Beberapa kajian penelitian relevan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu:
1. Penelitian oleh Diane Sloan, Elizabeth Porter, Karen Robins, dan Karen McCourt (2014) dengan judul Using E-Learning To Support International Students’ Dissertation Preparationmenunjukkan bahwa e-learning merupakan sebuah alat belajar mandiri yang membantu mahasiswa internasional untuk lebih memahami isi, struktur, perencanaan, serta penulisan disertasi.
2. Penelitian oleh Benjamin Gan, Thomas Menkhoff, dan Richard Smith (2015) dengan judul Enhancing Students’ Learning Process Through Interactive Digital Media: New Opportunities For Collaborative Learningmenunjukkan bahwa media pembelajaran interaktif efektif digunakan dalam proses pembelajaran serta dapat membantu siswa mempersiapkan tantangan berkarir pada masa depan.
3. Penelitian oleh Gurmak Singh dan Harvey Worton (2005) dengan judul A Study Into The Effect of E-learning memiliki manfaat yang cukup besar untuk siswa dan guru. Bagi siswa, pembelajaran menggunakan e-learning dapat memberikan inovasi pembelajaran bagi siswa sehingga dapat belajar secara mandiri di luar pembelajaran kelas. Sedangkan bagi guru, dengan adanya
e-commit to user
learning diharapkan guru akan menjadi lebih professional dalam bekerja dan mengembangkan kemampuan teknologi yang dimiliki.
4. Penelitian oleh Fan-Ray Kuo dan Nian Shing Chen (2014) dengan judul A Creative Thinking Approach To Enhacing The Web Based Problem Solving Performance of University Students menyelidiki mengenai pembelajaran berbasis online dengan pembelajaran secara konvensional. Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa siswa yang menggunakan pembelajaran berbasis online memiliki tingkat menyelesaikan masalah yang lebih tinggi dibanding dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
5. Matias, A. dan Wolf, D. F. (2015) dalam artikelnya yang berjudul Online Courses Through the Use of Mobile Technology yang diterbitkan oleh Technologies in Higher Education mengemukakan bahwa melalui pendekatan ini cocok diterapkan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa dan termasuk dalam pembelajaran kontrutivisme karena siswa belajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri. Pada saat yang sama, mendorong semangat siswa dalam kegiatan belajar.
6. Debalina Sengupta, Yinlun Huang, Cliff I. Davidson, Thomas F. Edgar, Mario Eden, dan Mahmoud El-Halwagi (2017) pada artikelnya yang berjudul Using Module Based Learning Methods To Introduce Sustainable Manufacturing In Engineering Curriculummenyatakan bahwa pembelajaran menggunakan modul terbukti efektif untuk memperkenalkan mata pelajaran manufaktur berkelanjutan.
7. Woo, T. K. (2011) dalam artikelnya yang berjudul Developing Quality Learning Materials for Effective Teaching and Learning in an ODL Environment: Making The Jump From Print Modules To Online Modules yang diterbitkan oleh Asian Association of Open Universities Journal menjelaskan bahwa modul html ini lebih memuaskan dan memperkaya pengalaman belajar siswa dibandingkan modul cetak, selain itu adanya modul html juga diharapkan dapat menyempurnakan pembelajaran online.
8. Penelitian oleh Orus, Barles, Belanche, Casalo, Fraj, dan Gurrea (2016) dalam artikelnya yang berjudul The Effects of Learner-Generated Videos for Youtube
commit to user
on Learning Outcomes and Satisfaction. Penelitian ini melakukan inovasi dalam pembelajaran dengan menggunakan youtube sebagai salah satu sumber belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan video pembelajaran yang berasal dari youtube memberikan hasil yang positif terhadap hasil belajar dan kepuasan siswa.
9. Penelitian oleh Jeno, Grytnes, Vigdis, dan Vandvick (2017) dalam artikelnya yang berjudul The Effect of A Mobile Application Tool on Biology Students’
Motivation and Achievement in Species Identification: A Self Determination Theory Perspective. Pengembangan media pembelajaran berupa aplikasi mobile pada pembelajaran biologi memberikan dampak yang positif bagi siswa. Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan aplikasi mobile dalam pembelajaran memberikan motivasi dan prestasi belajar yang lebih tinggi dibanding menggunakan buku teks.
10. Hye Jeong Kim, Susan Pederson, dan Moira Baldwin (2011) dalam artikelnya yang berjudul Improving User Satisfaction Via A Case-Enhanced E-Learning Environmentmenunjukkan bahwa penggunaan E-module berbasis masalah dapat meningkatkan pengetahuan siswa, mudah dalam menggunakannya dan siswa merasa puas atas penggunaanE-module tersebut.
11. Pummawan (2007) dalam artikelnya yang berjudul The Development of an E-Learning Module On The Sandy Shores Ecosystem For Grade 8 Seconday Student. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa e-learning module pada materi ekosistem pantai berpasir efektif dan dapat digunakan untuk siswa kelas 8 SMP, serta e-learning module menjadi salah satu sarana membina pengembangan kemampuan kognitif dan keterampilan ICT.
12. Penelitian yang dilakukan oleh Wolfgang Althof dan Berkowitz (2012) yang mengungkapkan bahwa pendidikan karakter lebih fokus pada konsep moral, tata krama, dan kesopanan. Sedangkan pendidikan kewarganegaraan lebih pada politik, pemerintahan dan sosial kehidupan. Keterampilan dalam pendidikan karakter dapat digunakan pada pendidikan kewarganegaraan sebagai keterampilan umum manajemen diri dan kompetensi sosial yang dibutuhkan pada kehidupan masyarakat.
commit to user
13. Penelitian oleh Nevien Mattar dan Rania Khalil (2011) berjudul Character Education Seeking the Best of the Both Worlds: A Study of Cultural Identity and Leadership in Egypt. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan karakter dengan perubahan tingkah laku. Studi ini menyelidiki bagaimana teori-teori pendidikan karakter dimasukkan ke dalam kurikulum dan diimplementasikan pada sebuah sekolah swasta di Kairo, Mesir. Berdasarkan pengimplementasian tersebut dihasilkan konsep identitas budaya yang kuat, perolehan pengetahuan akademik, pencapaian keterampilan yang unggul, dan pembentukan karakter serta perilaku.
14. Penelitian oleh Fathur Rokhman, Ahmad Syaifudin, dan Yuliati (2014) berjudul Character Education for Golden Generation 2045 (National Character Building for Indonesian Golden Years). Pendidikan dianggap sebagai sarana dalam mempersiapkan karakter baik manusia. Selain itu pendidikan juga sebagai tempat untuk mempersiapkan agen perubahan bangsa yang membawa kesejahteraan bagi orang lain dan negara. Institusi pendidikan tidak hanya sebagai tempat untuk mentransfer ilmu, tetapi lebih dari itu.
Institusi pendidikan juga sebagai tempat untuk membentuk sikap, perilaku, karakter, dan kepemimpinan. Maka dari itu pemerintah memasukkan nilai-nilai karakter bangsa di dalam pendidikan dalam rangka pembentukan karakter bangsa.
15. Penelitian oleh Hing-Keung Ma (2009) berjudul Moral Development and Moral Education: An Integrated Approach. Memadukan aspek afektif dan aspek kognitif dalam perkembangan moral melalui pendekatan yang terintegrasi akan menghasilkan suatu program pendidikan moral holistik untuk jenjang sekolah dasar, sekolah menengah, dan juga perguruan tinggi. Terdapat sepuluh karakter moral yang dianggap penting sehingga guru, orang tua, dan lingkungan perlu membantu anak untuk mengembangkan karakter tersebut.
Kesepuluh karakter tersebut adalah kemanusiaan, kecerdasan, keberanian, hati nurani, otonomi, hormat, tanggung jawab, kewajaran, kesetiaan, dan kerendahan hati.
commit to user
16. Penelitian oleh Jamie Koss dengan judul Academic Dishonesty Among Adolescents (2011) menyatakan bahwa ketidakjujuran akademik atau kecurangan akademik terjadi akibat adanya tekanan dari orang tua kepada anaknya untuk mendapatkan nilai yang bagus, pengaruh dari teman sebaya, serta rasa tidak percaya diri atas kemampuan yang dimiliki. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memerangi ketidakjujuran akademik atau kecurangan akademik adalah dengan menerapkan pelajaran pendidikan karakter.
17. Penelitian oleh Paris S.Strom dan Robert D. Strom dengan judul Cheating In Middle School and High School (2007) juga setuju bahwa alasan utama seorang anak melakukan kecurangan akademik adalah karena para orang tua terobsesi anak mereka memiliki nilai yang lebih tinggi dari pada teman di kelasnya. Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut ialah dengan memberlakukan kurikulum yang menekankan pada kejujuran.
18. Penelitian oleh M. Khusniati dengan judul pendidikan karakter melalui pembelajaran IPA (2012) menyatakan bahwa penilaian autentik dalam pembelajaran dapat mengembangkan berbagai karakter diantaranya kejujuran, tanggung jawab, menghargai karya dan prestasi orang lain, kedisiplinan, dan cinta ilmu.
19. Penelitian yang dilakukan oleh Jaya, Sadia, dan Arnyana (2014) berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi Bermuatan Pendidikan Karakter Dengan Setting Guide Inquiry untuk Meningkatkan Karakter dan Hasil Belajar Siswa SMP. Penelitian menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran berupa silabus, RPP, LKS, bahan ajar, dan instrumen penilaian yang bermuatan pendidikan karakter efektif untuk meningkatkan karakter dan hasil belajar siswa.
20. Penelitian yang dilakukan oleh Heru Edi Kurniawan, Sarwanto, dan Cari (2013) yang berjudul Pengembangan Modul IPA SMP Berbasis Problem Based Learning Terintegrasi Pendidikan Karakter Pada Materi Getaran dan Gelombang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pencapaian afektif yang signifikan. Karakter yang dikembangkan di dalam
commit to user
penelitian ini adalah jujur, rasa ingin tahu, gemar membaca, kreatif, kerja keras dan disiplin. Pencapaian indikator afektif yang paling tinggi ialah aspek jujur
commit to user
Gambar 2.3 Alur Kerangka Berpikir Penelitian Media Pembelajaran
Briggs (1977) Media
pembelajaran merupakan sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran
Pendidikan Karakter Lickona (1991) Pendidikan karakter adalah usaha untuk membantu seseorang sehingga dapat memahami,
memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti
Media Pembelajaran Terintegrasi Nilai
Karakter
Kesuma, Trianta, Permana (2012) Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang terintegrasi dengan pembelajaran yang terjadi pada semua mata pelajaran
Dianti (2014) Karakter siswa secara tidak langsung dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran yang didukung dengan penggunaan metode, media, dan sumber pembelajaran
Murtini (2016) Intensitas penggunaan media pembelajaran bermuatan pendidikan karakter secara terus menerus akan membentuk karakter siswa
Peningkatan kejujuran dan tanggung jawab siswa melalui penggunaan media
pembelajaran bermuatan pendidikan karakter