• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis melakukan pengamatan secara tidak langsung melalui foto maupun video yang diunggah pada chanel Youtube Komsos Keuskupan Sibolga pada Minggu, 8 Mei 2022. Berdasarkan pengamatan tersebut, penulis melihat bahwa saat ditampilkan Tortor Batak dengan adanya musik Gondang Batak, sebagian besar umat berfokus pada penampilan Tortor tersebut. Saat menari, para penari Tortor juga menggunakan ulos Batak. Melalui pengamatan tersebut juga terlihat bahwa yang menjadi penari Tortor adalah seluruhnya wanita yakni para ibu-ibu. Namun, dalam video tersebut tidaklah menggunakan alat musik Gondang Batak secara langsung, tetapi hanya menggunakan rekaman musik Gondang Batak saja. Walaupun hanya menggunakan rekaman musik Gondang Batak, bunyinya tetap dengan tempo yang cukup semangat, sehinga terlihat juga dari ekspresi umat yang tersenyum bahagia dan berfokus melihat tarian yang ditampilkan. Penggunaan Tortor Batak sendiri, biasanya ditampilkan pada acara atau perayaan-perayaan tertentu saja, seperti contohnya pada misa perdana imam. Untuk mengiringi lagu-lagu yang dinyanyikan selama perayaan Ekaristi, tidaklah menggunakan Gondang Batak, tetapi hanya diiringi dengan alat musik organ saja. Penulis juga melihat umat sangat menikmati perayaan Ekaristi yang menggunakan musik Gondang dan

tarian Tortor Batak tersebut. Pada 15 September 2022, penulis melakukan pencarian bentuk Gondang Batak melalui internet, di mana penulis menemukan bahwa dalam Gondang Batak ternyata terdiri dari beberapa alat musik, dan pada Gondang Batak sendiri terdapat ukiran yang menjadi khas Batak Toba, yakni ukiran Gorga Batak dengan perpaduan warna merah, putih dan hitam.

Gambar 3. Tarian Tortor Batak di Stasi Santo Petrus Mela pada acara perayaan Misa Perdana seorang Pastor.

4.1.2 Umat mengikuti perayaan Ekaristi yang menggunakan Gondang dan Tortor Batak

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan para informan, sebagian besar informan mengatakan pernah mengikuti perayaan Ekaristi yang menggunakan Gondang dan Tortor Batak, secara khusus di Paroki Katedral Santa

Theresia Lisieux Sibolnga, misalnya yang seperti dikatakan I2 “Ya. Saya pernah mengikuti perayaan Ekaristi yang melibatkan kebudayaan, misalnya yang menggunakan alat musik tradisional, walaupun juga ada yang memadukan dengan alat musik modern. Kalau di stasi kita sendiri, Gondang dan Tortor Batak hanya dipakai pada saat perayaan-perayaan atau hari-hari tertentu saja. [Lampiran transkip wawancara: (5)]. I4 menambahkan bahwa “Pernah, di stasi kita. Ada juga yang menggunakan bahasa daerah, ada juga yang menggunakan alat musik tradisional, walaupun tidak begitu banyak menggunakan hal-hal yang berbau kebudayaan.” [Lampiran transkip wawancara: (8)]. Pernyataan yang hampir serupa juga disampaikan oleh I5, yakni “Saya pernah mengikuti perayaan Ekaristi yang melibatkan Gondang dan Tortor, misalnya kemarin saat misa perdana seorang pastor yang dikaitkan dengan kebudayaan, ya itu misa nya diadakan di stasi kita Santo Petrus Mela. Pada saat perayaannya, terdapat melibatkan dua kebudayaan, yakni kebudayaan Nias dan kebudayaan Batak”. [Lampiran transkip wawancara: (9)].

Berdasarkan wawancara yang dilaksanakan diketahui bahwa selain pernah mengikuti perayaan Ekaristi yang menggunakan Gondang dan Tortor Batak, ternyata Gondang dan Tortor Batak hanya dipakai pada saat perayaan-perayaan tertentu saja, misalnya saat tahbisan imam, misa perdana imam, penerimaan komuni pertama, penerimaan sakramen perkawinan, dan sebagainya.

4.1.3 Perasaan Umat ketika mengikuti perayaan Ekaristi yang menggunakan Gondang dan Tortor Batak.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan para informan merasa bahwa adanya penggunaan Gondang dan Tortor Batak dalam Ekaristi membuat umat lebih bersemangat dalam memuji dan memuliakan Allah. Hal ini juga disampaikan oleh I2 yang mengatakan bahwa “Saat menggunakan musik tradisional budaya Batak seperti Gondang, Garantung, dan sebagainya, saya merasa perayaan Ekaristi lebih menyentuh hati”, kemudian beliau juga menambahkan “hal ini juga membuat perayaan Ekaristi juga menjadi lebih gembira dan hikmat”.[Lampiran transkip wawancara: (5)]. Namun tanggapan yang berbeda muncul dari I4 yang mengatakan “Tergantung situasi batin, bisa saja rasanya hambar apabila batin tidak pas”, kemudian beliau juga menambahkan

“Secara umum karena Ekaristi merupakan puncak perayaan iman, maka semestinya harus tenang dan damai”. [Lampiran transkip wawancara: (8)]. I4 menegaskan bahwa memang sudah semestinyalah apabila mengikuti perayaan Ekaristi, harus mempersiapkan batin dengan baik dan damai, karena perayaan Ekaristi merupakan puncak perayaan iman Kristiani. [Lampiran transkip wawancara: (8)]. Selain itu, I4 juga mengatakan bahwa Gondang dan Tortor Batak merupakan salah satu cara untuk dapat membantu umat dalam memahami setiap hal yang dilakukan selama perayaan Ekaristi berlangsung, sehingga dapat lebih mengena dengan kehidupan umat setempat.[Lampiran transkip wawancara:

(8)].

Beberapa informan seperti I2, mengatakan bahwa terdapat perbedaan perasaan saat mengikuti perayaan Ekaristi yang menggunakan Gondang dan Tortor Batak, dan yang tidak menggunakan Gondang dan Tortor Batak.[Lampiran transkip wawancara: (5)]. I2 mengatakan “Pada saat mengikuti perayaan Ekaristi yang tidak menggunakan kebudayaan, saya tetap dapat mengikutinya dengan hikmat, namun apabila melibatkan kebudayaan, saya dapat mengikutinya tidak hanya hikmat saja tetapi bahagia, senang dan merasa bersyukur karena kebudayaan saya yakni kebudayaan Batak dilibatkan dalam perayaan Ekaristi”.[Lampiran transkip wawancara: (5)]. I11 juga menambahkan bahwa adanya perasaan gembira karena dengan melibatkan kebudayaan dalam Ekaristi, berarti budaya umat diakui keberadaanya oleh Gereja Katolik.[Lampiran transkip wawancara: (15)]. Hal yang hampir sama juga diucapkan oleh I12, di mana apabila tidak melibatkan kebudayaan seperti penggunaan Gondang dan Tortor Batak, I11 tetap bahagia seperti biasanya dalam mengikuti perayaan Ekaristi, tapi apabila juga menggunakan musik dan Tortor Batak, I11 merasa bahwa perayaan Ekaristi terasa lebih hidup dari biasanya, lebih bersemangat serta merasa ada sesuatu yang istimewa di dalam Ekaristi tersebut.[Lampiran transkip wawancara:

(15)].

4.1.4 Penggunaan Gondang dan Tortor Batak dalam perayaan Ekaristi Berdasarkan wawancara yang dilakukan, I1, I2, I3, dan I13 mengatakan bahwa pernah melihat secara langsung alat musik Gondang Batak dipakai dalam Ekaristi. Di mana, Gondang dan Tortor Batak dipakai untuk mengiringi lagu-lagu

yang dipakai dalam Ekaristi, seperti yang dikatakan I1 “Gondang Batak biasanya dipakai untuk mengiringi lagu-lagu yang dinyanyikan selama perayaan Ekaristi, bahkan juga dipakai untuk mengiringi lagu-lagu ordinarium".[Lampiran transkip wawancara: (3)]. Sedangkan informan lainnya mengatakan tidak pernah melihat Gondang Batak dimainkan dalam perayaan Ekaristi. Untuk Tortor Batak sebagian besar umat mengatakan pernah melihat ditampilkan dalam Ekaristi.[Lampiran transkip wawancara: (3), (5), (7), (18)]. Hal yang menarik yang disampaikan oleh informan terkait alat musik Gondang Batak adalah adanya ukiran Gorga Batak dengan paduan warna merah, hitam dan putih, di mana hal ini sampaikan oleh I1, I2, I12 dan I13. I13 juga menambahkan bahwa “Gorganya itu unik, Cuma pakai warna merah, hitam dan putih”.[Lampiran transkip wawancara: (3), (5), (17), (18)]. Para informan mengatakan bahwa hal lain yang dilihat oleh umat ialah penggunaan Gondang Batak yang hanya dipakai pada saat-saat tertentu saja atau pada perayaan-perayaan tertentu saja seperti pada penerimaan Sakramen Krisma, Sakramen Perkawinan, penerimaan Komuni Pertama dan misa perdana Pastor, seperti yang disampaikan I3 yang mengatakan bahwa “Pada hari-hari besar atau pada perayaan-perayaan tertentu saja, misalnya tahbisan imam, penerimaan Sakramen Krisma, penerimaan Sakramen perkawinan, dan lain-lain.” .[Lampiran transkip wawancara: (7)]. Hal yang sama juga disampaikan oleh I9 “Hanya pada hari-hari besar saja. Kalau di stasi Mela, biasanya pada bagian menghantarkan persembahan ke depan Altar, tapi kemarin juga pernah digunakan pada arak-arakan pembuka.” .[Lampiran transkip wawancara: (13)].

Berdasarkan wawancara yang dilaksanakan dengan para informan juga didapatkan data bahwa, semua informan mengenal tarian Tortor Batak. Para informan juga mengatakan bahwa terdapat hal yang menarik atas apa yang dilihat dalam tarian Tortor. Seperti yang disampaikan oleh I4 “Hal yang menarik ialah pesan yang disampaikan melalui tarian Tortor, melalui gerakannya yang memiliki arti tertentu misalnya dengan tangan terkatup menunjukkan sikap menghormati”.[Lampiran transkip wawancara: (3)]. I2 juga menambahkan bahwa hal yang dilihat menarik dari tarian Tortor Batak adalah pemakaian kain ulos, di mana I2 mengatakan “Yang menarik menurut saya dalam Ekaristi ini adalah pemakaian ulosnya, yang harus dipakai saat menari Tortor”.[Lampiran transkip wawancara: (5)]. Begitupun I11 menambahkan “Kemarin Gondang dan Tortor dipakai pada saat arak-arakan pembuka menuju gereja, lalu pada persembahan juga, sebagai tarian persemhan”.[Lampiran transkip wawancara: (8)]. Pernyataan ini juga didukung oleh I1, I2, I3, I5, I8, I9, I10, I12, I14, I21.[Lampiran transkip wawancara: (3), (5), (7), (9), (12), (13), (14), (18), (19), (21)].

4.1.5 Suasana perayaan Ekaristi yang menggunakan Gondang dan Tortor Batak

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan para informan, I1, I2, I3, I4, I5, I6, I7, I8, I9, I10, I11, I12, I13, I14, I15, I16, I17, I18, I19, dan I20 mengatakan bahwa umat mendengar bahwa suara musik yang dihasilkan oleh Gondang dan Tortor Batak sangat nyaman didengar, terutama apabila digunakan dalam perayaan Ekaristi. Hal ini dikarenakan Gondang Batak yang bunyinya

apabila dimainkan dapat menghasilkan bunyi yang penuh semangat, sehingga umat dapat dibantu untuk masuk dalam suasana gembira saat memuji dan memuliakan Allah dalam perayaan Ekaristi, seperti yang disampaikan oleh I14

“Kalau menggunakan Gondang dan Tortor Batak, perasaan saya juga terbawa menjadi perasaan yang gembira, apalagi dipakai dalam mengiringi lagu-lagu untuk memuji Tuhan”. .[Lampiran transkip wawancara: (19)]. I17 juga menambahkan “Tarian dan musik Gondangnya juga sangat indah. Musiknya sangat bersemangat, dan membuat susasana lebih bergembira”. .[Lampiran transkip wawancara: (23)]. Pernyataan-pernyataan ini juga disampaikan oleh I1, I3, I6, I11, I12, I16, I19, dan I20. I1 menambahkan bahwa dalam perayaan Ekaristi walaupun menggunakan alat musik Gondang Batak, tetap juga menggunakan alat musik organ.[Lampiran transkip wawancara: (3)]. Dengan kata lain bahwa dalam perayaan Ekaristi alat musik organ dan alat musik Gondang dan Tortor Batak secara bersama-sama dipakai untuk mengiringi lagu-lagu yang dinyanyikan dalam Ekaristi.

Berdasarkan tanggapan I4 dan I5, penggunaan alat musik Gondang Batak membuat suasana perayaan Ekaristi menjadi lebih mengena dalam kehidupan umat dan juga lebih bersemangat.[Lampiran transkip wawancara: (8), (9)]. Hal ini dikarenakan bunyi yang dihasilkan oleh Gondang Batak ini menghasilkan bunyi dengan tempo yang semangat, sehingga apabila dimainkan juga akan menghasilkan atau membangun suasana semangat juga. Hal yang sama juga

disampaikan oleh I11 “Musiknya yang kedengaran heboh, membuat suasana lebih bersemangat”. [Lampiran transkip wawancara: (15)].

Dokumen terkait