• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Penetapan Daya Antidiare

2. Penentuan dosis sari buah salak pondoh

Penentuan dosis sari buah salak pondoh ini ditetapkan berdasarkan orientasi, karena belum ada keterangan empiris tentang dosis sari buah salak pondoh sebagai antidiare. Karena konsentrasi sari buah salak pondoh tidak dapat dipekatkan lagi, maka peringkat dosis dilakukan menggunakan peringkat volume, yaitu 0,25 ml; 0,50 ml; dan 1,00 ml.

Langkah awal yang dilakukan adalah menentukan konsentrasi sari buah salak pondoh, yakni dengan cara menimbang 20 buah salak pondoh tanpa kulit dan biji satu per satu kemudian dihitung rata-ratanya. Satu per satu buah salak tersebut disarikan dan dihitung rata-rata sari buah salak pondoh yang dapat diambil. Dari perhitungan diperoleh rata-rata buah salak adalah 41,108 gram, dan dapat diambil sarinya sebanyak 7,47 ml sari. Konsentrasi sari buah salak pondoh adalah 100%.

a. perhitungan untuk dosis terapi Dosis = BB V C× = kg ml 02 , 0 5 , 0 1× = 25 ml/kg BB

b. perhitungan untuk dosis rendah

Dosis = BB V C× = kg ml 02 , 0 25 , 0 1× = 12,5 ml/kg BB

c. perhitungan untuk dosis tinggi

Dosis = BB V C× = kg ml 02 , 0 00 , 1 1× = 50 ml/kg BB 3. Pembuatan CMC Na 1%

Pembuatan CMC Na 1%, dilakukan dengan menimbang 1 gram CMC Na (Carboxy Methyl Cellulose Natrium). Kemudian CMC Na ditaburkan diatas aquadest dalam beaker gelas (dikembangkan), satu hari sebelum digunakan. Setelah mengembang,

larutan CMC Na kemudian dimasukkan dalam labu takar (100 ml) dan kemudian ditambahkan aquadest hingga tanda.

4. Perlakuan terhadap hewan uji

Dalam penelitian ini digunakan 60 ekor mencit yang terbagi secara acak dalam 6 kelompok perlakuan. Setiap kelompok perlakuan terdiri dari 10 ekor mencit yang dipelihara dalam kondisi yang sama.

Kelompok I : kelompok kontrol negatif, diberi aquadest secara oral.

Kelompok II : kelompok kontrol positif, diberi larutan Loperamid secara oral, dengan dosis 0,728 mg/g BB.

Kelompok III : kelompok uji I, diberi sari buah salak pondoh, secara oral dengan dosis 12,5 ml/kg BB.

Kelompok IV : kelompok uji II, diberi sari buah salak pondoh, secara oral dengan dosis 25 ml/kg BB.

Kelompok V : kelompok uji III, diberi sari buah salak pondoh, secara oral dengan dosis 50 ml/kg BB.

Kelompok VI : kelompok dengan pemberian CMC Na 1% secara oral.

5. Skema kerja

Mencit dikelompokkan secara rawu menjadi 6 kelompok, yaitu kelompok kontrol yang diberi aquadest, kelompok yang diberi sediaan uji dengan tiga peringkat dosis, kelompok yang diberi pembanding loperamid HCl dan kelompok dengan perlakuan CMC Na. Masing-masing kelompok terdiri atas 10 ekor mencit.

Satu jam sebelum percobaan dimulai mencit dipuasakan. ↓

Sesuai dengan alokasi perlakuan, tiap mencit diberi secara per oral aquadest sebagai kontrol negatif, loperamid HCl sebagai kontrol positif, CMC Na 1%, atau sari buah salak pondoh dengan tiga peringkat dosis (12,5 ml/kg BB, 25 ml/kg BB, 50 ml/kg BB) dan kemudian ditempatkan dalam bejana individual (kotak kaca) beralaskan kertas HVS untuk pengamatan.

Satu jam setelah perlakuan pada butir 3, semua mencit diberi per oral 0,5 ml Oleum Ricini.

Respons yang terjadi pada tiap mencit diamati selang 30 menit sampai 4 jam, kemudian selang 1 jam sampai 6 jam setelah pemberian oleurn Ricini.

Parameter yang diamati meliputi waktu terjadinya diare, frekuensi diare, konsistensi dan bobot feces serta jangka waktu berlangsungnya diare (Anonim, 1991).

G. Analisis Hasil

Hasil pengamatan pada ketiga kelompok hewan untuk waktu terjadinya diare, jangka waktu berlangsungnya diare, konsistensi dan bobot feses dievaluasi masing-masing secara statistik dengan metode anova dan uji t, dan frekuensi diare dapat diuji dengan uji non-parametrik (Anonim, 1991).

41 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Determinasi

Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Kebun Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Determinasi dilakukan untuk menghindari kesalahan tanaman yang digunakan. Ciri khas yang terdapat pada tanaman salak di determinasi dengan buku Flora (Steenis, 1992).

Kunci determinasi tanaman salak (Zalacca edulis R.) adalah sebagai berikut ; 1b – 2b – 3b – 4b – 6b – 7a – 8b

21...Palmae 1b – 3b – 4a – 5b

5...Zalacca edulis Reinw, Dari hasil determinasi diketahui bahwa tanaman yang digunakan adalah tanaman salak (Zalacca edulis R.).

B. Penetapan Daya Antidiare

Pada penelitian daya antidiare buah salak pondoh ini digunakan metode proteksi diare oleh Oleum Ricini dengan peraturan pemberian larutan kontrol maupun larutan uji dengan cara oral. Secara teori peningkatan dosis sari dapat meningkatkan efek antidiare.

Pada metode proteksi diare oleh Oleum Ricini ini, parameter yang akan diukur adalah bobot feses, frekuensi diare, konsistensi feses yang cair, onset (waktu timbulnya diare) dan durasi (lamanya diare berlangsung). Kemudian selanjutnya

dibandingkan antara parameter dari tiap-tiap kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif, kontrol positif (pembanding), kelompok dosis I, kelompok dosis II, kelompok dosis III, dan kelompok CMC Na 1% .

Suatu zat atau senyawa dikatakan mempunyai aktivitas antidiare bila parameter yang diamati pada kelompok perlakuan lebih kecil nilainya dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Jadi apabila bobot feses, frekuensi diare, % konsistensi feses yang cair, onset (waktu timbulnya diare) dan durasi (lamanya diare berlangsung) dari kelompok perlakuan nilainya lebih kecil dari pada kelompok kontrol negatif, maka sari buah salak pondoh memang menunjukkan aktivitas antidiare.

1. Penentuan kontrol positif dan kontrol negatif

Sebelum dilakukan penelitian lebih lanjut, terlebih dahulu dilakukan penentuan senyawa yang sesuai untuk digunakan sebagai kontrol positif dan kontrol negatif. Tujuannya adalah untuk mendukung penelitian agar penelititan dapat berjalan dengan baik dan diperoleh hasil penelititan yang tepat dan akurat.

a. Kontrol positif

Kontrol positif yang digunakan sebaiknya adalah senyawa yang benar-benar telah terbukti mempunyai efek antidiare. Selain itu, pemilihan kontrol positif ditentukan juga oleh metode uji yang digunakan, maksudnya mekanisme kerja dari kontrol positif yang dipilih sebaiknya sesuai dengan dasar mekanisme kerja pada cara kerja pada penelitian ini.

Penelitian ini menggunakan metode uji yaitu metode proteksi oleh Oleum Ricini. Secara teori, berdasarkan mekanisme terjadinya diare maka metode proteksi diare oleh Oleum Ricini ini metode yang digunakan untuk mengetahui apakah suatu obat

antidiare mempunyai mekanisme antidiare dengan cara mengurangi gangguan motilitas usus. Oleh karena itu, kontrol positif yang digunakan sebaiknya juga menunjukkan mekanisme kerja dengan dasar yang sama pula yaitu mengurangi gangguan motilitas usus. Loperamide Hydrochlorida adalah kontrol positif yang disarankan pada penelitian dengan menggunakan metode proteksi diare oleh Oleum Ricini (Anonim, 1991). Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus.

Dosis loperamide HCl pada pemberian awal adalah 4mg, maka apabila dosis tersebut dikonversikan ke orang dewasa dengan berat badan 70kg adalah :

Dosis = 4mg 50 70

×

= 5,6 mg/70 kg BB.

Faktor konversi dosis manusia ke mencit dengan berat 20 gram = 0,0026 = 5,6 x 0,0026

= 0,0015 mg/20g BB = 0,728 mg/g BB

Penulis memilih Immodium sebagai kontrol positif. Dipilih Immodium karena senyawa ini telah terbukti sebagai obat antidiare yang banyak digunakan oleh masyarakat. Keterbatasan penelitian menyebabkan Loperamide HCl tidak dapat digunakan sehingga penulis memilih Immodium sebagai penggantinya. Diketahui bahwa Immodium mempunyai khasiat menghambat motilitas atau peristaltik usus dengan mempengaruhi secara langsung otot sirkular dan longitudinal dinding usus. Terdapat kemiripan mekanisme kerja antara Immodium dengan Loperamide HCl.

Pada penelitian ini, nilai pada tiap parameter yang diamati pada kelompok kontrol positif digunakan sebagai pembanding terhadap nilai pada tiap parameter yang diamati pada kelompok perlakuan dengan sari buah salak pondoh. Pembanding ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar efek antidiare sari buah salak pondoh. Sehingga apabila hasil nilai tiap parameter yang diamati pada kelompok perlakuan mendekati nilai tiap parameter yang diamati pada kelompok kontrol positif, maka dapat diasumsikan bahwa efek antidiare larutan uji menunjukkan efek antidiare yang hampir sama dengan efek antidiare senyawa/zat aktif yang digunakan sebagai kontrol positif.

b. Kontrol negatif

Dalam penelitian ini kontrol negatif yang digunakan adalah aquadest. Digunakan aquadest karena disesuaikan dengan pelarut kontrol positif. Volume pemberian aquadest ini adalah 0,5ml/20 gram BB tiap ekor mencit.

Pada kelompok kontrol negatif, setiap hewan uji diberi perlakuan pemberian aquadest pada menit ke nol. Selanjutnya dilakukan penelitian sesuai dengan cara kerja yang telah ditentukan. Nilai pada tiap parameter yang diukur (bobot feses, frekuensi diare, konsistensi feses yang cair, onset (waktu timbulnya diare) dan durasi (lamanya diare berlangsung)) pada kelompok kontrol negatif ini digunakan sebagai pembanding parameter dari perlakuan sari buah salak pondoh. Apabila pada kelompok perlakuan sari buah salak pondoh nilainya lebih kecil dari kelompok kontrol negatif, maka sampel uji memang mempunyai aktivitas antidiare. Namun, apabila terjadi sebaliknya, yaitu nilainya lebih besar, maka sampel uji tidak mempunyai efek antidiare melainkan mempunyai efek laksansia.

2. Penentuan dosis sari buah salak pondoh

Penentuan dosis sari buah salak pondoh ini ditetapkan berdasarkan orientasi, karena belum ada keterangan empiris tentang dosis sari buah salak pondoh sebagai antidiare. Karena konsentrasi sari buah salak pondoh tidak dapat dipekatkan lagi, maka peringkat dosis dilakukan menggunakan peringkat volume, yaitu 0,25 ml; 0,50 ml; dan 1,00 ml.

Langkah awal yang dilakukan adalah menentukan konsentrasi sari buah salak pondoh, yakni dengan cara menimbang 20 buah salak pondoh tanpa kulit dan biji satu per satu kemudian dihitung rata-ratanya. Satu per satu buah salak tersebut disarikan dan dihitung rata-rata sari buah salak pondoh yang dapat diambil. Dari perhitungan diperoleh rata-rata buah salak adalah 41,108 gram, dan dapat diambil sarinya sebanyak 7,47 ml sari.

a. perhitungan untuk dosis terapi

Dosis = BB V C× = kg ml 02 , 0 5 , 0 1× = 25 ml/kg BB

b. perhitungan untuk dosis rendah

Dosis = BB V C× = kg ml 02 , 0 25 , 0 1× = 12,5 ml/kg BB

c. perhitungan untuk dosis tinggi Dosis = BB V C× = kg ml 02 , 0 00 , 1 1× = 50 ml/kg BB

Pelaksanaan penelitian selanjutnya menggunakan peringkat dosis sari buah salak pondoh berturut-turut adalah dosis I 12,5 ml/kg BB, dosis II 25 ml/kg BB, dan dosis III 50 ml/kg BB.

Dokumen terkait