• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Karakteristik dan Kondisi serta Pengukuran Morfometrik

Dalam dokumen Laporan Praktik Kerja Magang tentang Pol (Halaman 33-41)

3. HASIL

3.2 Partisipasi Aktif

3.2.3 Penentuan Karakteristik dan Kondisi serta Pengukuran Morfometrik

McCord (2008) menjelaskan bahwa hiu karang sirip hitam/blacktip reef shark (Carcharhinus melanopterus) sering ditemui di perairan karang tropis Indo-Pasifik, berukuran sedang dan ramping, berwarna abu-abu kecoklatan dengan sisi putih dibawah tubuhnya. Hiu ini memiliki warna hitam pada ujung siripnya, khususnya pada sirip punggung pertama. Hiu karang sirip hitam di Kolam Penangkaran Hiu Rumah Apung berjumlah 6 ekor dengan identifikasi berdasarkan karakteristik, kondisi dan ukuran morfometrik. Karakteristik dan kondisi diperoleh melalui penentuan pola tips hitam dan jenis kelamin (sex) serta pengamatan pola gerak, pola jelajah dan respon terhadap wisatawan. Perbedaan pola tips diketahui melalui dokumentasi tips hitam sirip punggung pertama tiap individu. Berdasarkan buku “Panduan &Logbook Survei Monitoring Hiu”, sex hiu ditentukan dari ada/tidaknya claspers, yaitu panggul modifikasi dari tulang rawan dan terdapat pada sirip pelvis untuk pengiriman sperma (Gambar 12).

Gambar 12. Clasper pada hiu Sumber: KKP, 2014

23 Pengukuran morfometrik dilakukan pada tanggal 5 Juli 2015 (I), 11 Juli 2015 (II), 27 Juli 2015 (III) dan 7 Agustus 2015 (IV) untuk tiap individu dengan mengestimasi panjang tubuh hiu karena hiu terus bergerak (Lampiran 3, Gambar 29). Berdasarkan Buku “Panduan & Logbook Survei Monitoring Hiu”, pengukuran morfometrik dilakukan terhadap 3 karakter (Gambar 13), yaitu:

Gambar 13. Pengukuran morfometrik hiu Sumber: KKP, 2014

 TL = total length, diukur dari bagian terdepan moncong mulut hingga ujung ekor atas (panjang total)

 FL = fork length, diukur dari bagian terdepan moncong mulut hingga pangkal cabang ekor (panjang cagak)

 SL = precaudal length, diukur dari bagian terdepan moncong mulut hingga ujung gurat sisi (panjang standar)

Berdasarkan metode identifikasi tersebut, diperoleh Hiu1, Hiu2, Hiu3 pada Kolam 1 dan Hiu4, Hiu5, Hiu6 pada Kolam 2. Berikut merupakan hasil identifikasi tiap individu hiu berdasarkan karakteristik dan kondisinya.

24 A. Karakteristik dan Kondisi Hiu Karang Sirip Hitam Rumah Apung

1. Hiu1

Gambar 14. Pola tips hitam Hiu1 Sumber: Dokumentasi PKM  Karakteristik Hiu1

Hiu1 termasuk hiu betina di Kolam 1. Hiu1 sering berada di permukaan perairan, bahkan sampai menunjukkan sirip punggungnya. Pola jelajah Hiu1 umumnya berada di area dekat jaring. Ketika gelombang dan angin dari arah Selat Bali sedang kencang, Hiu1 berada pada kedalaman 20–30cm.

Kondisi Hiu1 terhadap Keberadaan Wisatawan

Hanya Hiu1 dari Kolam 1 yang dapat bergerak dengan tenang dan stabil ketika Kolam 1 dimasuki oleh wisatawan. Hiu1 mampu melalui jalur jelajah yang cukup sempit di area permukaan perairan yang tidak dipilih oleh hiu lainnya pada kolam tersebut, khususnya di sela antara jaring dan tubuh wisatawan. Meskipun kadang menjauhi wisatawan yang mendekat, namun pergerakan Hiu1 cukup stabil seperti saat tidak terdapat wisatawan pada kolam tersebut. Bila area permukaan perairan dipenuhi wisatawan dan terlalu sempit sebagai area jelajah dan gerak hiu, Hiu1 berada pada kedalaman sekitar 100cm. Pada tanggal 27 Juli 2015, sirip punggung pertama Hiu1 sobek yang diperkirakan disebabkan oleh wisatawan. Hal tersebut menyebabkan adanya perubahan pola gerak Hiu1 yang tidak teratur karena stres sebagai akibat traumatik terhadap wisatawan. Kondisi

25 tersebut pun memperlambat pergerakan Hiu1 dimana sirip punggung pertama berperan sebagai pemecah air dalam proses pergerakannya. Diperkirakan sobekan tersebut akan pulih dalam jangka waktu 15 hari kedepan dengan syarat tanpa adanya gangguan terhadap tubuh maupun psikis hiu.

2. Hiu2

Gambar 15. Pola tips hitam Hiu2 Sumber: Dokumentasi PKM  Karakteristik Hiu2

Hiu2 berjenis kelamin betina dan berada pada Kolam 1. Hiu2 jarang melakukan gerak jelajah sendiri dan umumnya sering mendekati Hiu1 ataupun Hiu3. Namun, lebih sering beriringan dengan Hiu1, baik diatas sirip punggung maupun dibawah sirip dada Hiu1.

Kondisi Hiu2 terhadap Keberadaan Wisatawan

Hiu2 sering menjauhi wisatawan. Namun, ketika bisa beradaptasi dan merasa aman dengan keberadaan wisatawan pada Kolam 1, Hiu2 dapat mendekati wisatawan tersebut, bahkan sampai menyenggolkan sirip punggung ataupun ekornya. Pada tanggal 2 Agustus 2015, sebagian tubuh Hiu2 beberapa kali diangkat wisatawan untuk dijadikan sebagai objek fotografi sehingga dari kepala hingga setengah bagian punggungnya berada diatas permukaan perairan.

26 Berdasarkan pengamatan tanggal 3 Agustus 2015, pola gerak Hiu2 lebih gelisah di permukaan saat wisatawan memasuki Kolam 1.

3. Hiu3

Gambar 16. Pola tips hitam Hiu3 Sumber: Dokumentasi PKM  Karakteristik Hiu3

Hiu3, satu-satunya hiu jantan di Kolam 1. Hiu3 selalu berada pada kedalaman 200–300 cm dengan pola gerak yang stabil dan tenang dengan pola jelajah dekat jaring kolam.

Kondisi Hiu3 terhadap Keberadaan Wisatawan

Hiu3 selalu menjauhi wisatawan dan area permukaan yang ramai/padat. Bahkan, ketika hanya terdapat 2–3 orang wisatawan pada Kolam 1, Hiu3 tetap berada di area teritorialnya. Namun, ketika tidak terdapat wisatawan pada kolam tersebut, sesekali Hiu3 berada pada kedalaman <100 cm. Diketahui terdapat kondisi mengejutkan dimana Hiu3 tetap berada di permukaan perairan ketika Kolam 1 hanya dimasuki oleh Pak Lili, Guide snorkling. Hal tersebut diperkirakan bahwa Hiu3 telah mengenal kondisi Guide melalui sensitivitasnya.

27 4. Hiu4

Gambar 17. Pola tips hitam Hiu4 Sumber: Dokumentasi PKM  Karakteristik Hiu4

Hiu4 berjenis kelamin betina dan berada pada Kolam 2. Karakteristik Hiu4 seperti Hiu1 yang sering berada di permukaan perairan, bahkan sampai menunjukkan sirip punggungnya. Pola gerak Hiu4 stabil dan tenang ketika telah dapat beradaptasi dengan wisatawan pada Kolam 2. Pola jelajah Hiu4 berada pada area dekat jaring. Ketika gelombang dan angin dari arah Selat Bali sedang kencang, Hiu4 berada pada kedalaman 20–35cm.

Kondisi Hiu4 terhadap Keberadaan Wisatawan

Tidak seperti Hiu1 yang mampu menemukan celah sempit antara jaring dan lengan wisatawan, Hiu4 lebih memilih melewati wisatawan atau memutar arah tubuhnya jika tidak menemukan jalur yang cukup bagi tubuhnya. Sejak Hiu6 berada di Kolam 2, Hiu4 terlihat tidak menolak keberadaan Hiu6 yang sering mengikuti pola gerak Hiu4 dan sering berada dibawah sirip perutnya. Diperkirakan Hiu4 telah sembuh dan dilepaskan ke perairan BUNDER pada tanggal 17 Agustus 2015.

28 5. Hiu5

Gambar 18. Pola tips hitam Hiu5 Sumber: Dokumentasi PKM  Karakteristik Hiu5

Hiu5 termasuk hiu betina di Kolam 2 dengan area teritorial pada kedalaman 150–200cm. Gerak jelajah Hiu5 pada kedalaman tidak menentu dengan gerak kayuh sirip ekor yang lebih cepat dibanding hiu lainnya. Namun, Hiu5 sesekali berada di permukaan dan mengikuti pola jelajah Hiu4. Pada awal keberadaan Hiu6 di Kolam 2, Hiu5 terlihat belum menerima keberadaan Hiu6. Hal tersebut diketahui melalui pengamatan terhadap reaksi Hiu6 yang sering berenang menjauh dengan cepat saat mendekati Hiu4 yang akan didekati oleh Hiu5.

Kondisi Hiu5 terhadap Keberadaan Wisatawan

Hiu5 selalu menghindari wisatawan yang memasuki Kolam 2 dengan gerakan cepat. Pola gerak Hiu5 lebih mudah panik dan gelisah saat banyak wisatawan memasuki Kolam 2.

29 6. Hiu6

Gambar 19. Pola tips hitam Hiu6 Sumber: Dokumentasi PKM  Karakteristik Hiu6

Hiu6 berjenis kelamin jantan dan berada pada Kolam 2. Hiu6 dipindahkan ke Kolam Penangkaran Rumah Apung BUNDER pada tanggal 5 Juli 2015, pukul 06.00 WIB. Hiu6, awalnya dirawat di Kolam Rumah Pak Mahyuni karena kondisi mata kanan, sirip dada kiri dan bibirnya yang terluka akibat jaring nelayan. Pada awal pemindahannya ke Rumah Apung, warna kulit Hiu6 terlihat lebih pucat dibanding hiu lainnya di Kolam 2. Hal tersebut diperkirakan karena adanya proses adaptasi kondisi tubuh Hiu6 terhadap kondisi lingkungan yang baru atau aklimatisasi. Siregar (2010) menjelaskan bahwa aklimatisasi, yakni perubahan pada lingkungan yang dapat menghasilkan perubahan fisiologi hewan. Setelah beberapa hari berada dalam Kolam 2, warna kulit Hiu6 mulai seperti warna kulit hiu lainnya. Pola gerak jelajah Hiu6 tidak khusus, terkadang mendekati jaring ataupun berada di kedalaman menjauhi area dekat jaring. Hiu6 lebih sering melakukan gerak jelajah sendiri dan jauh dari Hiu4 dan Hiu5 dengan gerak yang aktif. Namun, Hiu6 sesekali mendekati dan mengikuti pola gerak jelajah Hiu4 dengan berada dekat dengan sirip perutnya. Ketika sedang mengikuti gerak jelajah Hiu4, Hiu6 berenang cepat dan menjauh saat Hiu5 mendekati Hiu4.

Dalam dokumen Laporan Praktik Kerja Magang tentang Pol (Halaman 33-41)

Dokumen terkait