• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Harga Pokok Produksi PT Inggu Laut Abadi Kabupaten Cianjur, Jawa Barat

IV METODE PENELITIAN

B. Tahapan Kultur Jaringan

4. Penanaman Eksplan (inokulasi)

6.1 Penentuan Harga Pokok Produksi PT Inggu Laut Abadi Kabupaten Cianjur, Jawa Barat

Penentuan harga pokok produksi pada PT. Inggu Laut Abadi dibedakan menjadi 2 macam, yaitu penentuan harga pokok produksi sebelum kenaikan harga bahan kimia makro dan mikro serta penentuan harga pokok produksi setelah kenaikan harga bahan kimia makro dan mikro. Pembedaan ini didasarkan pada tujuan pemilik yang ingin mengetahui perkiraan harga pokok produksi ketika harga bahan kimia makro dan mikro mengalami peningkatan.

6.1.1 Penentuan Harga Pokok Produksi sebelum Kenaikan Harga Bahan Kimia Makro dan Mikro

Metode penentuan harga pokok produksi yang diterapkan PT. Inggu Laut Abadi Kabupaten Cianjur, Jawa Barat tidak termasuk ke dalam metode full costing, variable costing, maupun activity based costing. Penentuan harga pokok produksi perusahaan hanya didasarkan pada biaya aktual yang dikeluarkan perusahaan dalam periode berjalan (satu bulan), mulai dari kegiatan pembuatan media ½ Murashige and Skoog (MS) sebagai bahan baku dalam kultur jaringan sampai dengan pemanenan bibit krisan yang sudah berakar. Biaya-biaya tersebut terdiri dari biaya pengolahan (upah dan bahan), gaji dan upah lembur karyawan, konsumsi karyawan, serta biaya rutin.

Biaya pengolahan dialokasikan untuk pembuatan media ½ MS, pembelian kebutuhan laboratorium, kebutuhan lapang/Green House (GH), kebutuhan packing, dan kebutuhan-kebutuhan lain yang berhubungan dengan kelangsungan proses produksi. Biaya gaji dan upah lembur karyawan dialokasikan untuk

pembayaran gaji dan upah lembur karyawan, baik karyawan laboratorium, kebun, maupun upah tenaga kerja harian. Sedangkan biaya konsumsi karyawan dialokasikan seluruhnya untuk konsumsi seluruh karyawan. Demikian halnya dengan biaya rutin yang dialokasikan seluruhnya untuk pembayaran listrik GH dan kantor. Perhitungan harga pokok bibit krisan metode perusahaan pada tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 2.

Berdasarkan metode perusahaan, bahan kimia makro dan mikro yang selama ini diperhitungkan dalam penetapan harga pokok produksi adalah harga lama yaitu harga pada awal pembelian. Kebijakan tersebut dilakukan mengingat bahan kimia makro dan mikro yang digunakan sampai saat ini masih tersedia. Tepatnya perusahaan menggunakan harga bahan kimia makro dan mikro tahun 2002 dalam perhitungan harga pokok produksinya.

Pada perhitungan harga pokok produksi, perusahaan memasukkan biaya pembelian plastik packing, dus packing, dan lakban ke dalam biaya pengolahan. Biaya-biaya tersebut seharusnya dihitung pada komponen biaya pemasaran, bukan merupakan bagian biaya produksi. Hal tersebut menyebabkan harga pokok produksi menjadi lebih tinggi

Di lain pihak, perusahaan tidak memasukkan biaya penyusutan ke dalam perhitungan harga pokok produksi. Padahal biaya penyusutan merupakan komponen biaya overhead pabrik (BOP). Biaya penyusutan yang seharusnya diperhitungkan perusahaan adalah penyusutan laboratorium, GH, autoklaf, AC, dan penyusutan Laminar Air Flow (LAF). Mengacu pada kondisi tersebut, dapat dikatakan bahwa perhitungan harga pokok produksi yang selama ini digunakan perusahaan belum tepat karena tidak sesuai dengan kaidah perhitungan harga

pokok produksi menurut standar akuntansi Indonesia. Hal ini menyebabkan harga pokok tidak menggambarkan penggunaan biaya yang seharusnya menjadi komponen pembentuk harga pokok. Apabila hal tersebut terus terjadi maka akan menyebabkan pengambilan keputusan yang kurang tepat, sehingga dikhawatirkan akan merugikan perusahaan.

6.1.2 Penentuan harga Pokok Produksi setelah Kenaikan Harga Bahan Kimia Makro dan Mikro

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2008 ini perusahaan berencana akan melakukan pembelian bahan kimia makro dan mikro, sehingga diperkirakan harga pokok produksi akan mengalami kenaikan. Kenaikan harga pokok produksi ini terkait dengan tingginya harga bahan-bahan kimia (makro dan mikro) pada tahun 2008 dibanding dengan tahun 2002 . Perbandingan harga bahan kimia makro dan mikro tahun 2002 dengan tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 8 halaman 66.

Berdasarkan Tabel 8, dapat dilihat bahwa perbandingan harga bahan kimia makro dan mikro pada tahun 2008 jauh berbeda dibandingkan dengan harga pada tahun 2002. Rata-rata harga bahan kimia pada tahun 2008 mengalami peningkatan 2-3 kali lipat dari harga tahun 2002. Peningkatan harga bahan kimia ini akan menyebabkan harga pokok produksi perusahaan menjadi lebih tinggi, sehingga dikhawatirkan harga jual per bibit pun akan mengalami peningkatan. Sementara itu, pemilik berupaya mempertahankan harga jual per bibit yang dapat dijangkau oleh petani. Oleh karena itu, diperlukan perhitungan harga pokok produksi baru yang memperhitungkan kenaikan harga bahan kimia makro dan mikro pada tahun 2008. Dalam perhitungannya, diasumsikan semua biaya lain selain biaya bahan

kimia makro dan mikro bersifat tetap atau sama dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2007. Adapun untuk biaya tenaga kerja diasumsikan sama dengan Bulan Desember tahun 2007, serta produksinya diasumsikan sama dengan kapasitas normal perusahaan yaitu 120.000 bibit per bulan dimana kapasitas normal perusahaan ini dapat dicapai jika proses pembibitan dengan kultur jaringan (laboratorium) dan pembibitan dengan stek (green house) berproduksi secara kontinyu. Penggunaan asumsi ini dilatarbelakangi oleh belum adanya biaya aktual yang benar-benar dikeluarkan perusahaan pada tahun 2008.

Tabel 8. Perbandingan Harga Bahan Kimia Makro dan Mikro

Bahan Kimia Bahan Kimia Makro

Tahun 2002 Tahun 2008 NH4NO3 Rp 94.100/500 gr Rp 516.250/500 gr KNO Rp 65.000/500 gr Rp 528.750/500 gr CaCl2.2H2O Rp 89.400/500 gr Rp 447.500/500 gr Mg SO4.7H2O Rp 97.600/500 gr Rp 545.000/500 gr KH2PO4 Rp 87.100/250 gr Rp 371.250/250 gr Myo Inositol Rp 2.74.000/100 gr Rp 910.000/100 gr

Bahan Kimia Mikro

Na2MoO4.2H2O Rp 571.000/100 gr Rp 790.000/100 gr H3BO4 Rp 104.000/500 gr Rp 5.400.000/500 gr COCl2.6H2O Rp 627.000/100 gr Rp 2.268.500/100 gr ZnSO4.7H2O Rp 112.000/500 gr Rp 487.500/500 gr CuSO4.7H2O Rp 255.000/250 gr Rp 9.690.000/250 gr MnSO4.4H2O Rp 191.000/250 gr Rp 6.330.000/250 gr KI Rp 272.000/500 gr Rp 855.500/500 gr Nicotinic acid Rp 119.000/100 gr Rp 5.900.000/100 gr Pyridoxin acid Rp 1.020.000/10 gr Rp 5.950.000/10 gr Thiamin Rp 116.000/10 gr Rp 2.168.000/10 gr Glycine Rp 65.100/10 gr Rp 195.300/10 gr FeSO4.7H2O Rp 113.000/500 gr Rp 3.300.000/500 gr Na2EDTA Rp 194.000/10 gr Rp 282.000/10 gr IAA Rp 151.000/10 gr Rp 300.000/10 gr Sumber: Intra Lab, 2002 & 2008

Adapun Perhitungan harga pokok bibit krisan metode perusahaan pada tahun 2008 dapat dilihat pada Lampiran 3.

6.2 Penggolongan Biaya Komponen Harga Pokok Produksi

Dokumen terkait