• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Penelitian Terdahulu

Peneliti mengawali dengan menelaah penelitian terdahulu yang berkaitan dan relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Dengan demikian, peneliti mendapatkan rujukan pendukung, pelengkap, pembanding dan memberi gambaran awal mengenai kajian terkait permasalahan dalam penelitian ini. Berikut ini peneliti temukan beberapa hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian mengenai konstruksi realitas keperawanan wanita no virgin.

1. Rika Kusuma Hardani (Ilmu Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Malang, 2006).48

Rika Kusuma Hardani mengangkat skripsi yang berjudul “Makna

Keperawanan di Kalangan Remaja Modern (Analisis Semiotik dalam Film Virgin). Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap makna tanda-tanda

dalam film “Virgin” berkaitan dengan keperawanan di kalangan remaja

modern dari perspektif sosial.

Perkembangan zaman secara global membawa perubahan yang ekstrim, terutama dalam hal norma dan moralitas remaja. Remaja berusaha untuk eksis dalam lingkungan sosialnya. Dalam upaya eksistensi diri tersebut, terjadi konflik antara keharusan untuk eksis secara sosial dengan mengesampingkan nilai-nilai moral dasar yang dianut masyarakat dan upaya mempertahankan nilai-nilai moral tersebut sembari tetap eksis

48 Rika Kusuma Hardani, Makna Keperawanan di Kalangan Remaja Modern (Analisis Semiotik dalam Film Virgin), 2006, Melalui<http://eprints.umm.ac.id > (Diakses pada 24/1/15, 19.22 WIB).

dalam komunitasnya. Nilai moral yang menjadi titik sentral di sini adalah

“keperawanan” yang mana dianggap sakral dan berharga, menunjukkan harga diri seorang wanita. Inilah yang merupakan fokus utama dari film

“Virgin –ketika keperawanan dipertanyakan”. Film ini berkisah mengenai

bagaimana remaja menghadapi permasalahan tersebut, kehidupan bebas, keliaran, dan ambisi remaja yang dideskripsikan dalam film tersebut. Walaupun sempat menuai kontroversi yang luar biasa dari masyarakat, tak dapat dipungkiri memang merupakan gambaran umum kehidupan remaja saat ini, dan melukiskan dengan tepat fenomena yang tengah terjadi.

Metodologi penelitian yang digunakan dalam analisis semiotik ini adalah kualitatif. Sesuai dengan paradigma kritis, analisis semiotik bersifat kualitatif. Teori Analisis semiotik yang dipergunakan oleh peneliti dalam hal ini adalah konsep dari Barthes yang melakukan pendekatan signifikansi dua tahap, yaitu tahap denotatif dan konotatif terhadap film yang diteliti. Dalam penelitian ini tidak semua scene diteliti, yang diteliti adalah scene yang terdapat unsur makna keperawanan di kalangan remaja modern dari perspektif sosial. Unit analisis yang diteliti oleh peneliti disini adalah audio dan visual. Audio, meliputi dialog/ monolog, dan musik. Visual, meliputi angle, lighting, setting, serta gesture/aksi.

Berdasarkan analisis peneliti terhadap scene yang diteliti, dapat disimpulkan bahwa remaja modern menganggap keperawanan sebagai aset yang berharga secara komersial. Mereka menganggap keperawanan bukan lagi kehormatan dan harga diri bagi seorang perempuan sebagaimana yang

berlaku secara umum di masyarakat. Ini menunjukkan bahwa pada masyarakat sekarang, terutama di kalangan remaja modern, telah terjadi pergeseran nilai moral sehingga mereka tidak lagi menganggap sakral nilai sebuah keperawanan. Mereka juga tidak lagi mempedulikan mitos keperawanan yang mana seharusnya merupakan hal “suci” yang harus

selalu dijaga oleh perempuan. Pergeseran nilai ini dipengaruhi oleh gencarnya pengaruh budaya luar, seperti gaya pergaulan yang mana diekspos disepanjang film ini sebagai faktor utama.

2. Syarifah Rosa Tipani (Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, 2010).49

Syarifah Rosa Tipani mengangkat skripsi yang berjudul

“Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Persepsi Keperawanan pada Mahasiswa Universitas Diponegoro” Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Persepsi Keperawanan pada Mahasiswa Universitas Diponegoro.

Seiring dengan perkembangan zaman, interaksi remaja saat ini bisa berubah. Remaja perempuan dan anak-anak muda menjadi sangat bebas, seks bebas, dan aktivitas seksual lainnya yang banyak terjadi. Persepsi keperawanan adalah proses pemberian akal untuk mempertahankan kesucian tersebut yang belum pernah melakukan aktivitas seksual, yang

49 Syarifah Rosa Tipani, Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Persepsi Keperawanan

pada Mahasiswa Universitas Diponegoro, Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, 2010, Melalui <http://eprints.undip.ac.id> (Diakses pada 24/1/15, 20.10 WIB).

dapat memengaruhi perilaku. Salah satu keputusan yang memengaruhi seseorang untuk melakukan aktivitas seksual yaitu kematangan emosi, ketika telah matang secara emosional, individu akan berpikir dengan baik dan objektif.

Hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa ada hubungan positif antara kecerdasan emosional dan persepsi keperawanan pada mahasiswa Universitas Diponegoro. Kecerdasan emosional tinggi, maka persepsi tentang keperawanan positif. Sebaliknya, kecerdasan emosional rendah maka persepsi tentang keperawanan akan negatif.

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa dari Universitas Diponegoro, dengan jumlah sampel 112 orang melalui pengambilan random sampling. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan laporan inventaris dengan bantuan alat ukur skala psikologi. Skala kecerdasan emosional dengan 26 item koefisien valid dan reliabilitas 0.890 dan persepsi skala dengan 32 item tentang keperawanan yang valid dengan koefisien reliabilitas 0,872. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi sederhana.

Hasil menunjukkan rxy = koefisien korelasi 0,431, p = 0,000 (p <0,05), yang berarti bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosional dan persepsi terhadap keperawanan. Kecerdasan emosional secara efektif memberikan kontribusi terhadap persepsi keperawanan 18,6%, sedangkan 81,4 dipengaruhi oleh faktor-faktor lain

seperti kebutuhan, kepercayaan, pengalaman masa lalu, kemampuan untuk berpikir, agama dan lingkungan atau kelompok.

3. Patmawati (Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang 2013).50

Patmawati mengangkat Jurnal Ilmiah tentang Psikologi terapan

yang berjudul “Virginity Value ditinjau dari Big Five Personality”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan virginity value ditinjau dari big five personality. Virginity value merupakan suatu keyakinan tentang keperawanan yang berfungsi sebagai pedoman untuk membantu individu membuat keputusan apakah akan tetap perawan atau perjaka sebelum pernikahan.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah non-experimental dengan jenis penelitian kuantitatif komparatif, yaitu untuk mengetahui perbedaan antara dua variabel dengan menggunakan uji beda. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala virginity value dan skala big five personality. Pengukuran ini dilakukan pada 378 sampel dengan menggunakan teknik sampel insidental pada mahasiswa dengan rentang usia 17-23 tahun.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala virginity value yang terdiri dari 5 item dengan model skala Likert. Skala

50 Patmawati, “Virginity Value Ditinjau Dari Big Five Personality”, Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, Vol. 01, No. 02, Hal. 218, (Malang: Fakultas Psikologi UMM, 2013). Melalui <ejournal.umm.ac.id/> (Diakses pada 27/1/15, 20.32 WIB).

virginity value dikembangkan oleh Ambaw, et al. (2010). Skor dari item-item tersebut akan dijumlahkan untuk memperoleh level interval kategori tinggi dan rendah. Sedangkan untuk mengetahui dimensi kepribadian yang dimiliki seorang individu, peneliti menggunakan alat ukur yang diambil dari IPIP (International Personality Item Pool) milik Costa dan McCrae's yaitu NEO Personality Inventory (NEO-PI-R) dengan model skala Likert. Costa dan McCrae's (1992) NEO Personality Inventory (NEO PI-R) adalah skala lima faktor yang paling diakui secara luas.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, hasil analisis Anova menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua variabel ini. Hasil F 2.349 dengan nilai signifikansi 0,054 > 0,05. Artinya, tidak ada perbedaan virginity value ditinjau dari big five personality.

4. Jurnal Aprizal Wahyu Darmawan (FISIP, Universitas Airlangga, 2013).51

Aprizal Wahyu Darmawan dalam Jurnal sosial dan politik yang

berjudul “Kontruksi Sosial Pekerja Purel Karaoke: (Studi Deskriptif

tentang Arti Purel pada Para Pekerja Purel yang Aktif Berstatus Pelajar)”,

menyatakan bahwa Public Relation atau purel dapat disimpulkan adalah

sebagai “Method of Communications”, Disini perbedaan yang terjadi

51 Aprizal Wahyu Darmawan, Konstruksi Sosial Pekerja Purel Karaoke: (Studi Deskriptif tentang

Arti Purel pada Para Pekerja Purel yang Aktif Berstatus Pelajar), Jurnal Sosial dan Politik, Vol: 2 - No. 2, 2013, Melalui <journal.unair.ac.id/filerPDF/kmnts1675f63c70full.pdf >, (Diakses pada 6/3/15, 21.02 WIB).

ketika masyarakat mengatakan apa definisi Public Relations itu sendiri banyak yang menyatakan bahwa bahwa purel atau Public Relations itu merupakan serangkai atau sistem kegiatan yang terjadi dalam suatu organisasi. Tetapi disisi lain masyarakat juga mengenal arti purel itu sendiri seperti wanita pangilan yang pekerjaanya menemani tamunya untuk bernyanyi ditempat karaoke. Fokus penelitian ini adalah bagaimana mengetahui latar belakang terbentuknya purel dan memahami bagaimana pemaknaan seorang purel terhadap sebuah perilaku purel yang berstatus sebagai pelajar.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, peneliti menggunakan kerangka teori yang menekankan pada unsur konstruksi sosial Peter L Berger. Motode prosedur penelitian ini adalah deskritif, dengan analisis kualitatif. Penentuan informan menggunakan cara purposive dengan 5 informan dan pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara secara mendalam (indepth interview).

Dari hasil penelitian ini, didapatkan sebuah realitas tentang fenomena purel pelajar yang terbentuk melalui tiga tahapan, yaitu ekternalisasi sebagai tahap awal seorang pelajar mengetahui dan memahami pekerjaan sebagai purel, mulai dari apa itu purel, hingga bagaimana pekerjaan purel itu. Dari proses ini seorang purel akan mendapatkan pengetahuan awal tentang pekerja purel, mulai dari apa itu pekerjaan purel, hingga bagaimana pekerjaan purel itu. Hingga pada akhirnya dia mengalani posisi dilematis, ketika yang dipahami di awal

(realitas objektif) mulai bertolak dengan apa yang benar-benar nyata dia lihat (realitas subjektif). Hal ini sesuai dengan pernyataan Berger yang melihat bahwa dalam sebuah fenomena lebih menampilkan dua realitas (realitas berganda) daripada hanya satu realitas.

5. Jurnal Andreas Sandinata (FISIP, Universitas Airlangga, 2013).52

Andreas Sandinata dalam Jurnal sosial dan politik yang berjudul

“Konstruksi Sosial Waria tentang Diri Studi pada Waria (Wanita-Pria) di

Surabaya”. Untuk menganalisa realitas ini peneliti menggunakan metode

penelitian kualitatif dengan bantuan Teori Konstuksi Sosial Peter L. Berger dan Luckmann sebagai obor analisis dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini mengulas tentang konstruksi sosial yang dibangun oleh waria yang ada di Surabaya. Paradigma yang digunakan adalah paradigma konstruksivisme, karena sesuai dengan topik permasalahan dan teori yang digunakan sebagai obor analisis.

Peneliti memilih informan secara purpossive dengan fokus permasalahan dalam penelitian, yaitu waria yang bekerja dibidang pekerjaan yang sebagian besar ditekuni oleh pria, semisal pekerjaan sipil, waria yang bekerja dibidang pekerjaan yang sebagian besar ditekuni oleh perempuan, semisal pemilik salon, waria pelajar, waria yang memiliki pasangan laki-laki, waria yang tidak memiliki pasangan laki-laki, waria

52 Andreas Sandinata, Konstruksi Sosial Waria tentang Diri Studi pada Waria (Wanita-Pria) di Surabaya, Jurnal Sosial dan Politik, Vol: 2 - No. 2, 2013, Melalui <journal.unair.ac.id/.../ JURNAL%20ANDREAS.doc> (Diakses pada 6/3/15, 20.45 WIB).

yang memiliki anak, waria yang alim dan perwakilan keluarga yang dekat dengan informan waria. Dalam kategori waria diatas peneliti memilih 5 (lima) informan waria, yang dimana sudah mewakili semua kategori diatas.

Dalam penelitian ini informan menyatakan menjadi waria bukanlah hal yang aneh, buruk dan menyimpang tetapi menjadi waria karena keinginan diri sendiri bukan paksaan dari orang lain dan hal tersebut memang jati diri informan, yaitu perempuan yang terjebak didalam tubuh laki-laki, selain itu juga informan nyaman dengan menjadi seorang waria daripada menjadi seorang laki-laki. Tetapi dalam sisi lain 2 (dua) informan yaitu BN dan AR masih belum bisa menunjukkan jati dirinya sebagai waria, karena masih belum bisa memapankan dan mensosialisasikan dirinya sebagai waria pada publik karena beberapa pertimbangan, semisal takut dikucilkan oleh masyarakat dan takut untuk di coret dari KK (kartu keluarga), sedangkan 3 (tiga) informan MK, SS dan ML telah sukses untuk menujukkan jati dirinya dan informan juga sukses menjadi seorang waria seutuhnya. Keluarga informan juga menerima dengan baik meskipun awalnya sempat ditegur, ditampar dan dipukul.

Tabel 2.1 Penelitian Sejenis

No Item Rika Kusuma Syarifah Rosa Patmawati Aprizal Wahyu Andreas Sandinata

1. Judul Makna Keperawanan di Kalangan Remaja Modern (Analisis Semiotik dalam Film Virgin) Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Persepsi Keperawanan pada Mahasiswa Universitas Diponegoro Virginity Value ditinjau dari Big Five Personality

Kontruksi Sosial Pekerja Purel Karaoke: (Studi Deskriptif Tentang Arti Purel pada Para Pekerja Purel yang Aktif Berstatus Pelajar)

Konstruksi Sosial Waria tentang Diri Studi pada Waria (Wanita-Pria) di Surabaya 2. Tahun 2006 2010 2013 2013 2013 3. Tujuan Penelitian Mengungkap makna tanda-tanda dalam film “Virgin” berkaitan dengan keperawanan di kalangan remaja modern dari perspektif sosial. Untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dan persepsi keperawanan pada mahasiswa Universitas Diponegoro Untuk mengetahui apakah ada perbedaan virginity value ditinjau dari big five personality

Untuk mengetahui latar belakang terbentuknya purel dan memahami bagaimana pemaknaan seorang purel terhadap sebuah perilaku purel yang berstatus sebagai pelajar

Untuk mengetahui konstruksi sosial yang dibangun oleh waria yang ada di Surabaya

4. Teori Teori Analisis semiotic

Aspek Kecerdasan Emosional

Virginity value & big five personality

Teori Konstruksi sosial. Teori Konstruksi sosial. 5. Metode/ Paradigma Kualitatif/ Kritis

Kuantitatif/ Self Report Personality Inventory Kuantitatif komparatif/ nonexperimental Kualitatif/ Deskriptif Kualitatif/ Konstruktivisme 6. Hasil Penelitian/ Kesimpulan Remaja modern menganggap keperawanan sebagai aset yang berharga secara komersial. Mereka menganggap keperawanan bukan lagi kehormatan dan harga diri bagi seorang perempuan sebagaimana yang berlaku secara umum di masyarakat. Ini menunjukkan bahwa pada masyarakat sekarang, terutama di kalangan remaja modern, telah terjadi pergeseran nilai moral sehingga mereka tidak lagi menganggap sakral

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif antara kecerdasan emosional dengan persepsi terhadap keperawanan pada mahasiswi Universitas Diponegoro. Semakin tinggi kecerdasan emosional seseoeang maka semakin positif persepsi terhadap keperawanan. Sebaliknya, semakin rendah kecerdasan emosional sesorang maka semakin negative persepsi terhadap Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, hasil analisis Anova menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua variabel ini. Hasil F 2.349 dengan nilai signifikansi 0,054 > 0,05. Artinya, tidak ada perbedaan virginity value ditinjau dari big five personality.

Dari hasil penelitian ini, didapatkan sebuah realitas tentang fenomena purel pelajar yang terbentuk melalui tiga tahapan, yaitu ekternalisasi sebagai tahap awal seorang pelajar mengetahui dan memahami pekerjaan sebagai purel. Dari proses ini seorang purel akan mendapatkan pengetahuan awal tentang pekerja purel. Hingga pada akhirnya dia mengalani posisi dilematis, ketika yang dipahami di

Dalam penelitian ini informan menyatakan menjadi waria

bukanlah hal yang aneh, buruk dan menyimpang tetapi menjadi waria karena keinginan diri sendiri bukan paksaan dari orang lain dan hal tersebut memang jati diri informan, yaitu perempuan yang terjebak didalam tubuh laki-laki, selain itu juga informan nyaman dengan menjadi

seorang waria daripada menjadi seorang laki-laki.Tetapi dalam sisi lain 2 (dua) informan masih belum bisa

nilai sebuah keperawanan. Pergeseran nilai ini dipengaruhi oleh gencarnya pengaruh budaya luar, seperti gaya pergaulan yang mana diekspos disepanjang film ini sebagai faktor utama.

keperawanan. awal (realitas

objektif) mulai bertolak dengan apa yang benar-benar nyata dia lihat (realitas subjektif).

menunjukkan jati dirinya sebagai waria, sedangkan 3 (tiga) informan telah sukses untuk menujukkan jati dirinya.

7. Persamaan  Meneliti tentang Keperawanan,

 Metode penelitian yang digunakan.

 Meneliti tentang Keperawanan

 Objek penelitian pada mahasiswa  Meneliti tentang Keperawanan  Meneliti tentang Konstruksi sosial  Menggunakan teori yang sama.

 Meneliti tentang Konstruksi sosial

 Menggunakan teori yang sama

8. Perbedaan  Tujuan penelitian

 Objek penelitian  Paradigma penelitian  Penggunaan teori penelitian  Tujuan penelitian  Metode penelitian  Paradigma penelitian  Penggunaan teori penelitian  Tujuan penelitian  Metode penelitian,  Penggunaan teori penelitian  Tujuan penelitian

 Subjek dan objek penelitian

 Tujuan penelitian

 Subjek dan objek penelitian 9. Sumber www.eprints.umm.ac. id www.eprints.undip.ac.i d www.eprints.umm.a c.id journal.unair.ac.id journal.unair.ac.id

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Mengacu pada permasalahan penelitian yaitu tentang konstruksi realitas keperawanan wanita no virgin, maka peneliti memutuskan untuk menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis.

Menurut Sugiyono dan juga menurut Bodgan dan Taylor,

Metode penelitian kualitatif adalah suatu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive, teknik pengumpulan dengan triangulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.53

Metode penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara holistic (utuh). Jadi tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi kedalam varaiabel atau hipotesis, tetapi memandangnya sebagai suatu keutuhan.54

53 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), Hal 15.

54 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif edisi revisi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007), Hal. 4.

Untuk mengetahui pengkonstruksian keperawanan pada wanita no virgin, peneliti menggunakan pendekatan fenomenologi, dimana dalam pendekatan ini peneliti langsung meneliti sebuah kesadaran dari pengalaman (awareness of experience), yaitu keadaan yang memberikan sudut pandang pengalaman dari orang pertama. Jadi dengan menggunakan pendekatan fenomenologi, peneliti meneliti secara langsung pada wanita yang sudah tidak perawan (no virgin) sebagai key informan penelitian ini, dan berusaha untuk menggali konstruksi realitas keperawanannya.

Dalam Buku Little John55 pendekatan fenomenologis berasumsi bahwa orang-orang secara aktif menginterpretasi pengalaman-pengalamannya dan mencoba memahami dunia dengan pengalaman pribadinya. Pendekatan fenomenologi adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui dunia dari sudut pandang orang yang mengalaminya secara langsung dan berkaitan dengan sifat-sifat alami pengalaman manusia, dan makna yang dilekatkan padanya.

Tidak hanya itu, untuk melengkapi penelitian yang dilakukan, peneliti juga akan melakukan wawancara kepada para ahli dibidangnya, berkaitan dengan keperawanan dari aspek psiklogis, medis dan agama. Wawancara tersebut peneliti lakukan kepada psikolog, dokter kandungan dan ahli agama sebagai informan

pendukung untuk memperkuat dan melengkapi penelitian mengenai ‘konstruksi realitas keperawanan’ pada wanita no virgin.

55 Littlejohn, Stephen W & Karen A. Poss, Teori Komunikasi (Theories of Human Comunication), (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), Hal. 65.

Dokumen terkait