• Tidak ada hasil yang ditemukan

FATMAWATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FATMAWATI"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN (RASKIN) TERHADAP MASYARAKAT DI NAGARI PADANG LAWEH

KECAMATAN SUNGAI TARAB

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Syariah

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam

OLEH:

FATMAWATI 14 232 025

JURUSAN EKONOMI SYARIAH / MANAJEMEN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR

1441H/2020M

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

FATMAWATI, NIM 14 232 025, judul skripsi “Manajemen Pendistribusian Beras Miskin (RASKIN) Terhadap Masyarakat Nagari Padang Laweh Kecamatan Sungai Tarab”, Jurusan Ekonomi Syariah/Manajemen Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.

Pokok permasalahan yang dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah tidak tetapnya perencanaan dan penganggaran Raskin yang ada di Nagari Padang Laweh. Penerima Raskin di Nagari Padang Laweh juga tidak sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Pengelolaan Raskin juga tidak sesuai dengan yang diinginkan.

Jenis penelitian yang digunakan dalam pengangkatan masalah skripsi ini adalah Field Research, yaitu Penelitian Lapangan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang dilakukan Nagari Padang Laweh Kecamatan Sungai Tarab. Penulis mengelola data secara kualitatif dengan menggunakan uraian dan informasi yang didapatkan dari objek yang diteliti yang berhubungan dengan Manajemen Pendistribusian Beras Miskin (Raskin) Terhadap Masyarakat di Nagari Padang Laweh Kecamatan Sungai Tarab.

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, didapatkan hasil penelitiannya, bahwa Perencanaan yang di lakukan tidak sesuia dengan perencanaan yang sudah di tetapkan oleh pemerintah. Yang mana masih ada masyarakat yang menerima Raskin ini dari keluarga yang disebut mampu, berkecukupan dalam ekonomi, dan mampu untuk membeli beras dengan kualitas yang bagus. Penganggaran yang dilakukan oleh pihak Nagari tidak sesuai dengan pengganggaran yang telah ditetapkan oleh pemerintah karena pembagian Raskin terkadang lebih dari satu bulan. Tujuan dari pendistribusian Raskin tidak sama dengan tujuan yang telah di tetapkan oleh pemerintah karena masih banyak ditemukan masyarakat yang tidak memenuhi kriteria untuk mendapatkan Raskin.

Mekanime yang di lakukan oleh pihak Nagari juga tidak sesuai dengan yang di tetapkan oleh pemerintah.

Kata Kunci: Manajemen, Pendistribusian Raskin

(6)

ii

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PERSETUJUAN PEMBIMBING PENGESAHAN TIM PENGUJI

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Fokus penelitian ... 7

C. Rumusan Masalah... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat dan Luaran Penelitian ... 8

F. Definisi Operasional ... 9

BAB II KAJIAN TEORI ... 10

A. Landasan Teori ... 10

1. Pengertian Manajemen ... 10

2. Konsep Distribusi ... 11

a. Pengertian Distribusi ... 11

b. Tujuan Distribusi ... 12

c. Strategi Distribusi... 12

d. Penerapan Distribusi Perdagangan ... 13

3. Program Beras Miskin (RASKIN) ... 14

a. Pengertian Program Raskin ... 14

b. Tujuan Program Raskin... 15

c. Sasaran Program Raskin ... 15

d. Manfaat Raskin ... 15

e. Dasar Hukum Program Raskin... 16

f. Perencanaan Raskin ... 16

g. Penganggaran Raskin ... 17

h. Pengelolaan dan Pengorganisian Raskin ... 18

(7)

iii

i. Kriteria Masyarakat Miskin ... 25

j. Mekanisme Penyaluran Raskin ... 26

k. Panduan Pelaksanaan Program Raskin ... 27

l. Pedoman Khusus Raskin ... 28

m. Petunjuk Teknis Program Raskin (Juknis Raskin) ... 29

n. Penetapan Pagu Raskin Nasional ... 29

o. Perubahan Daftar Penerima Manfaat (DPM) ... 32

p. Peluncuran dan Sosialisasi Program Raskin ... 34

q. Monitoring dan Evaluasi ... 34

r. Pelaksanaan Penyaluran Raskin Sampai Titik Distribusi (TD) .. 35

s. Pembayaran Harga Tebus Beras Raskin (HTR)... 35

t. Pembiayaan Raskin ... 36

B. Penelitian yang Relevan ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

A. Jenis Penelitian ... 39

B. Latar dan Waktu Penelitian ... 39

C. Instrumen Penelitian ... 40

D. Sumber Data ... 40

E. Teknik Pengumpulan Data ... 40

F. Teknik Analisis Data ... 41

G. Teknik Penjaminan Keabsahan Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Temuan Penelitian ... 43

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 43

2. Pengurus BUMNAG Cinto Nagari ... 65

3. Visi dan Misi Nagari Padang Laweh ... 65

4. Gambaran Umum Pendistribusian Raskin di Nagari Padang Laweh 67 B. Pembahasan ... 69

1. Perencanaan pendistribusian Raskin di Nagari Padang Laweh. ... 70

(8)

iv

2. Pengelolaan Raskin yang Dilakukan oleh Pemerintah di Nagari

Padang Laweh... 74

3. Monitoring dan Efaluasi Raskin di Nagari Padang Laweh ... 75

BAB V PENUTUP ... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Implikasi ... 78

C. Saran ... 78

DAFTAR KEPUSTAKAAN

(9)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Jumlah Rumah Tangga Miskin ... 6

Tabel 3. 1 Waktu Penelitian ... 39

Tabel 4. 1 Tingkat kemiringan dan ketinggian daerah dari permukaan laut ... 48

Tabel 4. 2 Data Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Nagari Padang Laweh... 48

Tabel 4. 3 Struktur Pemerintah Nagari Padang Laweh ... 54

Tabel 4. 4 Struktur Badan Permusyawaratan Rakyat Nagari (BPRN) ... 56

Tabel 4. 5 Struktur Kerapatan Adat Nagari (KAN) ... 56

Tabel 4. 6 Struktur PKK Nagari ... 57

Tabel 4. 7 Struktur Lembaga Unsur Alim Ulama ... 59

Tabel 4. 8 Struktur Lembaga Unsur Cadiak Pandai... 60

Tabel 4. 9 Struktur Lembaga Unsur Bundo Kanduang... 61

Tabel 4. 10 Struktur Lembaga Unsur Pemuda... 62

Tabel 4. 11 Struktur Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM)... 63

Tabel 4. 12 Struktur Satlinmas Nagari ... 64

Tabel 4. 13 Struktur Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) ... 64

Tabel 4. 14 Struktur Pengurus BUMNAG Cinto Nagari ... 65

(10)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Indonesia adalah sebuah Negara yang mempunyai wilayah teritorial cukup luas, dan masyarakatnya sebagian besar bermata pencarian pada sektor pertanian dan perkebunan, oleh karena itu Negara Indonesia sering juga disebut juga sebagai Negara agraris. Selain ditunjang oleh kondisi alamnya yang tropis juga di wilayah Indonesia setiap tahunnya memiliki dua musim yaitu musim panas dan musim hujan. Tetapi kondisi yang mendukung untuk menjadi wilayah agronomi ini tidak lantas membuat masyarakat Indonesia hidup dalam pangan yang berkecukupan karena ironisnya pemerintah Indonesia masih banyak membutuhkan bantuan dari Negara lain dalam bentuk pangan.

Pangan merupakan kebutuhan pokok yang bersifat mendasar, sehingga memiliki sifat strategis dalam pembangunan, baik tingkat nasional maupun wilayah. Sejalan dengan itu, pembangunan sudah menjadi bagian dari proses terbentuknya beradaban manusia. Tujuan dari pembangunan di Indonesia adalah untuk meningkatkan tarif hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia seperti yang diamanatkan oleh UUD 1945. Pelaksanaan pembangunan tersebut sangat di harapkan oleh berbagai lapisan masyarakat.

Keberhasilan pembangunan kesejahteraan untuk seluruh rakyat ditentukan berbagai faktor dan bukan semata-mata karena tersedianya dana.

Lingkungan permasalahan kesejahteraan dewasa ini semakin kompleks baik karena adanya faktor struktur penduduk, maupun faktor yang ditumbuhkan oleh intervensi dan inovasi pembangunan. Selanjutnya program kesejahteraan rakyat bukan semata-mata untuk mengatasi dampak dari adanya bencana alam, kerusuhan (konflik etis/suku/agama), pelaksanaan otonomi daerah masalah perbatasan dan disintegrasi melainkan juga untuk mengatasi dan memerangi kemiskinan.

Kemiskinan merupakan masalah klasik diberbagai negara berkembang.

Kata miskin diartikan sebagai kondisi tidak terpenuhnya kebutuhan manusia

(11)

secara mateial seolah-olah kemiskinan ini sendiri hanya memiliki arti yang terbatas, hak-hak dasar tersebut antara lain adalah hak atas pangan, kesehatan, perumahan, pendidikan, pekerjaan, tanah, sumber daya alam, air bersih, dan sanitasi, rasa aman serta hak untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan kebijakan publik dan proses pembangunan. BAPPENAS mendefenisikan kemiskinan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang laki- laki dan perempuan, tidak mampu mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Krisis yang menekan perekonomian indonesia pada pertengahan tahun 1997, telah memberi pegaruh yang sangat buruk bagi makro ekonomi secara keseluruhan dan yang terpenting adalah kesejahteraan rakyat. Jumlah penduduk yang berada didalam kemiskinan dipercayai naik secara drastis. (Supratiko, 2011:100)

Akibat adanya kemiskinan itu, maka pemerintah membuat program untuk mengatasi kemiskinan. Program-program yang telah dibuat oleh pemerintah tidaklah sedikit. Program pemerintah yang telah berjalan antara lain seperti Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), program bantuan untuk keluarga miskin (Raskin), bantuan langsung tunai (BLT) atau dalam era pemerintah sekarang disebut bantuan langsung masyarakat (BLM), dana bantuan operasional Sekolah (BOS) dan sebagainya. Semua itu upaya pemerintah dalam mencoba memerangi kemiskinan. Hal ini berarti pula pemerinah telah berusaha memikirkan perubahan strategi pembangunanya yaitu salah satunya dengan mengunakan model kebutuhan pokok. Walaupun demikian, program-program tersebut tidak dapat juga mengatasi kemiskinan.

Pemerintah menetapkan kebijakan penyediaan dan panyaluran beras

bersubsidi bagi masyarakat miskin (Raskin), sebagaimana yang diamanahkan

dalam landasan hukum Instruksi Presiden nomor 1 Tahun 2008 tentang

Kebijakan Perberasan mengintruksikan Menteri dan Kepala Lembaga

Pemerintah non Departemen tertentu, serta Gubernur dan Bupati/Walikota

seluruh Indonesia untuk melakukan upaya peningkatan pendapatan petani,

ketahanan pangan,nasioanal. Secara khusus kepada perum BULOG

diintruksikan untuk menyediakan dan menyalurkan beras bersubsidi bagi

(12)

kelompok masyarakat miskin dan rawan pangan yang menyediakannya mengutamakan pengadaan beras dari gabah petani dalam Negeri.

Penyaluran beras bersubsidi ini telah membantu sebagian besar masyarakat miskin sehingga beban pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan pangan dapat dikurangi yang pada akhirnya memberikan kontribusi positif dalam upaya penanggulangan kemiskinan diindonesia.

Program ini dibentuk agar keluarga miskin mempunyai akses yang baik terhadap pangan (Beras) dalam hal harga dan ketersediaan. Program raskin sebagai implementasi kebijakan subsidi pangan terarah merupakan upaya peningkatan kesejahteraan sosial Pemerintah terhadap keluarga miskin secara vertikal, program raskin akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan dan ketahanan pangan rumah tangga. Secara horizontal raskin merupakan transfer energi yang mendukung program perbaikan gizi, peningkatan kesehatan, peningkatan produktivitas tenaga kerja (petunjuk teknis pelaksanaan raskin).

Pasal 34 ayat (1) UUD 1945 menerangkan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara, maka secara tidak langsung sudah kewajiban bagi pemerintah untuk menjamin kehidupan masyarkat miskin.

Berdasarkan pernyataan di atas sehingga dalam mengatasi kemiskinan pemerintah indonesia saat ini memiliki beberapa program penanggulangan kemiskinan yang dibagi menjadi kluster, yaitu :

1. Kluster I yaitu bantuan dan perlindungan sosial (program raskin, jam kesmas, bieasiswa miskin)

2. Kluster II yaitu pemberdayaan masyarakat (program PNPM mandiri),

3. Kluster III yaitu pemberdayaan usaha mickro dan kecil (UMK) dan program kredit usaha rakyat (KUR) (Emilia, 2013: 46)

Berdasarkan laporan akuntabilitas kinerja pemerintah kementerian

koordinator kesejahteraan rakyat tahun 2013, program beras rumah tangga

miskin (raskin) merupakan salah satu program penangulangan kemiskinan

kluster 1, yang berbasis program bantuan keluarga. Tujuan utama dalam

program tersebut untuk mengurangi sebagian beban pengeluaran keluarga

rawan pangan dan berpenghasilan rendah dalam mencukupi kebutuhan

(13)

pangan beras sekaligus sebagai program perlindungan sosial dan pendukung lainnya seperti perbaikan gizi, peningkatan kesehatan, pendidikan dan produktivitas keluarga miskin.

Masalah utama dalam kehidupan sosial masyarakat adalah mengenai cara melakukan pengalokasian dan pendistribusian sumber daya yang langkah tanpa harus bertentangan dengan tujuan makro ekonominya. kesenjangan dan kemiskinan pada dasarnya muncul karena mekanisme distribusi yang akan berjalan sebagaimana mestinya. Masalah ini tidak terjadi karena perbedaan kuat serta lemahnya akal serta fisik manusia sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan perolehan kekayaan karena hal itu adalah fitrah yang pasti terjadi. Permasalahan sesungguhnya terjadi karena penyimpangan distribusi yang secara akumulatif berakibat kepada kesenjangan kesempatan memperoleh kekayaan, yang kaya akan semakin kaya dan yang miskin semakin tidak memiliki kesempatan bekerja.(Sholahuddin, 2007:198)

Sebagaimana layaknya konsumsi akan produksi, maka distribusi dalam ekonomi Islam merupakan aspek yang tidak bisa dipisahkan dari konsumsi dan produksi. Apabila produksi merupakan kegiatan untuk menghasilkan barang dan konsumsi merupakan perbuatan menghabiskan hasil produksi, maka distribusi adalah suatu kegiatan untuk bagaimana sumber daya dan komoditas disalurkan kepada masyarakat agar setiap individu dapat mencapai maslahah atau falah. Masyarakat harus memutuskan siapakah yang berhak mendapatkan barang atau jasa dengan cara bagaimana setiap masyarakat memiliki kesempatan untuk mendapatkan maslahah.

Distribusi sumber daya dan output harus dilakukan secara adil dan

merata sehingga setiap individu dapat memiliki peluang mewujudkan

maslahah bagi kehidupannya. Pada akhirnya, apabila maslahah dapat dicapai,

maka kehidupan manusia akan bahagia dunia dan akhirat. Distribusi

merupakan kegiatan lanjutan dari kegiatan produksi. Hasil produksi yang

diperoleh kemudian disebarkan dan pindah tangan dari satu pihak kepihak

lain, mekanisme yang digunakan dalam distribusi adalah dengan cara

pertukaran (mubadalah) antara hasil produksi dengan hasil produksi lainya

(14)

atau antara hasil produksi dan alat tukar (uang). Dalam syariat Islam bentuk distribusi dikemukakan dalam bentuk akad (Rizal & Firdaus, 2013:92)

Distribusi merupakan suatu kegiatan yang menghubungkan antara produsen dengan konsumen. Hal ini mengindikasikan adanya kegiatan tolong-menolong ini sangat dianjurkan dalam Islam, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 2 yaitu:

























































































Artinya: “ Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dengan berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada allah, sesungguhnya Allah Amat berat siksa-nya.” (Q.S Al- Maidah [5]:2).

Ayat diatas mengingatkan manusia untuk saling tolong-menolong, yang

berkecukupan menolong yang susah dan yang berkelebihan menolong yang

kekurangan,dan uang kaya membantu yang miskin. Agar terjadi hubungan

yang baik ditengah masyarakat antara yang kaya dan yang miskin dan agar

tidak terjadi kecemburuan sosial, sudah menjadi tanggung jawab bersama

sebagai umat Islam untuk saling tolong-menolong dan membantu yang

sedang membutuhkan. Pemerintah memiliki peran penting dalam membantu

masyarakat yang membutuhkan bantuan. Berbagai program yang telah dibuat

pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat. Program-program yang

dibuat oleh pemerintah tidak sedikit. Program pemerintah yang telah berjalan

antara izin program Nasional Pemberdayaan Masyrakat (PNPM), Program

Bantuan untuk Keluarga Miskin (GAKIN), Bantuan Langsung Tunai (BLT),

Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dan lain sebagainya. Semua itu

merupakan upaya pemerintah untuk mengatasi kemiskinan, yang pada

(15)

akhirnya akan memberikan kontribusi positif dalam upaya penanggulangan kemiskinan di Indonesia.

Pembangunan ekonomi suatu bangsa untuk memperkuat ketahanan pangan rumah tangga terutama Rumah Tangga Miskin dalam memperoleh makanan pokok yaitu beras maka Pemerintah Indonesia mengadakan Program Beras untuk Rumah Tangga Miskin (Raskin). Raskin merupakan program pemerintah untuk menolong masyarakat miskin yang rawan pangan, agar mereka mendapatkan beras untuk kebutuhan rumah tangganya.

Penyaluran beras bersubsidi ini telah membantu sebagian besar masyarakat miskin. Sehingga beban pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan pangan dapat dikuranngi. Adapun data Rumah Tangga Miskin di Nagari Padang Laweh Kecamatan Sungai Tarab pada tahun 2017-2018 sebagai berikut:

Tabel 1. 1

Jumlah Rumah Tangga Miskin

No Jorong Jumlah Raskin(Kg) Jumlah KK

2016 2017 2016 2017

1 Padang Laweh 570 570 38 38

2 Padang Laweh

baruah 720 720 48 48

3 Guguak Ateh 285 285 19 19

4 Guguak baruah 195 195 13 13

Jumlah 1.770 1.770 118 118

Sumber: Data dari Wali Nagari Padang Laweh, 2018

Data diatas didapatkan dari Wali Nagari Padang Laweh dari Kantor

BULOG, dari tabel 1.1 diatas diperoleh informasi bahwa data-data diatas

adalah masyarakat yang menerima Raskin yang ada di Nagari padang Laweh

yang telah di data langsung oleh kantor BULOG. Namun pada saat pendataan

dilakuka, banyak masyarakat yang tidak berada dirumah. Hal ini

mengakibatkan distribusi Raskin belum mengakomordir jumlah Rumah

Tangga Miskin (RTM) di Nagari Padang Laweh (Bapak Maimun,

Wawancara Riset, kamis 30 Januari 2020 jam 10.00).

(16)

Berdasarkan survei awal yang penulis lakukan dengan ibu Rabiatul Rahmi selaku masyarakat Nagari Padang Laweh Kecamatan Sungai Tarab, timbul persoalan di tengah Masyarakat karena ketidak akuratan data Rumah Tangga Miskin penerima Raskin pada Nagari Padang Laweh kondisi tersebut menimbulkan 3 fenomena yang terjadi di tengah masyarakat, Pertama ada Rumah Tangga Miskin yang sepatutnya menerima Raskin tetapi tidak menerima Raskin, Kedua ada juga sebagian masyarakat yang menyalah gunakan Raskin untuk di jual kembali, dan yang ketiga masyarakat yang menerima Raskin menjual kembali Raskin yang diterimanya dan menggantinya dengan kualitas beras yang lebih bagus. (Rabiatul Rahmi, Wawancara Riset, Rabu 29 Januari 2020 jam 9.45)

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Manajemen Pendistribusian Beras Miskin (Raskin) terhadap Masyarakat Nagari Padang Laweh”.

B. Fokus penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi fokus penelitian dalam penelitian ini adalah Implementasi Pendistribusian Beras Miskin (Raskin) Kepada Masyarakat di Nagari Padang Laweh Kecamatan Sungai Tarab.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian diatatas maka rumusan masalah penelitian ini adalah mengetahui Manajemen Pendistribusian Beras Miskin (Raskin) terhadap Masyarakat Nagari Padang Laweh.

1. Perencanaan dan Penganggaran Raskin di Nagari Padang Laweh Kecamatan Sungai Tarab

2. Pengelolaan Raskin di Nagari Padang Laweh Kecamatan Sungai Tarab.

3. Monitoring dan Evaluasi di Nagari Padang Laweh Kecamatan

Sungai Tarab.

(17)

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:\

1. Bagaimana Perencanaan dan Penganggaran Raskin di Nagari Padang Laweh Kecamatan Sungai Tarab

2. Bagaimana Pengelolaan Raskin di Nagari Padang Laweh Kecamatan Sungai Tarab.

3. Bagaimana Monitoring dan Evaluasi di Nagari Padang Laweh Kecamatan Sungai Tarab.

E. Manfaat dan Luaran Penelitian

Manfaat penelitian dapat ditinjau dari dua aspek secara teoritis dan praktis

1. Manfaat Secara Teoritis

a. Melalui penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat setempat khususnya bagi masyarakat Nagari Padang Laweh Kecamatan Sungai Tarab supaya sesuai dengan prinsip yang telah di tetapkan.

b. Melalui penelitian ini dapat juga jadi motivasi bagi peneliti sendiri dan khususnya bagi pihak yang berkepentingan pada umumnya baik dari pihak Nagari Padang Laweh maupun masyarakat setempat. Hasil dari penelitian ini semoga bisa jadi landasan untuk mengadakan perbaikan-perbaikan implementasi pendistribusian Raskin kepada masyarakat di Nagari Padang Laweh Kecamatan Sugai Tarab supaya tidak menyimpang dari prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.

2. Luaran Penelitian

Sementara luaran penelitian atau target yang ingin dicapai dari

penelitian ini adalah agar hasil penelitian ini dapat digunakan untuk

menambah wawasan dan diterbitkan menjadi sebuah jurnal ilmiah.

(18)

F. Definisi Operasional

Agar menghindari kesalah pahaman terhadap judul yang diterapkan diatas, maka penulis perlu menjelaskan istilah sebagai berikut: Implementasi merupakan suatu proses yang dinamis, dimana pelaksanaan kebijakan melakukan aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri(Janice, 2014: 1463), implementasi yang penulis yang maksud adalah suatu proses terencana yang dilakukan oleh pelaksanaan kebijakan untuk melaksanakan berdasarkan tujuan atau sasaran kebijakan yang ingin dicapai.

Pendistribusian beras miskin (Raskin) merupakan kegiatan penyaluran raskin kepada Rumah Tangga miskin melalui sebuah program dari pemerintah sebagai upaya untuk mengurangi beban pengeluaran dari Rumah Tangga miskin sebagai bentuk dukungan dalam meningkatkan ketahanan pangan dengan memberikan perlindungan sosial beras murah dengan jumlah minimal 15kg/Rumah Tangga miskin/ bulan dengan masing-masing seharga 1.600 per kg(Netto) di titik pendistribusian.

Implementasi pendisribusian Beras Miskin (Raskin) yang penulis

maksud adalah pelaksanaan program Raskin yang dilihat dari aspek

implementasinya yaitu suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana

yang telah disusun secara matang dan terperinci berupa perencanaan

pendistribusian, proses penganggaran, tujuan distribusi, penetapan

penerimaan Raskin, mekanisme penyaluran Raskin, proses evaluasi, tindak

lanjut setelah dilakukan evaluasi berdasarkan pedoman umum Raskin.(Pedum

Raskin

(19)

10

BAB II KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Pengertian Manajemen

Pengertian Manajemen adalah suatu rangkaian proses yg meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi dan pengendalian dalam rangka memberdayakan seluruh sumber daya organisasi/ perusahaan, baik sumberdaya manusia (human resource capital), modal (financial capital), material (land, natural resources or raw materials), maupun teknologi secara optimal untuk mencapai tujuan organisasi/ perusahaan.(Ismail Sholihin, 2012: 12).

fungsi manajemen dapat dibagi menjadi empat bagian, yakni planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (penggerakan), dan controlling (pengawasan), Yaitu :

1) Planning (perencanaan)

Pengertian Planning (perencanaan) ialah menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan.(George R Terry, 2006: 17).

Planning mencakup kegiatan pengambilan keputusan, karena termasuk dalam pemilihan alternatif-alternatif keputusan.

Diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualisasi dan melihat ke depan guna merumuskan suatu pola dari himpunan tindakan untuk masa mendatang.

2) Organizing (Pengorganisasian)

Pengertian Pengorganisasian (Organizing) berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat, yaitu proses pengelompokan kegiatankegiatan untuk mencapai tujuan-tujuan dan penugasan setiap kelompok kepada seorang manajer.

Pengorganisasian mempersatukan sumber-sumber daya pokok

dengan cara yang teratur dan mengatur orang-orang dalam pola

(20)

yang demikian rupa, hingga mereka dapat melaksanakan aktivitas-aktivitas guna mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan.( George R Terry, 2006: 18). Pengorganisasi adalah proses dan rangkaian kegiatan dalam pembagian pekerjaan yang direncanakan untuk diselesaikan oleh anggota kelompok pekerjaan, penentuan hubungan pekerjaan yang baik diantara mereka, serta pemeliharaan lingkungan dan fasilitas pekerjaan yang pantas.( Rina primadha, 2008: 86)

3) Controlling (Pengawasan)

Pengertian Controlling/ Pengawasan adalah suatu kegiatan untuk mencocokkan apakah kegiatan operasional (actuating) di lapangan sesuai dengan rencana (planning) yang telah ditetapkan dalam mencapai tujuan (goal) dari organisasi, Dengan demikian yang menjadi obyek dari kegiatan pengawasan adalah mengenai kesalahan, penyimpangan, cacat dan hal-hal yang bersifat negatif.( George R. Terry, 2006: 23).

Sebutan controlling lebih banyak digunakan karena lebih mengandung konotasi yang mencakup penetapan standar, pengukuran kegiatan, dan pengambilan tindakan korektif.(

Sentot Harman, 2010: 19) 2. Konsep Distribusi

a. Pengertian Distribusi

Ilmu ekonomi distribusi merupakan kelanjutan dari pada produksi, dimana memproduksi sesuatu berarti seseorang tersebut juga akan mendistibusikannya. Pendistribusian juga akan mendistribusikannya.

Pendistribusian bisa secara pribadi dengan menggunakan barang yang

diproduksi untuk kebutuhan sendiri dan ada pula distribusi dengan

memindah tangankan pada orang lain guna memenuhi kebutuhan orang

lain. Distribusi merupakan sekumpulan lembaga yang saling terhubung

antara satu dengan yang lainnya untuk melakukan kegiatan penyaluran

(21)

barang atau jasa sehingga tersedia untuk dipergunakan oleh para konsumen (Pembeli) (Alma, 2007: 49).

Berdasarkan pendapat diatas dapat dipahami bahwa distribusi adalah lembaga-lembaga yang memiliki keterkaitan satu sama lain untuk menyalurkan barang atau jasa kepada konsumen yang mengkonsumsi dalam hal ini adalah raskin.

b. Tujuan Distribusi

Tujuan kegiatan distribusi baik yang dilakukan oleh individu atau lembaga adalah sebagai berikut:

1) Kelangsungan kegiatan produksi dapat terjamin. Produsen atau perusahaan membuat barang untuk dijual dan mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan yang kembali digunakan untuk proses produksi dimana keuntungan tersebut didapatkan jika terdapat distributor.

2) Barang atau jasa hasil produsi dapat bermanfaat bagi konsumen.

Barang atau jasa produksi tidak aka nada artinya jika tetap beradaditempat produsen . Barang atau jasa dapat bermanfaat bagi konsumen jika sudah ada kegiatan distribusi.

3) Konsumen memperoleh barang dan jasa dengan mudah. Tidak semua barang atau jasa dapat dibeli langsung konsumen dari produsen dimana hal ini membutuhkan penyalur atau distribusi dan produsen ke konsumen (Yusuf, 2017: 5).

c. Strategi Distribusi

Memilih jaringan distribusi yang tepat merupakan suatu bentuk

keputusan strategis, hal ini menentukan jumlah dan biaya cakupan pasar

yang diperoleh suatu produk, atau berapa banyak prantara yang

digunakan. Biasanya strategi bergantung pada jenis produk dan kadar

cakupan yang paling efektif dalam menghantarkan ke jumlah pelanggan

yang paling banyak. Pemasaran berupaya membuat suatu produk

(22)

mudah diakses di sejumlah lokasi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

Ada tiga strategi dalam distribusi yaitu:

1) Distribusi intensif (intensive distribution)

Berarti mendistribusikan kesebanyak mungkin saluran dan anggota saluran (baik pedagangan maupun pritel).

Biasanya digunakan bagi barang konsumen murah dengan daya tarik meluas.

2) Distribusi eksklusif (excklusive distribution)

Distribusi yang dipilih produsen dengan hanya memilih satu perantara saja dalam wilayah geografis tertentu.

3) Distribusi selektif (selective distribution)

Suatu produsen memilih pedagang grosir dan peritel yang akan memberikan perhatian khusus dalam sistem penjualan mereka, kelebihan dalam panjangan, dan promosi.(Ebert, 2014 : 426)

d. Penerapan Distribusi Perdagangan

Semua proses dalam distribusi pemasaran, mulai dari penampungan dari produsen sampai penyaluran barang ke konsumen membutuhkan biaya yang masing-masing tidak sama. Bila jarak antara konsumen dan produsen pendek, maka biaya pengangkutan bisa diperkecil. Jika tidak terjadi perubahan bentuk ataupun berubahan volume atau mutu biaya pengolahan jadi tidak ada. Semakin panjang jarak dan semakin banyak perantara yang terlibat dalam distribusi, maka biaya distribusi semakin tinggi.

Saluran pemasaran adalah lembaga yang saling berkaitan untuk

menjadikan produk atau jasa siap digunakan/dikonsumsi. Tampa

saluran distribusi yang efektif maka sulit bagi masyarakat untuk

memperoleh barang yang mereka konsumsi. Jadi tugas saluran

pemasaran untuk memindahkan barang dari produsen kekonsumen.

(23)

Saluran pemasaran ini sangat penting bagi produsen, sebab produsen tidak akan sanggup menyalurkan hasil produksinya sampai ketangan konsumen (Alma, 2014 : 49).

3. Program Beras Miskin (RASKIN) a. Pengertian Program Raskin

Raskin adalah program dari pemerintah untuk membantu

masyarakat miskin yang rawan pangan, agar mereka mendapatkan

beras untuk kebutuhan rumah tangganya. Program Raskin termasuk

bagian dari program penanggulangan kemiskinan yang terdapat pada

Kluster I, yaitu tentang kegiatan perlindungan sosial berbasis keluarga

dalam pemenuhan kebutuhan pangan pokok bagi masyarakat kurang

mampu. Program raskin merupakan subsidi pangan sebagai bentuk

upaya dari pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan dan

memberikan perlindungan keluarga miskin melalui pendistribusian

beras yang diharapkan mampu menjangkau keluarga miskin, masing-

masing keluarga akan menerima minimal 15 kg/ KK / bulan dengan

harga Rp. 1.600 / kg di titik distribusi. Program beras miskin (Raskin)

merupakan subsidi pangan pokok dalam bentuk beras yang

diperuntukkan bagi keluarga miskin sebagai upaya untuk

meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan perlindungan pada

keluarga miskin. Keluarga penerima Raskin yaitu keluarga yang

berpendapatan rendah (miskin dan rentan miskin) atau disebut dengan

rumah tangga sasaran penerima manfaat (RTSM). Raskin meruapakan

beras yang disubsidikan oleh pemerintah yang dijual dengan harga

yang lebih murah jika dibanding harga dipasaran. Awal mula realisasi

beras pada tahun 1998 ketika terjadi krisis moneter, yang bertujuan

untuk mempererat ketahanan pangan rumah tangga terutama Rumah

Tangga Miskin (RTM)(Emalia, 2013: 47).

(24)

b. Tujuan Program Raskin

Tujuan Program beras bagi keluarga penerima manfaat raskin adalah sebagai berikut:

1) Sasaran rumah tangga miskin (RTM), di Desa atau kelurahan yang berhak menerima beras Raskin, sebagai hasil seleksi musyawarah Desa atau Kelurahan yang terdaftar, dalam daftar penerima manfaatnya (DPM), di tetapkan oleh Kepala Desa atau Kelurahan dan disahkan oleh camat.

2) Mengurangi beban pengeluaran KPM melalui pemenuhan sebagai kebutuhan pangan beras.

3) Kriteria Raskin hanya diberikan kepada rumah tangga miskin (RTM), penerima manfaat Raskin hasil musyawarah Desa yang terdaftar dalam daftar penerima manfaat (DPM) dan di beri identitas (Kartu Raskin dan bentuk lain).

4) Bentuk program pembagian beras, kepada kepala rumah tangga miskin hasil musyawarah Desa atau kelurahan yang terdaftar dalam penerimaan manfaat.(Pedum Raskin Nasional) c. Sasaran Program Raskin

Sasaran program raskin adalah berkurangnya beban penyaluran 16.771 KPM dalam mencukupi kebutuhan pangan beras melalui penyaluran beras bersubsidi sebanyak 15 kg/ KPM/ bulan atau setara dengan 180 kg/ KPM/ tahun dengan harga tebus Rp.1600,-/ kg di titik bagi (TB). (Pedum Raskin Nasional)

d. Manfaat Raskin

Manfaat program raskin adalah sebagai berikut:

1) Peningkatan ketahanan di tingkat keluarga sasaran, sekaligus mekanisme perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan.

2) Peningkatan akses pangan baik secara fisik (beras tersedia di titik

distribusi), maupun ekonomi (harga jual yang terjangkau) kepada

KPM.

(25)

3) Sebagai pasar bagi hasil usaha tani padi.

4) Stabilitasi harga beras dipasaran.

5) Pengendalian inflasi melalui intervensi pemerintah dengan menetapkan harga beras bersubsidi sebesar Rp. 1600,-/kg dan menjaga stok pangan nasional.

6) Membantu pertumbuhan ekonomi di daerah. (Pedum Raskin) e. Dasar Hukum Program Raskin.

Peraturan perundangan yang menjadi landasan hukum pelaksanaan program raskin adalah:

1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan 2) Undang-Undang nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang No 9 tahun 2015 tentang perubahan kedua atas Unadang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.

3) Peraturan pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang ketahanan pangan.

4) Peraturan presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang percepatan penanggulangan kemiskinan.

5) pengelolaan keuangan Tahun 2005 Nomor 140, tambahan lembaran negara Nomor 4578.

6) Perarturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang percepatan penanggulangan kemiskinan.

7) Keputusan bersama Mentri dalam Negeri dengan Direktur Perusahaan umum Bulog Nomor 25 Tahun 2003 dan PKK- 12/07/2003 Tahun 2003 tentang Pelaksanaan program beras untuk keluarga miskin. (Pedum Raskin Nasional)

f. Perencanaan Raskin

Perencanaan dan penggangaran program raskin mengacu pada

undang- undang anggran pendapatan dan belanja Negara (APBN)

(26)

tahun belanja. proses perencanaan dan penganggaran penyediaan, perhitungan, pencairan dan pertanggungjawaban dana subsidi Raskin.

1) Kebijakan Penetapan KPM

KPM yang berhak menerima Raskin adalah yang terdapat dalam DPM (Daftar Penerima Manfaat) Raskin.

Pagu Raskin Nasional telah mencakup keluarga miskin dan keluarga rentan miskin, dalam rangka mengakomodasi adanya perubahan karakteristik KPM setelah penetapan Pagu Raskin oleh Mentri Sosial, Gubernur, dan Bupati/Walikota, maka dimungkinkan untuk dilakukan validasi dan pemutahiran daftar KPM melalui Mudes/Muskel dan atau Muscam.

2) Penetapan Titik Distribusi (TD)

TD ditetapkan di kantor/ balai desa/ kelurahan atau dilokasi lain atas kesepakatan tertulis anatara pemerintah kabupaten/ kota dengan Perum BULOG setempat.

3) Penetapan Titik Bagi (TB)

TB adalah lokasi penyaluran Raskin yang strategis dan terjangkau oleh KPM yang telah disepakati oleh pelaksana distribusi dan KPM setempat. (Pedum Raskin)

g. Penganggaran Raskin

Program Raskin merupakan suatu program perlindungan sosial.

berdasarkan udang- undang anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), pemerintah mengalokasikan dana subsidi pangan dengan kebijakan penganggaran sebagai berikut:

a) Anggaran subsidi panagan disediakan dalam APBN tahun belanja, Dipa Bendahara Umum Negara ( BUN) bagian anggaran (BA)

b) subsidi pangan adalah selisih antara harga pembelian beras

(HPB) dengan harga jual beras di titik distribusi (TD)

(27)

c) sesuai dengan undang- undang No 18 tahun 2012 tentang pangan (pasal 18 dan 58) dan surat Edaran Mentri Dalam Negri tentang implementasi program Raskin daerah, maka pemerintah daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) mengalokasikan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) untuk penyaluran Raskin dan TD sampai dengan KPM penyedia anggaran tersebut mencakup antaralain untuk biaya operasinal Raskin, biaya angkut dari TD ke KB hingga KPM di luar pagu yang ditetapkan maupun tambahan alokasi Raskin untuk KPM di dalam Pagu yang ditetapkan. (Pedum Raskin)

h. Pengelolaan dan Pengorganisian Raskin

Dalam rangka pelaksanaan program Raskin dan bantuan pangan non tunai peerlu diciptakan harmonisasi dan sinergitas antar kementrian / lembaga (K/L) terkait dalam pelaksanaan program serta pertanggung jawabannya, sehingga dapat dicapai hasil yang efektif.

Sebagai implementasinya maka dibentuk Tim Koordinasi Raskin pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, kecamatan dan pelaksana Distribusi Raskin di Desa/Kelurahan/Pemerintah Setingkat.

1) Tim Koordinasi Raskin Pusat

Mentri Koordinasi Bidang Pembangunan Manusia dan kebudayaan melaksanakan fungsi koordinasi, singkronisasi dan pengendalian dalam perumusan kebijakan Program Subsidi Raskin serta membentuk Tim Koordinasi Raskin pusat dalam pelaksanaan Program subsidi Raskin. (Pedum Raskin Nasional)

a) Tugas

Melakukan koordinasi, sinkronisasi, harmonisasi dan

pengendalian dalam perumusan kebijakan, perencanaan,

(28)

penganggaran, sosialisasi, penanganan panduan, serta pemantauan dan evaluasi. (Pedum Raskin)

b) Fungsi

Dalam melakukan tugas tersebut, Tim Koordinasi Raskin Pusat mempunyai fungsi:

1) Koordinasi perencanaan dan penganggaran program Raskin.

2) Penetapan pagu Raskin.

3) Penyusunan Pedoman Umum Raskin.

4) Fasilitasi lintas pelaku dan sosialisasi program Raskin.

5) Pembinaan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi tim koordinasi Raskin Provinsi.

6) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program Raskin di Provinsi dan Kabupaten/Kota.

(Pedum Raskin)

c) Struktur Dan Keanggotaan Tim Koordinasi Raskin Pusat

Tim koordinasi pusat terdiri dari pengarah, pelaksanaan dan sekretariat. Pengarah terdiri atas: ketua dari unsur Kementrian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan dan anggota terdiri dari unsur Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian dalam Negeri, Kementrian Sosial, Kementrian Perencanaan Pembangunan dan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPENAS), Badan Pusat Statistik (BPS), sekretariat TNP2K dan Perum BULOG.

Pelaksanaan terdiri dari: Wakil Ketua dan Anggota.

Ketua Pelaksana adalah Deputi Bidang Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan dan Perlindungan Sosial

(29)

Kementrian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan; wakil ketua I/ kebijakan Perencanaan adalah Direktur Penanggulan Kemiskinan dan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Wakil Ketua II/ Bidang Kebijakan Anggaran adalah Direktur Anggaran Bidang Politik, Hukum, Pertahan dan Keamanan, dan bagian Bendahara Umum Negara (BABUN), Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan; Wakil Ketua III/ Bidang Pelaksanaan Distribusi adalah Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum BULOG; Wakil Ketua IV/ Bidang Fasilitasi Pembinaan Tikor Raskin Provinsi dan Kabupaten/Kota, Pemantauan, Evaluasi dan Pengaduan adalah Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah I Direktorat Jenderal Bina Pemangunan Daerah Kementerian dalam Negeri.

Anggota Tim terdiri dari unsur-unsur Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Perncanaan Pembangunan Nasioanal/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian, Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Sosial, kementerian Pertanian, BPS, dan Perum BULOG.

(Pedum Raskin)

2) Tim Koordinasi Raskin Provinsi

Gubernur bertanggung jawab atas pelaksanaan program Raskin di Wilayahnya dan membentuk Tim Koordinasi Raskin Provinsi sebagai berikut:

a) Kedudukan

(30)

Tim Koordinasi Raskin Provinsi adalah Pelaksanaan Raskin di Provinsi, yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Gurbenur.

b) Tugas

Tim Koordinasi Raskin Provinsi mempunyai tugas melakukan koordinasi perencanaan, anggaran, sosialisasi, pelaksanaan distribusi, pemantauan dan evaluasi, menerima dan menangani pengaduan dari masyarakat serta melaporkan hasilnya kepada Tim Koordinasi Pusat.

c) Fungsi

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Tim Koordinasi Raskin Provinsi mempunyai fungsi:

(1) Koordinasi Perencanaan dan penyediaan APBD untuk mendukung pelaksanaan program Raskin di Provinsi.

(2) Penetapan pagu Raskin Kabupaten/Kota

(3) Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) program Raskin.

(4) Fasilitasi lintas pelaku dan sosialisai program Rakin (5) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program

Raskin di Kabupaten/Kota.

Laporan pelaksanaan Raskin ditujukan kepada Menteri Koordinasi Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Mentri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Sosial, Menteri dalam Negeri, dan Tim Koordinasi Raskin Pusat. (Pedum Raskin)

3) Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota

Bupati/Walikota bertanggung jawab atas pelaksanaan

program raskin di wilayah dan membentuk Tim Koordinasi

Raskin Kabupaten/Kota sebagai berikut:

(31)

a) Kedudukan

Tim koordinasi Raskin Kabupaten/Kota adalah pelaksanaan program Raskin di Kabupaten/Kota, yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota.

b) Tugas

Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota mempunyai tugas melakukan koordinasi perencanaan, anggaran, sosialisasi, pelaksanaan penyaluran, pemantaun dan evaluasi, penanganan pengaduan, memilih dan menentukan alternatif pola penyaluaran (Penyaluran Raskin Reguler, Warung Desa, Kelompok Masyarakat), serta melapokan hasilnya kepada Tim Koordinasi Raskin Provinsi.

c) Fungsi

Dalam melaksanakan tugas tersebut, tim koordinasi Raskin Kabupaten/Kota mempunyai fungsi:

(1) Koordinasi perecanaan dan perencanaan APBD untuk mendukung pelaksanaan Program Raskin di Kabupaten/Kota.

(2) Penetapan Pagu Raskin Kecamatan

(3) Pelaksanaan validasi dan pemutakhiran daftar KPM.

(4) Penyusunan Petunjuk Teknis (Juknis) pelaksanaan program Raskin di Kabupaten/Kota.

(5) Sosialisai program Raskin di wilayah Kabupaten/Kota.

(6) Perencanaan penyaluran Raskin (7) Penyelesaian HTR dan Administrasi.

(8) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program

Raskin di Kecamatan,Desa/Kelurahan/Pemerintahan

Setingkat.

(32)

(9) Pelaporan pelaksanaan Raskin kepada Tim Koordinasi Raskin Provinsi. (Pedum Raskin)

4) Tim Koordinasi Raskin di Kecamatan

Camat bertanggung jawab atas pelaksanaan program Raskin di wilayahnya dan membentuk Tim Koordinasi Raskin Kecamatan, sebagai berikut:

a) Kedudukan

Tim Koordinasi Raskin Kecamatan adalah pelaksanaan program Raskin di Kecamatan, yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Camat.

b) Tugas

Tim Koordinasi Raskin Kecamatan mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, sosialisasi, pemantauan program Raskin di tinggkat Kecamatan serta melaporkan hasilnnya kepada Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota.

Tim Koordinasi Raskin Kecamatan dibantu oleh TKSK dalam pendampingan pelaksanaan program Raskin di Kecamatan dan Desa/Kelurahan.

c) Fungsi

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Tim Koordinasi Raskin Kecamatan mempunyai fungsi:

(1) Perencanaan penyaluran Raskin di Kecamatan (2) Sosialisa Raskin di Wilayah Kecamatan.

(3) Pendisribusian Raskin.

(4) Penyelesaian HTR dan Administrasi.

(5) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Raskin di

Desa/Kelurahan/Pemerintahan Setingkat.

(33)

(6) Pembinaan terhadap pelaksanaan distribusi Raskin di Desa/ Kelurahan/Pemerintahan Setingkat.

Pelaporan pelaksanaan Raskin kepada Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota, termasuk pelaporan hasil pemutakhiran data dari tinggkat Desa/Kelurahan dan pelaporan arealisi penyaluran Raskin dari pelaksanaan Distribusi Raskin kepada KPM. (Pedum Raskin)

5) Pelaksanaan Distribusi Raskin di Desa/Kelurahan Pemerintahan Setingkat.

Kepala Desa/Lurah/Kepala Pemerintahan Setingkat bertanggung jawab atas pelaksanaan Raskin di wilayahnya, dan membentuk pelaksanaan distribusi Raskin, sebagai berikut:

a) Kedudukan

Pelaksanaan Distribusi Raskin berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepala Desa/Lurah/Pemerintahan Setingkat.

b) Tugas

Pelaksanaan distribusi Raskin memiliki tugan memeriksa, menerima dan menyerahkan beras, menerima uang pembayaran HTR, dan menyelesaikan administrasi.

c) Fungsi

Pelaksanaan distribusi mempunyai fungsi:

(1) Pemeriksaan dan penerimaan/penolakan Raskin dari

perum BULOG di TD. Untuk di

Desa/Kelurahan/Pemerintahan setingkat, maka

petugas pemeriksa dan menerima/menolak Raskin

diatur dalam Petunjuk teknis (Juknis)

(34)

(2) Pendistribusian dan penyerahan Raskin kepada keluara penerima manfaat (KPM) yang terdapat dalam DPM-1 di Titik Bagi (TB).

(3) Penerimaan HTR Raskin dan KPM secara tunai untuk di setorkan kerekening bank yang ditujukan oleh perum BULOG.

(4) Penyelesaian administrasi penyaluran Raskin yaitu penandatanganan Berita Acara Serah Terima (BAST) beras di TD.

Pembuatan daftar realisasi penjualan beras sesuai model DPM-2 dan melaporkan ke Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota melaui Tim Koordinasi Raskin Kecamatan.

(Pedum Raskin) i. Kriteria Masyarakat Miskin

Program Raskin (Program Penyaluran Beras Untuk Rumah Tangga Miskin) adalah sebuah program dari pemerintah dalam menjalankan program tersebut, penyalurnya menetapkan beberapa kriteria dari masyrakat yang menjadi sasaran program Raskin. Dalam kamus bahasa Indonesia dijelaskan bahwa kriteria sama dengan kriterium, kadar, ukuran dan sebagainya untuk mempertimbangkan atau menentukan seseuatu (Anwar, 2011 : 3).

Adapun menurut Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat 14 kriteria dari masyarakat yang dapat dikategorikan sebagai Rumah Tangga Miskin (RTM), yaitu (Badan Pusat Statistik, 2011: 17-18):

a) Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.

b) Jenis lantai tempat tinggal dari bambu/ rubiah/ kayu berkualitas rendah/ tembok tampa diplester.

c) Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/ rumpia/ kayu

berkualitas rendah, tembok tampa diplaster.

(35)

d) Tidak memiliki fasilitas buang air besar/ bersama-sama dengan rumah tangga lain.

e) Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik f) Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak

terlindung/ sungai/ air hujan

g) Bahan bakar untuk memasak untuk sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/ minyak tanah

h) Hanya mengkomsumsi daging/ susu/ ayam satu kali dalam seminggu

i) Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun

j) Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari k) Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/

poliklinik

l) Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500 m, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp.600.000,- per bulan.

m) Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga :tidak sekolah/

tidak tamat SD/hanya SD.

n) Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan minimal Rp.500.000,-seperti sepeda motor, atau modal lainnya. Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga dikategorikan sebagai Rumah Tangga Miskin. Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu Rumah Tangga Miskin. (Pedum Raskin)

j. Mekanisme Penyaluran Raskin

1) Bupati menujukan ketua Tim koordiasi Raskin Kabupaten

Tanah Datar untuk bertindak atas nama Bupati menerbitkan

surat Pemerintah alokasi (SPA) kepada perum Bulog

berdasrkan Paku Raskin.

(36)

2) Berdasarkan SPA, Perum Bulog , menerbitkan SPPB/DO beras untuk masing-masing Kecamatan atau Negri.

3) Sesuai dengan SPPB/DO maka Perum Bulog menyalurkan beras sampai ke TD.

4) Sebelum menyalurkan beras Raskin, dapat dilakukan pengecekana kualitas beras oleh Tim Koordiasi Raskin Kabupaten di gudang perum Bulog. Hasil pengecekan beras Raskin yang ditanda tangani perwakilan Tim Koordinasi Raskin Kabupaten, Satker Perum Bulog dan kepala gudang Bulog.

5) Di Titik Distribusi (TD) dilakukan serah terima beras antara Perum Bulog dengan pelaksanaan Distribusi Raskin Nagari dan dibuat BAST yang ditan da tangani oleh kedua belah pihak.(Lampiran Keputusan Bupati Tanah Datar, 2017 :17) k. Panduan Pelaksanaan Program Raskin

Dalam pelaksanaan Program Raskin diperlukan panduan pelaksanaan kegiatan yang sistematis yang akan dijadikan pedoman berbagai pihak baik pemerintah pusat kota, kabupaten/ kota, kecamatan dan desa/ kelurahan maupun pihak lain yang terkait dalam pelaksanaan program raskin (Pedum Raskin), pedoman khusus program raskin, petunjuk pelaksaan raskin (juklak raskin), dan petunjuk teknis raskin (Juknis Raskin).

Dalam pelaksanaan Program Raskin diperlukan panduan

pelaksanaan kegiatan yang sistematis yang akan dijadikan pedoman

berbagai pihak baik pemerintah pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota,

Kecamatan dan Desa/ kelurahan maupun pihak lain yang terkait dalam

pelaksanaan Program Raskin terdiri dari pedoman umum program

raskin (pedum raskin), pedoman khusus program raskin, petujuk

pelaksanaan raskin (jutlak raskin), dan petunjuk teknis raskin (jaknis

raskin).(Pedum Raskin, 2015 :26)

(37)

1) Pembuatan Pedoman Umum Raskin (Pedum Raskin)

2) Pedoman Umum Raskin (Pedum Raskin) sebagai panduan pelaksana raskin untuk tingkat nasional yang difermulasikan dari masukkan berbagai Kementrian/ Lembaga (K/L) baik di tingkat pusat, propinsi maupun kabupaten/kota Pedum ini di dalamnya berisikan kebijakan umum yang mengatur pelaksanaan program raskin yang berlaku secara nasional.

3) Pedum raskin dibuat oleh Tim Koordinasi Raskin Pusat dan setiap tahun akan ditinjau ulang untuk disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berkembang.

l. Pedoman Khusus Raskin

1) Untuk pelaksaan kegiatan sektorat dalam Program Raskin maka K/L terkait menyusun pedoman khusus raskin sebagai panduan pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, serta tetap mengacu pada pedoman umum raskin.

2) Pedoman khusus raskin berisikan kebijakan sektorat dalam program raskin yang memandu pelaksanaan salah satu aspek kegiatan program raskin yang menjadi tanggung jawab K/L tertentu sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

3) Pedoman khusus raskin dibuat oleh K/L tertentu yang terkait dalam program raskin dan setiap tahun akan ditinjau uang untuk disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berkembang.

4) Pembuatan petunjuk pelaksanaan program raskin (Juklak

Raskin). Untuk pelaksanaan program raskin ditingkat

provinsi diperlukan panduan pelaksanan yang sesuai dengan

situasi dan kondisi setempat sebagai penajaman dan pedoman

umum raskin, yang disebut petunjuk pelaksana program

raskin (Juklak Raskin). Jutlak raskin bersifat spesifik untuk

(38)

setiap provinsi di dalamnya berisikan kebijakan masing- masing pemerintah provinsi di dalamnya berisikan kebijakan masing-masing pemerintah provinsi, dukungan faktor sosial budaya setempat, kearifan lokal yang ada di masing-masing propinsi, upaya untuk mengatasi berbagai masalah hambatan spesifik Provinsi dalam pelaksanaan program raskin seperti kurangnya sarana dan prasarana agkutan dan faktor alam yaitu geografi, iklim dan lain-lain. Jutlak Raskin dibuat oleh tim koordinasi Raskin Provinsi dan setiap tahun akan ditinjau ulang untuk disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berkembang. Jutlak Raskin disampaikan kepada tikor raskin pusat(Pedum Raskin, 2015 :27)

m. Petunjuk Teknis Program Raskin (Juknis Raskin)

1) Untuk melaksanakan Program Raskin di tingkat kabupaten/kota diperlukan panduan pelaksanaan yang sesuai dengan situasi dan kondisi setempat sebagai penajaman dari pedum Raskin dan jutlak raskin yang disebut petunjuk teknis (Juknis Raskin)

2) Juknis Raskin bersifat spesifik untuk setiap Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan program raskin seperti kurangnya sarana dan prasarana angkutan, faktor alam yaitu geografi, iklam dan lain- lain.

3) Juknis Raskin dibuat oleh Tim koordinasi Raskin Kabupaten/

Kota dan setiap tahun akan ditinjau ulang untuk disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berkembang.

4) Juknis Raskin disampaikan dan dilaporkan kepada tikor Raskin Provinsi(Pedum Raskin)

n. Penetapan Pagu Raskin Nasional 1) Penetapan Pagu Raskin Nasional

Pagu Raskin Nasional tahun 2015 merupakan besaran

jumlah Rumah Tangga Sasaran yang menerima Raskin pada

(39)

tahun 2015 atau jumlah beras yang dialokasikan untuk RTS-PM Raskin secara nasional pada tahun 2015. Pagu Raskin nasional merupakan hasil kesepakatan pembahasan antara pemerintah dan DPR yang dituangkan dalam Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2015.

Besaran Pagu Raskin Nasional tahun 2015 yaitu 2,79 juta ton beras selama 12 bulan untuk 15.530.897 RTS-PM atau sebanyak 15 kg/RTS/bulan atau 180 kg/RTS/tahun. Dalam situasi dan kondisi tertentu Pemerintah atas persetujuan DPR RI dapat menambah alokasi pagu Raskin Nasional pada tahun 2015.

Apabila pagu Raskin di suatu wilayah baik provinsi maupun kabupaten/ kota tidak dapat diserap sampai dengan tanggal 31 Desember 2015 maka sisa pagu tersebut tidak dapat didistribusikan pada tahun 2016. Daftar wilayah administrasi propinsi dan kabupaten/kota yang digunakan untuk penetapan pagu Raskin 2015 mengacu pada MFD (Master File Desa) semester I Tahun 2014 dari BPS.(Pedum Raskin)

2) Penetapan Pagu Raskin Provinsi

Pagu Raskin Provinsi tahun 2015 merupakan besaran jumlah Rumah Tangga Sasaran yang menerima Raskin pada tahun 2015 di setiap provinsi atau jumlah beras yang dialokasikan untuk RTS-PM Raskin di setiap provinsi pada tahun 2015. Pagu Raskin untuk setiap provinsi ditetapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.

Pemerintah provinsi dapat membuat kebijakan untuk menambah pagu Raskin bagi rumah tangga yang dianggap miskin dan tidak termasuk dalam data RTS-PM untuk Program Raskin 2015 dari Basis Data Terpadu yang dikelola oleh TNP2K. Kebijakan ini didanai oleh APBD sesuai dengan kemampuan. (Pedum Raskin)

3) Penetapan Pagu Raskin Kabupaten/Kota

(40)

Pagu Raskin Kabupaten/Kota tahun 2015 merupakan besaran jumlah Rumah Tangga Sasaran yang menerima Raskin pada tahun 2015 di setiap kabupaten/kota atau jumlah beras yang dialokasikan untuk RTS-PM Raskin di setiap kabupaten/kota pada tahun 2015.

Pagu Raskin untuk setiap kabupaten/ kota ditetapkan oleh Gubernur dengan mengacu pada pagu Raskin kabupaten/kota yang disampaikan oleh Menko Kesra pada waktu penetapan pagu provinsi. Pemerintah kabupaten/kota dapat membuat kebijakan untuk menambah pagu bagi rumah tangga yang dianggap miskin dan tidak termasuk dalam data RTS-PM untuk Program Raskin 2015 dari Basis Data Terpadu yang dikelola oleh TNP2K. Kebijakan ini didanani oleh APBD sesuai dengan kemampuan. (Pedum Umum)

4) Penetapan Pagu Raskin Kecamatan dan Desa/Kelurahan

Pagu Raskin Kecamatan dan desa/ kelurahan/ pemerintahan setingkat tahun 2015 merupakan besaran jumlah Rumah Tangga Sasaran yang menerima Raskin pada tahun 2015 di setiap kecamatan dan desa/ kelurahan/pemerintahan setingkat atau jumlah beras yang dialokasikan untuk RTS-PM Raskin di setiap kecamatan dan desa/kelurahan/pemerintahan setingkat pada tahun 2015 berdasrkan DPM 2015 yang berasal dari Basis Data Terpadu untuk Program Perlindungan Sosial yang bersumber dari PPLS 2011 hasil pendataan BPS yang dikelola oleh TNP2K yang telah dimutakhirkan melalui pelaporan FRP 2014 ke Sekretariat TNP2K sesuai tenggat yang telah ditetapkan.

Pagu Raskin untuk setiap kecamatan dan desa/ kelurahan/

pemerintahan setingkat ditetapkan oleh Bupati/Walikota. Pagu

Raskin di suatu desa/ kelurahan/ pemerintah setingkat pada

prinsipnya tidak dapat direlokasi ke desa/ kelurahan/ pemerintah

setingkat, kecuali melalui Muscam yang dilakukan atas

(41)

permintaan 2 (dua) desa/ kelurahan/ pemerintah setingkat atau lebih sebagai tindak lanjut Mudes/ Muskel yang memerlukan penyesuaian pagu Raskin di masing-masing desa/ kelurahan/

pemerintah setingkat.

o. Perubahan Daftar Penerima Manfaat (DPM)

Dalam rangka mengakomodasi adanya perubahan karakteristik RTS-PM di desa/kelurahan/ pemerintah setingkat, dimungkinkan pelaksanaan Mudes/ Muskel untuk memperbaharui DPM, yaitu:

1) Mudes/Muskel melakukan perubahan DPM Raskin 2015 dengan menetapkan Rumah Tangga akan diganti dan menetapkan Rumah Tangga Pengganti.

2) RTS-PM Raskin yang Kepala Rumah Tangganya meninggal maka Rumah Tangga tersebut tetap memperoleh haknya.

Raskin diberikan kepada Pasangan Kepala Rumah Tangga (PKRT) atau Anggota Rumah Tangga (ART) tanpa mengubah nama dalam DPM.

3) Bagi RTS-PM Raskin Tunggal yang sudah meninggal, pindah alamat ke luar desa/ kelurahan/pemerintah setingkat atau yang dinilai tidak layak sebagai penerima Raskin, maka digantikan oleh Rumah Tangga lainnya yang dinilai layak melalui proses Mudes/Muskel.

4) Rumah Tangga yang dinilai layak untuk menggantikan RTS-

PM pada butir 3 (tiga) di atas adalah diprioritaskan kepada

Rumah Tangga miskin yang memiliki anggota Rumah

Tangga lebih besar terdiri dari: balita dan anak usia sekolah,

kepala rumah tangganya perempuan, kondisi fisik rumahnya

tidak layak huni, berpendapatan paling rendah dan tidak

tetap.

(42)

5) Mudes/ Muskel dilaksanakan satu kali pada awal tahun segera setelah DPM 2015 diterima oleh pemerintah desa/

kelurahan.

6) Daftar akhir RTS-PM Raskin yang telah melalui perubahan oleh Mudes/Muskel dituangkan ke dalam DPM-1.

7) Pemutakhiran data RTS-PM Raskin hasil Mudes/Muskel dimasukkan ke dalam formulir rekapitulasi pengganti (FRP) 2015. BA Mudes/Muskel dan FRP2015 dibuat rangkap 3 (tiga), yang pertama ditujukan untuk kelengkapan administrasi Tim koordinasi Raskin Kab/Kota, yang kedua untuk kelengkapan administrasi Tikor Raskin Kecamatan, dan yang ketiga untuk kelengkapan administrasi di tingkat desa/kelurahan.

8) Setelah pelaksanaan Mudes/Muskel dan pecatatan berita acara dan FRP, penaluran Beras Raskin dapat langsung dilakukan.

9) Mudes/Muskel dan FRP 2015 dilaporkan secara berjenjang dari tingkat desa/ kelurahan kepada TimKoordinasi Raskin Kabupaten/Kota melalui Tim Koordinasi Raskin Kecamatan dengan pemeriksaan kelengkapan BA dan FRP pada setiap tingkatan. Jika Muscam dilaksanakan maka perlu dilengkapi dengan BA Muscam dan FRP.

10) BA Mudes/Muskel, Muscam (jika ada) dan FRP 2015 diterima oleh Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota paling lambat 28 Februari 2015

11) Bupati/Walikota mengesahkan DPM akhir Raskin (DPM-1) untuk wilayah kabupaten/kota paling lambat 31 Maret 2015.

12) Bagi RTS-PM Raskin di dalam DPM-1 diterbitkan Kartu Raskin oleh pemerintah daerah setempat.

13) Hal-hal yang lebih spesifik terkait perubahan DPM Raskin

diatur di dalam Juknis.(Pedoman Raskin, 2017 : 32)

(43)

p. Peluncuran dan Sosialisasi Program Raskin

1) Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat melakukan peluncuran program Raskin untuk tahun berjalan yang dihadiri oleh para pejabat terkait tingkat pusat dan daerah.

2) Peluncuran Program Raskin nasional dapat diikuti peluncuran Program Raskin di provinsi oleh Gubernur.

3) Sosialisasi Pedum dan Pagu Raskin dapat dilaksanakan pada saat acara peluncuran, yang dilakukan oleh Tim Koordinasi Raskin secara berjenjang.

4) Sosialisasi Program Raskin secara umum dilakukan dengan mengacu pada Strategi Komunikasi.(Pedum Raskin Nasional) q. Monitoring dan Evaluasi

1) Dalam rangka meningkatkan efektifitas penyaluran Raskin kepada RTS-PM Raskin di berbagai daerah maka Tim Koordinasi Raskin melakukan monitoring dan evaluasi (monev) penyaluran Raskin.

2) Dalam kegiatan monitoring akan dievaluasi realisasi penyaluran Raskin dan identifikasi permasalahan yang menghambat pelaksanaan penyaluran. Kemudian akandilakukan upaya untuk meningkatkan penyaluran Raskin dan mencarikan solusi untuk memecahkan masalah.

3) Monev dilakukan secara berjenjang. Tim Koordinasi Raskin melakukan monev ke jenjang yang lebih rendah atau ke RTS-PM bila diperlukan.

4) Kegiatan Monev oleh Tim Koordinasi Raskin Provinsi dapat

dikoordinasikan dengan TKPK Provinsi. Kegiatan monev oleh

Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/ Kota dapat dikoordinasikan

dengan TKPK Kabupaten/Kota.

Gambar

Tabel 3. 1  Waktu Penelitian
Tabel 4. 6  Struktur PKK Nagari
Gambar IV.1

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh waktu penyimpanan terhadap kandungan vitamin C pada buah anggur hijau (suhu ruang dan suhu pendingin) Dari gambar 1, menunjukkan bahwa kadar vitamin C buah

Menimbang : I) Bahwa bagi mahasiswa Program Strata 1 yang telah menyelesaikan ujian semua mata kuliah dan penyusunan skripsi, dipandang perlu untuk dilaksanakan

Rencana sistem jaringan prasarana dan sarana untuk wilayah daratan KSNT Pulau Nipa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 sampai dengan Pasal 17 digambarkan dalam

meningkatkan efisiensi ekonomi, mendukung stabilitas keuangan, mendukung pasar keuangan, memberikan potensi pasar baru bagi perbankan, mendukung Human Depelopment Index

Sistem pemancar/transmitter harus didukung subsistem feeder dan subsistem antena yang optimal untuk menghasilkan EIRP (equivalent isotropic radiated power) yang

Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa koefisien determinasi terbesar diperoleh dari hubungan semidiameter toposentrik dengan fraksi iluminasi bernilai 0,945; disusul

Capaian visi yang tertuang dalam tahapan RIP khususnya pada periode jangka menengah (2011-2020) yaitu mencapai posisi universitas agar lebih dikenal dan diakui di tingkat regional

Setiap pengontrolan aliran untuk pendinginan pada setiap dinding dilakukan oleh sebuah kontroler PI yang terprogram dalam PLC ABB Masterpiece 200/1. Pemrograman PLC