• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Harga Pokok Bahan Baku

Dalam dokumen PENGENDALIAN PERSEDIAAN (Halaman 71-76)

Karena dalam satu periode akuntansi seringkali fluktuasi harga, maka harga beli bahan baku juga berbeda dari pembelian yang satu dengan pembelian yang lain. Oleh karena itu persediaam bahan baku yang ada digudang mempunyai harga pokok persatuan yang berbeda-beda, meskipun jenisnya sama. Hal ini menimbulakn masalah dalam penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi.

Beberapa tujuan penghitungan harga pokok yaitu:

1. Untuk menentukan harga penjualan, harga pokok penjualan tidak dapat ditentukan sebelum harga pokoknya ditentukan terlebih dahulu.

2. Untuk menentukan laba atau rugi perusahaan. Laba dihitung dengan cara penjualan dikurangi dengan harga pokok penjualan. Padahal harga pokok penjualan baru dapat ditentukan setelah harga pokok ditentukan terlebih dahulu.

3. Untuk memberi penilaian didalam laporan keuangan yang berupa neraca. Harta dalam neraca yang berupa persediaan produk jadi harus dinilai, diberi harga. Dengan pemberian harga tersebut dapat diketahui kekayaan perusahaan.

Penilaian atau pemberian harga tersebut informasinya dari harga pokok.

4. Untuk menentukan kebijakan perusahaan. Misalnya dalam kasus akan memberi potongan harga pada saat menjual secara besar-besaran.Dalam pengambilan kebijakan ini jangan sampai harga yang ditentukan berada di bawah harga pokok.

5. Untuk menentukan efisiensi perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan membandingkan perkiraan penentuan

harga pokok sebelum proses produksi dikaksanakan dengan perhitungan harga pokok setelah proses produksi dikerjakan.

Macam-macam metode penentuan pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi (materials costing methods), diantaranya adalah:

1. Metode identifikasi khusus (Specific Identification Method)

Dalam metode ini, setiap jenis bahan baku digudang harus diberi tanda pada harga pokok per satuan berapa bahan baku tersebut dibeli. Setiap pembelian bahan baku yang harga per satuannya berbeda dengan harga per satuan bahan baku yang sudah ada di gudang, harus dipisahkan penyimpanannya dan diberi tanda pada harga berapa bahan tersebut dibeli. Dalam metode ini, tiap-tipa jenis bahan baku yang ada digudang jelas identitas harga pokoknya, sehingga setiap pemakaian bahan baku yang ada digudang jelas identitas harga pokoknya, sehingga setiap pemakaian bahan baku dapat diketahui harga pokok per satuannya secara tepat.

Kesulitan yang timbul dari pemakaian metode ini adalah terletak dalam penyimpanan bahan baku digudang. Meskipun jenis bahan bakunya sama, namun jika harga pokok per satuannya berbeda, bahan baku tersebut harus disimpan secara terpisah, agar mudah identifikasi pada saat pemakaiannya nanti.

2. Metode masuk pertama, keluar pertama (First-in, First – Out Method)

Metode masuk pertama, keluar pertama (metode MPKP) menentukan biaya bahan baku dengan anggapan bahwa harga pokok per satuan bahan baku yang pertama masuk dalam gudang, digunakan untuk menentukan harga bahan baku yang pertama kali dipakai. Perlu ditekankan disini bahwa untuk menentukan biaya bahan baku, anggapan aliran biaya tidak harus sesuai dengan aliran fisik bahan baku dalam produksi.

Contoh soal dalam penentuan harga pokok bahan baku:

Data mengenai bahan baku misalkan selama 2 minggu pertama bulan September 2020 sebagai berikut:

1/9 persediaan 8.000 kg @ Rp. 1.000,00

8/9 melakukan pembelian bahan baku 12.000 kg @ Rp.

1.200,00

9/9 masuk proses produksi sebanyak 15.000 kg

Berdasarkan data di atas bisa dihitung biaya bahan baku yang masuk proses produksi dan berapa nilai persediaan akhir jika menggunakan metode masuk pertama, keluar pertama seperti:

Bahan baku yang masuk pertama yaitu bahan baku yang pertama kali digunakan dalam proses produksi.

1/9 8000 kg x Rp. 1000,00 = Rp. 8.000.000,00 8/9 7000 kg x Rp. 1.200,00 = Rp. 8.400.000,00 BBB = 15.000 kg = Rp. 16.400.000,00

Persediaan akhir = 5.000 kg x Rp. 1.200,00 = Rp.

6.000.000,00

3. Metode masuk terakhir, keluar pertama (Last in, First-out Method)

Metode masuk terakhir, keluar pertama (metode MTKP) menentukan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi dengan anggapan bahwa harga pokok per satuan bahan baku yang teakhir masuk dalam persediaan gudang, dipakai untuk menentukan harga pokok bahan baku yang pertama kali dipakai dalam produksi.

Contoh soal dalam penentuan harga pokok bahan baku:

Data mengenai bahan baku misalkan selama 2 minggu pertama bulan September 2020 sebagai berikut:

1/9 persediaan 8.000 kg @ Rp. 1.000,00

8/9 melakukan pembelian bahan baku 12.000 kg @ Rp.

1.200,00

9/9 masuk proses produksi sebanyak 15.000 kg

Bahan baku yang terakhir kali masuk bahan tersebut yang diganakan terlebih dahulu dalam proses produksi.

8/9 12.000 kg x Rp. 1.200,00 = Rp. 14.400.000,00 1/9 3.000 kg x Rp. 1.000,00 = Rp. 3.000.000,00 BBB = 15.000 kg = Rp. 17.400.000,00

Persediaan akhir = 5.000 kg x Rp. 1.000,00 = Rp.

5.000.000,00

4. Metode rata-rata bergerak (Moving Average Method) Dalam metode ini persediaan bahan baku yang ada digudang, dihitung harga pokok rata-ratanya, dengan cara membagi total pokok dengan jumlah satuannya. Setiap kali terjadi pembelian yang harga pokok per satuannya berbeda dengan harga pokok rata-rata persediaan yang ada digudang, harus dilakukan perhitungan harga pokok rata-rata per satuan yang baru. Bahan baku yang dipakai dalam proses produksi dihitung harga pokoknya dengan mengalikan jumlah satuan bahan baku yang dipakai dengan harga pokok rata-rata per satuan bahan baku yang ada digudang. Metode ini disebut juga rata-rata tertimbang, karena dalam menghitung rata-rata harga pokok persediaan bahan baku, metode ini menggunakan kuantitas bahan baku sebagai angka penimbangnya.

Contoh soal dalam penentuan harga pokok bahan baku:

Data mengenai bahan baku misalkan selama 2 minggu pertama bulan September 2020 sebagai berikut:

1/9 persediaan 8.000 kg @ Rp. 1.000,00

8/9 melakukan pembelian bahan baku 12.000 kg @ Rp.

1.200,00

9/9 masuk proses produksi sebanyak 15.000 kg

Biaya bahan baku yang dipakai dalam proses produksi yaitu hasil kali kuantitas bahan baku yang dipakai dan harga rata-rata persatuan.

1/9 8.000 kg x Rp. 1.000,00 = Rp. 8.000.000,00 8/9 12.000 kg x Rp. 1.200,00 = Rp. 14.000.000,00 20.000 kg = Rp. 22.400.000,00

Harga rata-rata = Rp. 22.400.000,00 : 20.000 kg = Rp.

1.120,00

BBB = 15.000 kg x Rp. 1.120,00 = Rp. 16.800.000,00 Persediaan akhir = 5.000 kg x Rp. 1.120,00 = Rp. 5.600.000 5. Metode biaya standar

Dalam metode ini, bahan baku yang dibeli dicatat dalam kartu persediaan sebesar harga standar (Standard price) yaitu harga taksiran yang mencerminkan harga yang diharapkan akan terjadi dimasa yang akan datang.

Harga standar merupakan harga yang diperkirakan untuk tahun tertentu.

6. Metode rata-rata harga pokok bahan pada akhir bulan Dalam metode ini, pada akhir bulan dilakukan perhitungan harga pokok rata-rata per satuan tiap jenis persediaan bahan baku yang ada digudang. Harga pokok rata-rata per satuan ini kemudian digunakan untuk menghitung harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi bulan berikutnya.

Dalam dokumen PENGENDALIAN PERSEDIAAN (Halaman 71-76)

Dokumen terkait