• Tidak ada hasil yang ditemukan

Beberapa penelitian terdahulu terkait pasar jagung yang dapat dijadikan referensi antara lain penelitian Kariyasa (2003), Timor (2008), Hapsari et al.

(2009), Supriyatna (2007), Erwidodo et al. (2003), Darsono (2009), dan Hastuti (2012). Hasil penelitian disajikan pada Tabel 5 dan 6.

2.4.1. Penelitian tentang Pasar Jagung

Penelitian mengenai jagung telah banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu seperti penelitian oleh Kariyasa (2003), Timor (2008), Hapsari et al.

(2009), dan Supriyatna (2007). Hasil penelitian disajikan pada Tabel 5. Penelitian tersebut menganalisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung, permintaan jagung, penawaran jagung, impor jagung, serta harga domestik jagung di Indonesia.

2.4.2. Penelitian tentang Dampak Tarif Impor

Penelitian terdahulu terkait kebijakan tarif impor adalah penelitian Erwidodo et al. (2003), Darsono (2009), dan Hastuti (2012). Hasil penelitian disajikan pada Tabel 6. Penelitian tersebut melihat dampak adanya suatu kebijakan perdagangan (kebijakan tarif) terhadap faktor-faktor yang dipengaruhinya dengan menggunakan alat analisis yang berbeda. Peneliti Erwidodo et al. (2003) menggunakan pendekatan partial analysis welfare, peneliti Darsono (2009) menggunakan Metode analisis Classical Welfare Analisys (CWA), sedangkan peneliti Hastuti (2012) menggunakan model persamaan simultan dengan metode 2SLS.

Tabel 5. Penelitian Terdahulu tentang Pasar Jagung

No. Peneliti dan Judul Tujuan Metode Hasil

1. I Ketut Kariyasa (2003)/Keterkaitan Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi areal dan produktivitas jagung di Provinsi Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan sebagai sentra produksi jagung di Indonesia.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran, permintaan, dan harga: jagung, pakan dan daging ayam ras di pasar domestik dan dunia. 3. Menganalisis dampak kebijakan

domestik dan faktor-faktor eksternal terhadap pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia.

Model persamaan simultan dengan metode 2SLS

1. Pada pasar jagung, variabel-variabel yang berpengaruh pada areal panen jagung di empat provinsi kajian (Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan) adalah harga jagung itu sendiri, harga kedelai, harga kacang tanah dan lag areal panen jagung. Variabel- variabel yang berpengaruh pada produktivitas jagung adalah rasio harga jagung dengan pupuk, rasio harga jagung dengan upah, teknologi produksi, tingkat suku bunga dan lag produktivitas. Pada semua provinsi terutama dalam jangka panjang produktivitas jagung sangat respon terhadap perubahan tingkat teknologi produksi dan rasio harga jagung dengan pupuk, sebaliknya kurang respon terhadap perubahan tingkat suku bunga. 2. Dari aspek permintaan, variabel-variabel yang

berpengaruh terhadap permintaan jagung untuk pakan yaitu harga jagung, harga pakan, harga kedelai dan lag permintaan jagung untuk pakan. Permintaan jagung untuk konsumsi langsung dipengaruhi oleh variabel harga jagung dan beras, pendapatan per kapita, selera penduduk dan lag variabel endogennya. Permintaan jagung untuk industri pangan dipengaruhi oleh variabel harga jagung, harga tepung terigu, harga output, harga minyak goreng, pendapatan per kapita, upah di sektor industri, selera penduduk dan lag permintaan jagung untuk industri pangan. Variabel-variabel yang berpengaruh terhadap harga jagung impor adalah harga jagung dunia, kurs rupiah, dan lag harga jagung impor.

3. Kebiakan domestik (subsidi bunga kredit usahatani 20 persen, subsidi harga pupuk 15 persen, depresiasi rupiah

Tabel 5. Lanjutan

No. Peneliti dan Judul Tujuan Metode Hasil

sepuluh persen, tarif impor daging ayam 25 persen dan peningkatan tarif impor jagung 25 persen) berdampak terhadap prilaku ketiga pasar (jagung, pakan dan daging ayam).

2. Solihati Diyan Timor (2008)/Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Impor Jagung di Indonesia

1. Mengkaji perkembangan produksi, konsumsi, dan impor jagung di Indonesia.

2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi produksi jagung di Indonesia.

3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor jagung di Indonesia. Analisis deskriptif dan kuantitatif. Analisis kuantitatif dengan model persamaan simultan yang menggunakan metode 2SLS

1. Kondisi produksi jagung di Indonesia selama periode tahun 1985-2005 meningkat secara fluktuatif karena peningkatan luas areal dan produkstivitas, konsumsi jagung mengalami peningkatan terutama konsumsi untuk industri. Maka dari itu meskipun produksi jagung meningkat tetapi impor jagung Indonesia mengalami peningkatan yang cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan industri pakan.

2. Analisis faktor produksi pada taraf nyata 5 persen berdasarkan variabel utama yang mempengaruhi produksim yaitu luas areal pann dan produktivitas jagung.

3. Analisis impor jagung memberikan informasi bahwa variabel harga impor jagung Indonesia dan jumlah impor tahun sebelumnya berpengaruh terhadap jumlah impor jagung Indonesia.

3. Triana Dewi Hapsari, M. Muslich M, Nuhfil Hanani AR, dan Rini Dwi Astuti (2009)/Dampak Konversi Jagung sebagai Etanol di Pasar Dunia terhadap Ketersediaan Jagung di Indonesia

1. Menganalisis perilaku pasar domestik dan pasar dunia jagung.

2. Menganalisis dampak konversi jagung menjadi etanol terhadap ketersediaan jagung di Indonesia.

3. Menyusun kebijakan untuk meningkatkan ketersediaan jagung di Indonesia.

Model persamaan simultan yang menggunakan metode 2SLS

1. Model menunjukan keterkaitan perilaku antara pasar domestik dan pasar dunia melalui variabel harga impor. Jika harga jagung dunia meningkat maka harga impor meningkat, jumlah impor menurun, dan harga domestik meningkat. 2. Konversi jagung menjadi etanol di pasar dunia menurunkan

ketersediaan jagung di Indonesia dan meningkatkan pangsa produksi domestik dalam memasok ketersediaan jagung. 3. Alternatif kebijakan pemerintah berupa subsidi pupuk dan

tarif impor mampu meningkatkan produksi sehingga pangsa produksi domestik untuk memasok ketersediaan jagung meningkat. Tetapi peningkatan produksi ini belum mampu meningkatkan ketersediaan jagung di pasar domestik.

Tabel 5. Lanjutan

No. Peneliti dan Judul Tujuan Metode Hasil

4. Ari Supriyatna (2007)/Analisis Integrasi Pasar Jagung Dunia dengan Pasar Jagung dan Daging Ayam Ras Domestik, serta Pengaruh Tarif Impor Jagung dan Harga Minyak Mentah Dunia

1. Menganalisis integrasi pasar jagung dunia dengan pasar jagung dan daging ayam ras domestik.

2. Menganalisis pengaruh kebijakan tarif impor jagung dan kenaikan harga minyak mentah dunia terhadap integrasi pasar tersebut

Metode deskriptif dan kuantitatif. Metode kuantitatif dengan model vector autoregression

(VAR)

1. Hasil integrasi antara ketiga pasar yang dianalisis menunjukan bahwa integrasi pasar terjadi pada pasar jagung dunia dengan pasar jagung dan pasar daging ayam ras domestik.

2. Harga minyak mntah dunia tidak berpengaruh secara signifikan terhadap integrasi pasar jagung dunia dengan pasar jagung dan daging ayam ras domestik karena tidak mempengaruhi variabel harga jagung dunia dan domestik, serta harga daging ayam ras domestik. Pemberlakuan tarif impor tidak mempengaruhi harga jagung domestik tetapi mempengaruhi pasar daging ayam ras domestik.

Tabel 6. Penelitian Terdahulu tentang Dampak Tarif Impor

No. Peneliti dan Judul Tujuan Metode Hasil

1. Erwidodo, Hermanto dan Pudjihastuti (2003)/Impor Jagung: Perlukan Tarif Impor Diberlakukan?

Jawaban Analisis Simulasi

1. Mengetahui apakah pemerintah perlu untuk menerapkan tarif impor jagung. 2. Mengetahui besarnya tingkat tarif

impor yang harus dikenakan, dan 3. Bagaimana dampak dari setiap pilihan

tingkat tarif terhadap kesejahteraan konsumen, produsen, penerimaan pemerintah, dan net walfare dari industri perjagungan.

Analisis pada tingkat makro dengan menggunakan partial walfare analysis

1. Usahatani jagung Indonesia masih menguntungkan dan mampu bersaing dengan jagung impor. Kebijakan tarif impor bukan satu-satunya instrumen untuk memberikan insentif kepada petani. Penetapan tarif impor yang terlalu tinggi justru menjadi kontra produktif, menyebabkan inefisiensi alokasi sumberdaya pertanian, meningkatkan harga produk turunan dari jagung serta membebani konsumen dan perekonomian nasional.

2. Darsono (2009) / Analisis Dampak Pengenaan Tarif Impor Kedelai bagi Kesejahteraan

Masyarakat

1. Menganalisis pengenaan tarif impor kedelai dan dampak kebijaksanaan tersebut terhadap kesejahteraan produsen, konsumen, penerimaan pemerintah, dan efek kesejahteraan masyarakat secara umum

Metode analisis

Classical Welfare Analisys (CWA)

1. Penetapan tarif impor kedelai sebesar 10 persen adalah keputusan kebijakan yang baik karena dampak perbaikan surplus produsen, penerimaan pemerintah, dan kesejahteraan masyarakat lebih besar dibandingkan dengan penurunan surplus konsumen.

Tabel 6. Lanjutan

No. Peneliti dan Judul Tujuan Metode Hasil

3. Hastuti

(2012)/Dampak Kebijakan Tarif dan dan Kuota Impor terhadap Penawaran dan Permintaan Gandum dan Tepung Terigu di Indonesia

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan gandum dan tepung terigu di pasar dunia dan domestik.

2. Mengevaluasi dampak kebijakan tarif dan kuota impor terhadap penawaran dan permintaan gandum dan tepung terigu di pasar dunia dan domestik. 3. Mengevauasi kebijakan tarif dan kuota

impor gandum dan tepung terigu terhadap kesejahteraan konsumen gandum, produsen dan konsumen tepung terigu, dan industri pengguna tepung terigu di Indonesia.

4. Merumuskan kebijakan tarif dan kuota impor gandum dan tepung terigu yang terbaik bagi kesejahteraan masyarakat di Indonesia

Model persamaan simultan dengan metode 2SLS

1. Penawan tepung terigu di Indonesia merupakan penjumlah dari produksi tepung terigu Indonesia dan impor tepung terigu Indonesia. Produksi tepung terigu Indonesia dan impor tepung terigu Indonesia. Produksi tepung terigu Indonesia merupakan konversi dari total impor gandum Indonesia. Impor tepung terigu Indonesia dipengaruhi secara nyata oleh harga tepung terigu domestik dan pendapatan perkapita Indonesia. Permintaan tepung terigu Indonesia dirumuskan sebagai suatu persamaan indentitas yang merupakan penjumlahan dari permintaan tepung terigu untuk industri mie instan, roti, mie basah, dan permintaan tepung terigu untuk industri lainnya. 2. Kebijakan impor gandum baik dalam bentuk tarif maupun

kuota sangat responsif dalam mempengaruhi pasar tepung terigu domestik. Sebaliknya, kebijakan impor tepung terigu cenderung kurang responsif dalam mempengaruhi pasar tepung terigu domestik.. Selain itu, berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa kebijakan tarif dan non tarif yang diterapkan dalam perdagangan gandum dan tepung terigu di Indonesia, diketahui bahwa kebijakan tarif lebih efektif untuk diterapkan karena menciptakan adanya penerimaan pemerintah dari tarif impor sehingga mendorong meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

3. Berdasarkan hasil simulasi yang telah dilakukan, simulasi kebijakan pengenaan tarif impor gandum di Indonesia sebesar lima persen merupakan simulasi yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat terbesar. Meskipun kebijakan ini menurunkan surplus industri pengguna tepung terigu, dikarenakan tingginya harga tepung terigu, namun dapat dikompensasi dengan besarnya peningkatan surplus industri

Dokumen terkait