• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan adalah penelitian sejenis yang sebelumnya telah dilakukan oleh peneliti lain dan mempunyai kesesuaian dengan penelitian yang dilakukan. Terdapat beberapa penelitian yang relevan sebagai dasar melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini. Adapun penelitian yang relevan dalam penelitian ini yaitu diambil dari International Journal of Social Science and Humanity karya Thanyalak Oradee (2012, Vol 2, No. 6: 533-535) dengan judul Developing Speaking Skills Using Three Communicative Activities (Discussion, Problem-Solving, and Role Playing). Persamaan dengan penelitian ini terletak pada variabel terikatnya yakni keterampilan berbicara, sedangkan perbedaannya terletak pada variabel bebasnya, yaitu model pembelajaran yang digunakan. Penelitian tersebut menerapkan Three Communicative Activities (Discussion, Problem-Solving, and Role Playing,)

sedangkan dalam penelitian ini menerapkan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE).

Berdasarkan hasil penelitian dalam jurnal tersebut, Orade menyimpulkan bahwa penggunaan Three Communicative Activities yaitu Discussion, Problem-Solving, dan Role Playing dapat meningkatkan keterampilan berbicara dan aktivitas belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase ketuntasan klasikal yang mengalami peningkatan antara sebelum dan sesudah tindakan. Hasil prasiklus menunjukkan bahwa persentase ketuntasan klasikal keterampilan berbicara siswa adalah 60,80%, sedangkan setelah tindakan meningkat menjadi 85,63%. Selain itu, aktivitas belajar siswa juga meningkat dengan hasil pada siklus terakhir adalah 4,50 (sangat baik).

Penelitian yang selanjutnya dilakukan oleh Azzizah Nurlaili dengan judul Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Script pada Siswa Kelas V SDN 03 Gemolong Tahun Ajaran 2013/2014. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada variabel terikatnya yakni keterampilan berbicara, sedangkan perbedaannya terletak pada variabel bebasnya, yaitu model pembelajaran yang digunakan. Penelitian tersebut menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script, sedangkan dalam penelitian ini menerapkan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Nurlaili menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa kelas V SDN 03 Gemolong tahun ajaran 2013/2014. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase ketuntasan klasikal yang mengalami peningkatan antara sebelum dan sesudah tindakan.

Hasil prasiklus menunjukkan bahwa persentase ketuntasan klasikal adalah sebesar 20,59% atau sekitar 7 siswa yang mencapai nilai ketuntasan. Hasil tersebut mengalami peningkatan pada siklus I dengan persentase ketuntasan klasikal adalah sebesar 70,58% atau sekitar 24 siswa yang mencapai nilai ketuntasan. Siklus II meningkat kembali dengan persentase

ketuntasan klasikal adalah sebesar 91,17% atau sekitar 31 siswa yang mencapai nilai ketuntasan.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Jamilah Candra Pratiwi dengan judul Penerapan Pendekatan Scientific dengan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara pada Siswa Kelas VA SD Negeri Petoran Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada variabel terikatnya yakni keterampilan berbicara, sedangkan perbedaannya terletak pada variabel bebasnya, yaitu model pembelajaran yang digunakan. Penelitian tersebut menerapkan pendekatan scientific dengan model Problem Based Learning (PBL), sedangkan dalam penelitian ini menerapkan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Pratiwi menyimpulkan bahwa pendekatan scientific dengan model PBL dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa kelas VA SD Negeri Petoran Surakarta tahun ajaran 2013/2014. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase ketuntasan klasikal yang mengalami peningkatan antara sebelum dan sesudah tindakan.

Hasil prasiklus menunjukkan bahwa persentase ketuntasan klasikal adalah sebesar 21,88% atau sekitar 7 siswa yang mencapai nilai ketuntasan. Hasil tersebut mengalami peningkatan pada setiap siklus. Siklus I persentase ketuntasan klasikal adalah meningkat menjadi 42,42% atau sekitar 14 siswa yang mencapai nilai ketuntasan, pada siklus II meningkat menjadi 72,73% atau sekitar 24 siswa yang mencapai nilai ketuntasan, dan pada siklus III meningkat menjadi 90,91% atau sekitar 30 siswa yang mencapai nilai ketuntasan.

Selain ketiga penelitian di atas, terdapat penelitian lain yang relevan dengan penelitian tindakan kelas ini. Adapun penelitian tersebut yaitu dilakukan oleh Satria Suja Sentosa dengan judul Penerapan Student Facilitator and Explaining (SFE) dengan Multimedia dalam Peningkatan Pembelajaran IPA tentang Sumber Energi Panas dan Bunyi Siswa Kelas IV SDN 2 Waluyorejo Tahun Ajaran 2014/2015. Persamaan dengan penelitian ini

terletak pada variabel bebasnya yakni penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE), sedangkan perbedaannya terletak pada variabel terikatnya. Penelitian tersebut variabel terikatnya adalah proses dan hasil pembelajaran IPA, sedangkan pada penelitian ini adalah kualitas proses pembelajaran berbicara dan keterampilan berbicara. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Sentosa menyimpulkan bahwa model Student Facilitator and Explaining (SFE) dengan multimedia dapat meningkatkan keterampilan proses dan hasil pembelajaran IPA tentang sumber energi panas dan bunyi pada siswa kelas IV SDN 2 Waluyorejo tahun ajaran 2014/2015. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase ketuntasan klasikal yang mengalami peningkatan antara sebelum dan sesudah tindakan.

Hasil prasiklus menunjukkan bahwa persentase ketuntasan klasikal proses dan hasil belajar IPA mengalami peningkatan pada setiap siklus. Siklus I persentase ketuntasan klasikal proses pembelajaran IPA sebesar 70,74%, pada siklus II meningkat menjadi 77,5%, pada siklus III meningkat menjadi 88,40%. Persentase ketuntasan klasikal hasil belajar IPA siklus I sebesar 35,3%, siklus II meningkat menjadi 38,2%, dan siklus III kembali meningkat menjadi 91,1%.

Berdasarkan beberapa penelitian di atas, maka dapat diketahui bahwa terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian yang relevan dengan penilitian ini. Persamaan dan perbedaan tersebut terletak pada variabel terikat dan bebas. Variabel terikat berhubungan dengan hal yang ditingkatkan yaitu kualitas proses pembelajaran berbicara dan keterampilan berbicara, sedangkan variabel bebas berhubungan dengan cara yang digunakan untuk meningkatkan yaitu model pembelajaran yang digunakan.

Dengan demikian, berdasarkan beberapa penelitian relevan di atas, maka diketahui bahwa variabel terikat yang sama dengan penelitian ini yaitu penelitian karya Orade, Nurlaili, dan Pratiwi, sedangkan variabel bebas yang sama dengan penelitian ini yaitu penelitian karya Sentosa. Persamaan pada variabel terikat menunjukkan bahwa kualitas proses pembelajaran berbicara dan keterampilan berbicara merupakan salah satu permasalahan penting yang

harus diatasi, sehingga pelaksanaan pembelajaran menjadi optimal dan siswa terampil dalam berbicara. Selain itu, model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) mampu untuk mengatasi permasalahan pada pembelajaran seperti pada penelitian ini yaitu meningkatkan kualitas proses pembelajaran berbicara dan keterampilan berbicara pada siswa kelas V SDN Sumber IV Surakarta tahun ajaran 2015/2016.

Dokumen terkait