• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN JUMLAH SAMPEL DARI POPULASI TERTENTU DENGAN TARAF KESALAHAN 1, 5, DAN 10%

(dikembangkan dari Isaac dan Michael)

s s s

(0, 0025 64) 0,87025 56,56625

75 Sumber : Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (CV Alfabeta : Bandung 1999) p81

2.2.7 Skala Pengukuran dan Instrumen Penelitian 2.2.7.1 Skala Pengukuran

Menurut Sugiyono (1999, p84), skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang

pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif.

Menurut Indriantoro dan Supomo (1999, p97), sesuai dengan sifat dan jenis fenomena yang diabstraksikan oleh construct, tipe skala pengukuran construct terdiri atas: (1) skala nominal, (2) skala ordinal, (3) skala interval, dan (4) skala rasio.

a. Skala Nominal (Nominal Scale)

Skala nominal adalah skala pengukuran yang menyatakan kategori, kelompok atau klasifikasi dari construct yang diukur dalam bentuk variabel. Misal, jenis kelamin merupakan variabel yang terdiri atas dua kategori; pria dan wanita. Skala pengukuran jenis kelamin dapat dinyatakan dengan angka: 1 (pria) dan 2 (wanita).

b. Skala Ordinal (Ordinal Scale)

Skala ordinal adalah skala pengukuran yang tidak hanya menyatakan kategori, tetapi juga menyatakan peringkat construct yang diukur.

Peringkat nilai menunjukkan suatu urutan penilaian atau tingkat preferensi. Misal, penelitian ingin mengetahui preferensi calon mahasiswa terhadap lima perguruan tinggi unggulan. Responden diminta untuk menyusun urutan pilihan terhadap masing-masing perguruan tinggi dengan menyatakan dalam bentuk angka 1 sampai dengan 5. Angka 1 menunjukkan tingkat pilihan responden yang pertama terhadap perguruan tinggi tersebut, demikian seterusnya sampai angka 5 yang menunjukkan tingkat pilihan yang terakhir.

c. Skala Interval (Interval Scale)

Skala interval merupakan skala pengukuran yang menyatakan kategori, peringkat dan jarak construct yang diukur. Skala interval, dengan kata lain, tidak hanya mengukur perbedaan subyek atau obyek secara kualitatif melalui kategorisasi dan menyatakan urutan preferensi, tetapi juga mengukur jarak antara pilihan yang satu dengan yang lain.

Skala interval dapat dinyatakan dengan angka 1 sampai dengan 5 atau angka 1 sampai 7. Nilai skala interval bukan angka absolut, misal, jarak antara 1 dengan 2 sama dengan jarak antara 3 dengan 4. Penunjuk waktu (kalender atau jam) merupakan contoh skala interval, jumlah hari antara tanggal 1 sampai dengan tanggal 4 adalah sama dengan jumlah hari antara tanggal 21 sampai dengan tanggal 24.

Bila mana skalanya adalah interval, maka rata-rata hitung dipakai sebagai ukuran nilai sentral. Prosedur-prosedur statistik yang dapat dipakai adalah korelasi product moment, uji t, dan uji F dan lain-lain uji parametrik.

Contoh:

Berikut ini adalah contoh instrumen penelitian yang mengukur construct sikap terhadap pekerjaan (contoh 1) dan mengukur construct partisipasi dalam penyusunan anggaran (contoh 2) yang menggunakan skala interval:

1. Mohon Bapak/Ibu memberi tanggapan terhadap 3(tiga) butir pernyataan berikut ini sesuai dengan persepsi Bapak / Ibu terhadap pekerjaan di tempat kerja dengan memilih (melingkari) salah satu diantara pilihan jawaban yang tersedia.

STS 1

TS 2

N 3

S 4

SS 5 1. Pekerjaan yang saya lakukan

mendorong saya untuk menjadi kreatif

1 2 3 4 5

2. Pekerjaan saya merupakan pekerjaan yang membosankan

1 2 3 4 5

3. Secara keseluruhan saya merasa puas dengan pekerjaan saya

1 2 3 4 5

Catatan:

1. STS = sangat tidak setuju, 2.TS = tidak setuju, 3. N = netral, 4. S = setuju, 5. SS = sangat setuju

d. Skala Rasio (Ratio Scale)

Skala rasio merupakan skala pengukuran yang menunjukkan kategori, peringkat, jarak dan perbandingan construct yang diukur. Nilai uang atau ukuran berat merupakan contoh pengukuran dengan skala rasio. Nilai uang sebesar satu juta rupiah merupakan kelipatan sepuluh kali dari nilai uang seratus ribu rupiah. Jika berat badan seseorang adalah 70 kilogram sama dengan dua kali lipat dari orang yang memiliki berat badan 35 kilogram.

2.2.7.2 Instrumen Penelitian

Menurut Kountur (2007, p159), instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Setelah data dikumpulkan melalui instrumen kemudian ditabulasi sebelum dianalisis.

Menurut Sugiyono (1999, p97), instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh peneliti dalam melakukan penelitian.

2.2.8 Rating Scale

Menurut Sugiyono (1999, p86), berbagai skala yang dapat digunakan untuk penelitian bisnis antara lain adalah :

1. Skala Likert

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Data yang diperoleh dari skala tersebut adalah berupa data interval.

2. Skala Guttman

Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas;

yaitu “ya tidak”; “benar salah”; “pernah tidak pernah”; “positif -negatif” dan lain - lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif). Jadi kalau pada skala Likert terdapat 1,2,3,4,5 interval, dari kata “sangat setuju” sampai “sangat

tidak setuju”, maka pada dalam skala Guttman hanya ada dua interval yaitu “setuju” atau “tidak setuju”. Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.

3. Semantic Deferential / Skala Osgood

Skala pengukuran yang berbentuk semantic deferential dikembangkan oleh Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban sangat positifnya terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang sangat negatifnya terletak dibagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap / karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang.

4. Rating Scale

Dari ketiga skala pengukuran seperti yang telah dikemukakan, data yang diperoleh semuanya adalah data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Tetapi dengan rating scale, data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif sehingga di dalam skala model rating scale, responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan, tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan.

Rating scale ini lebih fleksibel karena tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja, tetapi dapat juga digunakan untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena - fenomena lainnya; seperti skala untuk

mengukur status sosial ekonomi, kelembagaan, pengetahuan, kemampuan, proses kegiatan dan lain – lain. Data yang diperoleh dari skala tersebut dapat berbentuk data interval maupun rasio, tergantung dari apa yang diukur dan bagaimana pengukuran dilakukan.

Untuk keperluan analisis secara kualitatif, maka jawaban-jawaban harus diberi arti.

Contoh :

Berilah jawaban angka :

4 bila tata ruang itu sangat baik 3 bila tata ruang itu cukup baik 2 bila tata ruang itu kurang baik 1 bila tata ruang itu sangat tidak baik

Seberapa baik tata ruang kerja yang ada di perusahaan A?

1 2 3 4 5

5. Skala Thurstone

Menurut (http://library.gunadarma.ac.id/files/disk1/8/jbptgunadarma-gdl-course-2004-hendroprab-386-bab02.doc.), skala thurstone ini merupakan salah satu model skala sikap dengan menggunakan pendekatan stimulus. Artinya, penskalaan dalam pendekatan ini ditujukan untuk meletakkan stimulus atau pernyataan sikap pada suatu kontinum psikologis yang akan menunjukkan derajat favorable atau unfavorabelnya pernyataan yang bersangkutan.

Berdasarkan skala-skala pengukuran yang telah dipaparkan di atas, maka skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah rating scale, karena rating scale ini lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja tetapi juga dapat digunakan untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainnya; seperti skala untuk mengukur status sosial ekonomi, kelembagaan, pengetahuan, kemampuan, proses kegiatan dan lain-lain.

2.2.9 Teknik Pengumpulan Data 2.2.9.1 Kuesioner (Angket)

Menurut Sugiyono (1999, p135), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Menurut Arikunto (2006, p151), kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal – hal yang ia ketahui.

Menurut Uma Sekaran (Sugiyono, 1999, p135), beberapa prinsip dalam penulisan angket sebagai teknik pengumpulan data yaitu :

1. Prinsip penulisan

Prinsip ini menyangkut beberapa faktor yaitu : isi dan tujuan pertanyaan, bahasa yang digunakan mudah, pertanyaan tertutup terbuka-negatif positif, pertanyaan tidak mendua, tidak menanyakan hal-hal yang sudah lupa, pertanyaan tidak mengarahkan, panjang pertanyaan dan urutan pertanyaan.

2. Prinsip pengukuran

Instrumen / angket harus dapat digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel tentang variabel yang diukur. Supaya diperoleh data penelitian yang valid dan reliabel, maka sebelum instrumen angket tersebut diberikan pada responden, maka perlu diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu. Instrumen yang tidak valid dan reliabel bila digunakan untuk mengumpulkan data, akan menghasilkan data yang tidak valid dan reliabel juga.

3. Penampilan fisik angket.

Penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul data akan mempengaruhi respon atau keseriusan reponden dalam mengisi angket.

Menurut Kountur (2007, p190), ada dua macam kuesioner yaitu :

1. Kuesioner yang digunakan untuk mencari informasi dari variabel tidak laten (non latent variable). Variabel non latent adalah variabel yang langsung dapat diukur. Misalnya usia, jenis kelamin, dan lain-lain.

2. Kuesioner yang digunakan untuk mengukur variabel laten (latent variable). Seperti sudah dijelaskan, variabel laten adalah variabel yang tidak dapat diketahui secara langsung tetapi melalui variabel lain yang bisa langsung diketahui. Untuk mengetahui keberadaan variabel ini maka dibuat kuesioner untuk mengukur keberadaannya. Misalnya, variabel motivasi. Kita tidak bisa langsung mengatakan “Berapa besar motivasi Anda?” Yang bisa kita lakukan adalah memberikan beberapa pertanyaan yang mengindikasikan keberadaan motivasi seseorang.

2.2.9.2 Wawancara

Menurut Indriantoro dan Supomo (1999, p152), wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam metode survei yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian. Teknik wawancara dilakukan jika peneliti memerlukan komunikasi atau hubungan dengan responden. Teknik wawancara dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : melalui tatap muka atau melalui telepon.

Menurut Sugiyono (1999, p130), wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data, apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit / kecil.

Menurut Hasan (2002, p17), wawancara adalah cara pengumpulan data dengan langsung mengadakan tanya jawab kepada obyek yang diteliti atau kepada perantara yang mengetahui persoalan dari obyek yang sedang diteliti.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan tanya jawab kepada obyek yang diteliti untuk mengumpulkan data (yang bersifat lebih detil / spesifik) yang dibutuhkan dalam penelitian.

2.2.10 Pengujian Statistik 2.2.10.1 Uji Hipotesis

Menurut Sugiyono (1999, p160), terdapat tiga macam bentuk pengujian hipotesis, yaitu uji dua pihak (two tail), pihak kanan, dan pihak kiri (one tail).

Jenis uji mana yang akan dipakai tergantung pada bunyi kalimat hipotesis.

(1.) Uji Dua pihak (Two Tail Test)

Uji dua pihak digunakan bila hipotesis nol (Ho) berbunyi “sama dengan” dan hipotesis alternatifnya (Ha) berbunyi “tidak sama dengan”

(Ho = ; Ha ≠).

Contoh hipotesis asosiatif :

Hipotesis nol : Tidak ada hubungan antara X dan Y Hipotesis alternatif : Terdapat hubungan antara X dan Y

Ho : ρ = 0 (berarti tidak ada hubungan) Ha : ρ ≠ 0 (berarti ada hubungan)

(2.) Uji Pihak Kiri

Uji pihak kiri digunakan apabila : hipotesis nol (Ho) berbunyi “lebih besar atau sama dengan” (≥) dan hipotesis alternatifnya (Ha) berbunyi

“lebih kecil” (<), kata lebih besar atau sama dengan sinonim dengan kata “paling sedikit atau paling kecil”.

Contoh hipotesis asosiatif :

Hipotesis nol : Hubungan antara X dan Y paling sedikit (kecil) 0.65

Hipotesis alternatif : Hubungan antara X dan Y lebih kecil dari 0.65

Ho : ρ≥ 0.65 Ha : ρ < 0.65

(3.) Uji Pihak Kanan

Uji pihak kanan digunakan apabila : hipotesis nol (Ho) berbunyi “lebih kecil atau sama dengan” (≤) dan hipotesis alternatifnya (Ha) berbunyi

“lebih besar” (>). Kata lebih kecil atau sama dengan sinonim kata

“paling besar”.

Contoh hipotesis asosiatif :

Hipotesis nol : Hubungan antara X dan Y paling besar 0.65 Hipotesis alternatif : Hubungan antara X dan Y lebih besar dari

0.65 Ho : ρ≤ 0.65

Ha : ρ > 0.65

Dalam uji dua pihak, taraf kesalahan  dibagi menjadi dua yaitu yang diletakkan pada pihak kiri dan kanan. Harganya setengah († ) sedangkan pada uji satu pihak (kanan maupun kiri) harga terletak pada satu pihak saja, yaitu terletak di pihak kanan saja atau kiri saja, taraf kesalahannya adalah .

2.2.10.2 Uji Validitas

Menurut Sugiyono (1999, p109), instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Menurut Kountur (2007, p161), suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Apabila peneliti ingin mengukur tingkat motivasi seseorang maka instrumen yang digunakan haruslah benar-benar dapat mengukur motivasi. Dengan demikian, instrumen tersebut disebut valid.

Menurut Sugiyono (1999, p114), dalam pengujian validitas instrumen dapat dilakukan dengan berbagai cara :

1. Pengujian Validitas Konstruksi (Construct Validity)

Untuk menguji validitas konstruksi, dapat digunakan pendapat dari ahli (judgement experts). Setelah pengujian konstruksi dari ahli dan berdasarkan pengalaman empiris di lapangan selesai, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Instrumen tersebut dicobakan pada sampel dari mana populasi diambil.

2. Pengujian Validitas isi (Content Validity)

Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Secara teknis pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen, atau matrik pengembangan instrumen.

3. Pengujian Validitas Eksternal

Validitas eksternal suatu instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan.

Menurut Masrun (Sugiyono, 1999, p124), item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula.

Pengujian validitas instrumen di dalam penelitian ini menggunakan koefisien korelasi antara skor butir soal dengan skor total. Hasil pengujian validitas kemudian akan dibandingkan dengan r tabel.

Dasar pengambilan keputusan pengujian validitas instrumen ini adalah sebagai berikut :

1. Jika r hitung > r tabel, maka butir atau variabel tersebut valid. Dalam artian indikator tersebut memang sesuai untuk mengukur apa yang ingin diukur

2. Jika r hitung < r tabel, maka butir atau variabel tersebut tidak valid.

Dalam artian indikator tersebut tidak sesuai untuk mengukur apa yang ingin diukur.

Untuk mendapatkan nilai r hitung digunakan teknik korelasi product moment, dengan rumus sebagai berikut :

Sumber : Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (CV Alfabeta : Bandung 1999) p182 Keterangan :

TABEL 2.4

NILAI-NILAI r PRODUCT MOMENT

N

Menunjukkan koefisien antara skor butir soal dengan skor total Jumlah responden

15

Sumber : Sugiyono, Statistika untuk Penelitian (CV Alfabeta : Bandung 1999) p288

2.2.10.3 Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (1999, p110), instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.

Menurut Sugiyono (1999, p120), pengujian realibitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara internal, reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu. Sedangkan secara eksternal, pengujian dapat dilakukan dengan :

1. Test-retest

Dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada responden. Jadi dalam hal ini instrumennya sama, respondennya sama dan waktunya yang berbeda.

2. Ekuivalen

Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi maksudnya sama. Pengujian reliabilitas instrumen dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua, pada responden yang sama, waktu sama.

3. Gabungan

Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang ekuivalen itu beberapa kali, ke responden yang sama.

Jadi cara ini merupakan gabungan pertama dan kedua.

4. Internal Consistency

Dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh, dianalisis dengan teknik tertentu.

Menurut Kountur (2007, p165), reliabilitas (reliability) berhubungan dengan konsistensi. Suatu instrumen penelitian disebut reliabel apabila instrumen tersebut konsisten dalam memberikan penilaian atas apa yang diukur. Jika hasil penilaian yang diberikan oleh instrumen tersebut konsisten memberikan jaminan bahwa instrumen tersebut dapat dipercaya.

Dengan kata lain, reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat ukur di dalam mengatur gejala yang sama. Uji reliabilitas dilakukan dengan nilai

alpha dan nilai r table. Dasar pengambilan keputusan pengujian reliabilitas mengacu kepada tabel analisis reliabilitas berdasarkan kaidah Guild Ford (lihat tabel 2.5 Analisis Reliabilitas hal 70).

Untuk mendapatkan nilai alpha secara manual, digunakan teknik Croanbach’s Alpha. Croanbach’s Alpha () merupakan teknik pengujian reliabilitas suatu instrumen berupa kuesioner untuk mengukur laten variabel yang paling sering digunakan karena dapat digunakan pada kuesioner yang jawaban atau tanggapannya lebih dari dua pilihan.

Croanbach’s Alpha diperoleh melalui cara sebagai berikut:

Sumber : Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI) (PT Rineka Cipta : Jakarta 2006) p196

Keterangan :

r Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal Jumlah varians butir

Untuk mendapatkan nilai varians populasi :

Sumber : Sugiyono, Statistika untuk Penelitian (CV Alfabeta : Bandung 1999) p50

2

Keterangan :

2 Varians populasi

( ) Jarak antara nilai individu dengan rata-rata Jumlah sampel

Menurut Sudjana (1997, p94), rumus varians sampel ialah :

Sumber : Sudjana, Metoda Statistika (Tarsito : Bandung 1997) p94 Keterangan :

Berdasarkan kaidah reliabilitas Guild Ford (1956) yang bersumber pada Kuncono (2005, p27), terdapat hubungan sebagai berikut:

TABEL 2.5

Dokumen terkait