• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian Tindakan Kelas

Dalam dokumen PENGGUNAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN UNTUK (Halaman 34-42)

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

5. Penelitian Tindakan Kelas

Gambar 5. Melangkah lebar melewati bilah

5. Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam Bahasa Inggris disebut sebagai Classrom Action Research (CAR). Iskandar (2009: 20) mengemukakan bahwa PTK bentukan dari tiga kata yakni :

1) Penelitian, merupakan kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

2) Tindakan, merupakan suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

3) Kelas, merupakan sekelompok peserta didik yang sama dan menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.

Menurut Iskandar (2009: 21) pengertian PTK dapat disimpulkan yaitu tu kegiatan penelitian ilmiah yang dilakukan secara rasional, sistematis, dan empiris reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru atau dosen (tenaga pendidik), kolaborasi (tim peneliti) yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata didalam

commit to user

kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar, untuk memperbaiki dan

Sudah lebih dari sepuluh tahun Penelitian Tindakan Kelas (yang biasa disingkat dengan PTK) dikenal dan ramai dibicarakan dalam dunia pendidikan.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti gagasan Lewin inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis, Robin Mc Tanggart, John Elliot, Dave Ebbutt, dan sebagainya (Zainal Aqib, 2009:13). Menurut John Elliot yang dikutip oleh Zainal Aqib pada buku ang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan didalamnya.

Dalam bahasa inggris PTK diartikan Classroom Action Research (CAR). Namanya sendiri sebetulnya sudah menunjukan isi yang terkandung didalamnya. Menurut Zainal Aqib (2009:12) ada tiga kata yang membentuk pengertian PTK, maka ada tiga pengertian pula yang dapat diterangkan.

a. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

b.Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

c. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.

Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata tersebut segera dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang disengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas.

Menurut Zainal Aqib (2009:16), karakteristik PTK adalah sebagai berikut:

1) Didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional.

2) Adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya.

3) Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi.

4) Bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktik instruksional.

5) Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus.

commit to user

23

6) Pihak yang melakukan tindakan adalah guru sendiri, sedangkan yang melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan.

Menurut Iskandar (2009: 24) mengungkapkan bahwa PTK ditinjau dari

(1) didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam intruksional; (2) adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya; (3) penelitian sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi; (4) bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek instruksional; (5) dilaksanakan dalam

Sedangkan menurut Agus kristiyanto (2010: 18) berpendapat bahwa

(1) PTK merupakan penelitian praktis (practical inquiri) yang bertujuan -di

sini-Perbaikan dilakukan dalam setting alami dan riil terjadi dilapangan; (2) PTK merupakan penelitian yang dilaksanakan secara kolaboratif. Pihak yang berkolaborasi adalah pihak-pihak yang secara riil menjadi komponen inti dalam praktek pembelajaran sesuai masalah yang diteliti; (3) PTK merupakan penelitian yang berbentuk self-moni-toring dengan penajaman kemampuan merefleksi berdasarkan apa yang telah direncanakan,

Sedangkan menurut E. Mulyasa (2009:38), menjelaskan beberapa karakteristik PTK yang membadakan dari penelitian formal yaitu:

1) Berawal dari kerisauan kinerja guru, situasional, praktis, dan secara langsung berkaitan dengan pembelajaran.

2) Bertujuan memperbaiki, meningkatkan, dan memberikan kerangka kerja yang teratur terhadap pemecahan masalah pembelajaran.

3) Fleksibel dan adaptif memungkinkan adanya perubahan selama masa percobaan dan mengabaikan pengontrolan karena lebih menekankan sifat tanggap, pengujian dan pembaruan dalam pembelajaran

4) Kolaboratif dan peartisipatif sehingga guru sebagai peneliti ambil bagian secara langsung dalam melaksanakan penelitian.

5) Self-evaluatif, yaitu modifikasi secara kontinu dievaluasi dalam situasi yang ada dengan tujuan akhirnya untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran.

6) Fokus penelitiannya pada pembelajaran sehingga proses dan pengambilan keputusan biasanya dilakukan oleh guru atau bersama peserta didik secara desentrasilsasi dan deregulasi

7) Kooperatif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi atau tindakan antara guru sebagai peneliti dan peserta didik.

commit to user

8) Penelitian tindakan kelas mengembangkan pemberdayaan, demokrasi, keadilan, kebebasan, dan kesempatan pertisipatif.

9) Mengembangkan suatu model pembelajaran, baik sebagian maupun menyeluruh.

Menurut Zainal Aqib (2009:19), jenis-jenis ptk adalah sebagai berikut:

1) PTK diagnostik, ialah penelitian yang dirancang dengan menuntun penelitian kearah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosis dan memasuki situasi yang terdapat dalam latar penelitian.

2) PTK partisipasi, ialah apabila orang yang akan melakukan penelitian harus terlibat langsung didalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian yang berupa laporan.

3) PTK empiris, ialah apabila peneliti berupaya melaksanakan tindakan atau aksi dan melakukan apa yang dilaksanakan dan apa yang terjadi selama aksi berlangsung.

4) PTK eksperimental, ialah apabila PTK diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategi secara efektif dan efisien didalam suatu kegiatan belajar mengajar.

Zainal Aqib (2009:27) menjelaskan sasaran PTK, yaitu:

1) Unsur siswa: dapat dicermati objek ketika siswa sedang asyik mengikuti proses pembelajaran dikelas, laboratoriium, lapangan, bengkel, atau ketika siswa sedang mengikuti kerja bakti dilkuar sekolah.

2) Unsur guru: dapat dicermati ketika guru sedang mengajar dikelas, sedang membimbing siswa-siswa yang sedang berdarmawisata, atau ketika guru sedang mengadakan kunjungan ke rumah siswa.

3) Unsur materi pelajaran: dapat dicermati ketika guru sedang mengajar atau sebagai bahan yang ditugaskan kepada siswa.

4) Unsur Peralatan atau sarana pendidikan: dapat dicermati ketika guru sedang mengajar. Dengan tujuan meningkatkan mutu hasil belajar, yang dapat diamati guru, siswa, atau keduanya.

5) Unsur hasil pembelajaran: yang ditinjau dari tiga ranah yang dijadikan titik tujuan yang harus dicapai melalui pembelajaran, baik susunan maupun tingkat pencapaian.

6) Unsur lingkungan: baik lingkungan siswa dikelas, sekolah maupun yang melingkupi siswa dirumahnya.

7) Unsur Pengelolaan: yang jelas-jelas merupakan gerak kegiatan sehingga mudah diatur, direkayasa dalam bentuk kegiatan.

Menurut E. Mulyasa (2009:11) PTK atau penelitian tindakan kelas merupakan suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan.

commit to user

25

Ada beberapa model yang dapat diterapkan dalam PTK, Zainal Aqib (2009:21) menyebutkan beberapa modal PTK yaitu:

1. Model Kurt Lewin

Zainal Aqib (2009:21) bahwa PTK pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri atas empat langkah, yaitu:

b. Perencanaan (Planning) c. Aksi atau tindakan (Acting) d. Observasi (Observing)

e. Refleksi (Reflecting) (Lewin,1990).

Sementara itu empat langkah dalam satu siklus yang dikemukakan oleh Kurt Lewin tersebut oleh Ernest T Stringer dikolaborasi lagi menjadi:

a) Perencanaan (Planning) b) Pelaksanaan (Implementing)

c) Penilaian(Evaluating) (Ernest,1996)

Berdasarkan langkah-langkah seperti yang digambarkan PTK diatas, selanjutnya dapat dikembangkan lagi menjadi beberapa siklus yang akhirnya kumpulan dari beberapa siklus.

1. Model John Elliot

Apabila dibandingkan dengan dua model yang sudah diutarakan diatas yaitu model Kurt Lewin dan Kemmis Mc Taggart, PTK model John Elliot ini tampak lebih detail dan memungkinkan terdiri dari beberapa aksi yaitu antara tiga sampai lima aksi (tindakan). Sementara itu, setiap aksi kemungkinan terdiri dari beberapa langkah (step), yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar mengajar.

Maksud penyusunan secara terinci PTK model John Elliot ini, supaya dapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-taraf didalam pelaksanaan aksi atau proses belajar mengajar. Selanjutnya, dijelaskan pula bahwa terincinya setiap aksi atau tindakan menjadi beberapa sub pokok bahasan atau mata pelajaran, adalah bahwa dalam kenyataan dilapangan setiap pokok bahasan bisanya tidak akan dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi dalam beberapa langkah, itulah

commit to user

yang menyebabkan John Elliot menyusun model PTK yang berbeda secara skematis dengan model sebelumnya.

2. Model Dave Ebbutt

Sesudah Dave Ebbutt mempelajari model-model PTK yang dikemukakan para ahli PTK sebelumnya, dia berpendapat bahwa model-model PTK yang ada seperti yang diperkenalkan oleh John Elliot, Kemmis dan Mc Taggart, dipandang sudah cukup bagus. Akan tetapi didalam model-model tersebut masih ada beberapa hal yang belum tepat sehingga masih perlu dibenahi.

Pada dasarnya Ebbutt setuju dengan gagasan yang diutarakan oleh Kemmis dan Elliot tetapi tidak setuju mengenai beberapa interpretasi Elliot mengenai karya Kemmis. Selanjutnya dinyatakan pula olehnya tentang pandangan Ebbutt yang menyatakan bahwa bentuk spiral yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc Tanggart bukan merupakan cara yang terbaik untuk menggambarkan proses aksi refleksi (action-reflection).

Karena Dave Ebbutt merasa tidak puas dengan adanya model-model PTK yang hadir sebelumnya, kemudian dia memperkenalkan model PTK yang disusunya sendiri. Adapun model PTK yang dimaksud menggambarkan adanya empat tahap yakni sebagai berikut:

a. Tahap 1 : menyusun rancangan tindakan (perencanaan), yang menjelaskan tentang apa, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilaksanakan b. Tahap 2 : pelaksanaan tindakan, yaitu implementasi atau penerapan isi

rancangan didalam kancah, yaitu menggenakan tindakan kelas.

c. Tahap 3 : pengamatan, yaitu pelaksanaan pengamatan oleh pengamat

d. Tahap 4 : refleksi, atau pantulan, yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi.

Secara keseluruhan, keempat tahapan dalam PTK ini membentuk suatu siklus. Siklus ini kemudian diikuti oleh siklus-siklus lain secara berkesinambungan seperti sebuah spiral. Namun sebelum keempat tahapan itu berlangsung, biasanya diawali oleh suatu tahap pra PTK, yang meliputi:

identifikasi masalah, analisa masalah, rumusan masalah, dan rumusan hipotesis tindakan.

commit to user

27

3. Model Kemmis dan Mc. Taggart

Inti konsep yang diperkenankan Kurt Lewin seperti yang sudah dikemukakan diatas itulah yang selanjutnya dikembangkan oleh para ahli PTK yang hadir kemudian, misalnya Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliot, Dave Ebbutt dan sebagainya.

Model yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart tampaknya masih begitu dekat dengan model yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin sehingga belum tampak adanya perubahan. Keempat komponen tersebut meliputi:

a. Perencanaan (Planning) b. Aksi/Tindakan (Acting) c. Observasi (Observing) d. Refleksi (Reflecting)

Hanya saja, sesudah suatu siklus selesai diimplementasikan, khususnya sesudah adanya refleksi, kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri. Demikian seterusnya, atau dengan beberapa kali siklus.

Untuk lebih jelasnya berikut ini dikemukakan PTK model Kemmis dan Taggart yang dikemukakan secara sistematis:

Observasi dan Wawancara

Perencanaan

Tindakan I

Pemahaman

konsep Refleksi

Evaluasi

Gambar 6. Konsep PTK menurut Kemmis dan Taggart

commit to user

a. Perencanaan (Planning)

Kegiatan perencanaan mencakup (1) identifikasi masalah, (2) analisis penyebab adanya masalah, dan (3) pengembangan bentuk tindakan (aksi) sebagai pemecahan masalah. Untuk keperluan identifikasi masalah dalam penelitian tindakan kelas ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:

1) Masalah harus benar-benar terjadi dan dirasakan oleh guru pada saat melaksanakan tugas (on the job problem oriented)

2) Problematik, artinya masalah perlu dipecahkan berkaitan dengan tanggung jawab, kewenangan dan tugas seorang guru.

3) Memiliki manfaat yang jelas, artinya pemecahan masalah yang dilakukan akan memberikan manfaat yang jelas bagi siswa dan guru karena ada kemungkinan kalau masalah tidak segera diatasi akan mengganggu penguasaan kompetensi berikutnya dalam proses pembelajaran yang mempunyai sifat kesinambungan.

4) Dapat dipecahkan oleh guru selaku pelaksana penelitian tindakan kelas.

b. Tindakan (Acting)

Dalam menentukan tindakan (aksi) yang dipilih perlu mempertimbangkan pertanyan-pertanyaan sebagai berikut: (a) apakah tindakan yang dipilih telah mempunyai landasan berfikir yang mantap, baik secara kajian teoritis maupun konsep? (b) apakah alternatif tindakan yang dipilih dipercaya dapat menjawab permasalahan yang muncul? (c) bagaimanakah cara melaksanakan tindakan dalam bentuk strategi langkah-langkah setiap siklus dalam proses pembelajaran dikelas? (d) bagaimana cara menguji tindakan sehingga dapat dibuktikan telah terjadi perbaikan kondisi dan peningkatan proses dalam kegiatan pembelajaran dikelas yang diteliti?

Setelah ditetapkan bentuk tindakan yang dipilih sesuai dengan rencana pelaksanaan tindakan, maka langkah selanjutnya adalah mengimplemintasikan tindakan dalam proses pembelajaran sesuai dengan scenario pembelajaran yang sudah dibuat oleh guru.

c. Observasi (Observing)

Kegiatan observasi atau pengamatan dalam penelitian tindakan kelas dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran lengkap secara objektif tentang perkembangan proses pembelajaran, dan pengaruh dari tindakan yang

commit to user

29

dipilih terhadap kondisi kelas dalam bentuk data. Data yang dihimpun melalui pengamatan ini meliputi data kuantitatif dan kualitatif sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Pengambilan data harus bersifat multiple data collection, jangan hanya menggunakan satu instrumen saja. Kegiatan pengambilan data dapat dilakukan diantaranya dengan cara:

1) Observasi atau pengamatan (non-tes), bagaimana cara anak mempersiapkan alat dan bahan, bagaimana anak menggunakan alat, bagaimna sikap anak ketika mengerjakan tugas.

2) Wawancara (non-tes), terhadap tiga anak yang unik, tiga anak yang pintar, tiga anak yang tidak bisa (bodoh), tiga anak yang mempunyai antusias tinggi, tiga anak enggan mengikuti proses.

3) Angket (non-tes), sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa secara tertulis yang berguna untuk menggungkap tanggapan balik siswa dan dampak dari aktifitas tindakan selama proses pembelajaran berlangsung.

4) Jurnal (non-tes), catatan harian siswa tentang media cara guru mengajar, interaksi kawan dan lain-lain.

5) Dokumentasi (non-tes), gambar dan foto PBM.

6) Nilai ulangan (tes), penilaian hasil tugas yang dilakukan guru yang sejenis.

d. Refleksi (Reflecting)

Refleksi dilakukan untuk mengadakan upaya evaluasi yang dilakukan guru dan tim pengamat dalam penelitian tindakan kelas. Refleksi dilakukan dengan cara berdiskusi terhadap berbagai masalah yang muncul dikelas penelitian yang diperoleh dari analisis data sebagai bentuk dari pengaruh tindakan yang telah dirancang. Pada kegiatan refleksi ini juga ditelaah aspek-aspek mengapa, bagaimana, dan sejauh mana tindakan yang dilakukan mampu memperbaiki masalah secara bermakna.

Dalam dokumen PENGGUNAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN UNTUK (Halaman 34-42)

Dokumen terkait