• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karet

2.9. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang telah dilakukan terhadap tanaman karet, menunjukkan bahwa perkembangan produksi tanaman karet masih sangat layak untuk dikembangkan, sehingga produksi karet di Indonesia dapat ditingkatkan kembali, beberapa penelitian karet yang telah dilakukan adalah:

Hutagalung, (1993) melakukan peneletin terdahulu berjudul ”Beberapa Masalah Tata Produksi Dan Pemasaran Karet Rakyat di Kecamatan Padang Sidempuan Kabupaten Tapanuli Selatan “. Menunjukkan bahwa penambahan luas tanah garapan dan penggunaan input biaya produksi dalam usaha petani karet masih dapat menaikkan produksi dan pendapatan petani. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa pendapatan petani karet masih dapat ditingkatkan lagi dengan pendayagunaan seluruh potensi sumberdaya yang mereka miliki baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia. Perlunya pemerintah mengadakan perbaikan sistem pemasaran berupa mempersingkat saluran tata niaga yaitu dengan memanfaatkan lembaga koperasi, kebijakan perpajakan, ekspor, dan lain-lain. Kurangnya peremajaan petani terhadap karet yang sudah tua, akhirnya pendapatan petani merosot.

Sitepu (2007) melakukan peneletin terdahulu berjudul ”Analisis Produksi

Karet Alam (Havea Brasiliensis) Kaitannya Dengan Pengembangan Wilayah”. Karet

merupakan komoditi yang memiliki pasar yang cukup besar, baik dalam negeri maupun luar negeri. Produksi Indonesia banyak ditunjang oleh adanya perkebunan karet rakyat akan memiliki arti yang penting sekali didalam upaya peningkatan pendapatan kesejahteraan petani serta upaya peningkatan devisa serta prekonomian Indonesia pada umumnya. Berkaitan dengan pengembangan budidaya tanaman karet diwilayah Sumatera Utara, penlitian ini di fokuskan pada pengaruh permintaan pasar, harga karet, dan tenaga kerja terhadap luas lahan dan produksi karet.

Subjek penelitian ini adalah keseluruhan perkebunan karet di Sumatera Utara. Penelitian ini difokuskan pada pengaruh permintaan pasar, harga karet serta terhadap

luas lahan dan produksi karet. Objek Penelitian ini adalah luas lahan dan produksi karet Sumatera Utara sebagai indikator pengembangan perkebunan karet di Sumatera Utara. Pengujian hipotesa penelitian menggunakan metode analisis statistik dengan regresi ganda. Memperhatikan pengaruh pasar terhadap pengembangan wilayah di Sumatera Utara, maka disarankan a) Perlu dibuat beberapa kebijakan oleh pemerintah Propinsi Sumatera Utara maupun pengelola perdagangan karet alam untuk meningkatkan perkebunan karet, melalui pemberian modal usaha serta pengaturan sistem perdagangan karet alam yang memberikan keuntungan bagi petani, b) Perlu diupayakan kebijakan yang menyangkut pengembangan industri produk turunan karet alam.

Rahmanto (2004) melakukan penelitian dengan judul ” Dampak Liberalisasi Perdagangan Global dan Perubahan Kondisi Ekonomi-Politik Domestik Terhadap Dinamika Perdagangan Luar Negeri Kelompok Komoditas Berbasis Pertanian di Indonesia”. Pengaruh periode krisis ekonomi (1997-2002) terhadap kelompok komoditas hasil perkebunan seperti karet yang tadinya mengalami kondisi defisit cenderung bersifat positif atau berdampak mengurangi defisit, kecuali untuk kelompok komoditas gula masih berpengaruh meningkatkan defisit, meskipun tidak nyata secara statistik. Kondisi yang demikian diperkirakan disebabkan oleh penurunan volume impor yang cukup signifikan sebagai akibat schock depresiasi rupiah terhadap Dollar Amerika yang tajam dan berfluktuasi, sedangkan pengaruh periode krisis ekonomi terhadap kelompok komoditas yang tadinya mengalami kondisi surplus bervariasi dan sebagian besar tidak nyata secara statistik kecuali

untuk kelompok komoditas karet dan hasil olahannya berpengaruh sangat nyata menurunkan surplus, sedangkan untuk kelompok komoditas lemak dan minyak nabati/hewani serta buah dan kacang-kacangan yang dapat dimakan berpengaruh nyata meningkatkan surplus.

Sadikin, dkk (2005) melakukan penelitian dengan judul ”Dampak Pembangunan Perkebunan Karet Rakyat Terhadap Kehidupan Petani di Riau”. Proses pembangunan wilayah (daerah) di Provinsi Riau sering menghadapi banyak masalah yang cukup komplek. Selain luasnya wilayah dan banyak Pulau, permasalahan muncul karenan disebabkan oleh adanya keragaman aksesibilitas antar daerah, teknologi, sumberdaya manusia dan tingkat perkembangan pembangunan. Keadaan seperti ini lebih kentara di daerah pedesaan. Di mana sebagian besar masyarakat Riau yang tinggal di pedesaan adalah sebagai petani karet-rakyat yang umumnya tingkat kesejahteraan mereka masih dalam kondisi yang memprihatinkan.

Sejauh ini strategi dan langkah kebijakan Pemerintah untuk membangun dan mengembangkan perkebunan karet-rakyat telah dilaksanakan, seperti (a) Pembentukan pusat-pusat pengolahan karet di beberapa daerah sentra produksi dengan tujuan menampung dan mengolah lateks dari hasil perkebunan rakyat dan untuk memperbaiki mutu olahannya, (b) Melakukan pembinaan perkebunan rakyat dengan membentuk unit pelaksana proyek (UPP) yang lebih populer di Propinsi Riau dikenal dengan proyek SRDP. Meskipun program ini berfungsi sebagai pembinaan petani-karet secara menyeluruh dari masalah budidaya sampai ke persoalan pemasaran. Tapi dalam perjalanannya masih belum memberi banyak dampak dan

manfaat kepada petani kebun, terlebih lagi bagi masyarakat miskin lain di pedesaan. Penyebabnya adalah; strategi pembangunan perkebunan lebih condong/berorientasi kepada peningkatan produksi untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi dan memperbesar devisa negara. Sementara, aspek persoalan sosial kemasyarakatan seperti lembaga-lembaga lokal dan berbagai relasi produksi di tingkat lokal yang terkait langsung dengan upaya meningkatkan tarap kehidupan masyarakat di pedesaan terkesan diabaikan.

Dirjen Perkebunan (2007) melihat perkembangan baik dari segi konsumsi maupun produksi karet dunia, dalam tahun-tahun mendatang dipastikan masih akan terus meningkat. Indonesia merupakan penghasil karet sekaligus sebagai salah satu basis manufaktur karet dunia. Tersedianya lahan yang luas memberikan peluang untuk menghasilkan karet alami yang lebih besar lagi dengan menambah areal perkebunan karet. Tetapi lebih utama dari itu, produksi karet alam bisa ditingkatkan dengan meningkatkan teknologi pengolahan karet untuk meningkatkan efisiensi, dengan demikian output (latex) yang dihasilkan dari input (getah) bisa lebih banyak dan menghasilkan material sisa yang semakin sedikit. Meskipun pasar karet alam lebih sedikit dibanding dengan pasar karet sintetik, namun produksi maupun konsumsi karet alam masih cukup besar. Salah satu kelebihan dari karet alam antara lain dilihat dari segi kestabilan harganya yang tidak terpengaruh secara langsung oleh harga minyak dunia. Tidak demikian halnya dengan harga karet sintetik yang terkena dampak langsung oleh kenaikan harga minyak dunia yang terjadi belakangan ini.

Parhusip (2008) potensi pasar karet alam dalam jangka panjang masih cukup baik yang disebabkan kebutuhan karet merupakan kebutuhan dasar dalam keperluan sehari-hari dan beberapa negara berkembang mengalami pertumbuhan industrialisasi yang cukup tinggi seperti Cina, India dan Brasil. Pergerakan harga karet dunia juga menunjukkan tren positif dan Indonesia sebagai salah satu produsen terbesar karet diharapkan dapat bekerjasama dengan produsen lain untuk dapat menjaga posisi harga yang tetap menguntungkan. Kerjasama tersebut dapat dilakukan dengan strategi mengurangi frekwensi sadapan karet atau mengatur perluasan/peremajaan lahan agar lebih optimal dapat mengatur pasokan ke pasar internasional. Pengembangan karet alam diharapkan dapat dioptimalisasi melalui kedua line usaha baik on farm maupun

off farm. Permasalahan produktivitas lahan merupakan permasalahan utama dalam pengembangan on farm termasuk kualitas bahan baku olahan yang masih rendah. Kondisi tersebut diharapkan dapat dijembatani dengan pola plasma antara perkebunan rakyat dengan perkebunan besar dalam peningkatan hasil dan harga. Pola plasma tersebut diharapkan juga dapat menjembatani perbankan dalam pemberian fasilitas kredit terkait dengan kemampuan manajemen dan jaminan yang selama ini masih menjadi kendala utama dalam meningkatkan kemampuan permodalan perkebunan. Menghadapi tantangan pelemahan pertumbuhan ekonomi dunia akibat krisis keuangan global, Indonesia sebagai salah satu produsen utama karet alam diharapkan dapat mengoptimalkan kondisi pasar karet jangka panjang melalui peningkatan produktivitas lahan dan kebijakan yang mendukung seluruh aspek komoditas karet baik sektor on farm maupun off farm.

Damanik (2000) melakukan penelitian dengan judul penelitian ” Analisis Dampak Pengembangan Komoditas Perkebunan Terhadap Perekonomian Wilayah di Propinsi Sumatera Utara ” (1). Komoditas perkebunan di propinsi Sumatera Utara merupakan komoditas ekspor. Oleh karena pemasukan devisa negara melalui ekspor, adalah hal yang sangat penting untuk membantu pemerintah dalam mengurangi defisit neraca pembayaran. Komoditas perkebunan tetap perlu dikembangkan terutama pada wilayah yang relatif mempunyai tingkat pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dibanding wilayah lainnya, sehingga dengan cara demikian selain ada pemasukan devisa untuk negara juga dapat dijadikan instrument dalam mengurangi kesenjangan ekonomi antar wilayah di propinsi Sumatera Utara. (2). Komoditas perkebunan dalam menciptakan nilai tambah (pendapatan) dan kesempatan kerja lebih rendah dibandingkan sektor pertanian. (3). Komoditas pertanian yang berorientasi pada pasar domestik seperti padi, ternak, kelapa dan sayuran serta buah-buahan pada umumnya mempunyai kemampuan dalam menciptakan nilai tambah dan kesempatan kerja yang tinggi.

Dokumen terkait