• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDIKATOR SASARAN

V.8 Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Pariwisata Kintaman

V.8.2 Penentuan Tema Kawasan

Tema/citra kawasan disesuaikan dengan kondisi dan potensi eksisting, guna memudahkan penentuan tema tersebut maka kawasan perencanaan di bagi menjadi beberapa zona dengan tema berbeda, antara lain tema konservasi bangunan tradisional, tema perkantoran pemerintah, tema perdagangan dan jasa, tema pelayanan kesehatan, tema permukiman tradisional dan tema kawasan pendidikan serta tema pariwisata.

V.8.2.1 Konsep Ruang Terbuka Hijau

1). Open Space

 Open Space sebagai wadah kegiatatan sosial ekonomi masyarakat

seperti tempat bermain, berolahraga, kegiatan massal, sektor informal dan sebagainya, open space dalam bentuk linier dan non linier ;

- Open Space Linier, berupa telajakan & taman median jalan

- Open Space Non Linier, berupa lapangan terbuka atau taman

- Tetap mempertahankan Landmark Kawasan

 Fungsi ekologis sebagai pengendali iklim mikro, sumber penyedia

udara segar/dingin, bidang resapan air, pengendali banjir dan sebagainya.

V - 75 Konsep tata hijau kawasan (vegetasi)harus berdasarkan fungsi kelestarian dan keseimbangan serta estetika/ keindahan lingkungan dimana jenis dan fungis tanaman hijau (pohon, perdu, semak) serta penempatan lokasi harus disesuaikan dengan tema dan kondisi eksisting kawasan perencanaan.

V.8.2.2 Konsep Sistem Pergerakan

1). Sirkulasi

 Sistem sirkulasi yang mampu menjamin kelancaran, keamanan dan

kenyamanan pergerakan (traffic) sepanjang ruas jalan pada kawasan perencanaan.

 Pola sirkulasi saling mendukung antara sirkulasi eksternal dan

internal bangunan, serta antara individu pemakai bangunan dengan transportasi

 Sistem sirkulasi memberikan pencapaian yang mudah dan jelas,

baik untuk pelayanan publik maupun pribadi 2). Jalan

 Penataan jalan mampu memberikan kenyaman, keamanan, dan

informasi tentang jalur perjalanan serta memberikan jalur pedestrian yang memadai

 Penataan jalan mampu memberikan kenyaman fisik bagi para

pejalan kaki seperti kesejukan serta perlindungan terhadap angin dan hujan

dilakukan dengan tidak melakukan penebangan serta tidak melakukan pembangunan di kawasan hutan dengan alasan apapun.

Konservasi Bangunan-lingkungan (Urban Conservation)

Konservasi bangunan dan lingkungan dilakukan untuk menjaga kesinambungan sejarah kawasan antara masa lalu, masa kini serta masa yang akan datang.

Arsitektur Kontekstual

Pembangunan arsitektur permukiman, fasilitas pariwisata serta bangunan lainnya harus dilakukan dengan menghormati citra kawasan yang telah terbentuk sejak lama. Pembangunan kontekstual pada kawasan dapat pula diartikan sebagai pembangunan dengan memanfaatkan segenap potensi sumber daya alam, sumber daya manusia serta ketrampilan membangun masyarakat local. Dengan pendekatan kontekstual akan tercipta kawasan terbangun dengan karakter yangsesuai dengan karakter fisik alamiah serta budaya, sekaligus karakter ketrampilan masyarakatnya.

V - 76  Kontinuitas visual yang kreatif (tidak monoton)

Kontinuitas visual yang kreatif diwujudkan melalui penataan bangunan serta elemen elemen pembentuk citra kawasan seperti candi bentar, sistem penanda (signage), perabot jalan (street furniture), tampilan tembok penyengker.

V.8.2.3 Konsep Tata Bangunan

1). Konservasi Bangunan

Melestarikan bangunan-bangunan berarsitektur tradisional Bali (memiliki ciri-ciri spesifik/khas) pada kawasan perencanaan guna memunculkan denyut kharisma dan kewibawaaan arsitektur kawasan dengan 4 (empat) cara atau upaya pelestarian :

Preservasi, upaya pencegahan penghancuran bangunan

bersejarah dengan melestarikan arsitektur bangunan persis seperti keadaan aslinya tanpa ada perubahan.

Restorasi/Rehabilitasi, upaya mengembalikan arsitektur

bangunan seperti keadaan semula tanpa penggunaan bahan atau material baru.

Rekonstruksi, upaya ini hampir sama dengan restorasi, hanya berbeda pada bahan bangunan yaitu bisa menggunakan bahan bangunan lama atau bahan bangunan baru.

Adaptasi/revitalisasi, upaya merubah arsitektur bangunan dengan fungsi yang lebih sesuai (tidak menuntut perubahan dratis) atau hanya mengalami dampak yang sangat kecil.

2). Sempadan Bangunan

Konsep rencana penataan sempadan bangunan pada kawasan perencanaanmencakup ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

a. Garis Sempadan Bangunan (GSB)

Merupakan sempadan yang membatasi jarak terdekat bangunan terhadap tepi jalan, diukur tegak lurus dari as jalan sampai dinding terluar bangunan, yang berfungsi sebagai pembatas ruang.

b .Garis Sempadan Samping/Belakang Bangunan

Merupakan sempadan yang membatasi jarak terdekat bangunan terhadap garis batas samping atau belakang kavling, yang dihitung dari garis batas kavling terhdap batas terluar samping/belakang bangunan yang berfungsi sebagai ruang bebas, untuk pertimbangan faktor keselamatan antar bangunan dan estetika tampak samping bangunan.

V - 77 Merupakan jarak bersih yang diukur dari pinggir luar pondasi pagar sampai pinggir luar pasangan got. Sempadan ini ditetapkan untuk menciptakan efek ruang lebih lapang dan hijau sepanjang jalan. Mengantisipasi perkembangan ke masa depan Garis Sempadan Pagar (GSP) perlu ditetapkan lebih lebar dari eksisting dengan fungsi kombinasi sebagai tempat parkir.

3). Koefisien Dasar Bangunan (KDB)

Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah angka prosentase berdasarkan perbandingan antara seluruh luas lantai dasar bangunan dengan luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai dengan rencana kota. KDB diperlukan untuk membatasi

luas lahan yang tertutup perkerasan, sebagai upaya melestarikan ekosistem, sehingga dalam suatu lingkungan sisa tanah sebagai ruang terbuka (open space) masih mampu menyerap/mengalirkan air hujan ke dalam tanah. Sedangkan kepadatan bangunan dihitung berdasarkan perbandingan luas denah cucuran atap bangunan dengan luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai.

4). Koefisien Lantai Bangunan

Koefisisen Lantai Bangunan (KLB) adalah angka perbandingan antara jumlah seluruh luas lantai bangunan terhadap luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai dengan rencana kota. KLB ditetapkan sesuai dengan rencana intensitas pemanfaatan lahan dari suatu lingkungan berdasarkan rencana kota yang ada, yang sekaligus dapat membatasi ketinggian bangunan.

5). Orientasi Bangunan

a. Kondisi fisik dan non fisik lingkungan

 Kondisi fisik lingkungan mencakup :

 Arah sirkulasi matahari (timur-barat)

 Jarak antar bangunan

 Klimatologi  Aksesibilitas

 Kondisi non fisik lingkungan mencakup :

 Ideologi

 Nilai-nilai sosial budaya

 Aksentuasi

 Makna ruang yang ingin diciptakan

b. Orientasi bangunan terhadap salib sumbu arah kaja-kelod dan

V - 78 jalan maupun ke arah/tempat yang mempunyai potensi tertentu (panorama alam dan sebagainya).

 Kiblat kompas/kosmos natah untuk massa bangunan tradisional

dan pada bangunan fungsi baru yang memiliki lahan perpetakan relatif luas.

V.8.2.4 Wujud Bangunan

a. Skaladan Proporsi

 Skala manusia

 Proporsi tradisional

 Harmonis dengan lingkungan

b. Struktur dan Bahan

 Struktur yang jelas (rangka atau dinding pemikul)

 Susunan bahan (dari yang berkarakter berat di bawah dan makin

ringan ke atas)

 Penyelesaian Struktur dan konstruksi sebagai tektonika (the art of

construction)

 Warna bahan dipilih warna-warna alami yang serasi dengan

lingkungan

c. Ornamen dan Dekorasi

 Pemakaian Ornamen dan dekorasi sebagai nilai tambah tampilan

arsitektur

 Penataan/tata letak didasarkan atas tata nilai sakral dan profan serta kebiasaan/ kaidah-kaidah yang berlaku dalam Arsitektur Tradisional Bali

 Melestarikan ornamen hias bangunan tradisonal Bali sebagai ciri khas atau karakter bangunan pada kawasan perencanaan

Dokumen terkait