• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Penelitian Terdahulu

Daruwahyudi (2005) melakukan Penelitian Mengenai Analisis Ekuitas Merek Margarin Konsumen pada Tingkat Rumah Tangga. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh langsung dari masing-masing elemen ekuitas merek Simas terhadap ekuitas merek, dengan menggunakan teknik Structural

14

Visidata Riset Indonesia. 2004. Berebut Harumnya Asap Rokok (www.visinews.com)- 3 juni 2008-18:34:06 WIB

Equition Model (SEM), yakni kesadaran merek sebesar 66 persen, asosiasi merek sebesar 90 persen, persepsi kualitas sebesar 78 persen, dan loyalitas merek sebesar 75 persen, dimana pengaruh tersebut dinilai cukup besar terhadap ekuitas merek Simas. Simas memiliki tingkat asosiasi merek sangat kuat yaitu sebesar 90 persen, sedangkan nilai pengaruh dari persepsi kualitas yang juga cukup tinggi dapat dijadikan rujukan bahwa Simas di mata penggunanya memiliki kesan yang cukup baik. Nilai ekuitas merek Simas yakni sebesar 1,0026 menunjukkan Simas memiliki peluang yang besar untuk merebut pangsa pasar dan menggeser kepemimpinan Blue Band yang memiliki nilai ekuitas merek sebesar 1,2999. Hal ini terjadi karena Simas memiliki nilai indikator yang cukup baik pada elemen kesadaran merek, persepsi kualitas merek dan loyalitas merek.

Ramadhani (2005) menganalisis Hubungan Faktor-faktor dalam Sistem Penilaian Karyawan dan Budaya Perusahaan terhadap Pengembangan Sumber Daya Manusia. Penelitian tersebut bertujuan menganalisis sejauh mana penerapan sistem penilaian kinerja karyawan dan pengaruh budaya perusahaan mempengaruhi pengembangan sumberdaya manusia dengan menggunakan teknik Structural Equition Model (SEM).

Variabel yang diamati untuk mengukur penerapan sistem penilaian kinerja karyawan ada delapan. Variabel tersebut yaitu kemampuan penilaian, sikap penilai, sikap dan perilaku karyawan, bias penilaian, uraian pekerjaan, pengakuan prestasi kerja, keterbukaan antar penilai dan karyawan, dan analisis jabatan. Kedelapan variabel tersebut dapat diterima sebagai pembentuk penerapan sistem penilaian kinerja karyawan karena mempunyai nilai t diatas 1,96 (tingkat signifikan 5 persen). Variabel analisis jabatan mempunyai pengaruh paling besar

18

yaitu 47,8 persen dan sebesar 1,00, sedangkan variabel sikap penilai dengan sebesar 0,31 memiliki pengaruh terendah yaitu lima persen. Pada budaya perusahaan, variabel yang memiliki pengaruh terbesar yaitu norma perusahaan sebesar 47 persen dan gaya kepemimpinan ( =0,77) sebagai variabel dengan pengaruh terendah yaitu 30 persen. Sedangkan variabel indikator yang paling mempunyai pengaruh terhadap pembentukan pengembangan sumber daya manusia adalah penilaian desain pekerjaan yaitu sebesar 32 persen dengan sebesar 1,00. Penilaian proses recruitment dan seleksi karyawan dengan sebesar 0,62 sebagai variabel indikator dengan kontribusi terendah.

Pratiwi (2006) meneliti tentang Analisis Nilai Bagi pelanggan dan Loyalitas konsumen Macaroni Panggang. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi karakteristik konsumen, serta menganalisis nilai bagi pelanggan Macaroni Panggang dan loyalitas konsumen Macaroni Panggang. Peubah laten pelayanan, karyawan dan citra memiliki nilai peubah manifest yang positif dan sama besar dengan koefisien masing-masing sebesar 1,00. setiap penguatan tawaran pelayanan, karyawan, dan citra sebesar satu unit akan menguatkan manfaat yang diharapkan pelanggan sebesar 1,00.

Faktor lain yang memiliki kontribusi nilai peubah manifest sebesar 0.14 untuk pengalaman konsumen dan 0,005 untuk kinerja pesaing dan memiliki pengaruh positif. Pengaruh positif dalam hal ini adalah peningkatan pengalaman konsumen dan kinerja pesaing sebesar 1 unit akan meningkatkan loyalitas konsumen sebesar 0,14 dan 0,05. peran kinerja pesaing yang relatif kecil ini disebabkan karena peubah kinerja pesaing tida berpengaruh secara langsung terhadap loyalitas konsumen.

Penelitian Saputro (2005) dengan judul skripsi Analisis Sikap Konsumen dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian Rokok Kretek Mild (Studi Kasus konsumen Kota Bogor) bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam proses keputusan pembelian produk rokok, menganalisis atribut-atribut yang dianggap penting oleh konsumen pada produk rokok kretek mild, dan mengidentifikasi sikap konsumen terhadap berbagai atribut produk rokok kretek mild. Dengan menggunakan analisis faktor dari 15 variabel yang diteliti menunjukkan adanya lima faktor utama yang terbentuk yaitu faktor pribadi, faktor kenyamanan, faktor pengetahuan, faktor kesehatan, dan faktor nilai yang dipersepsikan sedangkan hasil analisis Fishbein menunjukkan bahwa semua atribut dipertimbangkan oleh konsumen. Berdasarkan urutan kepentingannya, atribut terpenting yang dipertimbangkan oleh konsumen adalah cita rasa, aroma, dan kemudahan memperoleh. Kemudian atribut yang berada pada urutan terakhir adalah atribut promosi.

Susanto (2003) menganalisis perbandingan elemen-elemen ekuitas merek pada jamu kemasan di kota Semarang. Penelitian dilakukan pada tiga merek jamu kemasan yang paling banyak dikonsumsi oleh responden, yaitu Nyonya Meneer, Sido Muncul dan Jamu Jago. Responden berjumlah 100 orang dengan teknik pemilihan sampel judgement sampling yaitu pemilihan sampel dengan karakteristik konsumen berusia 20-25 tahun, berdomilisi di Semarang, dan pernah menggunakan produk jamu kemasan bermerek serta mempunyai pengalaman menggunakannya. Alat analisis yang digunakan adalah skala likert, median, dan kuartil, analisi deskriptif, diagram-performance, dan analisis proporsi.

20

Hasil yang diperoleh adalah merek Nyonya Meneer mendapat posisi yang lebih baik pada elemen kesadaran merek dibanding Sido Muncul dan Jamu Jago. Asosiasi pembentuk citra merek (brand image) pada merek Sido Muncul yaitu harga yang terjangkau, kualitas produk tinggi, merek sudah terkenal dan berkualitas, khasiatnya cepat terasa, dan aman bagi kesehatan. Asosiasi pada merek Jamu Jago yaitu berkualitas produk tinggi, mereknya sudah terkenal dan berkualitas, khasiatnya cepat terasa, dan aman bagi kesehatan. Asosiasi pada merek Nyonya Meneer yaitu rasa yang khas, khasiatnya cepat terasa, dan aman bagi kesehatan. Merek Nyonya Meneer memperlihatkan persepsi kualitas yang lebih bagus dibandingkan merek yang lainnya. Sido Muncul menjadi loyalitas merek dengan persentase switcher terkecil dibanding yang lain, kemudian disusul Nyonya Meneer dan Jamu Jago.

Merek dengan ekuitas terkuat adalah Nyonya Meneer yang bersaing kuat dengan Sido Muncul. Nyonya Meneer lebih baik dalam elemen kesadaran merek, persepsi kualitas dan jumlah pengguna yang lebih banyak. Sido Muncul lebih baik dalam elemen asosiasi dan loyalitas. Jamu Jago belum mempunyai kekuatan yang bagus dibandingkan Nyonya Meneer dan Sido Muncul.

Wulandari (2003) berjudul Mengetahui Elemen-elemen Ekuitas Merek Mie Instan. Sesuai dengan judulnya, penelitian Wulandari bertujuan untuk mengetahui elemen-elemen ekuitas merek dari produk mie instan. Lokasi penelitian adalah kompleks Perumahan Cimanggu Permai, Kelurahan Kedung Badak, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Pemilihan responden dilakukan dengan metode non probability sampling yaitu convenience sampling, berdasarkan kesediaan menjadi responden. Sampel diambil sebanyak 200 orang.

Analisis tentang elemen-elemen ekuitas merek diolah secara deskriptif, uji asosiasi Cochran, diagram Cartesius performance-importance, dan brand switching pattern matrix. Hasilnya, sebanyak 195 responden (95 persen) menggunakan hanya satu merek sisanya, 10 orang atau 5 persen responden mengkomsumsi lebih dari satu merek. Merek Indomie mendapat posisi yang lebih baik pada elemen kesadaran merek. Sarimi dan Supermi unggul pada elemen asosiasi merek. Supermi mempunyai persepsi kualitas yang lebih baik dibandingkan merek lainnya. Pada elemen loyalitas merek, Indomie mempunyai kondisi yang paling baik dengan tingkat perpindahan merek yang kecil, kemudian disusul merek Sarimi dan Supermi.

Dokumen terkait