• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DAFTAR PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Penelitian Terdahulu

Tahun 2003, Irwan melakukan penelitian dengan judul Kinerja Keuangan PT FAST FOOD INDONESIA Tbk. Periode 1997-2001. Tujuan dari penelitiannya ialah melihat perkembangan dan proporsi keuangan perusahaan selama lima tahun terakhir, yaitu tahun 1997-2001, menganalisis

kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio, yang tercermin dari tingkat rentabilitas, solvabilitas, likuiditas, dan aktivitas; menganalisa faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan; serta mengidentifikasi strategi yang dapat dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya di masa yang akan datang. Metode yang digunakan dalam penelitiannya antara lain menggunakan analisis trend, analisis persentase per komponen, analisis rasio yang terdiri dari rentabilitas, solvabilitas, likuiditas dan aktivitas, serta analisis Du Pont. Hasil analisisnya menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal perusahaan yaitu biaya pokok, biaya operasional dan perputaran persediaan yang kurang efisien. Sedangkan faktor eksternal yang bersifat sementara dan tidak bisa dikontrol perusahaan.

Penelitian Nurhasanah tahun 2005 yang berjudul Analisis Laporan Keuangan dan upaya Perbaikan Kinerja Keuangan Perusahaan PT (persero) Biro Klasifikasi Indonesia. Tujuan dari penelitiannya adalah mengetahui perkembangan dan proporsi keuangan perusahaan, menganalisis kinerja keuangann perusahaan, serta mengidentifikasi strategi bagi kelangsungan operasional selanjutnya. Metode yang digunakan dalam penelitiannya antara lain analisis trend, analisis persentase per komponen, analisis rasio serta analisis Du Pont. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa kondisi perusahaan selama lima tahun terakhir menunjukkan kondisi yang cukup baik.

Senny Oktaviani pada tahun 2004 melakukan penelitian dengan judul Analisis Kinerja Koperasi Pada Koperasi Badan Pusat Statistika Jakarta. Tujuan yang mendasari penelitiannya adalah menganalisis kinerja Koperasi- BPS dengan menggunakan acuan yang dikeluarkan oleh Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2003, mengetahui masalah yang mempengaruhi kinerja Koperasi-BPS, serta memberikan saran untuk memperbaiki kinerja Koperasi-BPS di masa yang akan datang. Metode yang digunakan dalam penelitiannya antara lain menggunakan alat analisis berupa analisis trend, persentase per komponen, dan analisis rasio. Selain itu digunakan juga metode analisis standar penilaian kinerja Koperasi untuk mengetahui kinerja

koperasi secara keseluruhan. Adapun hasil yang diperoleh dalam penelitiannya adalah berdasarkan analisis standar penilaian kinerja Koperasi maka Koperasi-BPS pada tahun-tahun analisis sudah termasuk dalam kategori Koperasi yang berkinerja baik, hanya saja kecendrungan nilainya menurun.

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT ITC dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan usaha perusahaan tersebut yang tercermin dari laporan keuangannya dari tahun ke tahun. Kinerja keuangan itu sendiri dapat diartikan sebagai prestasi perusahaan dalam mengelola sumber daya keuangannya serta keberhasilan manajemen perusahaan didalam melaksanakan berbagai kebijakan-kebijakan keuangan perusahaan yang terlihat dari laporan keuangannya. Gambaran kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dilihat dengan cara melakukan interprestasi atau analisis terhadap laporan keuangannya, sehingga laporan keuangan tersebut bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.

Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT ITC dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan perusahaan selama periode waktu tertentu. Perkembangan kinerja keuangan PT ITC dianalisis menggunakan analisis keuangan biasa, diantaranya analisis Trend, analisis rasio (likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas), analisis Du Pont serta menggunakan analisis laporan keuangan yang berdasarkan pada surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 mengenai penilaian kinerja perusahaan yang meliputi aspek keuangan.

Hasil analisis laporan keuangan tersebut menggambarkan perkembangan kinerja keuangan PT ITC cabang Medan untuk periode empat tahun terakhir (2007-2010) dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara singkat kerangka pemikiran konseptual dapat dilihat pada Gambar1 dan alur pikir rencana penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 1.Kerangka Pemikiran Konseptual

PT ITC cabang Medan

Laporan Keuangan

Neraca Laba Rugi

Analisis Du Pont Analisis Rasio Analisis Trend Analisis Kinerja Perusahaan Evaluasi kinerja Perusahaan

Gambar 2.Alur Pikir Rencana Penelitian

Faktor-faktor yang berpengaruh yang bisa

dikendalikan : 1. Harga pokok penjualan 2. Biaya usaha 3. Harga 4. Tingkat aktivitas 5. Penjualan Pengumpulan data 1.Data Primer 2.Data sekunder Lingkungan Eksternal 1. Kebijakan pemerintah 2. Kebijakan Politik 3. Globalisasi Permasalahan yang ada : Kinerja keuangan PT ITC cabang Medan yang menurun pada periode 2007- 2010 Data dan Informasi : 1. Profil perusahaan 2. Laporan keuangan perusahaan dan laporan tahunan (periode 2007-2010) Proses 1. Analisis Trend 2. Analisis Rasio 3. Analisis Du Pont Output 1. Perkembang an kinerja keuangan 2. Rasio keuangan 3. Tingkat pengembalia n Modal (ROE) Outcome 1. Mengeta hui kondisi perusaha an 2. Bahan pertimba ngan kebijakan kedepann ya. Faktor-faktor berpengaruh yang tidak bisa dikendalikan : 1. Pajak 2. Modal 3. Prosedur Parameter Kontrol SK Menteri BUMN : ROE>15 ROI>18 Cash Ratio≥35 Current Ratio≥125 Collecting Period≤60 PP≤60 TATO>120 30<TMS terhadap TA<40 Impact Langkah strategi kebijakan dan pengambilan keputusan perusahaan Inp ut Outp ut Feedback 23

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan selama dua bulan yakni pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2011 di PT ITC cabang Medan yang berlokasi di Jl. Badur No. 3 Medan, Sumatra Utara.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini adalah data sekunder, yang merupakan data yang diperoleh dari PT. ITC cabang Medan, yaitu laporan keuangan perusahaan selama kurun waktu empat tahun terakhir (2007-2010), dan profil perusahaan dan literatur-literatur perusahaan yang terkait. Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan alat-alat analisis yang ada.

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis perkembangan kinerja keuangan PT. ITC cabang Medan dilakukan dengan menggunakan berbagai metode analisis laporan keuangan yang terdiri dari analisis rasio yang terdiri dari empat kelompok analisis, yakni likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas, analisis Du Pont, serta analisis trend.

Selain menggunakan metode analisis laporan keuangan biasa, penilaian kinerja keuangan juga ditinjau dari analisis laporan keuangan berdasarkan SK. Menteri BUMN No. kep-100/M-BUMN/2002 mengenai penilaian kinerja perusahaan BUMN dalam aspek keuangan.

3.4.1 Analisis Rasio

Rasio finansial atau rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan perusahaan untuk menilai kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat pada pos laporan keuangan (neraca, laporan laba/rugi, laporan aliran kas). Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Analisis rasio dapat digunakan untuk membimbing investor dan kreditor untuk membuat keputusan atau pertimbangan tentang pencapaian perusahaan dan prospek di masa dating (Munawir, 2002).

Analisis rasio keuangan menggunakan data laporan keuangan yang telah ada sebagai dasar penilaiannya. Meskipun didasarkan pada data dan kondisi masa lalu, analisis rasio keuangan dimaksudkan untuk menilai risiko dan peluang di masa yang akan datang. Pengukuran dan hubungan satu pos dengan pos lain dalam laporan keuangan yang tampak dalam rasio-rasio keuangan dapat memberikan kesimpulan yang berarti dalam penentuan tingkat kesehatan keuangan suatu perusahaan.

Rasio-rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, dan rasio aktivitas. 1. Rasio likuiditas

Merupakan Ratio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajian financial jangka pendek atau sudah jatuh tempo (Munawir, 2002). Adapun yang tergabung dalam rasio ini adalah:

a. Rasio Lancar

Merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki (Sawir, 2005). Rasio lancar dapat dihitung dengan rumus:

...(1)

Keterangan:

Aktiva lancar = aset perusahaan dengan umur ekonomis kurang dari satu tahun (Rp)

Hutang lancar = hutang perusahaan yang memiliki jatuh tempo kurang dari satu tahun (Rp)

b. Rasio Cepat

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan tidak memperhitungkan persediaan yang dinilai merupakan aktiva lancar dengan tingkat likuiditas

� = Aktiva Lancar

terendah (Sawir, 2005). Rasio cepat dapat dihitung dengan rumus yaitu:

...(2) Keterangan:

Aktiva lancar = aset perusahaan dengan umur ekonomis kurang dari satu tahun (Rp)

Persediaan = harga barang+biaya untuk memperoleh persediaan barang tersebut (Rp)

Hutang lancar = hutang perusahaan yang jatuh tempo kurang dari satu tahun (Rp)

c. Rasio Kas

Merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya (Munawir, 2002). Cash Ratio dapat dihitung dengan rumus yaitu:

...(3)

Keterangan:

Kas dan setara kas = dana perusahaan yang siap digunakan dalam kegiatan usaha perusahaan (Rp)

Hutang lancar = hutang perusahaan yang jatuh tempo kurang dari satu tahun (Rp)

2. Rasio Solvabilitas

Rasio ini disebut juga Ratio leverage yaitu mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi segala kewajiban finansialnya baik jangka pendek maupun jangka panjang (Munawir, 2002). Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang rasio ini menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman (Bank). Adapun Rasio yang tergabung dalam Rasio Leverage adalah:

� =Aktiva Lancar − Persediaan Hutang Lancar

� =Kas + Setara Kas

a. Rasio Hutang terhadap Total Aktiva

Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui (Sawir, 2005). Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu:

...(4) Keterangan:

Total Hutang = keseluruhan utang perusahaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang (Rp) Total Aktiva = total aset yang dimiliki perusahaan (Rp) b. Rasio Hutang terhadap Ekuitas

Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang– hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri, perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibanya (Darsono dan Ashari, 2007). Rasio ini dapat dihitung dengan rumus, yaitu:

.. ...(5)

Keterangan:

Total Hutang = keseluruhan utang perusahaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang (Rp)

Ekuitas = total modal yang dimiliki perusahaan (Rp) c. Rasio Laba terhadap Beban bunga

Rasio ini mengukur berapa kali kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban berupa bunga, dari hasil laba sebelum bunga dan pajak. Semakin tinggi rasio ini, maka akan semakin baik kemampuan perusahaan membayar bunganya. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus, yaitu:

� � �=Total Hutang

Total Aktiva

� � � � � =Total Hutang

...(6) Keterangan:

Laba usaha = laba yang diterima perusahaan setelah dikurangi biaya usaha (Rp)

Beban bunga = beban yang dibayarkan kepada kreditur atau pihak lain yang berkaitan dengan kegiatan penghimpunan dana (Rp)

d. Rasio Ekuitas terhadap Total Aktiva

Rasio ini menunjukkan besarnya modal sendiri yang digunakan untuk mendanai seluruh aktiva perusahaan (Munawir, 2002). Semakin tinggi nilai rasio maka semakin kecil jumlah pinjaman perusahaan yang digunakan untuk mendanai seluruh aktiva perusahaan. Rasio ekuitas terhadap total aktiva dirumuskan sebagai berikut:

...(7)

Keterangan:

Ekuitas = total modal yang dimiliki perusahaan (Rp) Total Aktiva = total aset yang dimiliki perusahaan (Rp) e. Rasio Ekuitas terhadap Aktiva Tetap

Rasio ini menunjukkan besarnya proporsi modal sendiri yang digunakan untuk mendanai aktiva tetap perusahaan (Munawir, 2002). Jika aktiva tetap perusahaan didanai dari modal sendiri, maka keadaan ini akan lebih menguntungkan mengingat aktiva tetap berjangka panjang. Maka sudah sewajarnya jika aktiva tetap didanai dari modal sendiri supaya tidak mengganggu likuiditas perusahaan jika sewaktu-waktu pembayaran hutang harus dilaksanakan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

� � ℎ � = Laba Usaha

Beban Bunga

� � � ℎ � = Ekuitas

...(8)

Keterangan:

Ekuitas = total modal yang dimiliki perusahaan (Rp) Aktiva tetap = aset perusahaan yang konkrit dan umur

ekonomisnya untuk jangka panjang (Rp) 3. Rasio Profitabilitas

Rasio ini disebut juga sebagai Ratio Profitabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan, profitabilitas suatu perusahaan mewujudkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut (Munawir, 2002). Yang termasuk dalam ratio ini adalah:

a. Rasio Margin Laba Kotor

Merupakan perandingan antar penjualan bersih dikurangi dengan Harga Pokok penjualan dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu:

...(9)

Keterangan:

Laba kotor = pendapatan perusahaan setelah dikurangi harga pokok penjualan (Rp)

Penjualan = jumlah pendapatan dari hasil penjualan (Rp) b. Rasio Margin Laba Bersih

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan, dengan kata lain untuk menghitung tingkat keuntungan bersih yang diperoleh (Munawir, 2002). Rasio ini dapat dihitung dengan Rumus yaitu:

� � � ℎ � = Ekuitas

Aktiva Tetap

� =Laba Kotor

...(10) Keterangan:

Laba bersih = pendapatan perusahaan setelah dikurangi pajak dan beban bunga (Rp)

Penjualan = jumlah pendapatan dari hasil penjualan (Rp) c. Rasio Operasi

Rasio operasi merupakan perbandingan antara harga pokok penjualan ditambah dengan biaya operasi terhadap hasil penjualan bersih. Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan dalam memperoleh laba dimana rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi yang kurang baik.

Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

...(11)

Keterangan:

HPP = pembebanan harga perolehan atas barang dagangan yang dijual (Rp)

Biaya operasi = seluruh biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan operasional perusahaan (Rp)

Penjualan = jumlah pendapatan dari hasil penjualan (Rp)

d. Tingkat Pengembalian modal (ROE)

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik saham biasa maupun saham preferen. Rasio ini dapat diperbandingkan dengan tingkat bunga bank yang berlaku (Prastowo dan Rifka, 2008). Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu:

� ℎ=Laba Bersih

Penjualan

� =HPP + Biaya Operasi

...(12) Keterangan:

Laba bersih = pendapatan perusahaan setelah dikurangi pajak dan beban bunga (Rp)

Total ekuitas = total aset yang dimiliki perusahaan (Rp) e. Tingkat Pengembalian Aktiva (ROA)

Rasio ini menunjukan produktivitas dari seluruh dana perusahaan. Semakin tinggi rasio ini menunjukan kondisi perusahaan yang semakin membaik. Rasio ini membandingkan laba operasional dengan total aktiva (Munawir, 2002). Rasio ini dapat dirumuskan dengan rumusan sebagai berikut:

...(13) Keterangan:

Laba bersih = pendapatan perusahaan setelah dikurangi pajak dan beban bunga (Rp)

Total aktiva = total aset yang dimiliki perusahaan (Rp) 4. Rasio Aktivitas

Rasio ini digunakan untuk mengetahui kecepatan beberapa perkiraan menjadi penjualan atau kas dan mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan semua sumber daya yang ada pada pengendaliannya. Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Rasio ini menganggap bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan berbagai unsur aktiva, yaitu piutang, aktiva tetap, dan aktiva lain. Rasio-rasio aktivitas yang digunakan adalah:

a. Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn Over Ratio) Rasio ini menunjukan efektivitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih dapat

� �= Laba Bersih Total Ekuitas

� = Laba Bersih Total Aktiva

dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Jika perputarannya lambat, menunjukan aktiva yang dimilikinya terlalu besar jika dibandingkan dengan kemampuan untuk menjual (Munawir, 2002). Rumusan rasio ini adalah:

...(14)

Keterangan:

Penjualan = jumlah pendapatan dari hasil penjualan (Rp) Total aktiva = total aset yang dimiliki perusahaan (Rp) b. Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turn Over

Ratio)

Rasio ini mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap seperti pabrik dan peralatan, dalam rangka menghasilkan penjualan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada aktiva tetap. Rasio ini berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan menggunakan aktivanya secara efektif dan untuk meningkatkan pendapatan (Munawir, 2002). Rumusan rasio sebagai berikut:

...(15) Keterangan:

Penjualan = pendapatan dari penjualan (Rp)

Aktiva tetap = aset perusahaan yang konkrit dan umur ekonomisnya untuk jangka panjang (Rp) c. Periode Pengumpulan Piutang (Collection Period)

Rasio ini mengukur perbandingan piutang usaha perusahaan dan besarnya penjualan pada tahun tersebut. Jika perusahaan mempunyai kesulitan dalam penagihan, berarti perusahaan mempunyai saldo piutang yang besar dan rasio yang besar. Sebaliknya, jika perusahaan mempunyai

� � = Penjualan

Total Aktiva

� � = Penjualan

kebijakan kredit dan prosedur penagihan yang baik, maka saldo piutangnya rendah dan rasionya kecil. Semakin lama waktu pengumpulan piutang, maka semakin besar resiko piutang menjadi tak tertagih (Riyanto, 2001).

...(16)

Keterangan:

Piutang = pendapatan yang seharusnya diterima (Rp) Penjualan = jumlah pendapatan dari hasil penjualan(Rp) d. Rasio Perputaran Piutang

Rasio ini menggambarkan kualitas piutang perusahaan dan kesuksesan perusahaan dalam penagihan piutang yang dimiliki. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam menagih piutang yang dimiliki. Akan tetapi rasio yang terlalu tinggi juga bisa mengakibatkan ketidaksukaan pelanggan sehingga bisa mengakibatkan pelanggan lari karena kebijakan kredit yang terlalu ketat. Rasio ini juga dapat dijadikan dasar pemberian kebijakan kredit yang dapat meningkatkan jumlah penjualan dengan memperhitungkan kerugian piutang tak tertagih (Darsono dan Ashari, 2007).

...(17) Keterangan:

Penjualan = jumlah pendapatan dari hasil penjualan(Rp) Piutang = pendapatan yang seharusnya diterima

perusahaan atas penjualannya (Rp) e. Rasio Perputaran Persediaan

Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang. Rasio ini mencerminkan besarnya nilai penjualan yang dilakukan perusahaan untuk setiap persediaan.

�= Piutang

Penjualanx 365 hari

�= Penjualan Piutang

...(18) Keterangan:

Persediaan = harga barang+biaya untuk memperoleh persediaan barang tersebut (Rp)

Penjualan = jumlah pendapatan dari hasil penjualan(Rp) 3.4.2 Analisis Du Pont

Metode analisis Du Pont digunakan untuk menunjukkan bagaimana tingkat profitabilitas dari setiap aktiva yang dimiliki perusahaan serta mengetahui tingkat pengembalian ekuitas para pemegang saham biasa. Semakin tinggi nilai ROE perusahaan, semakin baik perusahaan dalam pengelolaan manajemen keuangannya (Keown, et al. 2001)

Analisis Du Pont menggabungkan rasio-rasio aktivitas dan profit marjin dan menunjukkan bagaimana rasio-rasio aktivitas tersebut berinteraksi untuk menentukan profitabilitas aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio perputaran aktiva dikalikan dengan marjin laba penjualan hasilnya adalah tingkat pengembalian aktiva (ROA) atau sering juga disebut tingkat pengembalian investasi (ROI) (Sawir, 2005). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

...(19) Keterangan:

Marjin laba bersih = laba bersih sesudah pajak dari setiap rupiah penjualan (%)

Perputaran total aktiva = efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktivanya untuk melakukan penjualan ROA harus dibagi dengan pengurangan satu dengan rasio hutang terhadap total aktiva untuk mendapatkan ROE. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

...(20) ROA = Marjin laba Bersih x Perputaran Total aktiva

� = ℎ�

= Persediaan

...(21)

Keterangan:

Laba bersih = keuntungan perusahaan setelah dikurangi pajak penghasilan (Rp)

Penjualan = jumlah pendapatan dari hasil penjualan (Rp) Total aktiva = total aset yang dimiliki perusahaan (Rp) Ekuitas = total modal yang dimiliki perusahaan (Rp) 3.4.3 Analisis Berdasarkan Penilaian Kinerja Perusahaan BUMN

Penilaian Tingkat kesehatan BUMN berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 dapat digolongkan manjadi tiga katagori yaitu:

1.SEHAT, yang terdiri dari:

AAA apabila total (TS) lebih besar dari 95 AA apabila 80 <TS< =95

A apabila 65 <TS< =80

2.KURANG SEHAT, yang terdiri dari: BBB apabila 50 <TS< =65

BB apabila 40 <TS< =50 B apabila 30 <TS< =40

3.TIDAK SEHAT, yang terdiri dari: CCC apabila 20 <TS< =30

CC apabila 10 <TS< =20 C apabila TS< =10

Dalam pemberian skor, terdapat perbedaan dalam pemberian skor antara perusahaan infrastruktur dan non infrastruktur, walaupun dengan menggunakan standar yang sama, yang dapat dilihat pada Lampiran 11. PT ITC cabang Medan merupakan salah satu perusahaan BUMN non infrastruktur, sehingga dalam penilaiannya, skor yang digunakan adalah skor untuk perusahaan non infrastruktur.

� � = ℎ

� �

� �

3.4.4 Analisis Trend

Metode analisis ini digunakan untuk melihat gambaran mengenai perkembangan kondisi keuangan perusahaan dari tahun ke tahun. Dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan dari tahun ke tahun dapat diketahui kecenderungan ataupun trend dari hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan, apakah tetap, meningkat atau menurun. (Munawir, 2002).

Neraca dan laporan laba rugi yang disususn dalam persentase trend dapat memberikan informasi mengenai tingkat pertumbuhan masing- masing pos laporan keuangan dari tahun ke tahun (Prastowo dan Rifka, 2008). Analisis trend secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

...(22)

Keterangan :

Rxt = nilai persentase untuk tahun ke-t

Pxt = pos x dalam laporan keuangan yang akan dianalisis Px0 = pos x dalam laporan keuangan sebagai tahun dasar

�� = �

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

PT Indonesia Trading Company (Persero) dikenal diluar negeri sebagai “ITC” yang menjadi singkatan dari “Indonesia Trading Company”, yang satu- satunya BUMN “Trading House” di Indonesia yang dibekali pengalaman- pengalaman cukup lama di bidang ekspor, impor dan distribusi. PT ITC adalah hasil merger dari 3 BUMN Niaga PT Tjipta Niaga (Persero), PT Dharma Niaga (Persero) dan PT Pantja Niaga (Persero) berlaku efektif sejak tanggal 31 Maret tahun 2003 berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.22 tahun 2003.

PT ITC (Persero) berdiri dengan mengemban visi dan misi sebagai berikut:

Visi:

Menjadi perusahaan dagang (Trading Company) yang kompetitif, berkualitas, berkompetensi serta menguasai sumber dan jaringan pemasaran di dalam dan luar negeri.

Misi:

1. Melakukan perdagangan umum yang menangani beraneka ragam produk dengan kualitas yang baik.

2. Melaksanakan transaksi perdagangan lokal maupun lintas negara. 3. Memberikan layanan yang lengkap dan kompetitif kepada pelanggan. 4. Memenuhi harapan seluruh stakeholder.

PT ITC memiliki 33 cabang diseluruh Indonesia dan menggunakan prosedur berupa sistem pembukuan yang bersifat sentralisasi, dimana pembukuan atas transaksi di setiap cabang, dilakukan di kantor pusat. Salah satu cabang PT ITC terdapat di Medan. PT ITC cabang Medan terletak di Jl. Badur No.3, Medan dan memiliki 31 orang karyawan. Susunan kepala cabang, supervisor dan karyawan PT ITC cabang Medan dapat dilihat pada lampiran 1. Kegiatan utama PT ITC cabang Medan ini sama dengan kegiatan yang dilakukan oleh cabang-cabang lainnya, yaitu melakukan perdagangan umum

Dokumen terkait