• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian yang Relevan

Dalam dokumen FATMAWATI (Halaman 45-89)

BAB II KAJIAN TEORI

B. Penelitian yang Relevan

Agar penelitan yang penulis lakukan ini tidak terdapat tumbang tindih dengan penelitian orang lain, maka tinjauan kepustakaan merupakan keharusan yang harus penulis lakukan, untuk itu penulis merujuk hasil penelitian sebelumnya mengenai permasalahan yang ada hubungannya dengan judul dan masalah yang akan penulis teliti.

Skripsi Hijriatul Mabruk jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ekonomi Sosial dan Politik Universitas Jember 2012, yang berjudul

“Implementasi Program Penyaluran Beras Untuk Keluarga Miskin (RASKIN) Dalam Upaya Meningatkan Kesejahteraan Masyarakat Miskin di Desa Umbulsari Kabupaten Jember. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian lapangan dengan teknik survei deskriptif. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa sacara umum penilaian RTS-PM terhadap Implementasi Program Penyaluran raskin cukup efektif (rata-rata terbobot 2,94), Sedangkan per indikator, dari segi ketepatan sasaran 2,29 (tidak tepat), ketetapan jumlah 1,96 (tidak tepat), ketepatan harga 3,65 (tepat), ketepatan waktu 3,80 (tepat), dan ketepatan kualitas 3,05 (cukup tepat). Tingkat Implementasi Penyaluran

Raskin 0,025, maka Implementasi Program Penyaluran Raskin di Kabupaten Jember dapat dikatakan Efesien.

Skripsi yang dibuat oleh Hijriatul Mabruk terdapat adanya persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan. Persamaannya adalah sama-sama meneliti Implementasi Raskin. sedangkan perbedaannya terletak pada efevesiensinya sementara penelitian yang penulis lakukan lebih kepada Pendistribusian Beras Miskin (RASKIN) terhadap Masyarakat Nagari Padang laweh Kecamatan Sungai Tarab.

Skripsi Bayu Adi Saputro , mahasiswa jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya Malang 2015 yang berjudul “Implementasi Penyaluran Beras untuk Masyarakat Miskin (RASKIN) di Desa Sudiharjo Kabupaten ponorogo. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan teknik survei deskriptif. Hasil peneltiannya menunjukan bahwa penyaluran raskin di desa Sudiharjo kurang efektif. Hasil ini dilakukan pada saat proses penyaluran raskin belum mencapai 6T (Tepat sasaran,jumlah Harga ,Waktu, kualitas dan kuantitas) dan ditemukan beberapa kendala yang sedikit banyak mempengaruhi Implementasi Program Beras Raskin di Desa sudiharjo. Dari semua tahapan Penyaluran saling berhubungan satu dan yang lainnya, karena jika salah satu proses penyaluran Raskin tidak berjalan baik, maka akan mempengaruhi dari proses penyaluran Raskin tersebut. Proses penyaluran Raskin di Desa Sudiharjo sudah sesuai dengan Pedoman Umum Raskin.

Dimulai dari SPA yang diterbitkan oleh pemkab ponorogo kepada perum BULOG, kemudian perum BULOG mengeluarkan SPPB/IX kecamatan yang kemudian diserahkan kepada satgas Raskin Faktor yang mempengaruhi Implementasi Program Beras Untuk Masyrakat Miskin (RASKIN) dilihat dari faktor Organisasi Lingkungan, Pekerja, serta kebijakan dan Manajemen.

Faktor dominan yang mempengaruhi Implementasi Program Raskin di Desa sudiharjo, adalah faktor lingkungan, dimana hubungan antara pengelola Raskin dan masyarakat kurang menunjukan hasil yang maksimal.

Skripsi yang dibuat oleh Bayu Adi Saputro terdapat adanya persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan. Persamaan adalah sama-sama meneliti Implementasi Program Beras untuk Masyarakat Miskin.

Sedangkan perbedaannya terletak pada penyaluran Raskin di desa sudiharjo menitik beratkan Distribusi Raskin kepada ketua RT saja dan ada juga ketua RT yang yang tidak ikut serta di dalam pendistribusian Raskin. sedangkan pada penelitian penulis kepada Wali Nagari yang ada di Nagari Padang Laweh mendisribusikan langsung Raskin dan memiliki daftar penerimaan Raskin.

Skripsi Firmansyah, mahasiswa dari Universitas Sultan Agung Tirtayasa, Serang, tahun 2017 yang berjudul “Implementasi Program Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug kota Serang Provinsi Banten, dalam mengatasi masalah penanggulangan dilakukan dengan sampel sebanyak 345 responden menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif berdasarkan pembahasan diperoleh kesimpulan Implementasi program Raskin di Kecamatan Curug kota Serang Provinsi Banten mencapai angka 62,39% dari yang diharapkan. Hipotesis sebelumnya kurang dari 65%. Ini membuktikan bahawa kinerja para pembuat kebijakan dan Implementasi Kebijakan program raskin kurang bekerja dengan maksimal di kota Serang Provinsi Banten.

Skripsi yang dibuat oleh Firmansyah terdapat adanya persamaan dan perbedaannya dengan penelitian yang penulis lakukan. Persamannya adalah sama-sama meneliti tentang program Raskin. Sedangkan perbedannya terletak pada metode yang digunakan oleh Firmansyah yaitunya metode kuantitatif, sedangkan metode yang penulis lakukan yaitu kualitatif.

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam masalah skripsi ini adalah Field Research, yaitu penelitian yang mengumpulkan datanya dilakukan di lapangan, seperti di lingkungan masyarakat, lembaga-lembaga dan organisasi kemasyarakatan dan lembaga pemerintahan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yakni suatu penelitian yang bertujuan untuk menerangkan fenomena sosial atau suatu peristiwa. Hal ini sesuai dengan definisi penelitian kualitatif yaitu suatu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan dari perilaku yang dapat diamati.(Lexy J. Moleong, 2008 : 4)

B. Latar dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada Nagari Padang Laweh Kecamatan Sungai Tarab Kabupaten Tanah Datar. Waktu pelaksanaan penelitian ini pada tahun 2019-2020 di kantor Wali Nagari Padang Laweh Kecamatan Sungai Tarab Kabupaten Tanah Datar.

Tabel 3. 1 Waktu Penelitian

C. Instrumen Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti langsung menjadi instrument kunci dengan acara peneliti langsung berada dilapangan untuk meneliti yaitu dengan melalukan wawancara. Mengajukan beberapa pertanyaan dan mengambil dokumentsi.

Kemudian untuk instrument pendukungnya, peneliti menggunakan alat-alat bantu seperti handphone, buku, lainya yang dapat digunakan untuk menunjukan keabsahan penelitian.

D. Sumber Data

1. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah Ibu Ratna, A,Md bagian dari Kaur Kesra di Nagari Padang Laweh Kecamatan sungai Tarab yang saat itu sebagai narasumber utama dari pendistribusian Raskin. Dengan melakukan wawancara tersebut dapat memberikan penjelasan tentang pendistribusian Raskin pada Nagari Padang Laweh Kecamatan Sungai Tarab.

2. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumentasi berupa catatan, laporan-laporan mengenai pendistribusian Raskin pada Nagari Padang Laweh Kecamatan Sungai Tarab.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang benar-benar valid dalam penelitian ini perlu ditentukan teknik-teknik pengumpulan data yang sesuai, maka penelitian ini menggunakan motode yaitu:

1. Wawancara

Wawancara yang penulis lakukan dengan Bapak Wali Nagari dan Staf Pendistribusian Ibu Ratna Am.d Raskin Nagari Padang Laweh adalah mengenai Manajemen Pendistribusian Beras Miskin (Raskin) yang dilakukan di Nagari Padang Laweh Kecamatan Sungai Tarab yang secara langsung peneliti memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap

muka dengan Bapak Wali Nagari Padang Laweh Kecamatan Sungai Tarab.

2. Dokumentasi

Menurut Djam’an Satori (2011: 149), studi dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu telah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian. Dokumen yang digunakan pada penelitian ini berupa foto pendistribusian Beras Miskin (Raskin).

3. Observasi

Observasi yang peneliti lakukan di Nagari Padang Laweh Baruah adalah dengan mengamati secara langsung Pendistribusian Raskin yang terjadi di Nagari Padang Laweh Kecamatan Sungai Tarab.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif sebagaimana dikutip Moleong (2007:248), adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yanag dapat dikelola, mensisteksiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan yang penting dan yang dapat di pelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Dalam analisis data, penulis menggunakan analisis kualitatif deskriptif, yaitu penafsiran terhadap data kualitatif untuk mendapatkan gambaran umum tentang masalah-masalah yang akan diteliti yang berhubungan dengan Manajemen Pendistribusian Beras Miskin (RASKIN) terhadap Masyarakat di Nagari Padang Laweh Kecamatan Sungai Tarab. (Pedum Raskin)

G. Teknik Penjaminan Keabsahan Data

Untuk memperoleh kreditabilitas atau tingkat kepercayaan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi, dalam pengumpulan

data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Trigulasi yang peneliti gunakan adalah trigulasi metode dan trigulasi sumber, yaitu: Membandingkan wawancara yang telah tersedia.

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian a. Sejarah Nagari Padang Laweh

Pada masa dahulunya nenek moyang melakukan perjalanan untuk mencari tempat pemukiman, dari Nagari Pariangan menuju arah timur matahari terbit. Telah lama berjalan maka tampaklah sebuah gunung pada waktu itu. Jika perjalanan di lanjutkan maka akan terhambat oleh gunung yang tampak, maka di belokkanlah perjalanan kearah utara. Setelah jauh berjalan ingin rasanya untuk berhenti maka di carilah pada waktu itu tempat peristirahatan, karena hari masih panas maka di carilah pada waktu itu tempat di bawah pohon batang tarok. Di sanalah nenek moyang beristirahat pertama kali. Setelah itu sebahagian mereka tinggal disana dan sebahagian lagi melanjutkan perjalanan kearah barat. Setelah lama berjalan terasalah haus dan lapar maka mereka beristirahat bersama di suatu tempat, maka akhirnya tempat istirahat tersebut di beri nama Tampuniak, beliau mengartikan tempat istirahat atau berkumpulnya Niniak.

Setelah makan dan minum mereka kembali melanjutkan perjalanan dengan merintis jalan. Perjalanan mereka tetap kearah barat.(Profil Nagari Padang Laweh)

Keesokkan harinya rombongan tersebut melakukan musyawarah mereka sepakat untuk membagi anggota guna untuk melanjutkan perintisan jalan dari yang sudah di rintis sebelumnya. Anggota yang ada di bagi dua, perjalanan dilanjutkan esok harinya, ditempat yang sudah di rintis terdahulu yaitu suatu tempat yang agak tinggi, disana mereka sudah siap melakukan pekerjaan dan rombongan yang separoh lagi merintis daerah padang yang luas, masing-masing kelompok sudah sampai di daerah guguak nan tinggi tersebut, disana mereka

beristirahat makan dan minum, setelah itu dipatokkan pancang kayu 2 buah, 1 ditengah padang yang luas dan yang satu lagi di guguak yang tinggi maka sudah dapatkah dua tempat yang di tandai.(Profil Nagari Padang Laweh)

Masing-masing kelompok meneruskan rintisan arah ketimur dan karena hari sudah sore pekerjaan dihentikan lalu dipatok pula satu batang kayu .Setiap kelompok tempatnya diakhir perintisan maka terdapatlah 4 buah tanda yang akan dijadikan perencanaan untuk dijadikan untuk taratak ,tidak lama kemudian didapat suatu kesepakatan bahwa kelompok yang 2 tadi di bagi pula menjadi 4 kelompok, kelompok yang satu di berikan tempat di tempat istirahat di tengah padang yang luas sedangkan kelompok 2 di berikan tempat di sebelah selatan padang yang luas yaitu tempat perintisan terakhir, sedangkan kelompok ke tiga di Guguak yang tinggi dan kelompok empat di berikan di selatan yaitu akhir perintisan.( Profil Nagari Padang Laweh)

Maka di pancang yang empat tadilah mereka menetap (rombongan niniak moyang). Setelah berkembang barulah mereka membuat Taratak dan sampai pada akhirnya mereka menjadikan Taratak menjadi sebuah dusun karena masyarakatnya sudah semakin banyak, karena dari waktu ke waktu masyarakatnya semakin bertambah maka dari sebuah dusun merekapun membentuk koto sampai akhirnya dari koto mereka bisa menjadikan sebuah nagari.

Setelah nagari terbentuk diadakanlah suatu perkumpulan musyawarah untuk mencari nama nagari. Dalam musyawarah tersebut ada beberapa usul dari anggota di antaranya:

1) Nagari di beri nama Padang Luas, dengan alasan diwaktu mereka merintis pertama tampaklah padang yang sangat luas.

2) Nagari diberi nama Guguak Padang yang luas dengan alasan setelah perintisan sampai di Guguak yang Tinggi mereka melihat yang luas.

Akhirnya karena nenek moyang atau bersama anggota yang hadir menyepakati kedua usulan tersebut, yaitu Pertama Padang Luas dan yang kedua Guguak Padang Luas, setelah itu disepakati pemakaian pertama dan akhirnyan ada Guguajk Padang Luas dan Padang Luas. .( Profil Nagari Padang Laweh) Setelah masyarakat bertambah banyak dan sudah mulai berpengetahuan maka kata

“LUAS“ diganti dengan “LAWAS” maka semenjak itu Nagari Padang Luas di ganti dengan nama “NAGARI PADANG LAWAS”.

Nama tersebut di pakai sebelum berlakunya Undang-undang No. 5 Tahun 79.

Setelah nama Nagari di tetapkan baru di tetapkan Nama Koto, sesuai dengan keadaan perintisan yang di tempuh yaitu Pertama pada pancang Padang yang luas di mana sebelah atas di beri nama : “Koto Padang Luas Atas”. Kedua pada pancang Padang yang Luas sebelah bawah di beri nama “Koto Padang Luas Bawah”. Ketiga di beri nama Koto Guguak Atas, dan keempat diberi nama “Koto Guguak Bawah” yaitu koto yang ada Pancang Guguak sebelah Bawah.

Kemudian berhubung penduduk sudah bertambah banyak perlu ada suatu hukum yang mengatur jalannya kehidupan bersama. Pada waktu itu di tetapkan hukum adat untuk mengatur kehidupan Rakyat Nagari.(

Profil Nagari Padang Laweh)

Nenek moyang Datuak Parpatiah Nan Sabatang dan Datuak Katumangguangan telah menyusun atau menata sedemikian rupa tentang pembagian adat istiadat dan sekaligus wilayah adat yang dipimpin, maka beliau membagi Luhak jo lareh serta Koto jo Nagari dan bagi Koto Piliang terbentuklah Basa Ampek Balai yaitu :

1) Andomo di saruaso

2) Tuan Gadih di padang gantiang

3) Mangkudun di Sumaniak 4) Titah di Sungai Tarab

Mengenai Nagari Padang Laweh, berhubung Nenek Moyang dahulu sebahagian beristirahat di Batang Tarok di Nagari Sungai Tarab yang sekarang, dan sebahagiannya melanjutkan perjalanan kearah Barat yaitu ke Nagari Padang Laweh yang sekarang. Maka Nagari Padang Laweh di tunjuk sebagai “ Amban Paruik “ oleh penitahan Sungai Tarab. Setelah itu adat mulai berjalan baik untuk mengatur hidup bermasyarakat dan di Nagari-nagari sudah terbentuk perangkat adat.(Profil Nagari Padang Laweh)

“Kok rumah batungganai, kampuang banantuo, Nagari bapanghulu” karena Nagari Padang Laweh di tunjuk sebagai amban paruik penitahan Sungai Tarab, maka adat yang dipakai adalah koto Piliang, Nagari Padang Laweh memiliki Ampek balai terdiri dari 16 Suku yaitu :

1) 4 (Empat) suku di Jorong Padang Laweh Ateh 2) 4 (Empat) Suku di Jorong Padang Laweh Baruah 3) 4 (Empat) suku di Jorong Guguak Ateh

4) 4 (Empat) suku di Jorong Guguak Baruah

Adapun 4 (Empat) suku di Balai-balai atau di Jorong masing-masing mempunyai hak yang sama untuk melaksanakan urusannya masing-masing dengan tidak bertentangan dengan aturan di Nagari.

Tata cara pengangkatan Penghulu di Nagari Padang Laweh. Di samping yang telah di tetapkan oleh pemerintah Gelar yang akan di pakai ada pembuktian:

Basasok bajarami Bapan dan Bakuburan Bajajak bak sipasin

Karambia tumbuah dimato

Kesepakatan seluruh anggota kaum laki-laki dan perempuan (dewasa). Persetujuan Kampung :

1) Disetujui oleh Niniak Mamak 4 Suku 2) Disetujui oleh Niniak Mamak 16 Suku

Tata cara pemilihan pengurus Kerapatan Adata Nagari (KAN) yang nama pengurus Kerapatan Adat Nagari dipilih oleh Anggota sidang Kerapatan Adat Nagari.

b. Letak Geografis Nagari Padang Laweh

Nagari Padang Laweh yang letak geografisnya berada diantara 000017Ls-000039 Ls dan 1000019Bt-100005 Bt dengan luas 1.275 Ha dengan ketinggian 700M dari permukaan laut. Secara Administratif Nagari Padang Laweh berbatasan dengan :

1) Sebelah Utara dengan Nagari Pasie Laweh 2) Sebelah Selatan dengan Nagari Gurun

3) Sebelah Timur dengan Nagari Sungai Tarab 4) Sebelah Barat dengan Nagari Ampalu Kaciak

Dengan jumlah penduduk 3.425 jiwa yang terdiri dari 4 jorong, yaitu :

1) Jorong Padang Laweh 2) Jorong Guguak Ateh 3) Jorong Guguak Baruah 4) Jorong Padang Laweh Baruah

Secara geografis Nagari Padang Laweh pada dasarnya sangat potensial untuk dikembangkan sebagai daerah transit, pariwisata dan pertanian karena posisi yang sangat strategis.(Profil Nagari Padang Laweh)

c. Topografi Nagari Padang Laweh

Topografi merupakan gambaran tingkat kemiringan dan ketinggian suatu daerah dari permukaan laut. Kondisi ini merupakan

salah satu yang mempengaruhi tingkat kesuburan tanah/tanaman sabagaimana terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4. 1

Tingkat kemiringan dan ketinggian daerah dari permukaan laut No. Topografi Kemiringan Luas

(Ha) %

1 2 3 4 5

1. Wilayah Datar 600 47

2. Wilayah Berbukit 875 53

Total 1.275 100

Sumber: Dokumentasi Profil Nagari Padang laweh, 2019 d. Sex Ratio

Dalam penyusunan perencanaan pembangunan jangka menengah Nagari Padang Laweh, data kondisi tentang Sex Ratio penduduk suatu Nagari mutlak diperlukan karena akan mempengaruhi terhadap beberapa kebijakan dan ataupun program yang akan ditetapkan. (Profil Nagari Padang Laweh)

Berdasarkan data terakhir yang diterima dari laporan pengiriman mutasi penduduk Nagari Padang Laweh bahwa sex ratio penduduk daerah Nagarai Padang Laweh adalah sebesar 3.425 jiwa. Nagari Padang Laweh dapat dilihat pada tabel adalah sebagai berikut :

Tabel 4. 2

Data Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Nagari Padang Laweh

No. Jorong Penduduk Sex Ratio

L P Total L P

1 2 3 4 5 6 7

1 Padang Laweh 534 747 1.281 538 755 2 Padang Laweh Baruah 512 542 1.054 515 545

3 Guguak Ateh 220 361 581 223 363

4 Guguak baruah 238 271 509 238 274

J u m l a h 1.504 1.921 3.425 1937 1515 Sumber: Dokumentasi profil Nagari Padang Laweh, 2019

e. Potensi Ekonomi

Mata pencaharian penduduk Nagari Padang Laweh sebahagian besar adalah berprofesi sebagai petani dan sisanya berprofesi sebagai pedagang, industri rumah tangga, wirasuasta, PNS dan Karyawan Swasta dan lainnya, seperti pada Pertanian.

Pada Nagari Padang Laweh ada beberapa varietas uang mampu tumbuh dengan baik dan dianggap sebagai tanaman yang sangat potensial mambantu perekonomian masyarakat diantaranya:

a) Padi, jagung, cabe, kacang tanah, ubi kayu dan talas.

b) Durian, cengkeh, alpukat, kelapa, dan lainya.

Apabila dilihat dari potensi yang ada seharusnya pertanian di Nagari Padang laweh sudah mampu mendongkrak perekonomian masyarakat. Namun sayangnya sektor ini belum dapat perhatian serius dari berbagai pihak terkait. Sedangkan potensi perternakan yang terdapat di Nagari Padang Laweh seperti bertenak sapi, ayam,kerbau, kambing,dan itik.(Profil Nagari Padang Laweh.)

f. Kepadatan Dan Penyebaran Penduduk

Penduduk Nagari Padang Laweh dari tahun ketahun tingkat kepadatannya berkurang. Bahkan kekurangan tersebut mencapai 5%

setiap tahunnya. Hal ini disebabkan sifat masyarakat Nagari Padang Laweh yang suka merantau. Bahkan seorang anak remaja jika tidak lagi melanjutkan studinya, mereka lebih memilih merantau. Bahkan warga Nagari Padang Laweh lebih banyak hidup diperantauan ketimbang yang berdomisili di kampung. (Profil Nagari Padang Laweh)

g. Tingkat Kelahiran ( Fertilitas )

Salah satu komponen utama kependudukan yang menyebabkan perubahan jumlah penduduk adalah Fertilitas. Fertilitas menyangkut banyaknya bayi atau anak lahir hidup yang dilahirkan oleh wanita atau sekelompok wanita.

Banyaknya anak yang dilahirkan akan membawa konsekuensi terhadap kesejahteraan rumah tangga. Semakin banyak jumlah anak, berarti semakin besar tanggungan kepala rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual anggota rumah tangganya.

Bagi rumah tangga terutama dengan kondisi ekonomi yang lemah, maka pembatasan jumlah anak merupakan salah satu cara bagi tercapainya keluarga yang sejahtera.(Profil Nagari Padang Laweh)

Dalam upaya melakukan pembatasan jumlah anak yang akan dilahirkan, maka penduduk wanita pada usia tertentu menjadi sasarannya. Usia tertentu yang dimaksudkan disini adalah usia antara 17-35 tahun. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut kemungkinan wanita melahirkan anak cukup besar. Wanita yang berada pada usia tersebut ini disebut wanita usia subur (WUS) dan pasangan usia subur (PUS) bagi yang berstatus kawin.(Profil Nagari Padang Laweh)

Salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk melihat tingkat kelahiran disuatu daerah adalah TFR (Total Fertility Rate) yang menggambarkan rata-rata anak yang dilahirkan oleh seorang wanita selama masa suburnya. Tingkat kelahiran yang terjadi di Padang Laweh cenderung menurun dari waktu ke waktu, hal ini sebagai indikasi kesadaran untuk membatasi kelahiran semakin tinggi.

Salah satu faktor yang cukup berpengaruh terhadap tingginya tingkat kelahiran adalah usia perkawinan pertama terutama wanita, karena semakin muda seorang wanita menikah maka kemungkinan waktu untuk melahirkan semakin panjang. Selain itu usia perkawinan juga berpengaruh terhadap stabilitas suatu keluarga, terhadap kesehatan diri sendiri dan terhadap anak yang dilahirkan. (Profil Nagari Padang Laweh)

Semakin muda usia saat perkawinan pertama, semakin besar resiko yang dihadapi bagi keselamatan ibu maupun anak karena belum siapnya fisik dan mental menghadapi masa kehamilan atau kelahiran.

Demikian pula sebaliknya, semakin tua usia saat perkawinan pertama

(melebihi usia yang dianjurkan dalam program KB), semakin tinggi resiko yang dihadapi dalam masa kehamilan atau melahirkan.(Profil Nagari Padang Laweh)

h. Pembagian Wilayah Nagari

Berdasarkan UU No 29 tahun 2001 tentang pokok-pokok pemerintahan Nagari serta PERDA kabupaten Tanah Datar No 17 tahun 2001 tentang pemerintahan Nagari maka pemerintahan terendah yang sebelumnya adalah desa sekarang menjadi pemerintahan Nagari, begitu juga pemerintahan Nagari Padang Laweh. Dengan kembalinya kesistim pemerintahan Nagari ini, Nagari Padang Laweh terdiri atas 2 (dua) jorong yaitu jorong Padang Laweh dan Guguak Padang Laweh.(Profil Nagari Padang Laweh)

Setelah melalui proses administrasi dan pengajuan kepada pemerintahan kabupaten maka Nagari Padang Laweh yang awalnya terdiri atas empat jorong dapat dikabulkan oleh pemerintah kabupaten Tanah Datar, maka sampai saat ini Nagari Padang Laweh terdiri empat Jorong yaitu:

1) Jorong Padang Laweh

2) Jorong Padang Laweh Baruah 3) Jorong Guguak Baruah 4) Jorong Guguak Ateh.

Jadi berdasarkan ketentuan Administratif, Nagari Padang Laweh yang terdiri dari 4 Jorong yaitu Jorong Padang Laweh, Jorong Padang Laweh Baruah, Jorong Guguak Ateh, dan Jorong Guguak Baruah.(Profil Nagari Padang Laweh)

Wilayah Nagari Padang Laweh dipandang dari segi adat istiadat yang berlaku di Nagari Padang Laweh dapat dibagi 4 suku pada setiap Jorong yaitu:

1) Jorong Padang Laweh a) Suku Piliang b) Suku Kuti Anyie

c) Suku Tanjuang Sumpadang d) Suku Caniago

2) Jorong Padang Laweh Baruah a) Suku Piliang

b) Suku Pitopang

c) Suku Tanjuang Sumpadang d) Suku Kampai

3) Jorong Guguak Ateh a) Suku Korong Gadang b) Suku Kuti Anyie c) Suku Sumpadang d) Suku Caniago 4) Jorong Guguak Baruah

a) Suku Piliang b) Suku Sikumbang c) Suku Pagi Cancang d) Suku Caniago i. Penyelenggaraan Koordinasi

Dalam upaya meningkatkan efisiensi dan optimalisasi jalannya roda pemerintahan, pembangunan dan pembinaan masyarakat melalui koordinasi sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan pertimbangan masalah. Sebagaimana tahun sebelumya koordinasi dengan pimpinan

Dalam upaya meningkatkan efisiensi dan optimalisasi jalannya roda pemerintahan, pembangunan dan pembinaan masyarakat melalui koordinasi sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan pertimbangan masalah. Sebagaimana tahun sebelumya koordinasi dengan pimpinan

Dalam dokumen FATMAWATI (Halaman 45-89)

Dokumen terkait