• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Penggunaan Konsep Customer-Based Brand Equity pada Konsumen Rokok A Mild Sampoerna (Studi Kasus pada Mahasiswa di Kota Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aplikasi Penggunaan Konsep Customer-Based Brand Equity pada Konsumen Rokok A Mild Sampoerna (Studi Kasus pada Mahasiswa di Kota Bogor)"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

A MILD SAMPOERNA

(Studi Kasus pada Mahasiswa di Kota Bogor)

Oleh :

HERIKSON SIMBOLON

A14104106

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

2

RINGKASAN

HERIKSON SIMBOLON. Aplikasi Penggunaan Konsep Customer-Based Brand Equity pada Konsumen Rokok A Mild (Studi Kasus pada Mahasiswa di Kota Bogor). Dibawah bimbingan YAYAH K. WAGIONO.

Industri rokok memberikan kontribusi yang sangat besar dan signifikan sebagai sumber devisa negara. Penerimaan pemerintah dari cukai rokok terus meningkat, pada tahun 2000 realisasi penerimaan cukai rokok sebesar Rp 12,46 triliun dan selalu mengalami peningkatan pada tahun-tahun selanjutnya. Pada tahun 2007 penerimaan dari cukai rokok ini telah mencapai Rp 43,93 triliun (Ditjen Bea Cukai dalam Indocomercial CIC, 2008). Indonesia menempati posisi kelima dalam jumlah konsumsi rokok perkapita di dunia. Sebanyak 31,4 persen atau 62.800.000 orang dari penduduk Indonesia merokok (Koran Pembaharuan, 2006). Sementara, berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 59,04 persen laki-laki perokok dan 4,83 persen perempuan perokok. Kampanye anti rokok oleh LSM-LSM merupakan usaha yang dilakukan untuk mengurangi dampak buruk dari rokok. Selain itu, beberapa peraturan dari pemerintah juga telah diterapkan. Melalui PP No 81/1999. Peraturan lainnya, adalah berupa pengharusan bagi setiap pengiklanan rokok untuk selalu menyertakan peringatan pemerintah setelah iklan rokok ditayangkan. Konsumen rokok semakin sadar akan bahaya yang timbul dalam mengkomsumsi rokok dengan kadar tar dan nikotin yang tinggi dan menginginkan adanya rokok dengan kadar tar dan nikotin yang rendah. PT HM Sampoerna melirik peluang ini dengan mengeluarkan rokok A Mild yaitu rokok yang memiliki kadar tar dan nikotin yang rendah.

Kehadiran rokok A Mild dari produsen PT HM Sampoerna Tbk. tahun 1989 mengubah lanskap bisnis rokok nasional. Banyak produsen rokok ikut meramaikan persaingan di kategori rokok ringan mild. Pasar rokok mild sangat potensial, kondisi ini membuat produsen rokok menerapkan strategi yang tepat untuk memenangkan persaingan dan menjadi pemimpin pasar. Persaingan pasar yang sangat tinggi dan ancaman dari kompetitor membuat produsen A Mild membangun kekuatan merek rokok A Mild dan menjadikan rokok A Mild sebagai brand authority.

(3)

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode non probability yaitu metode purposive sampling. Metode purposive sampling merupakan metode penentuan sampel dimana sampel yang diambil berdasarkan pada pertimbangan tertentu dan didasarkan pada tujuan penelitian (Singarimbun dan Effendi, 1989 dalam Fajri, 2005). Penelitian ini menggunakan analisis Structural Equation Model (SEM). Ukuran sampel yang disarankan untuk analisis SEM adalah antara 100-200 (Firdaus dan Farid, 2008). Peneliti mengambil 120 responden terpilih dengan menyebarkan 120 kuesioner. Teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, dan analisis SEM.

Karakteristik responden rokok A Mild Sampoerna pada penelitian ini berjenis kelamin laki-laki, usia 21-25 tahun, rata-rata uang bulanan Rp 750.000-Rp 1000.000, konsumsi rokok tiap hari < 1 bungkus, rata-rata pengeluaran pembelian rokok perbulan Rp 50.000-Rp 100.000, lokasi pembelian di toko/warung terdekat, rokok A Mild menjadi top of mind bagi responden, merek rokok tetap yang dikonsumsi tiap hari yaitu rokok A Mild, frekuensi berganti merek rokok dalam sebulan 0 kali (tidak pernah).

Persepsi responden terhadap elemen-elemen yang membangun brand equity, mayoritas responden menjawab setuju. Pertanyaan yang diajukan bertujuan untuk mengetahui persentase tingkat kesetujuan responden terhadap indikator-indikator elemen brand equity.

Berdasarkan hasil SEM, variabel kesadaran merek (brand awareness) dan variabel program pengembangan pemasaran memiliki pengaruh tertinggi dalam membangun nilai brand equtiy rokok A Mild Sampoerna dengan nilai masing-masing sebesar 1,00. Variabel citra merek (brand image) memiliki pengaruh dalam membangun nilai brand equity dengan nilai sebesar 0,91. Variabel pemilihan elemen merek (choosing brand element) memiliki pengaruh dalam membangun nilai brand equity dengan nilai sebesar 0,85. Variabel penggunaan daya ungkit dari asosiasi sekunder memiliki pengaruh dalam membangun nilai brand equity dengan nilai sebesar 0,97. Hasil SEM yang diperoleh untuk rokok Class Mild sebagai pembanding yang digunakan untuk mengukur brand equity rokok A Mild, diperoleh nilai untuk variabel kesadaran merek sebesar 0,80. Variabel citra merek (brand image) memiliki pengaruh dalam membangun nilai brand equity dengan nilai sebesar 0,75. Variabel pemilihan elemen merek (choosing brand element) memiliki pengaruh dalam membangun nilai brand equity dengan nilai sebesar 0,89. Variabel program pengembangan pemasaran memiliki pengaruh paling tinggi dalam membangun nilai brand equity dengan nilai sebesar 1,00. Variabel penggunaan daya ungkit dari asosiasi sekunder memiliki pengaruh dalam membangun nilai brand equity dengan nilai sebesar 0,72.

(4)

4

APLIKASI PENGGUNAAN KONSEP CUSTOMER-BASED BRAND

EQUITY PADA KONSUMEN ROKOK

A MILD SAMPOERNA

(Studi Kasus pada Mahasiswa di Kota Bogor)

Oleh :

HERIKSON SIMBOLON A14104106

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(5)

Judul :

Aplikasi Penggunaan Konsep Customer-Based Brand Equity pada Konsumen Rokok A Mild Sampoerna (Studi Kasus pada Mahasiswa di Kota Bogor)

Nama : Herikson Simbolon

NRP : A14104106

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Yayah K. Wagiono, M.Ec NIP. 130 350 044

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

(6)

6

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG

BERJUDUL “APLIKASI PENGGUNAN KONSEP CUSTOMER-BASED

BRAND EQUITY PADA KONSUMEN ROKOK A MILD SAMPOERNA

(STUDI KASUS PADA MAHASISWA DI KOTA BOGOR)”

BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI TULISAN KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI

LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, September 2008

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara, pada tanggal

15 Agustus 1985. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara, putra

pasangan Bapak Gumanti Simbolon dan Ibu Sondang Nababan.

Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN 019 Balam Sempurna,

Kabupaten Rokan Hilir dari tahun 1991 sampai tahun 1997. Penulis melanjutkan

pendidikan menengah di SLTP Katolik Yosef Arnoldi Bagan Batu, Kabupaten

Rokan Hilir pada tahun 1997 hingga selesai pada tahun 2000. Pada tahun 2000

penulis melanjutkan pendidikan di SMU Santa Maria Medan dan lulus pada tahun

2003. Pada tahun 2004, penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi

Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Institut

Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai organisasi

kemahasiswaan diantaranya sebagai anggota Komisi Kesenian PMK (Persatuan

Mahasiswa Kristen) periode 2006-2007, Koordinator LPP ( Lembaga Pemantau

Pemira) Fakultas Pertanian tahun 2007. Selain itu, penulis juga aktif di organisasi

mahasiswa daerah (MARTABE) batak IPB sebagai wakil ketua. Penulis juga aktif

(8)

8

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa

yang telah melimpahkan kasih dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Manajemen Agribisnis,

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Saat ini persaingan di industri rokok semakin tinggi, khususnya di industri

rokok mild. Konsumen rokok semakin sadar akan bahaya yang besar dalam

mengkomsumsi rokok dengan kadar tar dan nikotin yang tinggi. Hal ini

menyebabkan semakin banyak konsumen rokok yang berganti jenis rokok dan

memilih mengkomsumsi rokok jenis mild karena menganggap rokok mild lebih

sehat. Potensi pangsa pasar yang besar membuat produsen-produsen rokok melirik

pasar ini. rokok A Mild sebagai pionir rokok jenis mild dan pemimpin pasar

menyadari ancaman yang datang dari kompetitor. Untuk menghadapi ancaman

dari kompetitor A Mild melindungi produknya dengan cara membangun kekuatan

merek.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi pemikiran

bagi semua pihak yang berkepentingan.

Bogor, September 2008

Herikson Simbolon

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji syukur dan terima kasih penulis sampaikan kepada Tuhan

Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan tuntunanNya dalam penulisan skripsi

ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah

membantu dalam persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan skripsi ini baik dalam

bentuk bimbingan, saran dan masukan, terutama kepada :

1. Bapa dan mama (alm) untuk semua doa, kasih sayang, bimbingan dan

pengajaran yang telah diberikan.

2. Ir. Yayah K.Wagiono, M.Ec., selaku dosen pembimbing skripsi, atas semua

masukan, kesabarannya.

3. Ir. Narni Farmayanti, M.Sc., selaku dosen penguji utama atas semua masukan,

kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. Tintin Sarianti, SP selaku dosen penguji komisi pendidikan atas segala

perbaikan pada penulisan skripsi ini.

5. Dr. Ir. Henny K. Daryanto, M.Ec., selaku pembimbing akademik atas

semangat, kesabaran dan masukannya kepada penulis.

6. Seluruh dosen, pengelola dan staf Program Studi Manajemen Agribisnis untuk

semua ilmu dan bimbingan yang diberikan selama ini.

7. Bang Pippi, Kak Eva, dan adik-adikku tersayang (Molbinos, Wulan) yang

telah menjadi motivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Kak Evelin beserta keluarga, terima kasih atas dorongan semangat dan moril

(10)

10

9. Erika Nurmala Sari Silitonga, terima kasih atas perhatian, kasih sayang,

dorongan semangat, moril yang membuat penulis mampu bertahan hingga

selesainya skripsi ini.

10.Anak-anak PIM (Pondok Iona memories), Gandhi, Guntur, Aulia, Didit,

wahyu, Satria, Bengbeng, dan Bli atas semua masukan, kritikan, kebersamaan,

dan kekeluargaannya selama ini.

11.Teman-teman AGB 41 lainnya, atas kebersamaan, kekeluargaan,

kekompakan, dan dukungannya selama ini.

12.Teman-teman sebimbingan (Khrisna, Nunik, Qiqi) yang selalu

(11)

A MILD SAMPOERNA

(Studi Kasus pada Mahasiswa di Kota Bogor)

Oleh :

HERIKSON SIMBOLON

A14104106

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(12)

2

RINGKASAN

HERIKSON SIMBOLON. Aplikasi Penggunaan Konsep Customer-Based Brand Equity pada Konsumen Rokok A Mild (Studi Kasus pada Mahasiswa di Kota Bogor). Dibawah bimbingan YAYAH K. WAGIONO.

Industri rokok memberikan kontribusi yang sangat besar dan signifikan sebagai sumber devisa negara. Penerimaan pemerintah dari cukai rokok terus meningkat, pada tahun 2000 realisasi penerimaan cukai rokok sebesar Rp 12,46 triliun dan selalu mengalami peningkatan pada tahun-tahun selanjutnya. Pada tahun 2007 penerimaan dari cukai rokok ini telah mencapai Rp 43,93 triliun (Ditjen Bea Cukai dalam Indocomercial CIC, 2008). Indonesia menempati posisi kelima dalam jumlah konsumsi rokok perkapita di dunia. Sebanyak 31,4 persen atau 62.800.000 orang dari penduduk Indonesia merokok (Koran Pembaharuan, 2006). Sementara, berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 59,04 persen laki-laki perokok dan 4,83 persen perempuan perokok. Kampanye anti rokok oleh LSM-LSM merupakan usaha yang dilakukan untuk mengurangi dampak buruk dari rokok. Selain itu, beberapa peraturan dari pemerintah juga telah diterapkan. Melalui PP No 81/1999. Peraturan lainnya, adalah berupa pengharusan bagi setiap pengiklanan rokok untuk selalu menyertakan peringatan pemerintah setelah iklan rokok ditayangkan. Konsumen rokok semakin sadar akan bahaya yang timbul dalam mengkomsumsi rokok dengan kadar tar dan nikotin yang tinggi dan menginginkan adanya rokok dengan kadar tar dan nikotin yang rendah. PT HM Sampoerna melirik peluang ini dengan mengeluarkan rokok A Mild yaitu rokok yang memiliki kadar tar dan nikotin yang rendah.

Kehadiran rokok A Mild dari produsen PT HM Sampoerna Tbk. tahun 1989 mengubah lanskap bisnis rokok nasional. Banyak produsen rokok ikut meramaikan persaingan di kategori rokok ringan mild. Pasar rokok mild sangat potensial, kondisi ini membuat produsen rokok menerapkan strategi yang tepat untuk memenangkan persaingan dan menjadi pemimpin pasar. Persaingan pasar yang sangat tinggi dan ancaman dari kompetitor membuat produsen A Mild membangun kekuatan merek rokok A Mild dan menjadikan rokok A Mild sebagai brand authority.

(13)

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode non probability yaitu metode purposive sampling. Metode purposive sampling merupakan metode penentuan sampel dimana sampel yang diambil berdasarkan pada pertimbangan tertentu dan didasarkan pada tujuan penelitian (Singarimbun dan Effendi, 1989 dalam Fajri, 2005). Penelitian ini menggunakan analisis Structural Equation Model (SEM). Ukuran sampel yang disarankan untuk analisis SEM adalah antara 100-200 (Firdaus dan Farid, 2008). Peneliti mengambil 120 responden terpilih dengan menyebarkan 120 kuesioner. Teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, dan analisis SEM.

Karakteristik responden rokok A Mild Sampoerna pada penelitian ini berjenis kelamin laki-laki, usia 21-25 tahun, rata-rata uang bulanan Rp 750.000-Rp 1000.000, konsumsi rokok tiap hari < 1 bungkus, rata-rata pengeluaran pembelian rokok perbulan Rp 50.000-Rp 100.000, lokasi pembelian di toko/warung terdekat, rokok A Mild menjadi top of mind bagi responden, merek rokok tetap yang dikonsumsi tiap hari yaitu rokok A Mild, frekuensi berganti merek rokok dalam sebulan 0 kali (tidak pernah).

Persepsi responden terhadap elemen-elemen yang membangun brand equity, mayoritas responden menjawab setuju. Pertanyaan yang diajukan bertujuan untuk mengetahui persentase tingkat kesetujuan responden terhadap indikator-indikator elemen brand equity.

Berdasarkan hasil SEM, variabel kesadaran merek (brand awareness) dan variabel program pengembangan pemasaran memiliki pengaruh tertinggi dalam membangun nilai brand equtiy rokok A Mild Sampoerna dengan nilai masing-masing sebesar 1,00. Variabel citra merek (brand image) memiliki pengaruh dalam membangun nilai brand equity dengan nilai sebesar 0,91. Variabel pemilihan elemen merek (choosing brand element) memiliki pengaruh dalam membangun nilai brand equity dengan nilai sebesar 0,85. Variabel penggunaan daya ungkit dari asosiasi sekunder memiliki pengaruh dalam membangun nilai brand equity dengan nilai sebesar 0,97. Hasil SEM yang diperoleh untuk rokok Class Mild sebagai pembanding yang digunakan untuk mengukur brand equity rokok A Mild, diperoleh nilai untuk variabel kesadaran merek sebesar 0,80. Variabel citra merek (brand image) memiliki pengaruh dalam membangun nilai brand equity dengan nilai sebesar 0,75. Variabel pemilihan elemen merek (choosing brand element) memiliki pengaruh dalam membangun nilai brand equity dengan nilai sebesar 0,89. Variabel program pengembangan pemasaran memiliki pengaruh paling tinggi dalam membangun nilai brand equity dengan nilai sebesar 1,00. Variabel penggunaan daya ungkit dari asosiasi sekunder memiliki pengaruh dalam membangun nilai brand equity dengan nilai sebesar 0,72.

(14)

4

APLIKASI PENGGUNAAN KONSEP CUSTOMER-BASED BRAND

EQUITY PADA KONSUMEN ROKOK

A MILD SAMPOERNA

(Studi Kasus pada Mahasiswa di Kota Bogor)

Oleh :

HERIKSON SIMBOLON A14104106

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(15)

Judul :

Aplikasi Penggunaan Konsep Customer-Based Brand Equity pada Konsumen Rokok A Mild Sampoerna (Studi Kasus pada Mahasiswa di Kota Bogor)

Nama : Herikson Simbolon

NRP : A14104106

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Yayah K. Wagiono, M.Ec NIP. 130 350 044

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

(16)

6

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG

BERJUDUL “APLIKASI PENGGUNAN KONSEP CUSTOMER-BASED

BRAND EQUITY PADA KONSUMEN ROKOK A MILD SAMPOERNA

(STUDI KASUS PADA MAHASISWA DI KOTA BOGOR)”

BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI TULISAN KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI

LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, September 2008

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara, pada tanggal

15 Agustus 1985. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara, putra

pasangan Bapak Gumanti Simbolon dan Ibu Sondang Nababan.

Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN 019 Balam Sempurna,

Kabupaten Rokan Hilir dari tahun 1991 sampai tahun 1997. Penulis melanjutkan

pendidikan menengah di SLTP Katolik Yosef Arnoldi Bagan Batu, Kabupaten

Rokan Hilir pada tahun 1997 hingga selesai pada tahun 2000. Pada tahun 2000

penulis melanjutkan pendidikan di SMU Santa Maria Medan dan lulus pada tahun

2003. Pada tahun 2004, penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi

Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Institut

Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai organisasi

kemahasiswaan diantaranya sebagai anggota Komisi Kesenian PMK (Persatuan

Mahasiswa Kristen) periode 2006-2007, Koordinator LPP ( Lembaga Pemantau

Pemira) Fakultas Pertanian tahun 2007. Selain itu, penulis juga aktif di organisasi

mahasiswa daerah (MARTABE) batak IPB sebagai wakil ketua. Penulis juga aktif

(18)

8

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa

yang telah melimpahkan kasih dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Manajemen Agribisnis,

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Saat ini persaingan di industri rokok semakin tinggi, khususnya di industri

rokok mild. Konsumen rokok semakin sadar akan bahaya yang besar dalam

mengkomsumsi rokok dengan kadar tar dan nikotin yang tinggi. Hal ini

menyebabkan semakin banyak konsumen rokok yang berganti jenis rokok dan

memilih mengkomsumsi rokok jenis mild karena menganggap rokok mild lebih

sehat. Potensi pangsa pasar yang besar membuat produsen-produsen rokok melirik

pasar ini. rokok A Mild sebagai pionir rokok jenis mild dan pemimpin pasar

menyadari ancaman yang datang dari kompetitor. Untuk menghadapi ancaman

dari kompetitor A Mild melindungi produknya dengan cara membangun kekuatan

merek.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi pemikiran

bagi semua pihak yang berkepentingan.

Bogor, September 2008

Herikson Simbolon

(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji syukur dan terima kasih penulis sampaikan kepada Tuhan

Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan tuntunanNya dalam penulisan skripsi

ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah

membantu dalam persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan skripsi ini baik dalam

bentuk bimbingan, saran dan masukan, terutama kepada :

1. Bapa dan mama (alm) untuk semua doa, kasih sayang, bimbingan dan

pengajaran yang telah diberikan.

2. Ir. Yayah K.Wagiono, M.Ec., selaku dosen pembimbing skripsi, atas semua

masukan, kesabarannya.

3. Ir. Narni Farmayanti, M.Sc., selaku dosen penguji utama atas semua masukan,

kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. Tintin Sarianti, SP selaku dosen penguji komisi pendidikan atas segala

perbaikan pada penulisan skripsi ini.

5. Dr. Ir. Henny K. Daryanto, M.Ec., selaku pembimbing akademik atas

semangat, kesabaran dan masukannya kepada penulis.

6. Seluruh dosen, pengelola dan staf Program Studi Manajemen Agribisnis untuk

semua ilmu dan bimbingan yang diberikan selama ini.

7. Bang Pippi, Kak Eva, dan adik-adikku tersayang (Molbinos, Wulan) yang

telah menjadi motivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Kak Evelin beserta keluarga, terima kasih atas dorongan semangat dan moril

(20)

10

9. Erika Nurmala Sari Silitonga, terima kasih atas perhatian, kasih sayang,

dorongan semangat, moril yang membuat penulis mampu bertahan hingga

selesainya skripsi ini.

10.Anak-anak PIM (Pondok Iona memories), Gandhi, Guntur, Aulia, Didit,

wahyu, Satria, Bengbeng, dan Bli atas semua masukan, kritikan, kebersamaan,

dan kekeluargaannya selama ini.

11.Teman-teman AGB 41 lainnya, atas kebersamaan, kekeluargaan,

kekompakan, dan dukungannya selama ini.

12.Teman-teman sebimbingan (Khrisna, Nunik, Qiqi) yang selalu

(21)

DAFTAR ISI 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 22

3.1.1 Ekuitas Merek (Brand Equity)... 22

3.2 Konsep Customer-Based Brand Equity menurut Kevin. Keller ... 24

3.2.1 Sarana dan Tujuan Membangun Merek (Brand-building Tools andObjectives)... 26

3.2.2 Efek Pengetahuan Pelanggan (Customer Konowledge Effects)... 26

3.2.3 Manfaat yang mungkin diperoleh dengan memiliki Merek (Branding Benefits/Brand Equity)... 26

3.2.4 Indikator Pengukuran Customer-Based Brand Equity... 27

3.2.4.1 Ukuran Kesadaran Merek (Brand Awareness Measures)... 28

3.2.4.2 Ukuran Citra Merek (Brand Image Measures) ... 29

3.2.4.3 Ukuran Pemilihan Elemen Merek (Choosing Brand Element Measures)... 29

3.2.4.4 Ukuran Pengintegrasian Merek ke Dalam Kegiatan Pemasaran dan Dukungan dari Program Pemasaran ... 30

3.2.4.5 Ukuran Penggunaan Daya Ungkit dari Asosiasi Sekunder (Leverage of Secondary Association Measures)... 30

(22)

12

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33 4.2 Metode Pengumpulan Data... 33 4.3 Metode Penarikan Sampel ... 34 4.4 Metode Analisis Data ... 36 4.4.1 Skala Likert ... 36 4.4.2 Analisis Deskriptif ... 37 4.4.3 Structural Equation Model (SEM) ... 37 4.4.3.1 Tahap-tahap dalam Structural Equation Model... 38 4.4.3.2 Aplikasi SEM dalam pengukuran Brand

Equity Value... 44

V. KARAKTER RESPONDEN

5.1 Jenis Kelamin ... 47 5.2 Usia... 48 5.3 Rata-rata Uang Bulanan Responden... 49 5.4 Konsumsi Rokok tiap Hari... 50 5.5 Rata-rata Pengeluaran Pembelian Rokok per Bulan ... 51 5.6 Lokasi Pembelian ... 51 5.7 Top of Mind Merek rokok Mild... 52 5.8 Merek rokok Tetap yang Dikonsumsi ... 53 5.9 Frekuensi Berganti Merek Rokok dalam Sebulan... 54

VI. UKURAN ELEMEN ELEMEN BRAND EQUITY

6.1 Ukuran Kesadaran Merek (Brand Awareness Measures) ... 55 6.1.1 Depth (tingkat kesadaran merek dalam level mental

konsumen) ... 55 6.1.2 Breadth (luas area jangkauan merek)... 58 6.2 Ukuran Citra Merek ( Brand Image Measures) ... 60 6.2.1 Strong (asosiasi merek yang kuat) ... 60 6.2.2 Favourable (asosiasi merek yang disukai)... 62 6.2.3 Unique (asosiasi merek yang unik)... 63 6.3 Ukuran Pemilihan Elemen Merek (Choosing Brand Element

Measures)... 64 6.3.1 Logo ... 65 6.3.2 Packaging (Kemasan) ... 66 6.3.3 Slogan... 66 6.4 Program pengembangan Pemasaran (Developing Marketing

Program)... 68 6.4.1 Product (Produk yang Berkualitas) ... 68 6.4.2 Promotion (Program Promosi yang Efektif) ... 69 6.5 Ukuran Penggunaan Daya Ungkit dari Asosiasi Sekunder

(Leverage of Secondary Association Measures) ... 70 6.5.1 Perusahaan (Company)... 71 6.5.2 Country of Origin (Identifikasi Negara Asal Produk) ... 72

VII. NILAI EKUITAS MEREK

(23)

7.2 Analisis Model Structural Equation Model (SEM)

Rokok A Mild ... 75 7.2.1 Hubungan antara Kesadaran Merek (Brand Awareness)

dengan Variabel Indikator dalam Membentuk Nilai

Ekuitas Merek Rokok A Mild ... 76 7.2.1.1 Depth... 77 7.2.1.2 Breadth... 77 7.2.2 Hubungan antara Ukuran Citra Merek dengan Variabel

Indikator dalam Membentuk Nilai Ekuitas

Merek Rokok A Mild ... 78 7.2.2.1 Strong (Asosiasi merek yang tinggi) ... 78 7.2.2.2 Favorable (Asosiasi Merek yang Disukai ... 79 7.2.2.3 Unique ( Keunikan Merek) ... 79 7.2.3 Hubungan antara Ukuran pemilihan Elemen Merek dengan

Variabel Indikator dalam Membentuk Nilai Ekuitas Merek Rokok A Mild ... 80 7.2.3.1 Logo... 80 7.2.3.2 Packaging (Kemasan)... 81 7.2.3.3 Slogan ... 81 7.2.4 Hubungan antara Program Pengembangan Pemasaran

Variabel Indikator dalam Membentuk Nilai Ekuitas Merek Rokok A Mild ... 82 7.2.4.1 Product (Produk yang Berkualitas) ... 83 7.2.4.2 Promotion (Promosi) ... 83 7.2.5 Hubungan antara Ukuran Penggunaan Daya Ungkit dari

Asosiasi Sekunder dengan Variabel Indikator

dalam Membentuk Nilai Ekuitas Merek Rokok A Mild... 84 7.2.5.1 Company (Perusahan)... 85 7.2.5.2 Country of Origin... 85 7.2.6 Hubungan antara Kesadaran Merek Citra Merek Ukuran

pemilihan Elemen Merek Program Pengembangan Pemasaran dan Ukuran Penggunaan Daya Ungkit dari

Asosiasi Sekunder terhadap Ekuitas Merek ... 86 7.3 Analisis Model Structural Equation Model (SEM)

Rokok Class ... 89 7.3.1 Hubungan antara Kesadaran Merek (Brand Awareness)

dengan Variabel Indikator dalam Membentuk Nilai Ekuitas Merek Rokok Class Mild ... 91 7.3.1.1 Depth... 91 7.3.1.2 Breadth... 92 7.3.2 Hubungan antara Kesadaran Merek (Brand Awareness)

dengan Variabel Indikator dalam Membentuk Nilai

Ekuitas Merek Rokok Class Mild... 93 7.3.2.1 Strong (Asosiasi Merek yang Tinggi) ... 93 7.3.2.2 Favorable (Asosiasi Merek yang Disukai) ... 93 7.3.2.3 Unique ( Keunikan Merek) ... 94 7.3.3 Hubungan antara Ukuran pemilihan Elemen Merek dengan

(24)

14

Rokok Class Mild ... 94 7.3.3.1 Logo... 95 7.3.3.2 Packaging (Kemasan)... 95 7.3.3.3 Slogan ... 95 7.3.4 Hubungan antara Program Pengembangan Pemasaran

Variabel Indikator dalam Membentuk Nilai Ekuitas Merek Rokok Class Mild ... 96 7.3.4.1 Product (Produk yang Berkualitas) ... 96 7.3.4.2 Promotion (Promosi) ... 96 7.3.5 Hubungan antara Ukuran Penggunaan Daya Ungkit dari

Asosiasi Sekunder dengan Variabel Indikator dalam

Membentuk Nilai Ekuitas Merek Rokok Class Mild... 97 7.3.5.1 Company (Perusahan)... 97 7.3.5.2 Country of Origin... 97 7.3.6 Hubungan antara Kesadaran Merek Citra Merek Ukuran

Pemilihan Elemen Merek Program Pengembangan Pemasaran dan Ukuran Penggunaan Daya Ungkit dari

Asosiasi Sekunder terhadap Ekuitas Merek ... 98 7.4 Nilai Ekuitas Merek (Brand Equity Value)... 99

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan ... 102 8.2 Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA... 105

(25)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Penerimaan Cukai Rokok Tahun 2000-2008... 2 2. Perkembangan Konsumsi Rokok di Indonesia pada Tahun 1999-2007 ... 4 3. Konsumsi Rokok Perkapita pada Tahun 1999-2005... 5 4. Daftar Propinsi di Indonesia dengan Persentase Penduduk Berumur 10

Tahun keatas Yang Merokok Tertinggi pada Tahun 2007... 5 5. Rokok Mild Menurut Produsennya pada Tahun 2007 ... 6 6. Penjualan Rokok Mild (dalam miliar batang) pada Tahun 2003-2006 ... 7 7. Jumlah Penduduk Kota di Jawa Barat Tahun 2005 ... 8 8. Proyeksi Penduduk Menurut Kota di Jawa Barat Projection of

Population by Regency / Municipality in Jawa Barat

(Ribu / Thousands) 2006 – 2010... 9

9. Jenis dan Sumber Data ... 34 10. Notasi Lisrel ... 43 11. Goodness of fit Model rokok A Mild ... 76 12. Faktor Muatan (gamma atau ) dan nilai-t dalam Hubungan Ekuitas

Merek dengan Variabel Laten ... 86

(26)

16

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Perkembangan Produksi Rokok Kretek dan Rokok Putih (mild) ... 3 2. Brand Equity (Ekuitas Merek) ... 23 3. Model Customer-Based Equity menurut Kevin L. Keller ... 25 4. Kerangka Pemikiran Operasional ... 32 5. Tahap-tahap dalam SEM ... 38 6. Model Persaman Struktural ... 46 7. Diagram Jenis Kelamin Responden ... 48 8. Diagram Usia Responden ... 49 9. Diagram Rata-rata Uang Bulanan ... 50 10.Diagram Konsumsi Rokok tiap Hari (Bungkus)... 50 11.Diagram Rata-rata Pengeluaran Rokok per Bulan ... 51 12.Lokasi Pembelian ... 52 13.Top Of Mind Rokok Mild... 53 14.Merek Rokok Tetap yang Dikonsumsi oleh Responden ... 54 15.Frekuensi Berganti Merek Rokok dalam Sebulan ... 54 16.Diagram Persepsi Responden terhadap Tingkat Mengenal dan

Mengetahui Merek Rokok ... 56 17.Diagram Persepsi Responden terhadap Tingkat Kemudahan

Mengingat Merek Rokok... 57 18.Diagram Persepsi Responden terhadap Kemampuan Membedakan

Merek Rokok A Mild dengan Merek Rokok Lain ... 58 19.Luas Area Jangkauan Merek Rokok A Mild dan Class Mild... 59 20.Tingkat Pembelian Rokok A Mild dan Class Mild per Hari ... 60 21. Persepsi Responden terhadap Kualitas Rasa/taste

Rokok A Mild dan Class Mild ... 61 22. Top of Mind Responden terhadap Merek Rokok A Mild dan Merek

Rokok Class Mild... 62 23. Penerimaan Responden terhadap Cita Rasa Rokok A Mild

yang Berkualitas... 63 24. Persepsi Responden terhadap Merek Rokok Mild Sebagai

(27)

25. Persepsi Responden terhadap Logo

Rokok A Mild dan Rokok Class Mild... 65 26. Persepsi Responden terhadap Kemasan Bungkus

Rokok A Mild dan Rokok Class Mild... 66 27. Persepsi Responden terhadap Slogan

Rokok A Mild dan Rokok Class Mild... 67 28. Persepsi Responden terhadap Kualitas Cita Rasa/taste

Rokok A Mild dan Rokok Class Mild... 69 29.Persepsi Responden terhadap Kemudahan Menemukan Iklan

Rokok A Mild dan Rokok Class Mild di Berbagai Media ... 70 30.Persepsi Responden terhadap Efek Langsung Citra Perusahaan

terhadap Pembentukan Citra Merek Produk... 72

31. Persepsi Responden terhadap Country of Origin

Rokok A Mild dan Rokok Class Mild... 73 32. Path Model Nilai Ekuitas Merek (Brand Equity Value) Rokok A Mild... 75 33. Path Model SEM Rokok A Mild (T-Value)... 89 34. Path Model Nilai Ekuitas Merek (Brand Equity Value)

(28)

18

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Kuesioner Penelitian Analisis Brand Equity Rokok A Mild Sampoerna... 107 2. Persentase Mahasiswa Perokok dan Non Perokok IPB ... 111 3. Kondisi Mahasiswa Perokok dan non Perokok di Universitas Pakuan... 112 4. Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Yang Merokok Sebulan Terakhir

Menurut Kab/Kota.dan Beberapa Batang Dihisap Seminggu Terakhir pada Tahun 2005... 114 5. Hasil output LISREL A Mild dan Class Mild ... 115

(29)

1.1. Latar Belakang

Upaya pemerintah untuk membangun pertanian Indonesia menuju arah

yang lebih baik dan meningkatkan kesejahterakan masyarakat membuat

pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk merevitalisasi pertanian di segala

sektor. Upaya pembangunan pertanian ini tidak terlepas dari konsep agribisnis.

Hal ini disebabkan agribisnis merupakan konsep dari suatu sistem yang integratif,

utuh dan komprehensif yang terdiri dari beberapa subsistem, yaitu subsistem

pengadaan sarana produksi pertanian, subsistem produksi usaha tani, subsistem

pengolahan dan industri hasil pertanian (agroindustry), subsistem pemasaran hasil

pertanian, dan subsistem kelembagaan penunjang kegiatan pertanian.

Salah satu subsistem agribisnis yang sangat berperan dalam menyokong

pertumbuhan ekonomi nasional adalah subsistem industri pengolahan. Sektor ini

terbukti mampu menyumbang sebesar 28,05 persen terhadap Rp 2.729,7 triliun

Produk Domestik Bruto (Depperindag, 2005)1. Industri rokok merupakan salah satu contoh industri pengolahan yang memberikan kontribusi yang sangat besar

dan signifikan sebagai sumber devisa negara. Penerimaan pemerintah dari cukai

rokok terus meningkat, pada tahun 2000 realisasi penerimaan cukai rokok tercatat

sebesar Rp 12,46 triliun dan selalu mengalami peningkatan pada tahun-tahun

selanjutnya (Tabel 1). Pada tahun 2007 nilai dari penerimaan dari cukai rokok ini

telah mencapai Rp 43,93 triliun.

Pemerintah berkeinginan untuk terus meningkatkan penerimaan negara

dari cukai rokok, yaitu dengan meningkatkan tarif cukai rokok. Tahun 2007

1

(30)

2

pemerintah menaikkan cukai rokok hingga 40 persen, tahun 2008 pemerintah

berencana menaikkan cukai rokok dalam negeri hingga 100 persen

(www.depperin.go.id, 2008)2 . Hal ini bertujuan untuk mengurangi tingkat konsumsi rokok nasional.

Tabel 1. Penerimaan Cukai Rokok, Tahun 2000-2008 Tahun Total penerimaan

Sumber : Ditjen Bea Cukai dalam indocomercial CIC (2008), data diolah3

Industri rokok termasuk salah satu industri yang mampu menyerap tenaga

kerja dalam jumlah besar. Tidak kurang dari 20 juta penduduk Indonesia

bergantung pada industri rokok. Disamping itu, industri rokok juga mampu

mendorong berkembangnya industri jasa lain seperti periklanan, perdagangan,

transportasi dan penelitian. Selain memiliki kemampuan dalam menyerap tenaga

kerja dalam jumlah yang tidak sedikit, secara sektoral industri ini juga mampu

mendorong tumbuh kembangnya subsektor perkebunan (komoditas tembakau dan

cengkeh).

2

Depperin.2008. Rencana Kenaikan Cukai Rokok oleh Pemerintah. Jakarta (www.depprin.go.id-16 Mei 2008: 19:30:00 WIB)

3

(31)

Pertumbuhan produksi industri rokok Indonesia tidak selamanya positif.

Tiap tahun cenderung berfluktuasi, meskipun tidak terlalu signifikan

perbedaannya. Hal ini dapat dilihat dari data berikut (Gambar 1) :

Gambar 1. Perkembangan Produksi Rokok Kretek dan Rokok Putih (mild)

Sumber: www.wartaekonomi.com, 20064

Meskipun secara medis rokok dapat merugikan kesehatan, namun banyak

orang yang mengabaikan bahaya yang timbul akibat rokok. Banyak faktor yang

menyebabkan orang untuk tidak merokok atau untuk menghentikan kebiasaan

merokok. Salah satu faktor yang paling dominan yakni untuk menenangkan

pikiran atau mengurangi beban stres. Di Indonesia, terdapat dua jenis rokok yang

dikenal secara umum, yaitu rokok kretek dan rokok putih (Indocomercial CIC,

2006).

Kampanye anti rokok merupakan usaha yang dilakukan untuk mengurangi

dampak buruk dari rokok. Selain itu, beberapa peraturan dari pemerintah juga

4

(32)

4

telah diterapkan. Melalui PP No 81/1999, Pemerintah telah melarang produsen

rokok untuk mempromosikan produknya pada anak-anak dan remaja serta

melarang penanyangan iklan rokok di televisi diluar pukul 21.30-05.00. Peraturan

lainnya, adalah berupa pengharusan bagi setiap pengiklanan rokok untuk selalu

menyertakan peringatan pemerintah setelah iklan rokok ditayangkan.

Meskipun kampanye anti rokok dan peringatan akan bahaya merokok

terus dilakukan, namun konsumsi rokok nasional tetap tinggi. Dari data yang

diperoleh tingkat konsumsi rokok Indonesia cenderung berfluktuasi (Tabel 2).

Tabel 2. Perkembangan Konsumsi Rokok di Indonesia pada Tahun 1999-2007

Indonesia menempati posisi kelima dalam jumlah konsumsi rokok per

kapita di dunia. Sebanyak 31,4 persen atau 62.800.000 orang dari penduduk

Indonesia merokok (Koran Pembaharuan, 2006)6. Sementara, berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 59,04 persen laki-laki perokok dan 4,83 persen

perempuan perokok.

5

IndocomercialCIC.2007.Konsumsi Rokok yang Semakin Mengkhawatirkan (www.indocomercial.com)-24 Mei 2008:20:15:00 WIB

6

(33)

Tabel 3 menjelaskan konsumsi rokok per kapita rokok kretek dan rokok

mild. Kondisi konsumsi rokok per kapita berfluktuasi setiap tahun dan cenderung

mengalami penurunan tingkat konsumsi rokok, baik rokok kretek maupun rokok

mild.

Tabel 3. Konsumsi Rokok Per kapita pada Tahun 1999-2005 Konsumsi per kapita

Tingkat perbandingan konsumsi merokok antar propinsi (Departemen

Kesehatan berdasarkan Susenas 2003), Jumlah penduduk berumur sepuluh tahun

ke atas yang merokok terbanyak berdasarkan provinsi ditempati oleh provinsi

Jawa Barat dengan persentase 31,57 persen (Tabel 4).

Tabel 4. Daftar Propinsi di Indonesia dengan Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun keatas yang Merokok tertinggi Tahun 2007

No. Propinsi Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas yang Merokok (%)

Sumber : Departemen Kesehatan (2007), data diolah8

7

Indocomercial CIC.2005. Konsumsi Rokok per Kapita Indonesia (www.indocomercial.com)-24 Mei 2008:20:15:00 WIB

8

(34)

6

Industri rokok merupakan salah satu industri berskala besar di Indonesia

dan menjadi ajang kompetisi sebab pasar Indonesia sangat potensial bagi industri

tersebut. Berdasarkan data konsumsi rokok dengan konsumsi terbanyak, rokok

kretek merupakan rokok paling banyak dikonsumsi oleh konsumen rokok (Tabel

2). Rokok kretek adalah adalah rokok khas Indonesia yang didalamnya

mengandung campuran cengkeh, sehingga memiliki cita rasa dan aroma yang

berbeda dengan jenis rokok putih. Di Indonesia, rokok kretek dibagi menjadi dua

jenis, yaitu Sigaret Kretek Tangan (SKT) dan Sigaret Kretek Mesin (SKM).

Keluarnya PP No. 81 tahun 1999 yang mengatur kadar maksimum tar dan nikotin

pada setiap batang rokok mempengaruhi produsen rokok untuk lebih

mengembangkan rokok kretek jenis mild, yaitu rokok yang memiliki kadar tar dan nikotin yang rendah. Hal ini membuat perusahaan rokok mengeluarkan produk

rokok mild masing-masing untuk bersaing merebut pangsa pasar rokok jenis mild.

Tabel 5. Rokok Mild Menurut Produsennya Tahun 2007

Kandungan

Sumber : Visidata Riset Indonesia dalam Visi Vews, 20079

9

(35)

Kehadiran rokok A Mild dari produsen PT HM Sampoerna Tbk. tahun

1989 mengubah lanskap bisnis rokok nasional. Hampir semua produsen rokok

ikut meramaikan persaingan di kategori rokok ringan mild. Perang komunikasi

dan bajak-membajak tenaga kerja tidak terhindarkan. Menjelang akhir tahun 1989,

industri rokok di Indonesia dikagetkan oleh langkah berani PT HM Sampoerna

Tbk. (HMS). Produsen rokok kretek Dji Sam Soe meluncurkan produk terbarunya

yang tergolong unik, karena produk tersebut tidak masuk dalam tiga kategori

besar rokok yang ada saat itu, yaitu Sigaret Kretek Tangan (SKT), Sigaret Kretek

Mesin (SKM) reguler, dan Sigaret Putih Mesin (SPM). Lewat produk yang diberi

merek A Mild, PT HM Sampoerna Tbk. membuat sebuah kategori baru yakni

SKM mild.

Rokok mild mengalami pertumbuhan produksi yang sangat signifikan dan

menunjukkan kinerja yang cukup bagus, dalam lima tahun terakhir produksi

rokok mild menunjukkan peningkatan rata-rata sekitar 17,2 persen per tahun (Visi

News, Juni 2005)10. Nilai penjualan rokok mild mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, hal ini disebabkan oleh kenaikan tarif cukai dan harga jual eceran (HJE).

Tabel 6. Penjualan Rokok Mild (dalam miliar batang) pada Tahun 2003-2006 Penjualan (miliar batang)

Visidata Riset Indonesia. 2005. Pertumbuhan Produksi Rokok Mild (www.visinews.com)-25 Mei 2008-17:24:06 WIB

11

(36)

8

Berdasarkan data SWA (2006), diketahui bahwa penjualan rokok

Sampoerna A Mild terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dengan nilai

penjualan tertinggi jika dibandingkan dengan rokok merek jenis mild. Rokok A

Mild memiliki pangsa pasar tertinggi di Indonesia, tahun 2007 PT HM Sampoerna

Tbk. memiliki pangsa pasar sekitar 65 persen pangsa pasar rokok mild (Majalah

Marketing, 2007). Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu pangsa pasar terbesar

rokok A Mild dan menjadi target pemasaran oleh PT HM Sampoerna Tbk., karena

jumlah perokok di wilayah tersebut terbanyak jika dibandingkan dengan provinsi

lain di Indonesia. Demikian juga dengan kota Bogor yang merupakan kota dengan

penduduk terbanyak ke-4 di Jawa Barat.

Tabel 7. Jumlah Penduduk Kota di Jawa Barat Tahun 2005

Kota Jumlah Penduduk

Kota Bogor 749.346

Kota Sukabumi 263.365

Kota bandung 2.270.970

Kota Cirebon 271.795

Kota Bekasi 1.754.019

Kota Depok 1.021.483

Kota Cimahi 451.241

Kota Tasikmalaya 551.012

Kota Banjar 162.226

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005

Badan pusat statistik Provinsi Jawa Barat memproyeksikan bahwa

penduduk kota Bogor mengalami pertumbuhan penduduk yang meningkat setiap

tahun. Setiap tahun mengalami pertumbuhan penduduk sebesar 2 persen. (Tabel 8,

data diolah). Pertumbuhan penduduk yang meningkat setiap tahun akan

berbanding lurus terhadap peningkatan jumlah konsumen rokok A Mild. Kota

Bogor berada pada posisi keempat jumlah penduduk terbanyak kota-kota di

(37)

Tabel 8. Proyeksi Penduduk Menurut Kota di Jawa Barat (Ribu) 2006 – 2010

Kota 2006 2007 2008 2009 2010

B o g o r 854,15 870,99 887,05 901,50 914,10 Sukabumi 275,21 278,83 282,36 285,57 288,37 Bandung 2 269,87 2 296,54 2 311,74 2 323,27 2 331,71 Cirebon 288,53 291,05 293,48 295,61 297,42

Bekasi 2 150,60 2 236,81 2 324,33 2 410,70 2 494,90

Depok 1 420,48 1 470,25 1 521,35 1 572,02 1 621,93

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat 2008

1.2. Perumusan Masalah

Kemunculan A Mild pada tahun 1989 menimbulkan dampak yang besar

terhadap industri rokok di Indonesia serta merubah peta persaingan di industri

rokok. Banyak yang mengangggap sebelah mata kemunculan rokok A Mild,

bahkan sebagian kalangan menganggap rokok A Mild merupakan rokok banci

karena kadar tar dan nikotinnya yang serba rendah. PT HM Sampoerna Tbk.

menganggap hal tersebut sebagai tantangan dan tetap fokus untuk menggarap

pangsa pasar rokok LTLN (Low Tar, Low Nikotin). Langkah PT HM Sampoerna

Tbk. yang meluncurkan produk rokok mild segera diikuti oleh produsen rokok

lain, karena pangsa pasar ini sangat menjanjikan. Hal ini terlihat jelas dengan

semakin banyaknya produsen rokok yang masuk kedalam industri rokok mild,

mengakibatkan persaingan rokok disegmen rokok rendah tar dan rendah nikotin

menjadi sangat tinggi. Para produsen rokok mild menerapkan berbagai strategi

untuk memenangkan persaingan. Sebagai pemimpin pasar yang menguasai 65

persen pangsa pasar pada tahun 2007, PT HM Sampoerna Tbk. harus fokus dalam

mempertahankan pangsa pasar yang dimilikinya. Meskipun merupakan pemain

pertama di kategori LTLN, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa A Mild juga harus

bersaing dengan merek-merek lainnya dengan kadar tar dan kadar nikotin yang

(38)

new-10

category brand” sekaligus challenger brand. Beragamnya merek dan varian

produk seperti komposisi tar dan nikotin yang lebih rendah, rasa, dan harga yang

ditawarkan memberikan banyak pilihan bagi konsumen rokok mild untuk

menentukan pilihan. Hal ini memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap

penurunan penjualan rokok A Mild.

Untuk menjaga loyalitas konsumen rokok A Mild dan menarik konsumen

rokok baru A Mild diperlukan strategi pemasaran yang tepat. PT HM Sampoerna

Tbk berusaha membangun mereknya yang tidak hanya sekedar pelopor atau

pemain pertama, tetapi juga merupakan otoritas (brand authority). A Mild dikenal

sebagai “the first to the market” tetapi juga dikenal sebagai “the first to the

mind”, merek yang dapat mewakili personality para konsumennya (Kartajaya, 2005). Dalam membangun merek dan mempromosikan produk diperlukan

karakteristik konsumen yang menjadi segmentasi pasar rokok A Mild. Segmen

pasar berpengaruh terhadap pesan yang akan disampaikan dalam promosi dan

melalui media promosi mana yang memiliki kemampuan dalam mempengaruhi

konsumen memilih produk Sampoerna A Mild.

Lokasi yang dijadikan tempat penelitian mengenai analisis brand equity

rokok A Mild adalah kota Bogor, khususnya kampus IPB dan kampus Universitas

Pakuan. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa segmen pasar rokok A Mild

adalah kaum muda khususnya mahasiswa dan kota Bogor merupakan kota dengan

jumlah mahasiswa yang cukup banyak.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka perumusan masalah dalam

(39)

1. Bagaimana kontribusi masing-masing elemen penyusun brand equity terhadap

nilai ekuitas merek (brand equity value) rokok A Mild Sampoerna dan elemen

mana yang memberikan kontribusi paling besar terhadap brand equity value

rokok A Mild

2. Bagaimana kondisi brand equity value rokok A Mild Sampoerna

dibandingkan dengan pesaing utama?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas maka

penelitian ini bertujuan untuk?

1. Menganalisis besarnya kontribusi masing-masing elemen penyusun brand

equity terhadap nilai ekuitas merek (brand equity value) rokok A Mild

Sampoerna dengan menghitung kontribusi masing-masing elemen penyusun

brand equity value rokok A Mild.

2. Menganalisis brand equity value rokok A Mild Sampoerna dalam mengukur kekuatan merek rokok A Mild dibandingkan dengan kekuatan merek produk

pesaing.

1.4. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang

berkepentingan, yaitu :

1. Sebagai masukan bagi perusahaan berupa informasi dan pertimbangan dalam

mengambil keputusan bagi PT HM Sampoerna Tbk. khususnya bagian

(40)

12

2. Sebagai sarana pengembangan wawasan dan pengembangan kemampuan

analitis.

3. Sebagai masukan bagi institusi, mahasiswa dan diharapkan dapat dijadikan

studi literatur untuk penelitian lebih lanjut.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi oleh:

1. Produk yang diteliti adalah produk rokok mild, yang difokuskan pada merek

yang menjadi pemimpin pasar, yaitu Sampoerna A Mild. Dasar dari pemilihan

produk rokok A Mild adalah untuk menindaklanjuti fenomena yang terjadi di

kalangan konsumen rokok mild. Dari pengamatan sehari-hari di lapangan ada

kecenderungan bahwa rokok A Mild dipahami konsumen rokok sebagai rokok

mild. Konsumen rokok ketika melakukan proses pembelian selalu

menyebutkan rokok mild sedangkan yang diinginkan atau yang dibeli adalah

rokok A Mild. Ada suatu pembentukan persepsi merek di benak konsumen

bahwa rokok A Mild adalah merek rokok mild. Rokok mild adalah rokok putih

dengan kandungan tar dan nikotin yang tendah. Rokok mild terdiri dari

beberapa merek rokok yaitu Class Mild, Star Mild, U Mild, dan X Mild.

Fenomena ini mirip dengan produk air mineral dalam kemasan, dimana

konsumen mengidentikkan air mineral dalam kemasan dengan merek Aqua.

2. Objek Penelitian adalah konsumen rokok mild dikalangan mahasiswa di kota

Bogor. Alasan yang mendasari mengambil responden dari kalangan

mahasiswa yaitu untuk mengetahui sejauh mana preferensi mahasiswa dalam

mengkonsumsi rokok dihubungkan dengan hipotesa dengan tingkat

(41)

bahaya merokok terhadap kesehatan, dan kemungkinan seseorang

mengkonsumsi rokok sangat kecil. Pada kasus ini hipotesa tersebut berlaku

terhadap mahasiswa, dimana mahasiswa memiliki pemikiran yang rasional

dan tidak bersifat emosional sehingga kemungkinan jumlah mahasiswa yang

mengkonsumsi rokok tergolong rendah. Dari fakta yang diperoleh di lapangan

bertolak belakang dengan hipotesa yang berlaku, jumlah mahasiswa yang

merokok di Kota Bogor baik dari IPB maupun Universitas Pakuan tergolong

tinggi. Responden berjumlah 120 orang. Pengambilan sampel tersebut

(42)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Rokok Mild

Rokok jenis Sigaret Kretek Mesin (SKM) terdiri dari 2 jenis yaitu ringan

(mild) dan non ringan. Rokok kretek filter mild (Sigaret Kretek Mesin Ringan) adalah rokok kretek dengan kandungan tar dan nikotin terendah. Tampilan batang

rokok slim dengan circumference (keliling lingkaran) berukuran 22 mm, total

panjang produk 90 mm, dan setiap kemasan bungkus terdiri dari 16 batang. Pada

umumnya konsumen rokok mengenal Sigaret Kretek Mesin Ringan dengan

sebutan rokok mild12

Untuk mendapatkan rokok mild dengan kadar tar dan nikotin rendah yakni

maksimal 20 mg tar dan 1,5 mg nikotin, umumnya menggunakan mesin khusus

yang harganya relatif tinggi. Namun menurut hasil penelitian, untuk menurunkan

kadar nikotin dan tar dapat juga dilakukan dengan berbagai cara antara lain

mengurangi diameter rokok, penggunaan tembakau sintetis, menggelembungkan

tembakau, penggunaan filamen yang lebih halus, dan penambahan karbon aktif13.

2.2. Industri Rokok Mild

Industri rokok pada awalnya dikuasai oleh merek-merek rokok yang

diproduksi secara konvensional, yaitu Sigaret Kretek Tangan (SKT). Akan tetapi,

seiring perkembangan teknologi produksi rokok menggunakan mesin yang

dikenal dengan Sigaret Kretek Mesin (SKM) yang mengandung komposisi tar dan

nikotin yang cukup tinggi. Dengan penggunaan mesin dalam memproduksi rokok

mengakibatkan volume produksi rokok melonjak tinggi secara drastis.

12

www.wkipedia.org.2006. Rokok (www.wikipedia.org)-26 Mei 2008 : 19:34:12 WIB

13

(43)

Maraknya kampanye anti rokok yang disuarakan oleh LSM kesehatan dan

masyarakat yang menuntut produksi rokok nasional segera dikurangi, karena

sangat membahayakan kesehatan baik perokok aktif maupun perokok pasif.

Kondisi ini membuat produsen-produsen rokok besar untuk memproduksi rokok

dengan kandungan tar dan nikotin yang cukup rendah, dengan alasan bahwa rokok

dengan kandungan tar dan nikotin yang rendah lebih dapat menjaga tingkat

kesehatan konsumen rokok.

Rokok mild yang pertama kali dipasarkan di Indonesia adalah A Mild

yang diproduksi oleh PT HM Sampoerna Tbk. Rokok A Mild merupakan pionir di

segmen rokok mild. Pada tahun 1989, saat awal peluncuran produk dan awal

melakukan penetrasi pasar, produsen-produsen rokok menganggap bahwa langkah

yang dilakukan oleh PT HM Sampoerna Tbk. merupakan langkah berani dan

sangat beresiko tinggi. Pangsa pasar saat itu sangat dikuasai oleh SKT (sigaret

Kretek Tangan) dan SKM (Sigaret Kretek Mesin) dengan kadar tar dan nikotin

yang cukup tinggi. Masa-masa awal kemunculan A Mild mengalami tantangan

yang sangat sulit. Persepsi konsumen rokok yang menganggap bahwa rokok low

tar low nikotin kurang memiliki taste yang berdampak penerimaan konsumen

rokok pada rokok low tar low nikotin sangat sulit.

Untuk memperkenalkan produk dan menarik perhatian konsumen rokok

PT HM Samporena Tbk. melakukan penetrasi pasar dengan melakukan berbagai

kegiatan komunikasi pemasaran mulai dari iklan di televisi, media cetak hingga

kegiatan below the line. Tema-tema kampanye iklan rokok A Mild selalu menarik,

kreatif, unik, trend-setter dan mengundang perhatian dari konsumen rokok

(44)

16

mengiklankan produk rokok A Mild, tetapi juga bersifat memberikan edukasi

terhadap konsumen rokok maupun masyarakat. Perlahan tapi pasti pasar rokok

mild semakin berkembang seiring dengan tingkat kesadaran konsumen rokok

terhadap kesehatah tubuh. Berbeda dengan pertumbuhan volume penjualan rokok

lainnya yang cenderung turun, rokok rendah tar dan nikotin mild menunjukkan

pertumbuhan cukup baik yaitu tumbuh sekitar 31,8 persen per tahun mulai dari

tahun 1998-2002 (Visi Data Riset Indonesia, 2004)14

Volume penjualan terbesar dikuasai oleh rokok A Mild produksi

PT HM Sampoerna Tbk. yang kontribusinya hingga mencapai 65 persen terhadap

total volume penjualan rokok mild hingga tahun 2006 (Tabel 6). Perkembangan

pertumbuhan pasar rokok mild yang cukup menjanjikan dan memiliki prospek yang sangat cerah, membuat produsen rokok lain melirik pangsa produk rokok

mild. Masuknya sejumlah produsen rokok besar di segmen pasar rokok mild yang dikuasai oleh PT HM Sampoerna Tbk. melalui produk A Mild membuat

persaingan di segmen rokok mild sangat tinggi. Para produsen rokok yang masuk

ke industri rokok dengan segmen pasar rokok mild membawa merek

masing-masing antara lain: Class Mild, Star Mild, L.A. Mild, X Mild, U Mild, Djarum

Light, Signature, Bentoel Light, dan Mezzo.

2.3. Penelitian Terdahulu

Daruwahyudi (2005) melakukan Penelitian Mengenai Analisis Ekuitas

Merek Margarin Konsumen pada Tingkat Rumah Tangga. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa pengaruh langsung dari masing-masing elemen ekuitas

merek Simas terhadap ekuitas merek, dengan menggunakan teknik Structural

14

(45)

Equition Model (SEM), yakni kesadaran merek sebesar 66 persen, asosiasi merek

sebesar 90 persen, persepsi kualitas sebesar 78 persen, dan loyalitas merek sebesar

75 persen, dimana pengaruh tersebut dinilai cukup besar terhadap ekuitas merek

Simas. Simas memiliki tingkat asosiasi merek sangat kuat yaitu sebesar 90 persen,

sedangkan nilai pengaruh dari persepsi kualitas yang juga cukup tinggi dapat

dijadikan rujukan bahwa Simas di mata penggunanya memiliki kesan yang cukup

baik. Nilai ekuitas merek Simas yakni sebesar 1,0026 menunjukkan Simas

memiliki peluang yang besar untuk merebut pangsa pasar dan menggeser

kepemimpinan Blue Band yang memiliki nilai ekuitas merek sebesar 1,2999. Hal

ini terjadi karena Simas memiliki nilai indikator yang cukup baik pada elemen

kesadaran merek, persepsi kualitas merek dan loyalitas merek.

Ramadhani (2005) menganalisis Hubungan Faktor-faktor dalam Sistem

Penilaian Karyawan dan Budaya Perusahaan terhadap Pengembangan Sumber

Daya Manusia. Penelitian tersebut bertujuan menganalisis sejauh mana penerapan

sistem penilaian kinerja karyawan dan pengaruh budaya perusahaan

mempengaruhi pengembangan sumberdaya manusia dengan menggunakan teknik

Structural Equition Model (SEM).

Variabel yang diamati untuk mengukur penerapan sistem penilaian kinerja

karyawan ada delapan. Variabel tersebut yaitu kemampuan penilaian, sikap

penilai, sikap dan perilaku karyawan, bias penilaian, uraian pekerjaan, pengakuan

prestasi kerja, keterbukaan antar penilai dan karyawan, dan analisis jabatan.

Kedelapan variabel tersebut dapat diterima sebagai pembentuk penerapan sistem

penilaian kinerja karyawan karena mempunyai nilai t diatas 1,96 (tingkat

(46)

18

yaitu 47,8 persen dan sebesar 1,00, sedangkan variabel sikap penilai dengan

sebesar 0,31 memiliki pengaruh terendah yaitu lima persen. Pada budaya

perusahaan, variabel yang memiliki pengaruh terbesar yaitu norma perusahaan

sebesar 47 persen dan gaya kepemimpinan ( =0,77) sebagai variabel dengan

pengaruh terendah yaitu 30 persen. Sedangkan variabel indikator yang paling

mempunyai pengaruh terhadap pembentukan pengembangan sumber daya

manusia adalah penilaian desain pekerjaan yaitu sebesar 32 persen dengan

sebesar 1,00. Penilaian proses recruitment dan seleksi karyawan dengan sebesar

0,62 sebagai variabel indikator dengan kontribusi terendah.

Pratiwi (2006) meneliti tentang Analisis Nilai Bagi pelanggan dan

Loyalitas konsumen Macaroni Panggang. Penelitian ini bertujuan

mengidentifikasi karakteristik konsumen, serta menganalisis nilai bagi pelanggan

Macaroni Panggang dan loyalitas konsumen Macaroni Panggang. Peubah laten

pelayanan, karyawan dan citra memiliki nilai peubah manifest yang positif dan

sama besar dengan koefisien masing-masing sebesar 1,00. setiap penguatan

tawaran pelayanan, karyawan, dan citra sebesar satu unit akan menguatkan

manfaat yang diharapkan pelanggan sebesar 1,00.

Faktor lain yang memiliki kontribusi nilai peubah manifest sebesar 0.14

untuk pengalaman konsumen dan 0,005 untuk kinerja pesaing dan memiliki

pengaruh positif. Pengaruh positif dalam hal ini adalah peningkatan pengalaman

konsumen dan kinerja pesaing sebesar 1 unit akan meningkatkan loyalitas

konsumen sebesar 0,14 dan 0,05. peran kinerja pesaing yang relatif kecil ini

disebabkan karena peubah kinerja pesaing tida berpengaruh secara langsung

(47)

Penelitian Saputro (2005) dengan judul skripsi Analisis Sikap Konsumen

dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian Rokok

Kretek Mild (Studi Kasus konsumen Kota Bogor) bertujuan mengidentifikasi

faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam proses keputusan pembelian

produk rokok, menganalisis atribut-atribut yang dianggap penting oleh konsumen

pada produk rokok kretek mild, dan mengidentifikasi sikap konsumen terhadap

berbagai atribut produk rokok kretek mild. Dengan menggunakan analisis faktor

dari 15 variabel yang diteliti menunjukkan adanya lima faktor utama yang

terbentuk yaitu faktor pribadi, faktor kenyamanan, faktor pengetahuan, faktor

kesehatan, dan faktor nilai yang dipersepsikan sedangkan hasil analisis Fishbein

menunjukkan bahwa semua atribut dipertimbangkan oleh konsumen. Berdasarkan

urutan kepentingannya, atribut terpenting yang dipertimbangkan oleh konsumen

adalah cita rasa, aroma, dan kemudahan memperoleh. Kemudian atribut yang

berada pada urutan terakhir adalah atribut promosi.

Susanto (2003) menganalisis perbandingan elemen-elemen ekuitas merek

pada jamu kemasan di kota Semarang. Penelitian dilakukan pada tiga merek jamu

kemasan yang paling banyak dikonsumsi oleh responden, yaitu Nyonya Meneer,

Sido Muncul dan Jamu Jago. Responden berjumlah 100 orang dengan teknik

pemilihan sampel judgement sampling yaitu pemilihan sampel dengan

karakteristik konsumen berusia 20-25 tahun, berdomilisi di Semarang, dan pernah

menggunakan produk jamu kemasan bermerek serta mempunyai pengalaman

menggunakannya. Alat analisis yang digunakan adalah skala likert, median, dan

(48)

20

Hasil yang diperoleh adalah merek Nyonya Meneer mendapat posisi yang

lebih baik pada elemen kesadaran merek dibanding Sido Muncul dan Jamu Jago.

Asosiasi pembentuk citra merek (brand image) pada merek Sido Muncul yaitu

harga yang terjangkau, kualitas produk tinggi, merek sudah terkenal dan

berkualitas, khasiatnya cepat terasa, dan aman bagi kesehatan. Asosiasi pada

merek Jamu Jago yaitu berkualitas produk tinggi, mereknya sudah terkenal dan

berkualitas, khasiatnya cepat terasa, dan aman bagi kesehatan. Asosiasi pada

merek Nyonya Meneer yaitu rasa yang khas, khasiatnya cepat terasa, dan aman

bagi kesehatan. Merek Nyonya Meneer memperlihatkan persepsi kualitas yang

lebih bagus dibandingkan merek yang lainnya. Sido Muncul menjadi loyalitas

merek dengan persentase switcher terkecil dibanding yang lain, kemudian disusul Nyonya Meneer dan Jamu Jago.

Merek dengan ekuitas terkuat adalah Nyonya Meneer yang bersaing kuat

dengan Sido Muncul. Nyonya Meneer lebih baik dalam elemen kesadaran merek,

persepsi kualitas dan jumlah pengguna yang lebih banyak. Sido Muncul lebih baik

dalam elemen asosiasi dan loyalitas. Jamu Jago belum mempunyai kekuatan yang

bagus dibandingkan Nyonya Meneer dan Sido Muncul.

Wulandari (2003) berjudul Mengetahui Elemen-elemen Ekuitas Merek

Mie Instan. Sesuai dengan judulnya, penelitian Wulandari bertujuan untuk

mengetahui elemen-elemen ekuitas merek dari produk mie instan. Lokasi

penelitian adalah kompleks Perumahan Cimanggu Permai, Kelurahan Kedung

Badak, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Pemilihan responden dilakukan

dengan metode non probability sampling yaitu convenience sampling,

(49)

Analisis tentang elemen-elemen ekuitas merek diolah secara deskriptif, uji

asosiasi Cochran, diagram Cartesius performance-importance, dan brand

switching pattern matrix. Hasilnya, sebanyak 195 responden (95 persen)

menggunakan hanya satu merek sisanya, 10 orang atau 5 persen responden

mengkomsumsi lebih dari satu merek. Merek Indomie mendapat posisi yang lebih

baik pada elemen kesadaran merek. Sarimi dan Supermi unggul pada elemen

asosiasi merek. Supermi mempunyai persepsi kualitas yang lebih baik

dibandingkan merek lainnya. Pada elemen loyalitas merek, Indomie mempunyai

kondisi yang paling baik dengan tingkat perpindahan merek yang kecil, kemudian

(50)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Ekuitas Merek (Brand Equity)

Menurut Durianto, et al (2004) brand equity adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang terkait dengan suatu merek, nama, simbol yang mampu

menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa

baik pada perusahaan maupun pelanggan. Ekuitas merek dapat dikelompokkan

dalam lima kategori (Aaker, 2001) yaitu :

1. Brand Awareness (kesadaran merek), menunjukkan kesanggupan seorang

calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek

merupakan bagian dari kategori produk tertentu.

2. Brand Association (asosiasi merek), mencerminkan pencitraan suatu merek

terhadap suatu kesan tertentu dalam kaitannya dengan kebiasaan, gaya, hidup,

manfaat, atribut produk, geografis, harga, pesaing, selebritis, dan lain-lain.

3. Perceived Quality (persepsi kualitas), menceminkan persepsi pelanggan

terhadap keseluruhan kualitas/keunggulan suatu produk atau jasa layanan

berkenan dengan maksud yang diharapkan.

4. Brand Loyality (loyalitas merek), mencerminkan tingkat ketertarikan

konsumen dengan suatu merek produk.

(51)

Gambar 2. Brand Equity (Ekuitas Merek) Sumber : Aaker (2001)

Empat elemen brand equity (ekuitas merek) diluar aset-aset merek lainnya

dikenal dengan elemen-elemen brand equity (ekuitas merek) yaitu brand

awareness (kesadaran merek), brand association (asosiasi merek), perceived

quality (persepsi kualitas), brand loyality (loyalitas merek). Aset-aset merek

lainnya secara langsung akan dipenuhi oleh kualitas dari empat elemen utama

tersebut. Aset-aset brand equity memberikan keuntungan kompetitif yang

seringkali menghadirkan rintangan nyata terhadap kompetitor. BRAND EQUITY

Nama Simbol Persepsi Kualitas

Asosiasi Merek Kesadaran Merek

Aset-aset Merek Loyalitas Merek

Memberikan nilai pada pelanggan dengan menguatkan :

Interpretasi/proses informasi Rasa percaya diri dalam keputusan pembelian Pencapain kepuasan dari pelanggan

Memberikan nilai bagi

perusahaan dengan menguatkan Efisiensi dan efektifitas program pemasaran Loyalitas merek Harga/laba Perluasan merek

Gambar

Gambar 1. Perkembangan Produksi Rokok Kretek dan Rokok Putih (mild) Sumber: www.wartaekonomi.com, 20064
Tabel 5. Rokok Mild Menurut Produsennya Tahun 2007
Gambar 2. Brand Equity (Ekuitas Merek)
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data-data yang di gunakan adalah data penduduk 10 tahun keatas menurut kabupaten dan jenis kegiatan selama seminggu yang lalu, status pekerjaan, lapangan usaha

Dua atom dapat berpasangan dengan mengguna-kan satu pasang, dua pasang atau tiga pasang elektron yang tergantung pada jenis unsur yang berikatan.. Ikatan dengan sepasang

[r]

Pajak dan retribusi sebenarnya mempu- nyai tujuan yang mulia, yaitu menuju pada kesejahteraan dan kemakmuran masyara- kat Namun demikian diperlukan adanya si- fat memaksa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa derajat deasetilasi chitosan adalah 82,98% pada konsentrasi NaOH 50%, sedangkan kondisi optimum untuk proses adsorbsi lemak adalah pada

Semester ini akan menjadi semester yang padat dengan praktikum karena ada 18 mata kuliah konsentrasi, diantaranya adalah Shooting &amp; Analog Editing , Penulisan

[r]

Pada organ limfoid periferal sel-sel tertentu yang dikenal dengan nama antigen presenting cell (APC) seperti makrofag, sel dendritik, dan sel B akan