• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis rumpon yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua jenis bentuk dan bahan yang berbeda yaitu jenis rumpon atraktor cumi bentuk kotak dengan bahan dasar dari kayu yang ditutup oleh waring (Gambar 4) dan jenis rumpon atraktor cumi bentuk silindris yang berupa drum bekas yang berbahan dasar dari besi (Gambar 5). Dua jenis rumpon dengan bentuk dan bahan yang berbeda diharapkan akan memberikan hasil yang signifikan untuk kemudian dapat

25

disimpulkan jenis rumpon atraktor cumi yang paling efektif untuk penempelan telur cumi-cumi.

Jenis rumpon atraktor cumi bentuk silindris dari bahan drum bekas lebih disukai oleh cumi-cumi sebagai tempat penempelan kapsul telur dibanding dengan jenis rumpon atraktor cumi bentuk kotak berbahan rangka kayu. Hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh jumlah kapsul telur yang menempel pada rumpon atraktor cumi bentuk silindris pengamatan ke 1, 2 dan 5 secara berurutan adalah 2.178, 708 dan 142 kapsul telur cumi-cumi. Rumpon atraktor cumi bentuk kotak hanya ditempel oleh kapsul telur cumi-cumi pada pengamatan ke 5 sebanyak 141 kapsul telur cumi-cumi. Hasil penempelan telur cumi-cumi berdasarkan jenis rumpon tersaji pada Gambar 12.

Gambar 12. Jumlah penempelan kapsul telur cumi-cumi pada rumpon atraktor cumi bentuk kotak dan silindris

Kapsul telur cumi-cumi hanya ditemukan menempel pada rumpon atraktor cumi bentuk silindris dan tidak ditemukan sama sekali pada rumpon atraktor cumi bentuk kotak pada waktu pengamatan tahap 1 (pengamatan ke 1 dan 2). Hal ini disebabkan karena kondisi rumpon atraktor cumi bentuk kotak lebih terbuka dibandingkan rumpon bentuk silindris. Rumpon atraktor cumi bentuk kotak hanya tertutup pada bagian atas saja (Gambar 4). Berdasarkan hasil penyelaman, hal ini membuat kondisi di dalam rumpon kurang gelap (masih terang) berbeda dengan rumpon atraktor cumi bentuk silindris yang lebih gelap karena semua bagian sisi (kecuali bagian depan dan belakang drum) tertutup. Selain itu, hal ini membuat rumpon atraktor cumi bentuk silindris pun lebih terlindung dari arus dibandingkan dengan rumpon atraktor cumi bentuk kotak yang bagian sisi kanan, kiri, depan dan belakangnya terbuka (hanya bagian atas yang tertutup). Kondisi lebih terlindung dari arus dan lebih gelap inilah yang diprediksi membuat cumi lebih menyukai untuk menempelkan telur pada rumpon atraktor cumi bentuk silindris. Rumpon atraktor cumi bentuk silindris yang ditempelkan oleh telur cumi-cumi dan rumpon atraktor cumi bentuk kotak yang tidak ditempelkan oleh telur cumi-cumi tersaji pada Lampiran 2.

Rumpon atraktor cumi bentuk kotak untuk pengamatan tahap 2 (pengamatan ke 4 dan 5) dilakukan penambahan tutup untuk sisi kiri dan kanan rumpon. Hasil penempelan kapsul telur cumi-cumi pada pengamatan ke 4 tidak ditemukan kapsul telur yang menempel pada kedua jenis rumpon atraktor cumi yang ditenggelamkan namun pada pengamatan ke 5 ditemukan penempelan kapsul telur

26

cumi-cumi pada kedua jenis rumpon atraktor cumi bentuk kotak dan selindris dengan jumlah kapsul telur secara berurutan 141 dan 142. Hasil ini menunjukkan bahwa hampir tidak ada perbedaan antara rumpon atraktor cumi bentuk kotak yang ditutup pada sisi bagian atas, kiri dan kanan dengan rumpon atraktor cumi bentuk silindris.

Gambar 13. Rumpon atraktor cumi bentuk kotak (kiri) dan silindris (kanan) yang ditempel oleh telur cumi-cumi pada hasil pengamatan ke 5.

Ikan Pada Rumpon Atraktor Cumi

Pengambilan data ikan dilakukan dengan mendokumentasikan ikan pada radius 2,5 meter ke kiri dan ke kanan yang berada disekitar rumpon atraktor cumi untuk melihat efektifitas fungsi rumpon atraktor cumi sebagai daerah baru untuk tempat ikan berkumpul dan mencari makan. Pengambilan data ikan dilakukan lebih dahulu baru kemudian dilakukan pengambilan data penempelan telur cumi-cumi. Bedasarkan hasil identifikasi, diperoleh data jenis ikan seperti tersaji pada Tabel 7.

Tabel 7. Jenis ikan yang ditemukan pada lokasi penenggelaman rumpon

No Spesies Family

Pengamatan

3 m 5 m

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 Synodus macrops Synodontidae

2 Sorsogana tuberculata Platycephalidae

3 Epinephelus bleekery Serranidae

4 Cromileptes altivelis Serranidae

5 Cephalopolis boenack Serranidae

6 Apogon cavitensis Apogonidae

7 Cheilodipterus parazonatus Apogonidae

8 Selaroides leptolepis Carangidae

9 Scolopsis monogramma Nemipteridae

10 Pentapodus paradiseus Nemipteridae

11 Lutjanus lutjanus Lutjanidae

12 Lutjanus biguttatus Lutjanidae

13 Upenesus tragula Mullidae

14 Parupeneus pleurostigma Mullidae

15 Siganus canaliculatus Siganidae

27

Jenis ikan yang tersaji pada Tabel 7 ditemukan sebanyak 16 spesies ikan yang terdiri dari 10 family. Ikan konsumsi ditemukan sebanyak 7 spesies yang terdiri dari family Serranidae, Carangidae, Lutjanidae dan Siganidae. Ikan jenis Lutjanus lutjanus merupakan jenis ikan yang paling sering ditemukan pada rumpon atraktor cumi berdasarkan analisis kehadiran ikan yang ditemukan selama pengamatan,. Ikan ini tidak ditemukan hanya pada Pengamatan ke 3 pada kedalaman 3 meter. Hal ini karena memang rumpon pada saat itu tidak ada/hilang karena tersapu oleh gelombang musim barat yang kuat. Selain dari waktu tersebut ikan ini selalu ditemukan. Oleh karena itu, ikan jenis ini dapat menjadi ikan indikator yang ada pada daerah penengelaman rumpon atraktor cumi di Perairan Tuing Pulau Bangka. Lutjanus lutjanus (big-eye snapper) merupakan ikan yang tersebar diperairan bagian barat indo pasifik. Ikan ini ditemukan pada daerah terumbu karang laut lepas (offshore coral reefs). Biasanya, ikan ini bermain di daerah tubir terumbu karang atau pada perairan yang lebih dalam hingga kedalaman 90 meter (Allen. 1999). Ikan ini hidup berkelompok dengan panjang tubuh hingga 30 cm namun biasanya ditangkap diperairan indonesia dengan ukuran sekitar 20 cm (Kuiter et al. 2003). Selain ikan, ditemukan pula softcoral yang menempel pada rumpon atraktor cumi jenis kotak pada pengamatan ke 5 kedalaman 3 meter jenis

Cerianthus sp (Collin and Arnesson 1995) sebanyak 2 individu, gastropoda dari

family Olividae (Dharma 1988), dan crustacea yang terdiri dari udang dan kepiting. Foto ikan dan biota lain yang ditemukan di sekitar dan yang menempel pada rumpon atraktor cumi disajikan pada Lampiran 3.

Tingkat Keefektifan Rumpon Atraktor Cumi

Tingkat keefektifan rumpon atraktor cumi ditentukan dari jumlah rumpon atraktor cumi yang ditempel oleh telur cumi-cumi. Semakin banyak jumlah suatu jenis rumpon ditempel oleh telur cumi-cumi maka semakin tinggi tingkat keefektifan jenis rumpon tersebut. Hasil analisis tingkat keefektifan rumpon atraktor cumi dengan bentuk kotak dan silindris yang ditenggelamkan di Perairan Tuing pada penelitian ini disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Tingkat keefektifan rumpon atraktor cumi Jenis Rumpon Kedalama n Pengamatan 1 2 3* 4 5 Kotak 3 m 0 0 - 0 0 5 m 0 0 100 0 33,33 Silindris 3 m 100 100 - 0 0 5 m 66,67 100 - 0 33,33

Keterangan * : dianggap tidak lengkap karena rumpon atraktor cumi hilang dan rusak karena gelombang musim barat.

Data yang tersaji pada Tabel 8 menunjukkan bahwa Rumpon atraktor cumi bentuk kotak tidak efektif jika ditenggelamkan pada kedalaman 3 meter. Hal ini karena pada kedalaman 3 meter intensitas matahari masih relatif tinggi hingga sampai ke dasar perairan dimana rumpon atrkator ditenggelamkan. Kondisi ini menyebabkan rumpon atraktor cumi bentuk kotak yang hanya ditutup pada bagian

28

atas masih terkesan terang didalam rumpon sedangkan cumi-cumi lebih menyukai kondis yang sedikit lebih gelap (remang-remang). Inilah yang menyebabkan rumpon atraktor cumi bentuk kotak tidak ditempel oleh kapsul telur cumi-cumi. Rumpon atraktor cumi bentuk kotak hanya ditemukan pada kedalaman 5 meter di pengamatan ke 3 dan Pengamatan ke 5 dengan tingkat keefektifan masing-masing 100% (sangat efektif) dan 33,33% (efektif). Nilai tingkat keefektifan pada pengamatan ke 3 sangat efektif karena dari hasil pengamatan yang tersisa dari rumpon yang ditenggelamkan hanya tiga rumpon bentuk kotak ini sedangkan Sembilan rumpon atraktor cumi lainnya yang ditenggelamkan hilang dan rusak akibat tempaan gelombang selama bulan Januari – Maret 2013. Artinya, cumi-cumi melekatkan kapsul telurnya karena tidak ada lagi rumpon jenis lain yang tersedia selain rumpon bentuk kotak di kedalaman 5 meter. Kapsul telur cumi-cumi yang menempel pada pengamatan ke 3 ini pun tidak menempel di bagian atrkator yang terletak di dalam rumpon atraktor cumi bentuk kotak melainkan pada tali pengikat rangka rumpon. Hal ini karena atraktor telah hilang (Gambar 7). Kondisi ini menyebabkan kapsul telur yang menempel pada rumpon atraktor cumi berada padakondisi terbuka dan sangat mudah dimangsa oleh predator. Dua hari setelah pengamatan ke 3, saat melakukan perbaikan dan penenggelaman rumpon baru pada tanggal 1 April 2013, semua kapsul telur sudah rusak dimakan oleh predator. Kondisi ini memperlihatkan bahwa rumpon atrkator cumi bentuk kotak yang telah di desain kurang efektif untuk diaplikasikan.

Nilai keefektifan yang paling tinggi adalah untuk rumpon atraktor cumi bentuk silindris pada pengamatan ke 1 dan 2 (pengamatan tahap 1) di kedalaman 3 meter yaitu masing-masing 100% yang termasuk dalam kategori sangat efektif. Nilai tingkat keefektifan rumpon atraktor cumi bentuk silindris untuk kedalaman 5 meter pada pengamatan ke 1 dan 2 pun termasuk dalam kategori sangat efektif (>60%) dengan nilai masing-masing 66,67% dan 100%. Pada pengamatan tahap 2, nilai keefektifan sangat jauh berbeda dengan pengamatan tahap 1 yaitu 0% untuk kedalaman 3 meter. Hasil yang sama pun ditunjukan pada kedalaman 5 meter di pengamatan ke 4.

Data yang tersaji pada Tabel 8 menyimpulkan bahwa nilai keefektifan yang paling tinggi untuk penempelan telur cumi-cumi adalah jenis rumpon bentuk silindris pada waktu pengamatan tahap 1 (November – Desember 2012). Nilai tingkat keefektifan rumpon atraktor cumi pada pengamatan ke 4 dan 5 yang rendah diestimasi karena di lokasi penelitian pada waktu pengamatan tersebut bukan merupakan musim cumi-cumi bertelur. Selama lima kali pengamatan penelitian, dari 12 unit rumpon atraktor cumi yang diteliti ditemukan sebanyak 3.449 kapsul telur yang menempel dengan jumlah telur sebanyak 3 – 6 telur cumi-cumi. Hasil ini menunjukkan bahwa rumpon atraktor cumi bentuk silindris dari bahan drum bekas tergolong efektif sebagai tempat penempelan telur Loligo chinensis dengan jumlah rata-rata tiap rumpon berisi 252 kapsul telur cumi-cumi. Rumpon model silindris dari bahan drum bekas dapat diaplikasikan untuk menjadi rumpon atraktor cumi yang efektif dan dapat dikembangkan untuk kepentingan yang lebih besar seperti pembibitan anak cumi sebagai perintisan untuk program budidaya cumi-cumi di Indonesia.

29

Analisis Pengaruh Kedalaman, Waktu Pengamatan dan Jenis Rumpon Atraktor Cumi Terhadap Penempelan Telur Cumi-cumi

Pengolahan data untuk melihat pengaruh dari kedalaman, waktu pengamatan, dan jenis rumpon dilakukan hanya dari hasil analisis pengamatan ke 1, 2, 4 dan 5. Data pengamatan yang ke 3 tidak dapat dilakukan analisis karena kondisi rumpon yang tidak lengkap. Hanya ada tiga rumpon yang dapat didata dari 12 rumpon atraktor cumi yang ditenggelamkan karena hilang dan rusak akibat tempaan dari gelombang besar dan kuat pada bulan Januari – Februari 2013.

Hasil Uji t-student digunakan untuk melihat pengaruh dari masing-masing faktor perlakuan. Faktor perlakuan kedalaman menunjukkan bahwa tidak memberikan perbedaan nyata terhadap hasil penempelan telur cumi-cumi pada rumpon yang ditenggelamkan. Nilai P-value > 0,05 sehingga menginterpretasikan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara kedalaman untuk tingkat kepercayaan 95%. Hal ini diestimasikan karena antara kedalaman 3 dan 5 meter tergolong relatif homogen dan titik penenggelaman rumpon pun pada satu kawasan perairan yang sama dan hanya berjarak sekitar 50 meter antar lokasi titik penenggelaman. Hasil ini menunjukkan bahwa antara kedalaman 3 dan 5 meter memiliki pengaruh yang sama terhadap enempelan telur cumi-cumi pada rumpon dan tergolong perairan dangkal. Jika dilakukan pada perairan yang lebih dalam (> 10 meter) sebagai pembanding diestimasikan akan memberikan hasil yang berbeda. Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa dari kedalaman 3 meter dan 5 meter terjadi penurunanan jumlah penempelan telur cumi-cumi pada rumpon (Hail Uji t disajikan pada Lampiran 4).

Faktor perlakuan perbedaan waktu pengamatan menunjukkan hasil berbeda nyata antara penempelan telur cumi-cumi pada kelompok waktu pengamatan tahap 1 (November – Desember 2012) dengan kelompok waktu pengamatan tahap 2 (April – Mei 2013). Nilai P-value < 0,05 sehingga menginterpretasikan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara perbedaan waktu pengamatan dengan selang kepercayaan 95% untuk penempelan telur cumi-cumi. Hasil uji t menunjukkan penurunan nilai rata-rata yang sangat besar antara penempelan telur cumi-cumi pada kelompok waktu pengamatan tahap 1 (November – Desember 2012) dengan kelompok waktu pengamatan tahap 2 (April – Mei 2013). Hasil ini menyimpulkan bahwa pada waktu pengamatan tahap 1 (November – Desember 2012) merupakan musim pemijahan cumi L. chinensis di Perairan Tuing.

Faktor perlakuan berdasarkan jenis rumpon yaitu antara jenis silindris dari bahan drum bekas dan bentuk kotak berbahan kerangka dari kayu menunjukkan hasil yang berpengaruh signifikan atau berbeda nyata terhadap penempelan telur cumi-cumi (P-value < 0,05). Hasil ini menunjukan bahwa rumpon atraktor cumi bentuk silindris memiliki keberhasilan yang signifikan dibandingkan dengan rumpon atraktor cumi jenis kotak. Hasil ini menunjukkan bahwa rumpon atraktor cumi jenis silindris menjadi jenis rumpon yang dapat diaplikasikan sebagai pengumpul telur cumi-cumi yang efektif dibandingkan jenis rumpon atrakror cumi jenis kotak.

Hasil analisis Two Faktor With Replication untuk melihat besarnya hubungan antara dua faktor perlakuan terhadap penempelan telur cumi-cumi menunjukkan bahwa faktor perlakuan yang paling berpengaruh signifikan terhadap penempelan telur cumi-cumi pada rumpon adalah interaksi antara pengaruh dari faktor

30

perlakuan waktu pengamatan (musim pemijahan) dan jenis rumpon yang digunakan. Untuk interaksi antara faktor perlakuan kedalaman dengan jenis rumpon dan interaksi antara faktor perlakuan waktu pengamatan dengan kedalaman menunjukkan hasil yang tidak signifikan atau tidak berbeda nyata terhadap penempelan telur cumi-cumi pada rumpon. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa faktor yang harus disesuaikan untuk melakukan penenggelaman rumpon atraktor cumi yang efektif sebagai tempat penempelan telur cumi-cumi adalah dengan menyesuaikan dan menentukan faktor perlakuan jenis rumpon dan waktu cumi bertelur di suatu lokasi perairan. Berdasarkan hasil penelitian, waktu pengamatan yang paling efektif untuk penempelan telurcumi-cumi adalah pengamatan tahap 1 (November – Desember 2012) dan jenis rumpon atraktor cumi bentuk silindris dari bahan drum bekas. Tabel Anova untuk Two Faktor With Replication disajikan pada Lampiran 5. Hasil analisis untuk pengaruh jenis, waktu pengamatan dan kedalaman penenggelaman rumpon terhadap penempelan telur cumi-cumi tersaji pada Tabel 9.

Tabel 9. Analisis Pengaruh waktu pengamatan, kedalaman dan jenis rumpon terhadap penempelan telur cumi-cumi

No Faktor perlakuan P-value Interpretasi

1 Waktu Pengamatan 0.029653 Berbeda Nyata

2 Kedalaman 0.479046 Tidak Berbeda Nyata

3 Jenis Rumpon 0.015219 Berbeda Nyata

4 Waktu Pengamatan dan Jenis 0.006697 Sangat Berbeda Nyata 5 Jenis dan Kedalaman 0.323388 Tidak Berbeda Nyata 6 Kedalaman dan Waktu Pengamatan 0.222706 Tidak Berbeda Nyata

Hasil Analisis Komponen Utama (Principle Componen Analysis) untuk menentukan pengaruh parameter lingkungan fisika kimia perairan dan komposisi tekstur substrat terhadap penempelan telur cumi-cumi pada rumpon atrkator cumi mendapatkan empat kelompok sebaran utama (Gambar 14). Dari sebaran data kelompok utama yang tersaji dari hubungan faktor 1 X 2 dan hubungan faktor 1 X 3 dapat disimpulkan bahwa antara musim penempelan telur cumi-cumi (spawning) yaitu pada pengamatan ke 1 (P1) dan pengamatan ke 2 (P2) membentuk kelompok yang terpisah dengan parameter fisika kimia perairan dan tekstur substrat. Hasil ini menunjukkan bahwa musim pemijahan untuk musim penempelan telur cumi-cumi pada pengamatan ke 1 dan 2 (November – Desember 2012) tidak terpengaruh secara signifikan terhadap kondisi fisika kimia perairan dan komposisi tekstur subrat. Hal ini diestimasi karena secara umum kondisi perairan dan substrat di Perairan Tuing masih tergolong alami dan sesuai untuk kehidupan cumi-cumi karena jauh dari pemukiman, muara sungai dan aktivitas pencemaran dengan sebaran terumbu karang yang masih alami. Ada faktor lain yang lebih menentukan pemijahan cumi –cumi selain kondisi perairan dan substrat yang diukur dalam penelitian ini seperti kesuburan perairan dan kelimpahan plankton. Hasil analisis komponen utama disajikan pada Gambar 14.

31

Gambar 14. Diagram lingkaran korelasi antara parameter fisika kimia perairan dan komposisi substrat dengan waktu pengamatan di proyeksi sumbu faktor 1 dan 2 (kiri) serta faktor 1 dan 3 (kanan).

Suhu dapat menjadi salah satu kunci untuk memprediksi masa reproduksi cumi-cumi di daerah temperate (empat musim) dan subtropis yang memiliki perbedaan suhu yang besar (Wals et al. 2002). Namun, untuk daerah tropis dengan kondisi perairan yang relatif hangat dengan perbedaan suhu tahunan yang kecil, suhu tidak dapat dijadikan sebagai faktor kunci untuk memprediksi masa reproduksi cumi-cumi. Pada famili Loligonidae, ketersediaan makanan menjadi faktor yang sangat menentukan terjadinya pemijahan (Gretta and Jackson 2006). Di daerah kawasan timur perairan Samudera Pasifik, cumi-cumi banyak melakukan reproduksi mengikuti siklus upwelling (Anderson and Rodhouse 2001). Konsentrasi nitrogen dan fosfor merupakan salah satu kunci untuk melihat kesuburan perairan (Lobban and Harrison 2004) yang akan mempengaruhi kelimpahan plankton di perairan. Plankton merupakan pakan alami bagi anak cumi-cumi yang sangat penting keberadaannya bagi perkembangan cumi-cumi (Norman 2003).

Projection of the variables on the factor-plane ( 1 x 2)

Active P1 P2 P5 suhu sal TDS TSS arus pH keruh pasir debu liat -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 Factor 1 : 86,17% -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 F a c to r 2 : 1 2 ,8 0 %

Projection of the variables on the factor-plane ( 1 x 3)

Active P1

P2

P5 suhu

sal

TDS pH keruh pasir TSS arus

debu liat -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 Factor 1 : 86,17% -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 F a c to r 3 : 1 ,0 3 %

32

5 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa :

1. Bentuk rumpon atraktor cumi silindris dari bahan drum bekas terbukti efektif dan dapat diaplikasikan sebagai pengumpul telur cumi-cumi.

2. Kedalaman yang paling sesuai untuk penenggelaman rumpon atraktor cumi adalah 3 meter yang diukur saat surut terendah.

3. Waktu pengamatan yang paling sesuai untuk penempelan telur cumi-cumi di lokasi penelitian adalah pada waktu pengamatan tahap 1 yang dilakukan pada bulan November – Desember 2012.

4. Interaksi faktor perlakuan yang paling mempengaruhi terhadap penempelan telur cumi-cumi pada rumpon atraktor cumi adalah musim dan jenis rumpon.

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian untuk perairan yang lebih dalam seperti 8 – 12 meter sehingga dapat dibandingkan dengan hasil penempelan telur cumi-cumi pada rumpon atraktor cumi-cumi di perairan dangkal.

2. Dilakukan penelitian dengan pola susunan yang berbeda dalam penenggelaman rumpon atraktor cumi seperti pola berkelompok (tidak terpisah).

3. Dilakukan penelitian lebih lanjut untuk pembesaran anak cumi hingga ukuran siap tebar untuk program restocking atau bahkan hingga ukuran siap konsumsi untuk program perintisan budidaya cumi-cumi.

33

Dokumen terkait