• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.6. Penelitian Terdahulu

Peneletian yang dilakukan oleh InterCAFE (2008), menunjukkan pengelompokkan BPR bisa dilakukan berdasarkan tiga indikator, yaitu Modal Inti (Monti), Modal Disetor (Modis), dan Aset. Hal ini dikarenakan ketiga indikator tersebut dapat menunjukkan ukuran suatu BPR. Modal inti terdiri dari modal disetor ditambahkan dengan agio, dana setoran modal, modal sumbangan, cadangan umum, cadangan tujuan, laba ditahan setelah diperhitungkan pajak, laba tahun-tahun lalu setelah diperhitungkan pajak. Lalu hasil penjumlahan tersebut dikurangi dengan goodwill, disagio, rugi tahun-tahun lalu, dan rugi tahun berjalan di luar pajak tangguhan (deferred tax).

Modal disetor adalah modal yang telah disetor secara riil dan efektif oleh pemiliknya serta telah disetujui oleh Bank Indonesia. Bagi BPR yang berbadan hukum Koperasi, modal disetor terdiri atas simpanan pokok, simpanan wajib dan hibah sebagaimana diatur dalam ketentuan mengenai Perkoperasian. Didalam komponen modal disetor tidak termasuk pengakuan modal yang dipesan (subscribed capital stock) yang berasal dari piutang pemegang saham sebagaimana dimaksud dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang berlaku.

Aktiva atau aset adalah hak klaim atas kekayaan perusahaan baik yang terlihat maupun tidak terlihat. Dalam konteks industri perbankan, aktiva yang paling dominan adalah aktiva produktif seperti pinjaman atau kredit. Pinjaman atau kredit ini akan menjadi sumber utama penerimaan lembaga perbankan. Secara akuntansi, aktiva dimasukkan dalam laporan neraca dengan saldo normal debit.

Ketiga indikator tersebut, memiliki korelasi yang kuat dan statistically significant. Selain itu, keeratan hubungan ketiganya juga relatif stabil antar waktu, karena koefisien korelasi tidak banyak berbeda. Berdasarkan hal tersebut, pengelompokkan BPR dapat menggunakan salah satu dari ketiga indikator tersebut, tetapi pada penelitian ini hanya mengelompokkan BPR berdasarkan modal inti. Hal ini dikarenakan modal inti lebih sulit untuk berfluktuatif dibandingkan dengan kategori lain karena modal inti perubahan nilainya dibawah pengawasan Bank Indonesia.

Hasil pengelompokan BPR tersebut, membagi BPR ke dalam tiga kelompok, yaitu BPR kecil untuk BPR dengan modal inti kurang dari Rp 1 Milyar sebanyak 783 unit BPR (44,34%), BPR sedang untuk BPR dengan modal inti lebih Rp 1 Milyar sampai dengan Rp 10 Milyar sebanyak 931 unit BPR (52,72%), dan BPR besar untuk BPR dengan modal inti lebih dari Rp 10 Milyar sebanyak 52 unit BPR (2.97%). Pembagian menjadi tiga kategori tersebut, didasarkan pada percentil dan kuartil dari jumlah BPR, serta kaidah statistika mengenai kententuan kecukupan sample dalam setiap kategori.

Gaul (2008) mengungkapkan jangkauan pelayanan (outreach) 329 lembaga keuangan mikro dari 23 negara, berpengaruh dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat menengah ke bawah, melalui pemberian kredit yang digunakan untuk menambah modal buat usaha dan modal untuk membuka usaha baru. Jangkauan pelayanan tersebut dicerminkan oleh jumlah nasabah kredit maupun tabungan yang dimiliki oleh suatu LKM. Selain itu, Gaul mengurutkan dari 329 LKM menjadi 100 LKM yang memiliki peningkatan jangkauan pelayanan yang besar dan baik. Urutan tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah rekening suatu LKM saja, tetapi juga berdasarkan jumlah kredit yang disalurkan, tingkat persaingan, pertumbuhan kredit, perkembangan asset, tingkat effisiensi, dan produktifitas SDM. Penelitian lain yang dilakukan oleh Grace dan Stephen (2007) pada Microbanking Bulletin. Melihat indikator Outreach suatu LKM yang disalurkan kepada masyarakat menengah ke bawah, tidak hanya berdasarkan jumlah rekening saja, tetapi juga berdasarkan total kredit dan membagi jumlah rekening dan total kredit ke dalam kategori menurut sektor ekonomi.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Segrado (2005) di Banque Du Caire (BdC) Mesir, skema yang diberikan kepada usaha mikro berupa skema perorangan. Jumlah pinjaman pertama debitur maksimum sampai US$ 490, sedangkan untuk pinjaman kedua dan seterusnya, jumlah pinjaman maksimum hingga US$ 735. Jenis penggunaan pinjaman adalah untuk modal kerja, dengan suku bunga yang diterapkan adalah 16 persen flat per tahun. Jangka waktu kredit yang diberikan berkisar antara 4-12 bulan, tergantung kesepakatan atau kesanggupan debitur, dengan sistem pembayaran angsuran bulanan. Premis dasar dari bisnis pinjaman BdC bahwa

setiap orang adalah bankable sepanjang orang tersebut memiliki kartu identitas dan melengkapi persyaratan lain yang diperlukan.

Target klien BdC adalah usaha mikro di bidang jasa, manufaktur, atau perdagangan yang sudah berjalan minimal satu tahun. Tipe pemasaran produk ini adalah dari mulut ke mulut atau kunjungan langsung bagian kredit kepada usaha mikro yang berada di wilayah kerjanya. Pengusaha mikro pada umumnya tidak memiliki pembukuan usaha dan 99 persen kliennya tidak memiliki sejarah kredit formal. Risiko kredit untuk pinjaman pertama dikurangi dengan jumlah pinjaman awal yang kecil. Pinjaman pertama hanya tergantung pada pada reputasi dan karakter dari debitur potensial yang dievaluasi oleh bagian kredit dan supervisor setelah berdiskusi dengan supplier debitur atau dengan tetangganya. Debitur juga harus menyertakan surat pernyataan bahwa pinjaman ini akan benar-benar digunakan untuk tujuan bisnis. Dokumentasi yang diminta adalah fotokopi kartu identitas, tagihan listrik (jika tersedia), dan surat izin usaha (jika terdaftar sebagai usaha formal).

Selain itu diminta pula tanda tangan keluarga (biasanya pasangan) sebagai penjamin yang akan bertanggung jawab ketika debitur default. Proses persetujuan kredit ada di bawah otoritas bagian kredit dan supervisor, hal ini dilakukan untuk mempercepat proses pencairan, bahkan proses pencairan ini bisa dilakukan dalam waktu 10 menit. Tetapi hal ini tentu saja didukung oleh sistem akuntansi dan IT network yang bagus. Hal yang menarik adalah dalam masyarakat Mesir, reputasi pribadi adalah sangat penting dan kohesi sosialnya juga kuat. Merupakan hal yang prestisius jika seseorang bisa meminjam dari bank. Ini artinya bahwa seseorang akan

berusaha untuk menghindari default dalam pinjamannya dan surat perjanjiannya pun akan ditulis dengan sangat serius.

Luzzy dan Webber (2006) melakukan studi perbandingan mengenai kinerja 42 lembaga keuangan mikro, yang digambarkan dengan sebuah index kinerja suatu BPR. Hal ini dapat dilakukan, karena index yang diperoleh merupakan hasil dari setiap observasi yang dilakukan. Luzzy dan Webber membangun index kinerja tersebut, dengan menggunakan metode Factor Analisis, yaitu Principal Component Analisis (PCA).

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

No Nama Tahun Periode Data Metode Hasil 1 Tim InterCAFE 2008 2006-2007 SFA, Logit, Analisis Deskriptif -membagi BPR ke dalam tiga kelompok, yaitu BPR kecil untuk BPR dengan modal inti kurang dari Rp 1 Milyar, BPR sedang untuk BPR dengan modal inti lebih Rp 1 Milyar sampai Rp 10 Milyar, BPR besar untuk BPR dengan modal inti lebih dari Rp 10 Milyar.

-pembagian berdasarkan percentil dan kuartil dari jumlah BPR. 2 Gaul 2008 2007 Analisis Deskriptif -lembaga keuangan mikro berpengaruh dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat menengah ke bawah, melalui pemberian kredit yang digunakan untuk menambah modal buat usaha dan modal untuk membuka usaha baru.

-outreach dilihat berdasarkan besarnya jumlah nasabah

-32 LKM diurutkan berdasarkan outreach dan faktor yang mempengaruhi outreach. 3 Grace dan Stephen 2007 2006-2007 Analisis Deskriptif

melihat Outreach tidak hanya berdasarkan jumlah nasabah saja. Tetapi juga berdasarkan total kredit dan jumlah

nasabah kredit berdasarkan sektor ekonomi. 4 Segrado 2005 2004-2005 Analisis Deskriptif

- skema yang diberikan kepada usaha mikro

berupa skema perorangan yang digunakan untuk modal

kerja.

- Tipe pemasaran produk ini adalah dari mulut ke mulut atau kunjungan langsung AO kepada usaha mikro yang berada di wilayah kerjanya.

-Pengusaha mikro pada

umumnya tidak memiliki pembukuan usaha dan 99 persen kliennya tidak memiliki sejarah kredit formal. 5 Luzzy dan

Webber

2006 2005 Faktor Analisis: PCA

-Index kinerja yang dibangun

menggambarkan kinerja BPR secara utuh.

- Index yang diperoleh dapat membandingkan kinerja antara satu LKM dengan LKM lainnya.

Dokumen terkait