• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN BANGLI V.1 Arah Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangli a. Penetapan Kawasan Strategis KabupatenKota (KSK) - DOCRPIJM 26ef7354d9 BAB VREV BAB V 2015 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB V KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN BANGLI V.1 Arah Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangli a. Penetapan Kawasan Strategis KabupatenKota (KSK) - DOCRPIJM 26ef7354d9 BAB VREV BAB V 2015 2019"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

V - 1

BAB V

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN BANGLI

V.1 Arah Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangli

a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK)

Kawasan strategis Kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup Kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan

Dalam penjelasan pasal 5 ayat 5 UU No. 26 Tahun 2007 menyebutkan bahwa kawasan strategis merupakan kawasan yang didalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap :

 Tata ruang di wilayah sekitarnya

 Kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya;

 Peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Kawasan strategis provinsi di Kabupaten Bangli ditetapkan berdasarkan Raperda RTRWP Bali Tahun 2009, sebagai berikut :

a. Kawasan Strategis Berdasarkan Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi

adalah : Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus (KDTWK) DTWK Kintamani.

b. Kawasan Strategis Berdasarkan Kepentingan Sosial Budaya, adalah :

 Kawasan Radius Kesucian Pura Sad Kahyangan Pura Batur

 Kawasan Warisan Budaya meliputi : DAS Tukad Pekerisan (bagian

hulu)

c. Kawasan strategis berdasarkan kepentingan fungsi dan daya dukung

lingkungan hidup, adalah :

 Seluruh Kawasan Hutan mencakup (HL Penulisan, HL Munduk

Pengajaran dan HL Gn. Abang Agung, TWA Batur-Bukit Payang, TWA Penelokan);

 Gunung dan Perbukitan

 DAS untuk sungai potensial lintas Kabupaten/Kota mencakup hulu

Tukad Pekerisan, Tukad Melangit, Tukad Sangsang, Tukad Bubuh, Tukad Oos.

(2)

V - 2

 Potensi Cekungan Air Bawah Tanah lintas Kabupaten/Kota

mencakup Cekungan Air Bawah Tanah Denpasar – Tabanan dan

Cekungan Air Bawah Tanah Batur

 awasan rawan bencana gunung berapi Batur (Daerah Bahaya II dan

III)

Dalam lingkup wilayah Kabupaten Bangli, kriteria penetapan kawasan strategis menggunakan kombinasi UU No. 26/2007, PP No. 26/2008, RTRWP Bali dan penyesuaian dengan karakteristik, potensi dan daya dukung wilayah. Kriteria tersebut antara lain :

1. Kawasan berdasarkan kepentingan pertumbuhan ekonomi

ditetapkan dengan kriteria :

 Kawasan yang potensi ekonomi tumbuh cepat, serta didukung

jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi.

2. Kawasan berdasarkan kepentingan sosial budaya ditetapkan

dengan kriteria :

 Kawasan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat

atau budaya daerah.

 Kawasan yang merupakan tempat perlindungan peninggalan

budaya.

 Kawasan yang merupakan asset yang harus dilindungi dan

dilestarikan.

3. Kawasan berdasarkan kepentingan fungsi dan daya dukung

lingkungan hidup ditetapkan dengan kriteria :

 Kawasan yang menentukan dalam perubahan rona alam dan

mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

 Memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim

makro dan tata air .

 Kawasan berpotensi rawan bencana

b. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang 1. Rencana Pola Ruang

(3)

V - 3 dari Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya. Hirarki fungsi ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya di Kabupaten bangli terdiri dari :

A. KAWASAN LINDUNG

a1) Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya;

 kawasan hutan lindung; dan

 kawasan resapan air.

a2) Kawasan perlindungan setempat

 Kawasan suci (kawasan gunung, kawasan danau, kawasan

campuhan)

 Kawasan tempat suci (radius kesucian kawasan pura Sad

Kahyangan, radius kesucian kawasan pura Dang Kahyangan, radius kesucian kawasan pura Kahyangan Tiga dan radius kesucian kawasan pura lainnya)

 Kawasan sempadan sungai;

 Kawasan sempadan jurang;

 Kawasan sekitar danau; dan

 Ruang terbuka hijau kota.

a3) Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya

 kawasan taman wisata alam

 kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.

a4) Kawasan rawan bencana alam

 kawasan rawan tanah longsor;

 kawasan rawan banjir

a5) Kawasan lindung geologi.

 Kawasan cagar alam geologi

 Kawasan rawan bencana alam geologi (kawasan rawan

letusan gunung berapi, kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan gerakan tanah, Kawasan rawan yang terletak di zona patahan aktif dan kawasan rawan bahaya gas beracun).

 kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah

(kawasan imbuhan air tanah dan sempadan mata air)

(4)

V - 4

 Kawasan perlindungan plasma nutfah;

B. KAWASAN BUDIDAYA

b1) kawasan peruntukan hutan produksi;

 Kawasan Hutan Produksi terbatas

 Kawasan Hutan Rakyat

b2) kawasan peruntukan pertanian;

 kawasan peruntukan pertanian lahan basah;

 kawasan peruntukan pertanian lahan kering;

 kawasan peruntukan pertanian hortikultura

b3) kawasan peruntukan perkebunan.

b4) kawasan peruntukan perikanan.

b5) Kawasan peruntukan peternakan

b6) kawasan peruntukan industri;

b7) kawasan peruntukan pariwisata;

 Daya Tarik Wisata Khusus (DTWK)

 Daya Tarik Wisata (DTW)

b8) kawasan peruntukan permukiman; dan/atau

 permukiman perkotaan; dan

 permukiman perdesaan.

b9) kawasan peruntukan pertambangan;

b10) kawasan peruntukan lainnya.

b. Rencana Struktur Ruang

Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Bangli, mencakup:

a. Sistem perkotaan yang berkaitan dengan kawasan perdesaan meliputi

system perkotaan dan system perdesaan

b. Sistem jaringan prasarana wilayah, mencakup Sistem jaringan

(5)

V - 5 Tabel 5.1 Arahan RTRW Kabupaten

ARAHAN POLA RUANG ARAHAN STRUKTUR RUANG

(1) (2)

A. KAWASAN LINDUNG

a7) Kawasan Hutan Lindung

a8) Kawasan yang memberikan perlindungan

kawasan bawahannya;

Kawasan Resapan Air

Rencana pola ruang kawasan resapan air berupa Daerah Aliran Sungai (DAS) pada Satuan Wilayah Sungai (SWS) Bangli yang mencakup seluruh wilayah daerah yang meliputi DAS Pekerisan seluas kurang lebih 66,436 Km², DAS Melangit seluas kurang lebih 52,568 Km², DAS Sangsang seluas kurang lebih 84,117 Km² dan DAS Bubuh seluas kurang lebih 59,563 Km² serta tersebar pada kawasan hutan lindung, kawasan penyangga hutan lindung dan kawasan pertanian.

Kawasan resapan air, ditetapkan dengan kriteria: curah hujan tinggi, berstruktur tanah yang mudah meresapkan air, geomorfologi yang mampu

A. Arahan Pengelolaan Sistem Perkotaan dan Sistem

Perdesaan

A.1. Arahan Pengelolaan Kawasan Perkotaan

Arahan pengelolaan kawasan perkotaan adalah :

1. Penetapan status dan batas-batas wilayah Kawasan

Perkotaan fungsi PKL dan PPK berdasarkan kebutuhan ruang bagi pengembangan kegiatan dan pelayanan perkotaan dengan pendekatan batas unit administrasi desa/kelurahan atau batas fisk tertentu;

2. Nama, batas wilayah dan fungsi kawasan perkotaan

selanjutnya ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten;

3. Setiap kawasan perkotaan baik PKL dan PPK harus

mempunyai Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Perkotaan dalam bentuk Rencana Detail Tata Ruang

(RDTR) Kawasan perkotaan serta pedoman

(6)

V - 6 meresapkan air secara besar-besaran.

a9) Kawasan perlindungan setempat

 Kawasan suci (kawasan gunung, kawasan danau,

kawasan campuhan);

 Kawasan tempat suci (radius kesucian kawasan

pura Sad Kahyangan, radius kesucian kawasan pura Dang Kahyangan dan Kahyangan Jagat, dan radius kesucian kawasan pura Kahyangan Tiga);

 Kawasan sempadan sungai;

Arahan pengelolaan bagi perlindungan kawasan sempadan sungai meliputi:

Pencegahan kegiatan budidaya sepanjang

sungai yang dapat mengganggu kelestarian fungsi sungai;

Pengendalian kegiatan di sekitar sempadan

sungai;

Pengamanan daerah aliran sungai; dan

Sempadan sungai pada sungai tanpa bahaya

banjir yang memiliki jurang, mengikuti ketentuan aturan sempadan jurang.

 Kawasan sempadan jurang;

RDTR Kawasan Perkotaan;

4. Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pada no. 3,

maka Pemerintah Kabupaten Bangli wajib

mengembangkan peta dasar wilayah atau kawasan perkotaan yang bersumber dari data peta Citra Satelit terkini yang selanjutnya di perbaharui setiap lima tahun sekali, yang sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai pemantauan langsung pergeseran/perubahan pemanfaatan ruang untuk acuan melakukan evaluasi Rencana Tata Ruang (RTR) pada berbagai tingkatan;

5. Peningkatan kapasitas dan kemampuan

kelembagaan dan aparatur pengelolaan kawasan

perkotaan dalam kegiatan perencanaan,

pembangunan, pengendalian, dan pengawasan; dengan melibatkan lembaga/aparat kecamatan, desa, desa pekraman dan lembaga kemasyarakatan lainnya;

6. Integrasi RTR Kawasan Perkotaan dengan tata

sukerta palemahan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari awig-awig desa pekraman setempat;

7. Pengembangan berdasarkan falsafah Tri Hita Karana

(7)

V - 7 Arahan pengelolaan kawasan sempadan jurang

adalah :

daratan di tepian jurang yang memiliki

kemiringan lereng sekurang-kurangnya 45%

(empat puluh lima persen), kedalaman

sekurang-kurangnya 5 (lima) meter dan bidang datar bagian atas sekurang-kurangnya 11 (sebelas) meter);

sempadan jurang bagian atas sebagaimana

dimaksud pada huruf a, harus memiliki lebar sekurang-kurangnya 2 (dua) kali kedalaman jurang dan tidak kurang dari 11 (sebelas) meter dihitung dari tepi jurang ke arah bidang datar; dan

bangunan untuk kepentingan umum,

keagamaan, hankam dan akomodasi wisata pada kawasan daya tarik wisata khusus (KDTWK) atau kawasan daya tarik wisata (DTW), dapat dilakukan pada sempadan jurang dengan ketentuan tidak kurang dari 11 (sebelas) meter dihitung dari tepi jurang ke arah bidang datar, setelah dinyatakan stabil

konsep Catus Patha dan Tri Mandala serta karakter

bangunan mencerninkan penerapan arsitektur

tradisional Bali untuk menjaga identitas kota yang berjatidiri budaya Bali;

8. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi

perkotaan sesuai skala pelayanan berdasarkan fungsi yang diemban yang didukung ketersediaan fasilitas dan infrastruktur pendukung perkotaan sesuai kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

9. Merupakan pusat permukiman dengan tingkat

intensitas pemanfaatan ruang rendah sampai tinggi yang pengembangan ruangnya ke arah horizontal yang dikendalikan dan vertikal secara terbatas sesuai dengan kebijakan daerah;

10. Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Kota minimal 40%

untuk PKL, 50% untuk PPK dan 60% untuk PPL dari luas kawasan perkotaan;

11. Penyediaan untuk ruang terbuka non hijau kota,

penyediaan prasarana dan sarana pejalan kaki, angkutan umum, kegiatan sektor informal dan ruang evakuasi; dan

(8)

V - 8 melalui penelitian teknis dari instansi berwenang

Pengendalian kegiatan budidaya di dalam

kawasan sempadan jurang.

 Kawasan sekitar danau; dan

Arahan pengelolaan kawasan Danau Batur dan sekitarnya adalah ditujukan bagi perlindungan kawasan meliputi :

Pencegahan kegiatan budidaya sekitar danau

yang dapat mengganggu kelestarian fungsi danau;

Pengendalian kegiatan yang dapat

mengganggu nilai kesucian danau, teruatama pada kawasan pinggir danau yang digunakan untuk upacara agama;

Pengendalian kegiatan yang telah ada di

sekitar danau;

Pengamanan dan pelestarian di daerah hulu;

Pemanfaatan untuk kegiatan budidaya

perikanan;

Pemanfaatan untuk kegiatan rekreasi air

secara terbatas; dan

Pemanfaatan untuk kegiatan transportasi

dan renovasi bangunan yang memiliki nilai-nilai sejarah, budaya, kawasan suci, tempat suci, dan pola-pola permukiman tradisional setempat.

A.2. Arahan Pengelolaan Sistem Perdesaan

Arahan pengelolaan sistem perdesaan adalah :

1. Penetapan pusat-pusat pelayanan kawasan

perdesaan yang terintegrasi dengan kawasan perkotaan meliputi :

 Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) sebagai pusat

permukiman dan kegiatan sosial ekonomi yang melayani kegiatan skala antar desa, yang dapat berupa pusat permukiman satu desa atau lebih yang beraglomerasi;

 Pusat Kawasan Agropolitan yang melayani

kawasan agropolitan pada kawasan perdesaan di sekitarnya yang yang mendorong tumbuhnya kota pertanian melalui berjalannya sistem dan usaha agribisnis untuk melayani, mendorong, menarik,

menghela kegiatan pembangunan pertanian

(agribisnis) di wilayah sekitarnya;

 Pusat Kawasan Agropolitan juga dapat berupa PPK

(9)

V - 9 penyebarangan.

 Ruang terbuka hijau kota.

a10) Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya

1. Kawasan taman wisata alam’ dan

Arahan pengelolaan Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) adalah :

kawasan taman wisata alam harus memeiliki

ketentuan zonasi untuk zona inti, zona pemanfaatan, dan zona lain yang dapat mendukung pelestarian sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya; dan

Pembatasan kegiatan wisata alam apabila

kawasan tersebut juga sekaligus merupakan kawasan suci

2. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.

a11) Kawasan rawan bencana alam

1. Kawasan rawan tanah longsor; dan

2. Kawasan rawan banjir.

a12) Kawasan lindung geologi.

1. Kawasan cagar alam geologi;

perdesaan di sekitarnya dan kawasan perkotaan;

 Pusat-pusat kegiatan Desa Wisata atau Desa

Industri Kecil; dan

 Pusat-pusat desa yang hanya melayani skala desa

bersangkutan.

2. Setiap kawasan perdesaan di Kabupaten Bangli harus

tercover dalam Rencana Tata Ruang yang dapat terakomodasi dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan sebagai rencana rinci dari RTRW tiap Kabupaten /Kota, terintegrasi dan saling melengkapi dengan RTR Kawasan Strategis Provinsi, RTR Kawasan Strategis Kabupaten atau RTR Khusus Kawasan Perdesaan dan Kawasan Agropolitan;

3. Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pada no. 2,

maka Pemerintah Kabupaten Bangli wajib

(10)

V - 10

2. Kawasan rawan bencana alam geologi (kawasan

rawan letusan gunung berapi, kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan gerakan tanah, Kawasan rawan yang terletak di zona patahan aktif dan kawasan rawan bahaya gas beracun); dan

Arahan mitigasi dan adaptasi kawasan gerakan tanah meliputi :

 Melakukan rehabilitasi dan konservasi lahan

yaitu dengan jalan melakukan perbaikan pola

tanam dan upaya konservasi lahan

(sengkedan, tanaman keras dan lain-lain) untuk menahan laju gerakan tanah

 Membatasi kegiatan budidaya;

 Memasang sistem peringatan dini kawasan

rawan gerakan tanah

 Pengembangan sistem jaringan drainase;

 Pengembangan bangunan penahan gerakan

tanah; dan

 Pengaturan kegiatan budidaya yang sesuai

dengan kondisi fisik kawasan.

4. Penataan ruang kawasan perdesaan harus

memperhatikan prinsip-prinsip dan ketentuan umum sesuai ketentuan perundangan, pedoman, standar pelayanan minimal serta nilai-nilai kearifan lokal;

5. Pemanfatan ruang kawasan perdesaan terdiri atas

kawasan lindung dan kawasan budidaya di perdesaan;

6. Integrasi RTR Kawasan Perdesaan dengan tata

sukerta palemahan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari awig-awig desa pekraman setempat;

7. Kelompok-kelompok permukiman perdesaan dengan

konsep Tri Hita Karana, Catus Patha Desa Pekraman, Tri Mandala, karang bengang atau ruang terbuka pada perbatasan antar desa yang dikelilingi lahan pertanian maupun hutan, serta karakter bangunan mencerninkan penerapan arsitektur tradisional Bali sebagai jati diri lansekap kawasan perdesaan Bali;

8. Merupakan pusat permukiman dengan tingkat

intensitas pemanfaatan ruang rendah;

9. Tutupan vegetasi minimal 75% dari luas wilayah;

(11)

V - 11

3. Kawasan yang memberikan perlindungan

terhadap air tanah (kawasan imbuhan air tanah dan sempadan mata air)

Arahan pengelolaan kawasan imbuhan air tanah, meliputi :

Pemanfaatan ruang untuk kawasan resapan air,

minimasi bangunan fisik yang akan

mengganggu kawasan resapan tersebut;

 Meningkatkan upaya pelestarian di

kawasan tersebut dengan penanaman pohon,

vegetasi dll untuk mempermudah /

mempercepat proses peresapan air kedalam tanah; dan

Pengembangan studi Penelitian Groundwater

Modelling dan pengembangan peta tematik air tanah detail untuk masing-masing cekungan air tanah di Provinsi Bali sabagai dasar pengawasan dan pengendalian pemanfaatan air tanah.

Kawasan lindung lainnya.

Kawasan perlindungan plasma nutfah;

sejarah, budaya, kawasan suci, tempat suci, dan pola-pola permukiman tradisional setempat; dan

11. Mengendalikan pengembangan fasilitas/akomodasi

pariwisata perdesaan, yang disesuaikan dengan fungsi dan daya dukung lingkungan.

B. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah

B.1. Sistem Jaringan Transportasi Wilayah

Sistem jaringan transportasi wilayah, meliputi sistem jaringan jalan, sistem pelayanan angkutan umum, sistem angkutan danau, manajemen dan rekayasa lalu lintas dan Sistem sarana penunjang transportasi lainnya.

B.1.1. SISTEM JARINGAN JALAN :

Sistem jaringan jalan terdiri dari jalan umum dan jalan khusus. Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum yang dikelompokkan berdasarkan sistem, status, fungsi, kelas jalan. Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam hubungan hierarki.

(12)

V - 12

B. KAWASAN BUDIDAYA

b11) Kawasan peruntukan hutan produksi;

1. Kawasan Hutan Produksi terbatas; dan

Arahan pengelolaan kawasan peruntukan hutan produksi terbatas mencakup :

 Mempertahankan kawasan hutan produksi

untuk mendukung pencapaian tutupan

vegetasi hutan minimal 30% (tiga puluh persen) dari luas wilayah Kabupaten Bangli;

 Integrasi hasil produksi tanaman kayu dengan

industri kreatif;

 Pengembangan fungsi penyangga pada

kawasan hutan produksi yg berbatasan dengan hutan lindung;

 Pemantauan dan pengendalian kegiatan

pengelolaan hutan produksi; dan

 Reboisasi dan rehabilitasi lahan pada kawasan

lahan kritis dan bekas terbakar.

2. Kawasan Hutan Rakyat

Arahan pengelolaan kawasan peruntukan hutan rakyat, mencakup:

 Mengembalikan kawasan peruntukkan hutan

(Tabel 5.3):

1)Jalan Kolektor Primer-1 (K1) terdiri dari :

a)pengembangan ruas jalan baru Simpang Sidan –

Jalan Ida bagus Mantra yang berada di luar wilayah kabupaten; dan

b)usulan peningkatan fungsi jalan kolektor primer 2 (K2) Simpang Sidan – Bangli menjadi jalan kolektor primer (K1) sehingga memiliki status jalan nasional.

2)Jalan Kolektor Primer-2 (K2) terdiri dari : a) Bedahulu – Seribatu;

b) Bangli – Penelokan; c) Bangli – Sribatu; d) Sribatu – Penelokan;

e) Penelokan – Kubutambahan; f) Penelokan – Suter – Menanga; g) Sangeh – Kintamani;

h) Ubud – Tegalalang – Penelokan; dan i) Ubud – Kedewatan – Kintamani;

3)Jalan Kolektor Primer-3 (K3) terdiri dari : a) Penelokan – Kedisan;

b) Kedisan – Toyabungkah; c) Bangli – Nongan;

(13)

V - 13 rakyat dengan kemiringan di atas 40%, yang

berupa hak milik masyarakat yang telah terlanjur teralih fungsi menjadi kegiatan budidaya lainnya;

 Mendukung pencapaian tutupan vegetasi

hutan minimal 30% (tiga puluh persen) dari luas wilayah Kabupaten Bangli;

 Integrasi hasil produksi tanaman kayu

dengan kegiatan industri dan industri kreatif;

 Pengembangan fungsi penyangga pada

kawasan peruntukkan hutan rakyat yang berbatasan dengan hutan lindung; dan

 Reboisasi dan rehabilitasi lahan pada

kawasan lahan kritis.

b12) Kawasan peruntukan pertanian;

1. kawasan peruntukan pertanian lahan basah;

Arahan pengelolaan kawasan budidaya tanaman pangan dilaksanakan melalui:

 Pemanfaatan semua lahan-lahan yang sudah

mendapatkan pengairan (irigasi) tetapi

belum dimanfaatkan sebagai lahan sawah;

 Pengoptimalan produktivitas lahan-lahan

sawah yang sudah ada melalui program

e) Dausa – Madenan – Bondalem;

4)Jalan Kolektor Primer-4 (K4) terdiri dari :

a)Tamanbali-Guliang Kangin;

n)Suter-Penaga Landih; dan

o)Jehem-Landih.

(14)

V - 14 intensifikasi;

 Pemantapan pelayanan jaringan irigasi;

 Pencegahan dan pembatasan alih fungsi

lahan sawah beririgasi;

 Pengembangan target luas lahan pertanian

tanaman pangan berkelanjutan 90% dari luas lahan sejak ditetapkannya peraturan daerah ini, di luar kebutuhan alih fungsi untuk fasilitas umum prioritas; dan

 Pengembangan luasan kawasan pertanian

lahan basah organik secara bertahap pada tiap subak dan dan desa/kelurahan sesuai potensinya.

2. kawasan peruntukan pertanian lahan kering; dan

3. kawasan peruntukan pertanian hortikultura.

Arahan pengelolaan kawasan budidaya

hortikultura dilaksanakan melalui:

Pengembangan luas areal pada lahan-lahan

yang memiliki potensi/kesesuaian lahan untuk

budidaya hortikultura unggulan secara

optimal;

Pemanfaatan lahan basah yang belum

beririgasi pada bulan-bulan kering;

Pemilihan jenis komoditi yang memilki nilai

kecamatan, ibukota kecamatan dengan pusat desa, dan antar desa.

6)Jalan sekunder merupakan jaringan jalan di seluruh

kawasan perkotaan di luar jalan sistem primer yang melintasi kawasan perkotaan yang telah ada meliputi :

a)jaringan jalan yang menghubungkan pusat kota

dengan sub pusat pelayanan kota;

b)jaringan jalan yang menghubungkan sub pusat

pelayanan kota dengan pusat-pusat kawasan permukiman; dan

c) jaringan jalan di dalam kawasan permukiman

perkotaan.

7)Usulan pengembangan dan peningkatan jalan baru

meliputi :

a)pengembangan baru ruas jalan Simpang Sidan –

Jalan Ida bagus Mantra yang berada di luar wilayah kabupaten, agar terintegrasi langsung menjadi ruas jalan Ida Bagus Mantra – Simpang Sidan – Bangli untuk meningkatkan akses langsung dari PKN menuju PKL Kawasan Perkotaan Bangli;

(15)

V - 15 ekonomis tinggi dengan masa tanaman

singkat;

Pembatasan perluasan lahan budidaya

hortikultura dari kawasan budidaya

perkebunan dan peruntukan hutan rakyat;

Pengendalian kegiatan budidaya hortikultura

pada kawasan yang memiliki kemiringan di atas 40%, untuk diarahkan bercampur atau

dikembalikan kepada tanaman budiaya

perkebunan atau tanaman kehutanan

(agroforestry) untuk mendukung kestabilan lereng dan mencegah kerawanan longsor;

Pemantapan kawasan agropolitan berbasis

pertanian hortikultura sebagai penggerak perekonomian kawasan perdesaan;

Pengembangan kemitraan dengan sektor

industri dan pariwisata; dan

Pengembangan luasan kawasan budidaya

hortikultura organic secara bertahap pada tiap subak dan dan desa sesuai potensinya.

b13) Kawasan peruntukan perkebunan;

b14) Kawasan peruntukan perikanan;

jalan Ubud – Kedewatan – Kintamani untuk

mendukung pengembangan Kawasan Andalan Nasional Denpasar-Ubud-Kintamani;

c) pengembangan baru ruas jalan Bayung Gede–

Manikliyu–Belantih-Catur, untuk membuka

aksesibilitas kawasan pengembangan Kintamani dan sekaligus mendukung pengembangan Kawasan

Andalan Nasional Denpasar-Ubud-Kintamani,

dengan fungsi jalan kolektor primer-3 (K-3);

d)pengembangan baru ruas jalan dari parkir Pura Ulun

Batur (Desa Batur Selatan) – Kuburan Cina (Desa Batur Utara) sebagai jalan strategis provinsi untuk memperlancar arus lalu lintas regional menerus dan kelancaran pelaksanaan upacara keagamaan di sekitar Pura Ulun Danu Batur;

e)pengembangan baru ruas jalan dan peningkatan

ruas jalan antar wilayah Songan – Paleg dan

Songan-Pradi Kangin ke wilayah Kabupaten

Karangasem, serta ruas jalan Songan – Pradi Kauh ke wilayah Kabupaten Buleleng;

f) pengembangan baru ruas jalan lingkar barat

Kawasan Perkotaan Bangli di wilayah Desa Bunutin Tembus Kawasan LC;

(16)

V - 16 b15) Kawasan peruntukan peternakan;

Arahan pengelolaan kawasan budidaya peternakan dilaksanakan melalui:

 Pemanfaatan ruang bercampur dengan

kegiatan peruntukan lainnya, terutama

kawasan peruntukan pertanian dan

permukiman secara terbatas;

 Pemanfaatan lahan pertanian yang dapat

mensuplai bahan makanan ternak secara terpadu dan terintegrasi;

 Pemanfaatan lahan pekarangan permukiman

perdesaan, untuk kegiatan peternakan skala rumah tangga;

 Pemanfaatan lahan kritis melalui

pengembangan rumput, leguminosa, semak, dan jenis pohon yang tahan kering dan sesuai untuk makanan ternak;

 Pemanfaatan lahan yang sesuai bagi kegiatan peternakan secara optimal

 Pemantapan pelayanan Pasar Hewan di

Kelurahan Cempaga Bangli (untuk Kawasan Perkotaan Bangli dan sekitarnya serta Pasar hewan Kayuamba untuk pelayanan regional; dan

(Kecamatan Bangli) – Banjar Talangjiwa, Desa Selat

(Kecamatan Susut);

h)pengembangan baru ruas jalan Kawasan LC

(Kecamatan Bangli) - Desa Demulih (Kecamatan Susut);

i) pengembangan baru ruas jalan Kelurahan Kawan

(Kecamatan Bangli) - Br. Tegalalalang (Kecamatan Tembuku) sampai kawasan Tohpati, Kabupaten Klungkung;

j) pengembangan baru ruas-ruas jalan di kawasan

perkotaan untuk melayani pengembangan kawasan permukiman;

k)pengembangan baru ruas-ruas jalan untuk

memperlancar pergerakan antar dusun di kawasan perdesaan;

l) pengembangan baru ruas jalan

Tandang-Buanasari-Yeh Mampeh dan ruas jalan Songan-Blandingan, untuk mendukung jalur-jalur evakuasi bencana pada kawasan rawan bencana gunung berapi Gunung Batur ;

m) pengembangan baru ruas jalan untuk

mendorong pengembangan kawasan-kawasan daya tarik wisata; dan

(17)

V - 17

 Pengembangan kawasan agropolitan promosi

Tiga-Pengelumbaran untuk komoditas

unggulan peternakan sapi masyarakat.

b16) Kawasan peruntukan industri;

b17) Kawasan peruntukan pariwisata;

1. Daya Tarik Wisata Khusus (DTWK); dan

Arahan pengembangan KDTWK adalah :

 Dikembangkan sebagai Kawasan Strategis

Provinsi Bali dari sudut kepentingan

pertumbuhan ekonomi;

 Pengembangan KDTWK didukung dengan

pengembangan daya tarik wisata, fasilitas

akomodasi dan fasilitas penunjang

pariwisata;

 KDTWK tidak semata-mata hanya diartikan

sebagai kawasan yang boleh dibangun fasilitas akomodasi dan fasilitas penunjang di

seluruh bagian kawasan, melainkan

sesungguhnya kata Khusus yang

disandangnya mengandung pengertian tetap terjanagnya kawasan lindung dan kawasan budidaya di luar kawasan peruntukan

meningkatkan aksesibilitas kawasan permukiman terisolir.

B.1.2. SISTEM JARINGAN PELAYANAN ANGKUTAN UMUM

Jaringan pelayanan angkutan umum merupakan bagian dari sistem transportasi darat untuk menyediakan sarana pelayanan transportasi kepada masyarakat terdiri atas :

1) Pengembangan angkutan umum antarkota;

2) Pengembangan angkutan umum perkotaan;

3) Pengembangan angkutan umum perdesaan; dan

4) Pengembangan terminal penumpang secara terpadu

dan berhierarki.

Pengembangan angkutan umum terdiri atas :

a) Pemantapan pelayanan angkutan umum antar kota

antar wilayah baik;

b) pengembangan sistem trayek terpadu dan

terintegrasi baik antar kota, kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan; dan

c) pengembangan kebijakan disinsentif untuk menekan

(18)

V - 18 pariwisata yang harus ditata secara terpadu

antara satu kawasan dengan kawasan lainnya yang selanjutnya dituangkan ke dalam Rencana Rinci Tata Ruang (RTR Kawasan Strategis Pariwisata);

 Pengembangan intensif fasilitas akomodasi

dan fasilitas penunjang pariwisata pada KDTWK, hanya dapat dikembangkan pada Zona Efektif Pariwisata, diluar kawasan lindung dan kawasan lahan pertanian abadi

dengan pembatasan koefisien wilayah

terbangun (KWT), setinggi-tingginya 2% dari seluruh luas kawasan DTWK, dengan penyediaan berbagai fasilitas sesuai fungsi utama obyek yang dilengkapi dengan jasa

pelayanan makan dan minum serta

akomodasi setinggi-tingginya hotel melati

dengan KDB 10% untuk melindungi

kelestarian atau kekhususan fungsi utama DTWK;

 Penataan ruang kawasan didasarkan atas

Peraturan Daerah tentang RTR Kawasan

Strategis Pariwisata yang selanjutnya

dilengkapi dengan Peraturan Zonasi;

Untuk mendukung perpindahan intar moda angkutan umum, atau antar moda maka dibutuhkan terminal sebagai tempat perpindahan penumpang dan barang. Kriteria pengembangan terminal penumpang adalah :

1)Terminal tipe B untuk AKDP, dihubungkan langsung ke jalan arteri primer atau kolektor primer, luas sekurang-kurangnya 3 hektar, jalan masuk sekurang-kurangnya 50 meter. Terminal penumpang tipe B melayani AKDP, Angkutan Kota dan Angkutan Pedesaan; dan

2)Terminal tipe C untuk Angkutan Kota dan Angkutan

Pedesaan, dihubungkan ke jalan kolektor

sekunder/jalan lokal dengan luas dan jalan akses tergantung pada kondisi setempat.

Pengembangan terminal penumpang di Kabupaten Bangli terdiri atas :

1) Peningkatan Fasilitas Terminal Type B, mencakup :

a)Terminal Loka Çrana di Kawasan Perkotaan

Bangli; dan

b)Terminal Kintamani di Kawasan Perkotaan

(19)

V - 19

 pengembangan prasarana dan sarana

transportasi untuk mempermudah akses keseluruh kawasan pariwisata serta ke daya tarik wisata; dan

 Arahan aturan pemanfaatan ruang diuraikan

pada Arahan Indikasi Peraturan Zonasi KDTWK

2. Daya Tarik Wisata (DTW).

 DTW adalah segala sesuatu yang memiliki

keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan; dan

 DTW dapat mencakup dan/atau berupa

kawasan/hamparan, wilayah desa/kelurahan, massa bangunan, bangun-bangunan dan lingkungan sekitarnya, jalur wisata yang lokasinya tersebar di wilayah kabupaten/kota baik yang berada di dalam maupun di luar Kawasan Pariwisata dan/atau KDTWK

b18) Kawasan peruntukan permukiman; dan/atau

2) Peningkatan Fasilitas Terminal Type C, mencakup :

a)Terminal Kayuamba;

b)Terminal Yangapi;

3) Pengembangan Baru Terminal Type C, mencakup :

a)Terminal Belantih/Catur;

b)Terminal Kedisan; dan

c) Terminal Bayunggede.

4) Pengembangan Trayek angkutan Umum di

Kabupaten Bangli, mencakup :

(20)

V - 20

1. permukiman perkotaan; dan

2. permukiman perdesaan.

b19) Kawasan peruntukan pertambangan; dan

b20) Kawasan pertahanan dan keamanan.

 Terminal Loka Çrana Bangli – Terminal

Penarukan (Kabupaten Buleleng);

 Terminal Loka Çrana Bangli - Terminal

Kayuamba/Terminal Yangapi; dan

 Terminal Kintamani – Terminal Belantih/Catur

atau Terminal Kedisan atau Terminal

Bayunggede.

b)trayek angkutan perkotaan di Kawasan Perkotaan

Bangli atau Kawasan Perkotaan Kintamani; dan

c) trayek angkutan perdesaan di kawasan perdesaan

Kecamatan Bangli, Kecamatan Susut, Kecamatan Tembuku, dan Kecamatan Kintamani.

B.1.3. SISTEM ANGKUTAN DANAU

Penyeberangan di Danau Batur merupakan rangkaian kelanjutan sistem jaringan jalan di perairan Danau Batur untuk melayani pergerakan penumpang dan pariwisata, terdiri atas :

1) dermaga penyeberangan;

2) trayek angkutan danau; dan

3) kapal danau.

(21)

V - 21

peningkatan kualitas dermaga yang telah ada meliputi Dermaga Kedisan, Dermaga Toyabungkah, Dermaga Terunyan dan Dermaga Kuburan Terunyan.

Trayek angkutan danau adalah alur lintasan penyeberangan di perairan Danau Batur yang tidak saling mengganggu atau saling mendukung dengan jalur lintasan wisata, kegiatan perikanan dan kegiatan sosial keagamaan.

Kapal danau adalah moda angkutan berupa kapal-kapal penyeberangan yang layak jalan dan memenuhi standar keamanan sesuai ketentuan yang berlaku.

B.1.4. MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas dilaksanakan untuk mengoptimalkan penggunaan jaringan Jalan dan gerakan

lalu lintas dalam rangka menjamin keamanan,

keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dan angkutan lalan. Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas dilaksanakan pada tataran teknis di lapangan, namun prinsip-prinsipnya merupakan landasan pengembangan aspek teknis dalam pengembangan sistem jaringan jalan.

(22)

V - 22

1)penyediaan fasilitas parkir;

2)penetapan prioritas angkutan umum;

3)pemberian prioritas keselamatan dan kenyamanan

pejalan kaki;

4)pemberian kemudahan bagi penyandang cacat;

5)pemisahan atau pemilahan pergerakan arus lalu lintas

berdasarkan peruntukan lahan, mobilitas, dan aksesibilitas;

6)penyediaan jalur bersepeda di kawasan perkotaan

atau kawasan efektif pariwisata;

7)pemaduan berbagai moda angkutan; dan

8)pengendalian lalu lintas pada persimpangan dan ruas

jalan.

Penyediaan fasilitas parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi penyediaan parkir terbuka untuk umum dan wisatawan terdiri dari :

1) pengembangan parkir wisata dan parkir bus pariwisata terpusat di sekitar Museum Gunung Api Batur di Penelokan; dan

2) pengembangan kantong-kantong parkir skala kecil

untuk menunjang kegiatan sosial ekonomi

(23)

V - 23 tarik wisata.

B.1.5. SISTEM SARANA PENUNJANG TRANSPORTASI LAINNYA

Sistem Sarana Penunjang transportasi lainnya, meliputi angkutan barang, angkutan pariwisata, angkutan truk galian C, dan penyediaan parkir.

1)Angkutan barang meliputi :

a) arahan pengembangan terminal barang di Kawasan

Perkotaan Kayuamba untuk mendukung

pengembangan kawasan perdagangan dan jasa wilayah; dan

b) arahan pengembangan terminal agribisnis untuk mengangkut barang hasil pertanian dan perikanan

maupun hasil pengolahannya di Kawasan

Agropolitan dan Kawasan Minapolitan; dan

c) lalu lintas angkutan barang diarahkan melalui jalur jalan provinsi dengan fungsi jalan kolektor primer 3 dan jalan lokal primer untuk terminal agribisnis.

2)Angkutan barang khusus bebatuan meliputi:

(24)

V - 24

bebatuan di kawasan Kaldera Batur adalah jalur jalan Tabu - Yeh Mampeh – Bukit Mentik - Culali serta jalan Tandang – Buanasari – Yeh Mampeh; dan

b) pengaturan waktu beroperasi angkutan barang khusus bebatuan di kawasan Kaldera Batur pada jalur Penelokan-Kedisan

3)Angkutan penumpang tidak dalam trayek meliputi :

a) peningkatan pelayanan fasilitas parkir wisata dan parkir bus pariwisata terpusat di sekitar Museum Gunung Api Batur Penelokan; dan

b) pengembangan angkutan wisata khusus skala kecil sebagai transfer moda angkutan bus pariwisata, yang melayani angkutan wisata ke Danau Batur,

Dermaga Penyeberangan Trunyan, Kawasan

Toyabungkah, Kawasan Songan, Kawasan Geopark

Gunung Batur dan kawasan lainnya di seputaran koridor Kaldera Batur.

(25)

V - 25

B.2.1 Sistem Jaringan Energi Listrik

Pengembangan jaringan energi listrik dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik dan kebutuhan energi lainnya. Pelayanan kelistrikan Kabupatn Bangli merupakan bagian dari sistem pelayanan kelistrikan Bali. Secara umum Bali mengalami defisit sediaan pelayanan pada 20 tahun mendatang sehingga pengembangan sistem jaringan energi yang dilakukan adalah :

1)Memenuhi penyediaan tenaga listrik yang mampu

mendukung kebutuhan dasar masyarakat dan kegiatan perekonomian;

2)Meningkatkan pelayanan secara merata ke seluruh

wilayah dengan melakukan perluasan jaringan

distribusi dan penambahan kapasitas pembangkit tenaga listrik; dan

3)Mengembangkan pembangkit tenaga listrik alternatif

dari sumber energi terbarukan, untuk menghemat penggunaan energi yang tidak terbarukan dan

mengurangi pencemaran lingkungan, dengan

(26)

V - 26

Rencana pengembangan sistem jaringan energi diatas dilaksanakan melalui :

1) pemantapan gardu distribusi Kintamani dan gardu distribusi Bangli;

2) jaringan transmisi tersebar di seluruh wilayah

kabupaten yang meliputi sistem feeder Kota, feeder

Kayubihi, feeder Penolakan, feeder Penulisan, feeder Tembuku, penyulang Buahan dan penyulang Susut;

3) rencana pengembangan energi direncanakan sampai tahun 2030 direncanakan sebesar 36,852 MV;

4) pengembangan pembangkit tenaga listrik (PLT) alternatif dari sumber energi terbarukan terdiri atas PLT Mikro Hidro, PLT Biomasa, PLT Bayu, PLT Surya dan PLT lainnya, yang diarahkan untuk menghemat penggunaan energi yang tidak terbarukan dan mengurangi pencemaran lingkungan, dan

(27)

V - 27

B.2.2. Sistim Jaringan Pipa Gas

Sistim Jaringan pipa gas dikembangkan terutama di Kawasan Perkotaan Bangli dan KDTWK Bangli setelah melalui kajian.

B.3. Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi

Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi diarahkan pada upaya peningkatan pelayanan telematika secara memadai dan merata ke seluruh wilayah. Pengembangan sistem jaringan telematika meliputi :

a. jaringan terestrial meliputi sistem kabel serta sistem

nirkabel; dan b. jaringan satelit.

B.3.1. Pengembangan jaringan terestrial sistem kabel diarahkan pada:

1)peningkatan kapasitas stasiun Telepon Otomat

(STO) yang telah ada meliputi STO Kintamani dan STO Bangli:

2)pemantapan rumah kabel dan kotak pembagi

tersebesar yang di seluruh kecamatan meliputi

Kecamatan Bangli, Kecamatan Kintamani,

(28)

V - 28

seluruh kecamatan meliputi Kecamatan Bangli, Kecamatan Kintamani, Kecamatan Susut, dan Kecamatan Tembuku;

4)peningkatan satuan sambungan telepon (SST)

tersebar di seluruh kecamatan meliputi Kecamatan Bangli, Kecamatan Kintamani, Kecamatan Susut, dan Kecamatan Tembuku;

5)pengembangan jaringan baru secara

berkesinambungan untuk menyediakan pelayanan telekomunikasi di seluruh wilayah kabupaten;

6)pengembangan telekomunikasi jaringan kabel,

diintegrasikan penempatannya sesuai kapasitas pelayanan, estetika lingkungan dan keamanan; dan

7)pengembangan jaringan kabel telepon bawah

tanah yang terintegrasi dan terpadu dengan jaringan infrastruktur lainnya secara bertahap pada Kawasan Perkotaan Bangli meliputi Kelurahan Cempaga, Kelurahan Kawan, Kelurahan Kubu, dan

Kelurahan Belalang serta Kawasan Efektif

Pariwisata meliputi sebagian wilayah Desa

(29)

V - 29

Buahan, dan Suter.

B.3.2. Pengembangan jaringan terestrial sistem nirkabel

diarahkan pada penataan lokasi menara

telekomunikasi dan Base Transceiven Station (BTS) terpadu untuk pemanfaatan secara bersama-sama antar operator yang sebaran lokasinya telah ditetapkan dengan Peraturan Gubernur, meliputi 12 (dua belas) titik lokasi masing-masing di Desa Kayubihi, Desa Tiga, Desa Banua, Desa Batur Selatan, Desa Batur Tengah, Desa Pingaan, Desa Sukawana, Desa Selulung, Desa Cempaga, Desa Tembuku, Desa Kawan, dan Desa Tanam Bali

B.3.3. Pengembangan jaringan satelit untuk melengkapi sistem jaringan terestrial terutama untuk kawasan-kawasan terpencil dan terisolir.

C. Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air

Pengembangan sistem jaringan sumber daya air diarahkan

pada perlindungan dan pelestarian sumber air,

(30)

V - 30

Pendayagunaan sumber daya air ditujukan untuk

memanfaatkan sumber daya air secara berkelanjutan dengan mengutamakan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat secara adil dan terpadu, mencakup :

a. sistem wilayah sungai;

b. cekungan air tanah (CAT);

c. sistem jaringan irigasi;

d. sistem pengelolaan air baku untuk air minum; dan

e. sistem pengendalian banjir.

C.1. Sistem Wilayah Sungai

Sistem wilayah sungai merupakan bagian dari pengelolaan Wilayah Sungai Bali-Penida (WS Strategis Nasional) pada sebagian Sub WS 03.01.01, Sub WS 03.01.12, Sub WS 03.01.13, Sub WS 03.01.18, dan Sub WS 03.01.19 yang terdiri atas 1 (satu) buah danau dan 14 Daerah Aliran Sungai (DAS) 20 lintas wilayah, meliputi :

1) Danau Batur;

2) sebagian DAS Bubuh;

3) sebagian DAS Melangit;

4) sebagian DAS Sangsang;

5) sebagian DAS Ayung;

6) sebagian Das Yehalang;

(31)

V - 31

8) sebagian DAS Batas;

9) sebagian DAS Silagading Tiga;

10) sebagian DAS Puseh;

11) sebagian DAS Jinah;

12) sebagian DAS Luah;

13) sebagian DAS Bungbung;

14) sebagian DAS Pengsangan; dan

15) sebagian DAS Deling.

Danau Batur merupakan danau alam yang merupakan sumber air permukaan terbesar di Pulau Bali dengan luas kawasan perairan kurang lebih 1.667 ha (seribu enam ratus enam puluh tujuh) terletak di Kecamatan Kintamani.

C.2. Cekungan Air Tanah

Cekungan air tanah (CAT) di wilayah kabupaten merupakan CAT lintas kabupaten/kota meliputi sebagian CAT Tejakula dan sebagian CAT Denpasar-Tabanan.

C.3. Sistem Jaringan Irigasi

Sistem jaringan irigasi wilayah mencakup:

1)Pemeliharaan, peningkatan pelayanan dan efektivitas

(32)

V - 32

ada untuk melayani areal persawahan yang ditetapkan luasnya secara berkelanjutan meliputi 46 (empat puluh enam) Daerah Irigasi dan melayani 3.460 Ha sawah;

2)pembangunan Waduk Jehem dan Waduk Lembah

Pantunan untuk mendukung ketersediaan air baku untuk jaringan irigasi;

3)Mempertahankan produktivitas lahan sawah yang telah

ada dalam rangka ketahanan pangan termasuk ketahanan sistem budaya Bali dan Sistem Subak yang menyertainya;

4)Pendayagunaan potensi mata air dan air tanah yang

tersebar hampir merata di wilayah Kabupaten Bangli pada kawasan yang mengalami kesulitan air permukaan

terutama untuk keperluan pertanian lainnya

(perkebunan dan hortikultura); dan

5)Pendayagunaan air permukaan danau Batur untuk irigasi

pertanian hortikultura secara terbatas.

6)sistem jaringan irigasi kewenangan pemerintah provinsi meliputi 4 Daerah Irigasi (DI) dengan luas kurang lebih 617 (enam ratus tujuh belas) ha meliputi :

a) DI Apuan dengan luasan kurang lebih 160 (seratus

enam puluh) ha;

(33)

V - 33

dua puluh empat) ha;

c) DI Tembuku dengan luasan kurang lebih 152 (seratus

lima puluh dua) ha; dan

d)DI Padpadan dengan luasan kurang lebih 81 (delapan

puluh satu) ha.

7)sistem jaringan irigasi kewenangan pemerintah

kabupaten/kota meliputi 48 Daerah Irigasi (DI) dengan luas kurang lebih 3.668 (tiga ribu enam ratus enam puluh delapan) ha, tersebar di seluruh wilayah.

C.4. Sistem Pengelolaan Air Baku

Sistem pengelolaan air baku untuk air minum, meliputi pemanfaatan sumber-sumber air baku permukaan dan air tanah mencakup pembangunan, rehabilitasi serta operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana pengelolaan air baku untuk air minum melalui:

1) Pemanfaatan Danau Batur, sungai-sungai di sebagian WS Bali-Penida, serta cekungan air tanah lintas kabupaten/kota sebagai sumber air baku permukaan; dan

2) pendayagunaan sumber-sumber mata air, air tanah untuk memperluas sediaan air baku untuk pelayanan air minum.

(34)

V - 34

Sistem pengendalian banjir, meliputi pembangunan, rehabilitasi serta operasi dan pemeliharaan

bangunan-bangunan pengendali banjir, normalisasi sungai

didukung oleh upaya-upaya non struktural seperti sistem

peringatan dini dan pemetaan kawasan rawan banjir.

C.6. Prasarana Pengendalian Daya Rusak Air

Prasarana pengendalian daya rusak air, dilakukan pada alur sungai, danau, diselenggarakan melalui:

1)Sistem drainase dan pengendalian banjir, dan

2)Sistem penanganan erosi dan longsor.

Sistem jaringan sumber daya air dan sistem jaringan

prasarana air minum seperti ditampilkan pada Gambar

V.6 dan Gambar V.7.

a. Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Lainnya.

Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah lainnya mencakup:

a. sistem penyediaan air minum (SPAM);

b. sistem pengelolaan sampah;

c. sistem pengelolaan air limbah;

(35)

V - 35

e. penyediaan jalur dan ruang evakuasi bencana.

i. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)

Pengembangan sistem jaringan prasarana air minum diarahkan pada:

1) peningkatan dan pemerataan pelayanan air minum perpipaan dan non perpipaan di kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan di seluruh wilayah;

2) pengembangan Sistem

Penyediaan Air Minum (SPAM) perdesaan pada kawasan-kawasan perdesaan yang tidak terlayani

jaringan air minum perpipaan yang dikelola

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bangli;

3) pengembangan Sistem

Penyediaan Air Minum (SPAM) di wilayah dilakukan dengan dua sistem, mencakup :

a) sistem pemompaan bagi kawasan pelayanan yang sumber air bakunya lebih rendah meliputi PDAM Unit Kubu/Kayubihi, Unit Kintamani, Unit Malet, Unit Peninjoan, Unit Tembuku dan Unit Undisan; dan

(36)

V - 36

Cabang Bangli, Unit Tamanbali, Unit Demulih, Unit Susut/Selat, Unit Abuan/Apuan.

4) pendayagunaan

sumber-sumber mata air, air tanah untuk memperluas sediaan air baku untuk pelayanan air minum.

D. Sistem Pengelolaan Sampah

Sistem pengelolaan sampah mencakup jenis sampah yang dikelola, penyelenggaraan sistem pengelolaan sampah dan penanganan sampah.

Jenis sampah yang dikelola mencakup:

1)sampah rumah tangga, tidak termasuk tinja;

2)sampah sejenis sampah rumah tangga; dan

3)sampah spesifik.

Penyelenggaraan sistem pengelolaan sampah mencakup:

1) pengurangan sampah untuk sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga meliputi

pembatasan timbulan sampah (reduce), pendauran

ulang sampah (recycle); dan/atau pemanfaatan

kembali sampah (reuse);

(37)

V - 37

pemilahan, pegumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir; dan

3) pedoman pengelolaan sampah spesifik akan diatur dengan Peraturan Bupati.

Penanganan sampah, dilaksanakan melalui:

1)sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah

tangga dikumpulkan setelah melalui tahapan

pengurangan sampah, ke transfer depo atau ke Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) tersebar di tiap desa di tiap kecamatan seluruh wilayah kabupaten oleh ; dan

2)pengurangan sampah di transfer depo atau TPS

sebelum diangkut ke Tempat Pemrosesan Sampah Akhir (TPA).

(38)

V - 38

E. Sistem Pengelolaan Air Limbah

1)Penyelenggaraan sistem pengelolaan air limbah

dilakukan dengan:

a) sistem pembuangan air limbah setempat yang dilakukan secara individual yang diarahkan terutama pada kawasan permukiman yang letaknya tersebar dan di kawasan perdesaan;

b) sistem pembuangan air limbah terpusat yang

dilakukan secara kolektif melalui jaringan

pengumpul dan diolah serta dibuang secara terpusat yang diarahkan pada kawasan yang padat kegiatan;

c) sistem pembuangan terpusat skala kecil pada

kawasan permukiman padat perkotaan yang tidak terlayani sistem jaringan air limbah terpusat kota

dalam bentuk Sistem Sanitasi Masyarakat

(Sanimas); dan

(39)

V - 39

2)Pengembangan sistem pembuangan air limbah

terpusat di Kabupaten beserta wilayah pelayanannya dalam jangka menengah, diarahkan pada :

a) Kawasan Perkotaan Bangli meliputi Kelurahan Cempaga, Kelurahan Kawan, Kelurahan Kubu, dan Kelurahan Belalang;

b) Kawasan Perkotaan Kintamani meliputi Desa Kintamani, Desa Batur Selatan, Desa Batur Tengah, Desa Batur Utara, serta Desa Bayunggede; dan

c) Kawasan Daya Tarik Wisata Toyabungkah dan pusat-pusat kawasan daya tarik wisata lainnya.

3)Kriteria tempat instalasi pengolahan air limbah, adalah

:

a) Memiliki jarak minimal tertentu dengan sumber air baku;

b) Memiliki kajian analisis mengenai dampak lingkungan;

c) Mendapat persetujuan masyarakat;

d) Memiliki zona penyangga;

e) Memperhatikan faktor keamanan, dan pengaliran sumber air baku dan daerah terbuka; dan

(40)

V - 40 buangan.

F. Sitem Penanganan Drainase

Sistem penanganan drainase, meliputi

1)Pengembangan sistem jaringan drainase didasarkan

atas kesatuan sistem dan sub sistem tata air meliputi jaringan primer berupa sungai/tukad utama, jaringan sekunder berupa parit atau saluran-saluran yang ada di tepi jalan dan jaringan tersier berupa saluran – saluran kecil yang masuk pada kawasan perumahan;

2) pembangunan sistem pembuangan air hujan yang

terintegrasi mulai dari lingkungan perumahan sampai saluran drainase primer yang dilengkapi bangunan pengontrol genangan, bak penampung sedimen, pembuatan konstruksi baru berupa turap/senderan, rehabilitasi saluran alam yang ada, pembuatan parit infiltrasi, operasi dan pemeliharaan; dan

3) pemisahan antara jaringan drainase dengan jaringan

irigasi dan jaringan air limbah.

(41)

V - 41

Penyediaan jalur dan ruang evakuasi bencana, meliputi : 2) jalur-jalur jalan yang digunakan sebagai jalur

pelarian darurat bila terjadi bencana tanah longsor, bencana kebakaran, bencana gunung berapi, atau banjir menuju ke tempat yang lebih aman, terdiri atas jalan-jalan yang posisinya berlawanan dengan arah datangnya bencana;

3) jalur-jalur jalan yang digunakan untuk membawa korban bencana ke ruang evakuasi bencana; dan 4) ruang evakuasi bencana dapat berupa :

a) lapangan olah raga terbuka di tiap Kawasan Perkotaan dan di tiap Kawasan Perdesaan;

b) gedung olah raga atau gedung serbaguna di tiap Kawasan Perkotaan dan di tiap Kawasan Perdesaan; dan

(42)

V - 42

Tabel 5.2 Identifikasi Kawasan Strategis di Kabupaten Bangli

NAMA KAWASAN STRATEGIS SUDUT KEPENTINGAN LOKASI/BATAS KAWASAN

(1) (2) (3)

Kawasan Strategis Provinsi yang ada di Kab. Bangli (KSP)

1. Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus

(KDTWK) DTWK Kintamani.

Kawasan Strategis Berdasarkan

Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi

Kec. Kintamani

 Kawasan Radius Kesucian Pura Sad

Kahyangan Pura Batur; dan

 Kawasan Warisan Budaya meliputi :

DAS Tukad Pekerisan (bagian hulu).

Kawasan Strategis Berdasarkan

Kepentingan Sosial Budaya

Kab. Bangli

 Seluruh Kawasan Hutan mencakup

(HL Penulisan, HL Munduk

Pengajaran dan HL Gn. Abang Agung, TWA Batur-Bukit Payang, TWA Penelokan);

 Gunung dan Perbukitan;

 DAS untuk sungai potensial lintas

Kabupaten/Kota mencakup hulu Tukad Pekerisan, Tukad Melangit, Tukad Sangsang, Tukad Bubuh, Tukad Oos;

 Danau Batur (Danau Alam di

Kawasan strategis berdasarkan

kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup

(43)

V - 43 Provinsi Bali);

 Potensi Cekungan Air Bawah Tanah

lintas Kabupaten/Kota mencakup Cekungan Air Bawah Tanah

Denpasar – Tabanan dan Cekungan

Air Bawah Tanah Batur; dan

 Kawasan rawan bencana gunung

berapi Batur (Daerah Bahaya II dan III),

Kawasan Strategis Kab. Bangli (KSK)

1) Kawasan Perkotaan Bangli;

2) Kawasan Perkotaan Kintamani;

3) Kawasan Perkotaan Susut;

4) Kawasan Perkotaan Tembuku;

5) Kawasan Perdagangan dan Jasa

Kayuambua;

6) Kawasan Agropolitan Catur –

Belantih;

7) kawasan sepanjang jalur jalan

(44)

V - 44

kolektor primer Bangli –

Kayuambua-Penelokan – Kintamani; dan

8) Kawasan Daya Tarik Wisata

(DTW).

1) Kawasan Sad Kahyangan Pura Ulun

Danu Batur, di Desa Batur, Kecamatan Kintamani;

2) Seluruh Kawasan Pura Dang

Kahyangan dan Kahyangan Jagat di Kabupaten Bangli terdiri :

a) kawasan Pura Puser Tasik, di Desa

Bangbang, Kecamatan Tembuku;

b) kawasan Pura Pucak, di Desa Demulih,

Kecamatan Susut;

c) kawasan Pura Bukit Jati, di Desa

Bunutin, Kecamatan Bangli;

d) kawasan Pura Kehen, di Desa

Cempaga, Kecamatan Bangli;

e) kawasan Pura Pucak Hayng Ukir, di

(45)

V - 45 Desa Kubu, Kecamatan Bangli;

f) kawasan Pura Pucak Pandakan, di

Desa Kubu, Kecamatan Bangli;

g) kawasan Pura Hyang Waringin, di Desa

Kubu, Kecamatan Bangli;

h) kawasan Pura Tuluk Biyu, di Desa

Batur, Kecamatan Kintamani;

i) kawasan Pura Alas Arum, di Desa

Batur, Kecamatan Kintamani;

j) kawasan Pura Jati, di Desa Batur,

Kecamatan Kintamani;

k) kawasan Pura Penulisan, di Desa

Sukawana, Kecamatan Kintamani;

l) kawasan Pura Indra Kila, di Desa

Dausa, Kecamatan Kintamani;

m) kawasan Pura Balingkang, di Desa

Pinggan, Kecamatan Kintamani;

n) kawasan Pura Tuluk Biyu, di Desa

Suter, Kecamatan Kintamani;

(46)

V - 46 Kecamatan Kintamani;

p) kawasan Pura Dukuh, di Desa Suter,

Kecamatan Kintamani;

q) kawasan Pura Ulun Danu Songan,

Desa Songan A, Kecamatan Kintamani;

r) kawasan Pura Pancering Jagat, di Desa

Trunyan, Kecamatan Kintamani; dan

s) kawasan Pura Bukit Mentik, di Desa

Batur, Kecamatan Kintamani.

3) Kawasan Desa Budaya Khusus

mencakup :

a) Desa Pekraman Trunyan;

b) Desa Pekraman. Penglipuran;

c) Desa Pekraman Bayunggede;

d) Desa Pekraman Pengotan; dan

(47)

V - 47

1)Kawasan sekitar Gunung Batur;

2)Kawasan sekitar Danau Batur;

3)Kawasan sekitar Dinding Kaldera Batur; dan

4)Sebaran Lahan Kritis di Kabupaten

Bangli.

fungsi dan daya dukung lingkungan hidup Kec. Kintamani

Tabel 5.3 Identifikasi Indikasi Program RTRW Kabupaten Bangli terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

NO USULANPROGRAM

UTAMA LOKASI

MERUPAKAN KSP/KSK

(YA/TIDAK) SUMBER PENDANAAN INSTANSI PELAKSANA

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1

Perwujudan Sistem

Prasarana Air

Minum

1. Pemantapan dan

Pengembangan Prasarana Air Baku

Kec. Bangli, Kec.

Tembuku, Kec.

Kintamani, Kec.

Susut

(48)

V - 48

2. Pemantapan dan

Pengembangan Prasarana Irigasi Sawah dan Non Sawah

3. Pemantapan dan

Pengembangan Prasarana Air Minum

4. Pengembangan

Prasarana

Pengendalian Daya Rusak air

4.1 Pengembangan

Prasarana Pengaman Sungai

4.2 Pengembangan

Prasarana

Pengendalian Erosi dan Longsor

2

Perwujudan Sistem

Prasarana Lingkungan

1. Pengembangan Sistem

Pengelolaan Sampah

1.1Pemantapan IPST

Kec. Bangli, Kec.

Tembuku, Kec.

Kintamani, Kec.

Susut

Ya APBN/APBD, Swasta Dep. PU Pemprov/Kab.,

(49)

V - 49 di TPA Regional

Bangklet

1.2Peningkatan

Sarana Perangkutan Persampahan dan TPS

1.3Pemasyarakatan

dan Sosialisasi menerus pengurangan sampah melalui 3R

2. Pengembangan Sistem

Pengelolaan Air Limbah

2.1Pengembangan

jaringan perpipaan air tepadu Kaw. Pekotaan Bangli dan Pusat Kegiatan Pariwisata

2.2Pengembangan

(50)

V - 50 skala lingkungan

padat

3

Perwujudan Kawasan

Peruntukan Permukiman

1. Pengembangan dan

Penetapan RTR pada berbagai tingkatan RTR KSP/KSK dan RDTR Kaw. Beserta P. Zonasi

2. Perwujudan Kawasan

Permukiman Perkotaan

2.1Pengembangan

dan pemerataan pelayanan sistem jaringan prasarana permukiman

2.2Pengembangan

dan pemerataan pelayanan sarana permukiman

2.3Pengembangan

prasana

Kec. Bangli, Kec.

Tembuku, Kec.

Kintamani, Kec.

Susut

Ya APBN/APBD, Swasta Dep. PU Pemprov/Kab.,

(51)

V - 51 perlindungan dari

bencana

2.4Perwujudan RTH

min 40% dari wilayah Kota

2.5Perwujudan RTH

non hijau, ruang pejalan kaki dan jalur atau ruang evakuasi bencana

3. Perwujudan Kawasan

Permukiman Perdesaan

3.1Pengembangan

dan pemerataan pelayanan sistem jaringan prasarana permukiman skala perdesaan

3.2Pengembangan

(52)

V - 52

3.3Pengembangan

prasarana

perlindungan dari bencana

3.4Perlindungan

(53)

V - 53

V.2 Arah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) V.2.1. Arah Kebijakan Pembangunan Daerah

Dalam rangka melaksanakan strategi pembangunan daerah untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan sesuai dengan Visi, Misi Kabupaten Bangli, maka diperlukan arah kebijakan pembangunan daerah

yang akan dilaksanakan. Dalam periode 2010-2015, arah kebijakan

pembangunan Kabupaten Bangli diarahkan kepada terwujudnya

masyarakat Bangli yang cerdas, sehat dan sejahtera. Guna

mewujudkan masyarakat Bangli yang cerdas, sehat dan sejahtera, kebijakan pemerintah Kabupaten Bangli adalah lebih banyak memberikan

kail” daripada “ikan”, dan selanjutnya diutamakan lebih banyak lagi

memberikan “cara membuat kail”. Untuk mencapai hal tersebut, maka

fokus kebijakan pembangunan Bangli lima tahun mendatang diutamakan pada empat bidang, yaitu: Bidang Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial; Bidang Pendidikan; Bidang Kesehatan; dan Lingkungan Hidup, yang didukung oleh bidang-bidang lain sesuai dengan potensi wilayah Kabupaten Bangli.

V.2.2. Arah Kebijakan Bidang Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial

(54)

V - 54 a. Bidang Infrastruktur Wilayah

Kondisi sarana dan prasarana infrastruktur di Kabupaten Bangli saat ini masih ditandai oleh tidak meratanya aksesibilitas antar desa, kualitas, ataupun cakupan pelayanan. Dengan demikian, sarana dan prasarana infrastruktur yang ada belum sepenuhnya dapat mendukung pembangunan sektor riil, mendorong sektor produksi dan keseimbangan pembangunan wilayah. Arah kebijakan lima tahun mendatang akan difokuskan pada: (1) peningkatan pembangunan infrastruktur bagi masyarakat secara merata dan proporsional dan sesuai dengan penataan ruang; (2) peningkatan sarana dan prasarana infrastruktur perhubungan; (3) peningkatkan akses masyarakat terhadap jasa infrastruktur, seperti jaringan irigasi air baku, air bersih/air minum, air limbah, sanitasi lingkungan, perumahan, transportasi jaringan jalan dan jembatan, listrik, drainase, persampahan, dan lainnya; (4)peningkatan pembangunan jaringan telekomunikasi dan informatika untuk mendekatkan jarak fisik yang berjauhan mengingat wilayah Kabupaten Bangli yang luas; dan (5) pengelolaan sumber daya air beserta daerah tangkapan air secara efisien.

b. Arah Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup

Sumber daya alam dan lingkungan hidup (SDA dan LH) sangat penting dalam pembangunan di Kabupaten Bangli, baik sebagai penyedia bahan baku bagi pembangunan ekonomi maupun sebagai pendukung sistem kehidupan. SDA dan LH perlu dikelola dengan bijaksana agar pembangunan serta keberlangsungan kehidupan manusia dapat terjaga dan lestari saat ini dan di masa yang akan datang. Adanya kepentingan ekonomi yang berorientasi jangka pendek serta lonjakan jumlah penduduk akan berimplikasi pada meningkatnya kebutuhan akan sumber daya alam untuk bahan baku industri maupun konsumsi. Peningkatan kebutuhan tersebut dapat berakibat pada peningkatan pemanfaatan sumber daya alam, yang pada akhirnya akan menurunkan daya dukung dan fungsi dari lingkungan hidup serta kerusakan sumber daya alamnya. Akibat terjadinya degradasi lingkungan hidup ini sudah mulai dirasakan, terutama timbulnya permasalahan pemenuhan kebutuhan pangan, dan kebutuhan akan sumber daya air.

(55)

V - 55 penurunan daya dukung lingkungan. Di antaranya diakibatkan oleh laju pertumbuhan penduduk, pembangunan infrastruktur, industrialisasi, pola kehidupan yang konsumtif, lemahnya penegakan hukum, serta belum optimalnya kapasitas sumber daya manusia.

Untuk mewujudkan lingkungan hidup yang berkelanjutan sesuai

dengan Visi lingkungan hidup Kabupaten Bangli yang Clean, Green,

Moving and Lovely, maka arah kebijakan yang ditempuh adalah

pelestarian fungsi lingkungan hidup dan atau pelestarian lingkungan hidup, melalui: (1) pengendalian dan pemantauan pencemaran pada air, lahan, udara, dan keanekaragaman hayati (kehati); (2) perbaikan kerangka regulasi dan peningkatan upaya penegakan hukum lingkungan secara konsisten; (3) perbaikan kualitas lingkungan melalui upaya rehabilitasi dan konservasi serta pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan; (4) penataan dan pengelolaan lingkungan yang harmonis dari hulu ke hilir sebagai upaya mempertahankan Bangli sebagai kawasan resapan air; (5) peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan penguatan institusi pengelola lingkungan hidup; (6) peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat; (7) pengembangan penelitian pengelolaan lingkungan; dan (8) pengembangan sumber-sumber pendanaan lingkungan alternatif.

V.3 Arahan Perda Bangunan Gedung

Maksud dari Rencana peraturan daerah tentang Bangunan Gedung di Kabupaten Bangli adalah sebagai acuan sekurang-kurangnya untuk mengatur dan mengendalikan penyelenggaraan bangunan gedung sejak dari perizinan, perencanaan, pelaksanaan konstruksi, pemanfaatan, kelaikan bangunan gedung agar sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Renvana Peraturan daerah tentang Bangunan Gedung Kabupaten Bangli bertujuan untuk:

1. mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan tata

bangunan gedung yang serasi dan selaras dengan lingkungannya;

2. mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang menjamin

keandalan teknis bangunan gedung dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan;

3. mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan

gedung.

Lingkup Rencana peraturan daerah ini meliputi ketentuan mengenai fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan

bangunan gedung, peran masyarakat dan pembinaan dalam

(56)

V - 56

V.4 Arahan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kabupaten Bangli

Perkembangan pembangunan di Kabupaten Bangli telah memberikan konsekuensi tersendiri bagi perkembangan sektor-sektor lain di daerah tersebut, dan juga penyediaan sarana dan prasarana penunjangnya. Salah satunya adalah kebutuhan akan ketersediaan sumber air baku untuk melayani kebutuhan air bersih masyarakat, industri dan aktivitas sosial budaya. Untuk itu penyediaan air bersih merupakan salah satu bagian dari prasarana wilayah yang harus terus dikembangkan untuk mendukung perekembangan wilayah terutama perkotaan. Pada saat ini upaya pemanfaatan sumber daya air di Kabupaten Bangli belum dilakukan secara optimal, sehingga penyediaan air bersih untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari masyarakat merupakan prioritas utama di atas semua kebutuhan lainnya.Upaya pemenuhan kebutuhan air bersih telah memunculkan persoalan dalam kaitannya dengan pembangunan prasarana penyediaan air bersih untuk meningkatkan jangkauan pelayanan.

(57)

V - 57 Keterbatasan kemampuan produksi PDAM Bangli dalam memproduksi air bersih akan berimplikasi kepada pengembangan manajemen usaha PDAM Bangli, dan di sisi lain pelayanan masyarakat terhadap air bersih akan semakin menurun, sehingga dikhawatirkan akan menurunkan target MDGs di Bangli dalam pelayanan air bersih.

Berdasarkan analisis proyeksi kebutuhan air bersih sampai akhir tahun perencanaan berdasarkan golongan pemakai yang lebih rinci, memperlihatkan kondisi pada tahun 2008 yang memperoleh pelayanan PDAM masih sangat kurang. Dengan kebutuhan sesuai standar pelayanan air bersih berdasarkan jumlah penduduk untuk tahun 2008 adalah 4.166.049 M³, sedangkan kondisi pada tahun 2008 baru mencapai 1.852.526 M³. Dengan kondisi pemenuhan air bersih pada tahun 2008 yang masih mengalami kekurangan sebesar 2.313.522,88 M³.

Berdasarkan hasil survei primer maupun sekunder, memang terdapat kawasan yang belum terlayani oleh PDAM yaitu kawasan Bangli Utara (Kecamatan Kintamani). Kecamatan Kintamani masih sangat terbatas dalam penyediaan air bersih yang dilayani oleh PDAM, sehingga pemenuhan kebutuhan akan air bersih maupun air minum diperoleh dari sumber mata air yang terdapat di kawasan sekitarnya dan kecenderungan pengelolaan selama ini masih dilakukan secara swadaya dengan membentuk kelompok-kelompok di Kecamatan Kintamani.

Sedangkan kawasan Bangli Selatan (Kecamatan Bangli, Susut dan Tembuku) sebagaian besar sudah terlayani jaringan PDAM, permasalahan yang sering muncul adalah air PDAM kekurangan cadangan air baku disaat debit sumber mata air menurun. Akibat kurangnya cadangan air PDAM, beberapa unit sering mengalami kendala air bersih dan berakibat air PDAM mengalir 2 - 3 hari sekali pada suatu unit pelayanan (seperti Unit Pelayanan Abuan - Susut). Hal ini berdampak pada pelayanan PDAM yang masih kurang dan tingkat kesehatan masyarakat juga akan berpengaruh bila tidak adanya pola penanganan yang intensif ke depannya.

Ketersediaan infrastruktur yang memadai dan berkesinambungan

merupakan kebutuhan mendesak untuk mendukung pelaksanaan

Gambar

Tabel 5.1 Arahan RTRW Kabupaten
Tabel 5.2 Identifikasi Kawasan Strategis di Kabupaten Bangli
Tabel 3.4. Konsep Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

Referensi

Dokumen terkait

Seperti yang telah disebutkan bahwasanaya prinsip-prinsip pemberdayaan ekonomi Islam adalah pencapaian pendapatan dan pembangunan ekonomi dengan adanya peran dari

Jumlah Siswa Putus Sekolah Jenjang Sekolah Menengah Atas Menurut Tingkat Tiap Provinsi..

Dengan diketahuinya kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal materi bangun ruang sisi datar kubus dan balok maka dalam melaksanakan kegiatan belajar

Pada penelitian ini terdapat dua peraturan perundangan yang dikhususkan untuk diteliti, yaitu PP 6/2007 jo PP 3/2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan

Rencana Induk Kewirausahaan Nasional adalah pedoman bagi pemerintah dan wirausaha dalam perencanaan dan pembangunan kewirausahaan nasional yang disusun untuk jangka waktu tertentu

Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini yaitu pengujian pengaruh Book Value (Bv), Price To Book Value (Pbv) , Earning Per Share (Eps ), Dan Price Earning Ratio (Per) Terhadap

Profil Pengawas Menurut Tingkatan Tugas Berdasarkan hasil penelitian yang dila- kukan peneliti terhadap responden dalam peneli- tian ini, diperoleh data tentang profil

Untuk mengetahui pengaruh penurunan luas tutupan lahan bervegtasi dalam menyerap emisi karbon dioksida sepuluh tahun kebelakang di Kota Pontianak, perlu dilakukan