• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DATA

A. Telaah Pustaka

Peneliti Adnan (2006) yang meneliti tentang Evaluasi Non Perfoming

Loan (NPL) Pinjaman Qardhul Hasan (Studi Kasus di BNI Syariah

Cabang Yogyakarta) Qardhul Hasan ini mempunyai keterbatasan dalam

ruang lingkup penelitian hanya pada BNI Syariah dengan obyek penelitian hanya pada 1 (satu) cabang BNI Syariah, dan perkembangan pinjaman Qardhul Hasan hanya dilihat 3 (tiga) tahun, sedangkan data

untuk meneliti perkembangan pinjaman Qardhul Hasan Perbankan

Syariah di Indonesia belum tersedia pada Bank Indonesia.Penelitian ini mempunyai keterbatasan dalam hal pengujian suatu teori dengan menguji sebagian dari varibelprinsip 7 C dan 7 P dalam pemberian suatu kredit. Peraturan tentang batas toleransi pinjaman macet pada produk Qardhul Hasan belum ada ketentuan baku, Bank Indonesia

memberlakukan pinjaman/kredit komersilhanya 5%, sedangkan koperasi berdasarkan petunjuk pelaksanaan penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam atau unit simpan pinjam dari menteri koperasi memberikantoleransi pinjaman macet 10%.Saran untuk penelitian selanjutnya harus memperluas lingkup penelitian Qardhul

Hasan dengan obyek penelitian dansample pada Perbankan Syariah di

Indonesia serta perkembangan pinjaman Qardhul Hasan dilihat secara

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dedi Riswandi (2015) yang berjudul “Pembiayaan Qardhul Hasan di Bank Syariah Mandiri Kota Mataram”. Krisis ekonomi jarak jauh telah menyebabkan meningkatnya kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan adalah masalah sosial yang harus diselesaikan. Salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin adalah distribusi zakat yang diambil melalui beberapa sumber zakat seperti, infak, dan shadaqah. Saat ini, ada banyak lembaga menerima sedekah dan mendistribusikannya. Ini juga menggunakan sedekah untuk tenaga produktif, seperti Bank Islam. Mekanisme distribusi zakat di Bank Syariah dilepaskan dalam pembiayaan

qarý al-hasan, yang mengabaikan bagian laba dan bunga. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk menggambarkan pelaksanaan pembiayaan qarý

al-hasan di Bank Syariah Mandiri Mataram dan juga untuk menganalisis

kontribusi qarý al-hasan di tingkat nasabah bank setelah mendapatkan

biaya dari qarý al-hasan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

adalah sampling, wawancara dan dokumentasi. Untuk menganalisis data-data kualitatif digunakan metode induktif.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Heru Sulistiyo (2013) yang berjudul “Model Pembiayaan Pedagang Kaki Lima (PKL) Melalui

Qardhul Hasan”.Pertumbuhan PKL meningkat pesat dari tahun ke tahun,

sehingga menimbulkan berbagai polemik sosial. Di satu sisi PKL sebagai kekuatan ekonomi yang mampu menggerakkan ekonomi rakyat, menyediakan lapangan kerja di sektor informal dalam mengurangi pengangguran dan kemiskinan, sementara di sisi lain keberadaan PKL sering mengganggu lingkungan, kebersihan dan keindahan yang tidak

13 terjaga. Menurut data di Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia (ASPPSI), jumlah PKL di Indonesia mencapai 22 juta orang, kesempatan kerja PKL mampu memberikan kontribusi yang sangat signifikan, terutama tenaga kerja berpendidikan di Indonesia di mana jumlah tersebut masih sangat besar. Oleh karena itu, PKL harus diberdayakan dan dikelola keberadaannya melalui perhatian pemerintah baik untuk penataan PKL, serta manajemen dan modal usaha yang telah tidak mendapatkan akses lembaga keuangan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh PKL di Semarang sekitar 12.000 orang. Sesuai dengan jumlah sampel yang dianalisis 100 responden. Data dikumpulkan melalui data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui kuesioner yang disebarkan kepada PKL dan pedagang yang telah memperoleh pinjamanQardhul

Hasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembiayaan Qardhul Hasan

untuk vendor untuk membantu omset meningkatkan penjualan dan tingkat kesejahteraan mereka.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hendri Hermawandi Nugraha (2012) yang berjudul “Sumber dan Penggunaan Dana Qardh dan

Qardhul Hasan Pada Bank BRI Syariah Yogyakarta”. Menjelaskan bahwa

sumber danaQardhul Hasanpada Bank Syariah Yogyakarta hanya berasal

dari denda nasabah dan pendapatan non halal. Sedangkan

pendistribusiannya hanya dialokasikan kepada warga dhuafa yang berdominisi di sekitar Kantor Cabang BRI Syariah Yogyakarta. Penggunaan dana Qardhul Hasan 12.5 % untuk biaya sekolah dan 87.5%

untuk modal usaha. Namun sumber dana Qardh dan Qardhul Hasan pada

dana ZIS dikelola sendiro di Bank BRI Pusat, yang mana seharusnya dikelola oleh BRI Syariah Yogyakarta sebagai dana Qardh dan Qardhul

Hasan.

Peneliti Putriyana, (2016) dengan judul ”Analisis Pembiayaan

Qardhul Hasan pada PT BANK SYARIAH MANDIRI (BSM) KC

UNGARAN” menyimpulkan Prosedur pembiayaan Qardhul Hasan di Bank Syariah Mandiri (BSM) KC Ungaran tidak menggunakan jaminan serta persyaratan cukup mudah dengan jangka waktu jatuh tempo selama satu tahun. Bank Syariah Mandiri (BSM) KC Ungaran bekerja sama dengan masjid dalam penyaluran dana pembiayaan Qardhul Hasan dengan

maksut untuk memberdayakan ekonomi masyarakat sekitar masjid. Nasabah pembiayaan Qardhul Hasan tiap orang menerima maksimal Rp

2.000.00,- (dua juta rupiah), sumber dana Qardhul Hasan melalui zakat,

infaq, sodaqoh yang berasal dari LAZNAS (Lembaga Amil Zakat Nasional) Bank Syariah Mandiri (BSM) Semarang. Penyaluran

pembiayaan Qardhul Hasan di Bank Syariah Mandiri (BSM) KC Ungaran

sudah terlaksana dengan tepat sasaran yaitu pihak yang mendapat pembiayaan Qardhul Hasan ini masyarakat menengah kebawah yang

memiliki usaha kecil dan menengah.

Peneliti Zunita (2016) dengan judul ”Analisis Pembiayaan Qardhul

Hasan di BMT Karisma Magelang” menyimpulkan Qardhul Hasan

diperiotaskan untuk usaha kecil yang kurang mampu secara ekonomi, dan yang ingin mengembangkan usahanya, juga membantu masyarakat yang tidak mampu, berobat, membayar hutang, biaya sekolah, biaya pernikahan. Sumber dana awal Qardhul Hasan berasal dari infaq. Pembiayaan yang di

15 kabulkan BMT Karisman Magelang adalah Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah). BMT tidak memberikan sanksi ataupun denda apabila nasabah telat membayar angsuran, jika tidak mampu mengembalikan maka dilakukan analisa faktor penyebab nasabah tidak mampu membayar angsuran maka pembiayaan tersebut diiklaskan atau di hapus dari pihak BMT.

Beda penelitian dengan peneliti sebelumnya bahwa penelitian ini memfokuskan pada perkembangandana, penyaluran dana, serta kendala

pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Bina Usaha bagi. Sedangka

penelitian Adnan (2006) pembiayaan Qardhul Hasan dalam memberikan

suatu pinjanan menggunakan prinsip 7C dan 7P, serta lokasi penelitian di BNI Syariah cabang Yogyakarta.

Beda penelitian yang kedua, penelitian menurut Hendri Hermawandi Nugraha (2012) pembiayaan Qardhul Hasan ditujukan untuk warga

dhuafa di sekitar kantor cabang BRI Syariah Yogyakarta, sumber dana pembiayaan berasal dari denda nasabah dan pendapatan non halal, penggunaan dana sebagian besar digunakan untuk modal usaha, serta lokasi penelitian di BRI Syariah cabang Yogyakarta.

Beda penelitian ketiga, penelitian menurut Heru Sulistiyo (2013) pembiayaan Qardhul Hasan ini ditujukan untuk PKL disekitar Semarang,

teknik pengumpulan data primer melalui kuesioner, serta lokasi penelitian di seluruh PKL yang berada di Semarang.

Beda penelitian keempat, penelitian menurut Dedi Riswadi (2015) dan pembiayaan berasal dari dana zakat, infaq, dan shadaqah. Teknik

pengumpulan data menggugunakan teknik sampling, serta lokasi penelitian di Bank Syariah Mandiri (BSM) cabang Mataram.

Beda penelitian kelima, penelitian menurut Putriyana (2016)

pembiayaan Qardhul Hasan ditujukan untuk masyarakat menengah

kebawah yang mempunyai usaha kecil dan menengah, sumber dana berasal dari LAZNAS Bank Syariah Mandiri (BSM) Semarang, dana yang diberikan maksimal 2.000.00,- (dua juta rupiah) dengan jatuh tempo selama 1 tahun, serta lokasi penelitian di BRI Syariah KC Ungaran.

Beda penelitian keenam, penelitian menurut Zunita (2016) pembiayaan Qardhul Hasan diprioritaskan untuk masyarakat yang

mempunyai usaha kecil yang ingin mengembangkan usahanya, sumber dana berasal dari infaq, dana yang diberikan maksimal 5.000.000,- (lima juta rupiah), dan penghapusan angsuran untuk anggota yang tidak mengembalikan, serta lokasi penelitian di BMT Karisma Magelang.

Secara keseluruhan, beda penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah terletak pada perkembangan serta kendala pembiayaan Qardhul

Hasan.

Dokumen terkait