan pembiayaan.

12.Pemasaran

Dalam struktur organisasi BMT Bina Usaha bagian

marketing/pembiayaan mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai

berikut:

a. Menjalankan tugas lapangan yaitu menarik setoran anggota/nasabah

dan menawarkan produk-produk BMT Bina Usaha.

b. Mengatur rute kunjungan pemasaran harian.

c. Melaporkan kendala-kendala yang dialami dilapangan kepada

(60)

43

G. Produk – Produk BMT Bina Usaha

BMT Bina Usaha merupakan salah satu koperasi berbasis syariah yang

bergerak di bidang simpan pinjam, ada beberapa produk yang ditawarkan

baik itu produk simpanan maupun produk pembiayaan, diantaranya adalah

sebagai berikut:

1. Pendanaan/ Simpanan

a. Simpanan Sukarela Lancar (SIRELA)

Simpanan dengan akad wadiah yadhamanah, yaitu akad

titipan uang anggota BMT dengan tanggungan keamanan dari

BMT, dan BMT diperkenankan untuk mengelola uang tersebut

untuk keperluan yang bermanfaat. BMT akan memberikan

pembagian kadar keuntungan seuai dengan ketetapan BMT,

dengan ketentuan:

1) Simpanan atas nama pribadi atau lembaga.

2) Menbayar simpanan pokok sebesar Rp 10.000,- (sepuluh

ribu rupiah).

3) Setoran selanjutnya minimal Rp 5.000,- (lima ribu rupiah).

4) Setoran dan penarikan dapat dilakukan sewaktu-waktu

selama jam kerja.

5) Melayani sistem jemput bola (pelayanan penarikan setoran

dan penarikan simpanan di lokasi anggota)

b. Simpanan Sukarela Berjangka (SISUKA)

Simpanan dengan akad mudharabah, yaitu anggota BMT

menginvestasikan sejumlah dana kepada BMT, dan BMT akan

Gambar

Tabel 2 Data Anggota Pembiayaan Qardhul Hasan Periode 2014-2015
Tabel 3 Data Anggota Pembiayaan Qardhul Hasan Periode 2015-2016
Tabel 4 Data Anggota Pembiayaan Qardhul Hasan Periode 2016-2017
Tabel 5 Data Anggota Pembiayaan Qardhul Hasan Periode 2017-2018

Referensi

Dokumen terkait

Judul skripsi : Peningkatan Pemahaman Konsep Sifat-sifat Cahaya Melalui Model Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Berbasis Eksperimen (Penelitian Tindakan pada

Dan pandangan ekonomi isalam perilaku konsumsi mahasantri ma’had al - jami’ah belum sepenuhnya sesuai dengan ajaran Islam, hal ini dilihat berdasarkan data

(1) Penetapan pedoman penyusunan Peta Jalan (Roadmap) Sanitasi Provinsi dan SSK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf a, meliputi pedoman penyusunan program dan

Kereta Api untuk meningkatkan jumlah konsumen yang dapat terpenuhi dari berbagai aspek diantaranya Kepuasan, Promosi dan Persepsi Harga yang sesuai dengan keinginan

Hal ini mencerminkan keadaan dari kondisi perusahaan, apabila pihak manajemen tidak bisa mengolah informasi dengan baik, maka pihak-pihak berkepentingan yang menggunakan

Hasil yang dicapai setelah metodologi dilakukan adalah rancangan data warehouse untuk bagian customer care di PT Broadband Multimedia Tbk.. dan aplikasi data warehouse yang

Developer adalah bahan kimia untuk foto reproduksi yang disebut juga developer lith. Biasanya untuk pengerjaan reproduksi terdiri dari concentrates A + B ( liquid and powder

Namun, telihat juga bahwa setiap perlakuan yang diberikan menghasilkan silase limbah sayuran dengan kualitas yang baik, sehingga penambahan tepung gaplek pada