V - 1
BAB V
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN BANGLI
V.1 Arah Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangli
a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK)
Kawasan strategis Kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup Kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan
Dalam penjelasan pasal 5 ayat 5 UU No. 26 Tahun 2007 menyebutkan bahwa kawasan strategis merupakan kawasan yang didalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap :
Tata ruang di wilayah sekitarnya
Kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya;
Peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Kawasan strategis provinsi di Kabupaten Bangli ditetapkan berdasarkan Raperda RTRWP Bali Tahun 2009, sebagai berikut :
a. Kawasan Strategis Berdasarkan Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi
adalah : Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus (KDTWK) DTWK Kintamani.
b. Kawasan Strategis Berdasarkan Kepentingan Sosial Budaya, adalah :
Kawasan Radius Kesucian Pura Sad Kahyangan Pura Batur
Kawasan Warisan Budaya meliputi : DAS Tukad Pekerisan (bagian
hulu)
c. Kawasan strategis berdasarkan kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup, adalah :
Seluruh Kawasan Hutan mencakup (HL Penulisan, HL Munduk
Pengajaran dan HL Gn. Abang Agung, TWA Batur-Bukit Payang, TWA Penelokan);
Gunung dan Perbukitan
DAS untuk sungai potensial lintas Kabupaten/Kota mencakup hulu
Tukad Pekerisan, Tukad Melangit, Tukad Sangsang, Tukad Bubuh, Tukad Oos.
V - 2
Potensi Cekungan Air Bawah Tanah lintas Kabupaten/Kota
mencakup Cekungan Air Bawah Tanah Denpasar – Tabanan dan
Cekungan Air Bawah Tanah Batur
awasan rawan bencana gunung berapi Batur (Daerah Bahaya II dan
III)
Dalam lingkup wilayah Kabupaten Bangli, kriteria penetapan kawasan strategis menggunakan kombinasi UU No. 26/2007, PP No. 26/2008, RTRWP Bali dan penyesuaian dengan karakteristik, potensi dan daya dukung wilayah. Kriteria tersebut antara lain :
1. Kawasan berdasarkan kepentingan pertumbuhan ekonomi
ditetapkan dengan kriteria :
Kawasan yang potensi ekonomi tumbuh cepat, serta didukung
jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi.
2. Kawasan berdasarkan kepentingan sosial budaya ditetapkan
dengan kriteria :
Kawasan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat
atau budaya daerah.
Kawasan yang merupakan tempat perlindungan peninggalan
budaya.
Kawasan yang merupakan asset yang harus dilindungi dan
dilestarikan.
3. Kawasan berdasarkan kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup ditetapkan dengan kriteria :
Kawasan yang menentukan dalam perubahan rona alam dan
mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.
Memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim
makro dan tata air .
Kawasan berpotensi rawan bencana
b. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang 1. Rencana Pola Ruang
V - 3 dari Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya. Hirarki fungsi ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya di Kabupaten bangli terdiri dari :
A. KAWASAN LINDUNG
a1) Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya;
kawasan hutan lindung; dan
kawasan resapan air.
a2) Kawasan perlindungan setempat
Kawasan suci (kawasan gunung, kawasan danau, kawasan
campuhan)
Kawasan tempat suci (radius kesucian kawasan pura Sad
Kahyangan, radius kesucian kawasan pura Dang Kahyangan, radius kesucian kawasan pura Kahyangan Tiga dan radius kesucian kawasan pura lainnya)
Kawasan sempadan sungai;
Kawasan sempadan jurang;
Kawasan sekitar danau; dan
Ruang terbuka hijau kota.
a3) Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya
kawasan taman wisata alam
kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
a4) Kawasan rawan bencana alam
kawasan rawan tanah longsor;
kawasan rawan banjir
a5) Kawasan lindung geologi.
Kawasan cagar alam geologi
Kawasan rawan bencana alam geologi (kawasan rawan
letusan gunung berapi, kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan gerakan tanah, Kawasan rawan yang terletak di zona patahan aktif dan kawasan rawan bahaya gas beracun).
kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah
(kawasan imbuhan air tanah dan sempadan mata air)
V - 4
Kawasan perlindungan plasma nutfah;
B. KAWASAN BUDIDAYA
b1) kawasan peruntukan hutan produksi;
Kawasan Hutan Produksi terbatas
Kawasan Hutan Rakyat
b2) kawasan peruntukan pertanian;
kawasan peruntukan pertanian lahan basah;
kawasan peruntukan pertanian lahan kering;
kawasan peruntukan pertanian hortikultura
b3) kawasan peruntukan perkebunan.
b4) kawasan peruntukan perikanan.
b5) Kawasan peruntukan peternakan
b6) kawasan peruntukan industri;
b7) kawasan peruntukan pariwisata;
Daya Tarik Wisata Khusus (DTWK)
Daya Tarik Wisata (DTW)
b8) kawasan peruntukan permukiman; dan/atau
permukiman perkotaan; dan
permukiman perdesaan.
b9) kawasan peruntukan pertambangan;
b10) kawasan peruntukan lainnya.
b. Rencana Struktur Ruang
Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Bangli, mencakup:
a. Sistem perkotaan yang berkaitan dengan kawasan perdesaan meliputi
system perkotaan dan system perdesaan
b. Sistem jaringan prasarana wilayah, mencakup Sistem jaringan
V - 5 Tabel 5.1 Arahan RTRW Kabupaten
ARAHAN POLA RUANG ARAHAN STRUKTUR RUANG
(1) (2)
A. KAWASAN LINDUNG
a7) Kawasan Hutan Lindung
a8) Kawasan yang memberikan perlindungan
kawasan bawahannya;
Kawasan Resapan Air
Rencana pola ruang kawasan resapan air berupa Daerah Aliran Sungai (DAS) pada Satuan Wilayah Sungai (SWS) Bangli yang mencakup seluruh wilayah daerah yang meliputi DAS Pekerisan seluas kurang lebih 66,436 Km², DAS Melangit seluas kurang lebih 52,568 Km², DAS Sangsang seluas kurang lebih 84,117 Km² dan DAS Bubuh seluas kurang lebih 59,563 Km² serta tersebar pada kawasan hutan lindung, kawasan penyangga hutan lindung dan kawasan pertanian.
Kawasan resapan air, ditetapkan dengan kriteria: curah hujan tinggi, berstruktur tanah yang mudah meresapkan air, geomorfologi yang mampu
A. Arahan Pengelolaan Sistem Perkotaan dan Sistem
Perdesaan
A.1. Arahan Pengelolaan Kawasan Perkotaan
Arahan pengelolaan kawasan perkotaan adalah :
1. Penetapan status dan batas-batas wilayah Kawasan
Perkotaan fungsi PKL dan PPK berdasarkan kebutuhan ruang bagi pengembangan kegiatan dan pelayanan perkotaan dengan pendekatan batas unit administrasi desa/kelurahan atau batas fisk tertentu;
2. Nama, batas wilayah dan fungsi kawasan perkotaan
selanjutnya ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten;
3. Setiap kawasan perkotaan baik PKL dan PPK harus
mempunyai Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Perkotaan dalam bentuk Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) Kawasan perkotaan serta pedoman
V - 6 meresapkan air secara besar-besaran.
a9) Kawasan perlindungan setempat
Kawasan suci (kawasan gunung, kawasan danau,
kawasan campuhan);
Kawasan tempat suci (radius kesucian kawasan
pura Sad Kahyangan, radius kesucian kawasan pura Dang Kahyangan dan Kahyangan Jagat, dan radius kesucian kawasan pura Kahyangan Tiga);
Kawasan sempadan sungai;
Arahan pengelolaan bagi perlindungan kawasan sempadan sungai meliputi:
Pencegahan kegiatan budidaya sepanjang
sungai yang dapat mengganggu kelestarian fungsi sungai;
Pengendalian kegiatan di sekitar sempadan
sungai;
Pengamanan daerah aliran sungai; dan
Sempadan sungai pada sungai tanpa bahaya
banjir yang memiliki jurang, mengikuti ketentuan aturan sempadan jurang.
Kawasan sempadan jurang;
RDTR Kawasan Perkotaan;
4. Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pada no. 3,
maka Pemerintah Kabupaten Bangli wajib
mengembangkan peta dasar wilayah atau kawasan perkotaan yang bersumber dari data peta Citra Satelit terkini yang selanjutnya di perbaharui setiap lima tahun sekali, yang sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai pemantauan langsung pergeseran/perubahan pemanfaatan ruang untuk acuan melakukan evaluasi Rencana Tata Ruang (RTR) pada berbagai tingkatan;
5. Peningkatan kapasitas dan kemampuan
kelembagaan dan aparatur pengelolaan kawasan
perkotaan dalam kegiatan perencanaan,
pembangunan, pengendalian, dan pengawasan; dengan melibatkan lembaga/aparat kecamatan, desa, desa pekraman dan lembaga kemasyarakatan lainnya;
6. Integrasi RTR Kawasan Perkotaan dengan tata
sukerta palemahan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari awig-awig desa pekraman setempat;
7. Pengembangan berdasarkan falsafah Tri Hita Karana
V - 7 Arahan pengelolaan kawasan sempadan jurang
adalah :
daratan di tepian jurang yang memiliki
kemiringan lereng sekurang-kurangnya 45%
(empat puluh lima persen), kedalaman
sekurang-kurangnya 5 (lima) meter dan bidang datar bagian atas sekurang-kurangnya 11 (sebelas) meter);
sempadan jurang bagian atas sebagaimana
dimaksud pada huruf a, harus memiliki lebar sekurang-kurangnya 2 (dua) kali kedalaman jurang dan tidak kurang dari 11 (sebelas) meter dihitung dari tepi jurang ke arah bidang datar; dan
bangunan untuk kepentingan umum,
keagamaan, hankam dan akomodasi wisata pada kawasan daya tarik wisata khusus (KDTWK) atau kawasan daya tarik wisata (DTW), dapat dilakukan pada sempadan jurang dengan ketentuan tidak kurang dari 11 (sebelas) meter dihitung dari tepi jurang ke arah bidang datar, setelah dinyatakan stabil
konsep Catus Patha dan Tri Mandala serta karakter
bangunan mencerninkan penerapan arsitektur
tradisional Bali untuk menjaga identitas kota yang berjatidiri budaya Bali;
8. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi
perkotaan sesuai skala pelayanan berdasarkan fungsi yang diemban yang didukung ketersediaan fasilitas dan infrastruktur pendukung perkotaan sesuai kegiatan ekonomi yang dilayaninya;
9. Merupakan pusat permukiman dengan tingkat
intensitas pemanfaatan ruang rendah sampai tinggi yang pengembangan ruangnya ke arah horizontal yang dikendalikan dan vertikal secara terbatas sesuai dengan kebijakan daerah;
10. Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Kota minimal 40%
untuk PKL, 50% untuk PPK dan 60% untuk PPL dari luas kawasan perkotaan;
11. Penyediaan untuk ruang terbuka non hijau kota,
penyediaan prasarana dan sarana pejalan kaki, angkutan umum, kegiatan sektor informal dan ruang evakuasi; dan
V - 8 melalui penelitian teknis dari instansi berwenang
Pengendalian kegiatan budidaya di dalam
kawasan sempadan jurang.
Kawasan sekitar danau; dan
Arahan pengelolaan kawasan Danau Batur dan sekitarnya adalah ditujukan bagi perlindungan kawasan meliputi :
Pencegahan kegiatan budidaya sekitar danau
yang dapat mengganggu kelestarian fungsi danau;
Pengendalian kegiatan yang dapat
mengganggu nilai kesucian danau, teruatama pada kawasan pinggir danau yang digunakan untuk upacara agama;
Pengendalian kegiatan yang telah ada di
sekitar danau;
Pengamanan dan pelestarian di daerah hulu;
Pemanfaatan untuk kegiatan budidaya
perikanan;
Pemanfaatan untuk kegiatan rekreasi air
secara terbatas; dan
Pemanfaatan untuk kegiatan transportasi
dan renovasi bangunan yang memiliki nilai-nilai sejarah, budaya, kawasan suci, tempat suci, dan pola-pola permukiman tradisional setempat.
A.2. Arahan Pengelolaan Sistem Perdesaan
Arahan pengelolaan sistem perdesaan adalah :
1. Penetapan pusat-pusat pelayanan kawasan
perdesaan yang terintegrasi dengan kawasan perkotaan meliputi :
Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) sebagai pusat
permukiman dan kegiatan sosial ekonomi yang melayani kegiatan skala antar desa, yang dapat berupa pusat permukiman satu desa atau lebih yang beraglomerasi;
Pusat Kawasan Agropolitan yang melayani
kawasan agropolitan pada kawasan perdesaan di sekitarnya yang yang mendorong tumbuhnya kota pertanian melalui berjalannya sistem dan usaha agribisnis untuk melayani, mendorong, menarik,
menghela kegiatan pembangunan pertanian
(agribisnis) di wilayah sekitarnya;
Pusat Kawasan Agropolitan juga dapat berupa PPK
V - 9 penyebarangan.
Ruang terbuka hijau kota.
a10) Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya
1. Kawasan taman wisata alam’ dan
Arahan pengelolaan Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) adalah :
kawasan taman wisata alam harus memeiliki
ketentuan zonasi untuk zona inti, zona pemanfaatan, dan zona lain yang dapat mendukung pelestarian sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya; dan
Pembatasan kegiatan wisata alam apabila
kawasan tersebut juga sekaligus merupakan kawasan suci
2. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
a11) Kawasan rawan bencana alam
1. Kawasan rawan tanah longsor; dan
2. Kawasan rawan banjir.
a12) Kawasan lindung geologi.
1. Kawasan cagar alam geologi;
perdesaan di sekitarnya dan kawasan perkotaan;
Pusat-pusat kegiatan Desa Wisata atau Desa
Industri Kecil; dan
Pusat-pusat desa yang hanya melayani skala desa
bersangkutan.
2. Setiap kawasan perdesaan di Kabupaten Bangli harus
tercover dalam Rencana Tata Ruang yang dapat terakomodasi dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan sebagai rencana rinci dari RTRW tiap Kabupaten /Kota, terintegrasi dan saling melengkapi dengan RTR Kawasan Strategis Provinsi, RTR Kawasan Strategis Kabupaten atau RTR Khusus Kawasan Perdesaan dan Kawasan Agropolitan;
3. Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pada no. 2,
maka Pemerintah Kabupaten Bangli wajib
V - 10
2. Kawasan rawan bencana alam geologi (kawasan
rawan letusan gunung berapi, kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan gerakan tanah, Kawasan rawan yang terletak di zona patahan aktif dan kawasan rawan bahaya gas beracun); dan
Arahan mitigasi dan adaptasi kawasan gerakan tanah meliputi :
Melakukan rehabilitasi dan konservasi lahan
yaitu dengan jalan melakukan perbaikan pola
tanam dan upaya konservasi lahan
(sengkedan, tanaman keras dan lain-lain) untuk menahan laju gerakan tanah
Membatasi kegiatan budidaya;
Memasang sistem peringatan dini kawasan
rawan gerakan tanah
Pengembangan sistem jaringan drainase;
Pengembangan bangunan penahan gerakan
tanah; dan
Pengaturan kegiatan budidaya yang sesuai
dengan kondisi fisik kawasan.
4. Penataan ruang kawasan perdesaan harus
memperhatikan prinsip-prinsip dan ketentuan umum sesuai ketentuan perundangan, pedoman, standar pelayanan minimal serta nilai-nilai kearifan lokal;
5. Pemanfatan ruang kawasan perdesaan terdiri atas
kawasan lindung dan kawasan budidaya di perdesaan;
6. Integrasi RTR Kawasan Perdesaan dengan tata
sukerta palemahan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari awig-awig desa pekraman setempat;
7. Kelompok-kelompok permukiman perdesaan dengan
konsep Tri Hita Karana, Catus Patha Desa Pekraman, Tri Mandala, karang bengang atau ruang terbuka pada perbatasan antar desa yang dikelilingi lahan pertanian maupun hutan, serta karakter bangunan mencerninkan penerapan arsitektur tradisional Bali sebagai jati diri lansekap kawasan perdesaan Bali;
8. Merupakan pusat permukiman dengan tingkat
intensitas pemanfaatan ruang rendah;
9. Tutupan vegetasi minimal 75% dari luas wilayah;
V - 11
3. Kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap air tanah (kawasan imbuhan air tanah dan sempadan mata air)
Arahan pengelolaan kawasan imbuhan air tanah, meliputi :
Pemanfaatan ruang untuk kawasan resapan air,
minimasi bangunan fisik yang akan
mengganggu kawasan resapan tersebut;
Meningkatkan upaya pelestarian di
kawasan tersebut dengan penanaman pohon,
vegetasi dll untuk mempermudah /
mempercepat proses peresapan air kedalam tanah; dan
Pengembangan studi Penelitian Groundwater
Modelling dan pengembangan peta tematik air tanah detail untuk masing-masing cekungan air tanah di Provinsi Bali sabagai dasar pengawasan dan pengendalian pemanfaatan air tanah.
Kawasan lindung lainnya.
Kawasan perlindungan plasma nutfah;
sejarah, budaya, kawasan suci, tempat suci, dan pola-pola permukiman tradisional setempat; dan
11. Mengendalikan pengembangan fasilitas/akomodasi
pariwisata perdesaan, yang disesuaikan dengan fungsi dan daya dukung lingkungan.
B. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
B.1. Sistem Jaringan Transportasi Wilayah
Sistem jaringan transportasi wilayah, meliputi sistem jaringan jalan, sistem pelayanan angkutan umum, sistem angkutan danau, manajemen dan rekayasa lalu lintas dan Sistem sarana penunjang transportasi lainnya.
B.1.1. SISTEM JARINGAN JALAN :
Sistem jaringan jalan terdiri dari jalan umum dan jalan khusus. Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum yang dikelompokkan berdasarkan sistem, status, fungsi, kelas jalan. Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam hubungan hierarki.
V - 12
B. KAWASAN BUDIDAYA
b11) Kawasan peruntukan hutan produksi;
1. Kawasan Hutan Produksi terbatas; dan
Arahan pengelolaan kawasan peruntukan hutan produksi terbatas mencakup :
Mempertahankan kawasan hutan produksi
untuk mendukung pencapaian tutupan
vegetasi hutan minimal 30% (tiga puluh persen) dari luas wilayah Kabupaten Bangli;
Integrasi hasil produksi tanaman kayu dengan
industri kreatif;
Pengembangan fungsi penyangga pada
kawasan hutan produksi yg berbatasan dengan hutan lindung;
Pemantauan dan pengendalian kegiatan
pengelolaan hutan produksi; dan
Reboisasi dan rehabilitasi lahan pada kawasan
lahan kritis dan bekas terbakar.
2. Kawasan Hutan Rakyat
Arahan pengelolaan kawasan peruntukan hutan rakyat, mencakup:
Mengembalikan kawasan peruntukkan hutan
(Tabel 5.3):
1)Jalan Kolektor Primer-1 (K1) terdiri dari :
a)pengembangan ruas jalan baru Simpang Sidan –
Jalan Ida bagus Mantra yang berada di luar wilayah kabupaten; dan
b)usulan peningkatan fungsi jalan kolektor primer 2 (K2) Simpang Sidan – Bangli menjadi jalan kolektor primer (K1) sehingga memiliki status jalan nasional.
2)Jalan Kolektor Primer-2 (K2) terdiri dari : a) Bedahulu – Seribatu;
b) Bangli – Penelokan; c) Bangli – Sribatu; d) Sribatu – Penelokan;
e) Penelokan – Kubutambahan; f) Penelokan – Suter – Menanga; g) Sangeh – Kintamani;
h) Ubud – Tegalalang – Penelokan; dan i) Ubud – Kedewatan – Kintamani;
3)Jalan Kolektor Primer-3 (K3) terdiri dari : a) Penelokan – Kedisan;
b) Kedisan – Toyabungkah; c) Bangli – Nongan;
V - 13 rakyat dengan kemiringan di atas 40%, yang
berupa hak milik masyarakat yang telah terlanjur teralih fungsi menjadi kegiatan budidaya lainnya;
Mendukung pencapaian tutupan vegetasi
hutan minimal 30% (tiga puluh persen) dari luas wilayah Kabupaten Bangli;
Integrasi hasil produksi tanaman kayu
dengan kegiatan industri dan industri kreatif;
Pengembangan fungsi penyangga pada
kawasan peruntukkan hutan rakyat yang berbatasan dengan hutan lindung; dan
Reboisasi dan rehabilitasi lahan pada
kawasan lahan kritis.
b12) Kawasan peruntukan pertanian;
1. kawasan peruntukan pertanian lahan basah;
Arahan pengelolaan kawasan budidaya tanaman pangan dilaksanakan melalui:
Pemanfaatan semua lahan-lahan yang sudah
mendapatkan pengairan (irigasi) tetapi
belum dimanfaatkan sebagai lahan sawah;
Pengoptimalan produktivitas lahan-lahan
sawah yang sudah ada melalui program
e) Dausa – Madenan – Bondalem;
4)Jalan Kolektor Primer-4 (K4) terdiri dari :
a)Tamanbali-Guliang Kangin;
n)Suter-Penaga Landih; dan
o)Jehem-Landih.
V - 14 intensifikasi;
Pemantapan pelayanan jaringan irigasi;
Pencegahan dan pembatasan alih fungsi
lahan sawah beririgasi;
Pengembangan target luas lahan pertanian
tanaman pangan berkelanjutan 90% dari luas lahan sejak ditetapkannya peraturan daerah ini, di luar kebutuhan alih fungsi untuk fasilitas umum prioritas; dan
Pengembangan luasan kawasan pertanian
lahan basah organik secara bertahap pada tiap subak dan dan desa/kelurahan sesuai potensinya.
2. kawasan peruntukan pertanian lahan kering; dan
3. kawasan peruntukan pertanian hortikultura.
Arahan pengelolaan kawasan budidaya
hortikultura dilaksanakan melalui:
Pengembangan luas areal pada lahan-lahan
yang memiliki potensi/kesesuaian lahan untuk
budidaya hortikultura unggulan secara
optimal;
Pemanfaatan lahan basah yang belum
beririgasi pada bulan-bulan kering;
Pemilihan jenis komoditi yang memilki nilai
kecamatan, ibukota kecamatan dengan pusat desa, dan antar desa.
6)Jalan sekunder merupakan jaringan jalan di seluruh
kawasan perkotaan di luar jalan sistem primer yang melintasi kawasan perkotaan yang telah ada meliputi :
a)jaringan jalan yang menghubungkan pusat kota
dengan sub pusat pelayanan kota;
b)jaringan jalan yang menghubungkan sub pusat
pelayanan kota dengan pusat-pusat kawasan permukiman; dan
c) jaringan jalan di dalam kawasan permukiman
perkotaan.
7)Usulan pengembangan dan peningkatan jalan baru
meliputi :
a)pengembangan baru ruas jalan Simpang Sidan –
Jalan Ida bagus Mantra yang berada di luar wilayah kabupaten, agar terintegrasi langsung menjadi ruas jalan Ida Bagus Mantra – Simpang Sidan – Bangli untuk meningkatkan akses langsung dari PKN menuju PKL Kawasan Perkotaan Bangli;
V - 15 ekonomis tinggi dengan masa tanaman
singkat;
Pembatasan perluasan lahan budidaya
hortikultura dari kawasan budidaya
perkebunan dan peruntukan hutan rakyat;
Pengendalian kegiatan budidaya hortikultura
pada kawasan yang memiliki kemiringan di atas 40%, untuk diarahkan bercampur atau
dikembalikan kepada tanaman budiaya
perkebunan atau tanaman kehutanan
(agroforestry) untuk mendukung kestabilan lereng dan mencegah kerawanan longsor;
Pemantapan kawasan agropolitan berbasis
pertanian hortikultura sebagai penggerak perekonomian kawasan perdesaan;
Pengembangan kemitraan dengan sektor
industri dan pariwisata; dan
Pengembangan luasan kawasan budidaya
hortikultura organic secara bertahap pada tiap subak dan dan desa sesuai potensinya.
b13) Kawasan peruntukan perkebunan;
b14) Kawasan peruntukan perikanan;
jalan Ubud – Kedewatan – Kintamani untuk
mendukung pengembangan Kawasan Andalan Nasional Denpasar-Ubud-Kintamani;
c) pengembangan baru ruas jalan Bayung Gede–
Manikliyu–Belantih-Catur, untuk membuka
aksesibilitas kawasan pengembangan Kintamani dan sekaligus mendukung pengembangan Kawasan
Andalan Nasional Denpasar-Ubud-Kintamani,
dengan fungsi jalan kolektor primer-3 (K-3);
d)pengembangan baru ruas jalan dari parkir Pura Ulun
Batur (Desa Batur Selatan) – Kuburan Cina (Desa Batur Utara) sebagai jalan strategis provinsi untuk memperlancar arus lalu lintas regional menerus dan kelancaran pelaksanaan upacara keagamaan di sekitar Pura Ulun Danu Batur;
e)pengembangan baru ruas jalan dan peningkatan
ruas jalan antar wilayah Songan – Paleg dan
Songan-Pradi Kangin ke wilayah Kabupaten
Karangasem, serta ruas jalan Songan – Pradi Kauh ke wilayah Kabupaten Buleleng;
f) pengembangan baru ruas jalan lingkar barat
Kawasan Perkotaan Bangli di wilayah Desa Bunutin Tembus Kawasan LC;
V - 16 b15) Kawasan peruntukan peternakan;
Arahan pengelolaan kawasan budidaya peternakan dilaksanakan melalui:
Pemanfaatan ruang bercampur dengan
kegiatan peruntukan lainnya, terutama
kawasan peruntukan pertanian dan
permukiman secara terbatas;
Pemanfaatan lahan pertanian yang dapat
mensuplai bahan makanan ternak secara terpadu dan terintegrasi;
Pemanfaatan lahan pekarangan permukiman
perdesaan, untuk kegiatan peternakan skala rumah tangga;
Pemanfaatan lahan kritis melalui
pengembangan rumput, leguminosa, semak, dan jenis pohon yang tahan kering dan sesuai untuk makanan ternak;
Pemanfaatan lahan yang sesuai bagi kegiatan peternakan secara optimal
Pemantapan pelayanan Pasar Hewan di
Kelurahan Cempaga Bangli (untuk Kawasan Perkotaan Bangli dan sekitarnya serta Pasar hewan Kayuamba untuk pelayanan regional; dan
(Kecamatan Bangli) – Banjar Talangjiwa, Desa Selat
(Kecamatan Susut);
h)pengembangan baru ruas jalan Kawasan LC
(Kecamatan Bangli) - Desa Demulih (Kecamatan Susut);
i) pengembangan baru ruas jalan Kelurahan Kawan
(Kecamatan Bangli) - Br. Tegalalalang (Kecamatan Tembuku) sampai kawasan Tohpati, Kabupaten Klungkung;
j) pengembangan baru ruas-ruas jalan di kawasan
perkotaan untuk melayani pengembangan kawasan permukiman;
k)pengembangan baru ruas-ruas jalan untuk
memperlancar pergerakan antar dusun di kawasan perdesaan;
l) pengembangan baru ruas jalan
Tandang-Buanasari-Yeh Mampeh dan ruas jalan Songan-Blandingan, untuk mendukung jalur-jalur evakuasi bencana pada kawasan rawan bencana gunung berapi Gunung Batur ;
m) pengembangan baru ruas jalan untuk
mendorong pengembangan kawasan-kawasan daya tarik wisata; dan
V - 17
Pengembangan kawasan agropolitan promosi
Tiga-Pengelumbaran untuk komoditas
unggulan peternakan sapi masyarakat.
b16) Kawasan peruntukan industri;
b17) Kawasan peruntukan pariwisata;
1. Daya Tarik Wisata Khusus (DTWK); dan
Arahan pengembangan KDTWK adalah :
Dikembangkan sebagai Kawasan Strategis
Provinsi Bali dari sudut kepentingan
pertumbuhan ekonomi;
Pengembangan KDTWK didukung dengan
pengembangan daya tarik wisata, fasilitas
akomodasi dan fasilitas penunjang
pariwisata;
KDTWK tidak semata-mata hanya diartikan
sebagai kawasan yang boleh dibangun fasilitas akomodasi dan fasilitas penunjang di
seluruh bagian kawasan, melainkan
sesungguhnya kata Khusus yang
disandangnya mengandung pengertian tetap terjanagnya kawasan lindung dan kawasan budidaya di luar kawasan peruntukan
meningkatkan aksesibilitas kawasan permukiman terisolir.
B.1.2. SISTEM JARINGAN PELAYANAN ANGKUTAN UMUM
Jaringan pelayanan angkutan umum merupakan bagian dari sistem transportasi darat untuk menyediakan sarana pelayanan transportasi kepada masyarakat terdiri atas :
1) Pengembangan angkutan umum antarkota;
2) Pengembangan angkutan umum perkotaan;
3) Pengembangan angkutan umum perdesaan; dan
4) Pengembangan terminal penumpang secara terpadu
dan berhierarki.
Pengembangan angkutan umum terdiri atas :
a) Pemantapan pelayanan angkutan umum antar kota
antar wilayah baik;
b) pengembangan sistem trayek terpadu dan
terintegrasi baik antar kota, kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan; dan
c) pengembangan kebijakan disinsentif untuk menekan
V - 18 pariwisata yang harus ditata secara terpadu
antara satu kawasan dengan kawasan lainnya yang selanjutnya dituangkan ke dalam Rencana Rinci Tata Ruang (RTR Kawasan Strategis Pariwisata);
Pengembangan intensif fasilitas akomodasi
dan fasilitas penunjang pariwisata pada KDTWK, hanya dapat dikembangkan pada Zona Efektif Pariwisata, diluar kawasan lindung dan kawasan lahan pertanian abadi
dengan pembatasan koefisien wilayah
terbangun (KWT), setinggi-tingginya 2% dari seluruh luas kawasan DTWK, dengan penyediaan berbagai fasilitas sesuai fungsi utama obyek yang dilengkapi dengan jasa
pelayanan makan dan minum serta
akomodasi setinggi-tingginya hotel melati
dengan KDB 10% untuk melindungi
kelestarian atau kekhususan fungsi utama DTWK;
Penataan ruang kawasan didasarkan atas
Peraturan Daerah tentang RTR Kawasan
Strategis Pariwisata yang selanjutnya
dilengkapi dengan Peraturan Zonasi;
Untuk mendukung perpindahan intar moda angkutan umum, atau antar moda maka dibutuhkan terminal sebagai tempat perpindahan penumpang dan barang. Kriteria pengembangan terminal penumpang adalah :
1)Terminal tipe B untuk AKDP, dihubungkan langsung ke jalan arteri primer atau kolektor primer, luas sekurang-kurangnya 3 hektar, jalan masuk sekurang-kurangnya 50 meter. Terminal penumpang tipe B melayani AKDP, Angkutan Kota dan Angkutan Pedesaan; dan
2)Terminal tipe C untuk Angkutan Kota dan Angkutan
Pedesaan, dihubungkan ke jalan kolektor
sekunder/jalan lokal dengan luas dan jalan akses tergantung pada kondisi setempat.
Pengembangan terminal penumpang di Kabupaten Bangli terdiri atas :
1) Peningkatan Fasilitas Terminal Type B, mencakup :
a)Terminal Loka Çrana di Kawasan Perkotaan
Bangli; dan
b)Terminal Kintamani di Kawasan Perkotaan
V - 19
pengembangan prasarana dan sarana
transportasi untuk mempermudah akses keseluruh kawasan pariwisata serta ke daya tarik wisata; dan
Arahan aturan pemanfaatan ruang diuraikan
pada Arahan Indikasi Peraturan Zonasi KDTWK
2. Daya Tarik Wisata (DTW).
DTW adalah segala sesuatu yang memiliki
keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan; dan
DTW dapat mencakup dan/atau berupa
kawasan/hamparan, wilayah desa/kelurahan, massa bangunan, bangun-bangunan dan lingkungan sekitarnya, jalur wisata yang lokasinya tersebar di wilayah kabupaten/kota baik yang berada di dalam maupun di luar Kawasan Pariwisata dan/atau KDTWK
b18) Kawasan peruntukan permukiman; dan/atau
2) Peningkatan Fasilitas Terminal Type C, mencakup :
a)Terminal Kayuamba;
b)Terminal Yangapi;
3) Pengembangan Baru Terminal Type C, mencakup :
a)Terminal Belantih/Catur;
b)Terminal Kedisan; dan
c) Terminal Bayunggede.
4) Pengembangan Trayek angkutan Umum di
Kabupaten Bangli, mencakup :
V - 20
1. permukiman perkotaan; dan
2. permukiman perdesaan.
b19) Kawasan peruntukan pertambangan; dan
b20) Kawasan pertahanan dan keamanan.
Terminal Loka Çrana Bangli – Terminal
Penarukan (Kabupaten Buleleng);
Terminal Loka Çrana Bangli - Terminal
Kayuamba/Terminal Yangapi; dan
Terminal Kintamani – Terminal Belantih/Catur
atau Terminal Kedisan atau Terminal
Bayunggede.
b)trayek angkutan perkotaan di Kawasan Perkotaan
Bangli atau Kawasan Perkotaan Kintamani; dan
c) trayek angkutan perdesaan di kawasan perdesaan
Kecamatan Bangli, Kecamatan Susut, Kecamatan Tembuku, dan Kecamatan Kintamani.
B.1.3. SISTEM ANGKUTAN DANAU
Penyeberangan di Danau Batur merupakan rangkaian kelanjutan sistem jaringan jalan di perairan Danau Batur untuk melayani pergerakan penumpang dan pariwisata, terdiri atas :
1) dermaga penyeberangan;
2) trayek angkutan danau; dan
3) kapal danau.
V - 21
peningkatan kualitas dermaga yang telah ada meliputi Dermaga Kedisan, Dermaga Toyabungkah, Dermaga Terunyan dan Dermaga Kuburan Terunyan.
Trayek angkutan danau adalah alur lintasan penyeberangan di perairan Danau Batur yang tidak saling mengganggu atau saling mendukung dengan jalur lintasan wisata, kegiatan perikanan dan kegiatan sosial keagamaan.
Kapal danau adalah moda angkutan berupa kapal-kapal penyeberangan yang layak jalan dan memenuhi standar keamanan sesuai ketentuan yang berlaku.
B.1.4. MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS
Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas dilaksanakan untuk mengoptimalkan penggunaan jaringan Jalan dan gerakan
lalu lintas dalam rangka menjamin keamanan,
keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dan angkutan lalan. Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas dilaksanakan pada tataran teknis di lapangan, namun prinsip-prinsipnya merupakan landasan pengembangan aspek teknis dalam pengembangan sistem jaringan jalan.
V - 22
1)penyediaan fasilitas parkir;
2)penetapan prioritas angkutan umum;
3)pemberian prioritas keselamatan dan kenyamanan
pejalan kaki;
4)pemberian kemudahan bagi penyandang cacat;
5)pemisahan atau pemilahan pergerakan arus lalu lintas
berdasarkan peruntukan lahan, mobilitas, dan aksesibilitas;
6)penyediaan jalur bersepeda di kawasan perkotaan
atau kawasan efektif pariwisata;
7)pemaduan berbagai moda angkutan; dan
8)pengendalian lalu lintas pada persimpangan dan ruas
jalan.
Penyediaan fasilitas parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi penyediaan parkir terbuka untuk umum dan wisatawan terdiri dari :
1) pengembangan parkir wisata dan parkir bus pariwisata terpusat di sekitar Museum Gunung Api Batur di Penelokan; dan
2) pengembangan kantong-kantong parkir skala kecil
untuk menunjang kegiatan sosial ekonomi
V - 23 tarik wisata.
B.1.5. SISTEM SARANA PENUNJANG TRANSPORTASI LAINNYA
Sistem Sarana Penunjang transportasi lainnya, meliputi angkutan barang, angkutan pariwisata, angkutan truk galian C, dan penyediaan parkir.
1)Angkutan barang meliputi :
a) arahan pengembangan terminal barang di Kawasan
Perkotaan Kayuamba untuk mendukung
pengembangan kawasan perdagangan dan jasa wilayah; dan
b) arahan pengembangan terminal agribisnis untuk mengangkut barang hasil pertanian dan perikanan
maupun hasil pengolahannya di Kawasan
Agropolitan dan Kawasan Minapolitan; dan
c) lalu lintas angkutan barang diarahkan melalui jalur jalan provinsi dengan fungsi jalan kolektor primer 3 dan jalan lokal primer untuk terminal agribisnis.
2)Angkutan barang khusus bebatuan meliputi:
V - 24
bebatuan di kawasan Kaldera Batur adalah jalur jalan Tabu - Yeh Mampeh – Bukit Mentik - Culali serta jalan Tandang – Buanasari – Yeh Mampeh; dan
b) pengaturan waktu beroperasi angkutan barang khusus bebatuan di kawasan Kaldera Batur pada jalur Penelokan-Kedisan
3)Angkutan penumpang tidak dalam trayek meliputi :
a) peningkatan pelayanan fasilitas parkir wisata dan parkir bus pariwisata terpusat di sekitar Museum Gunung Api Batur Penelokan; dan
b) pengembangan angkutan wisata khusus skala kecil sebagai transfer moda angkutan bus pariwisata, yang melayani angkutan wisata ke Danau Batur,
Dermaga Penyeberangan Trunyan, Kawasan
Toyabungkah, Kawasan Songan, Kawasan Geopark
Gunung Batur dan kawasan lainnya di seputaran koridor Kaldera Batur.
V - 25
B.2.1 Sistem Jaringan Energi Listrik
Pengembangan jaringan energi listrik dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik dan kebutuhan energi lainnya. Pelayanan kelistrikan Kabupatn Bangli merupakan bagian dari sistem pelayanan kelistrikan Bali. Secara umum Bali mengalami defisit sediaan pelayanan pada 20 tahun mendatang sehingga pengembangan sistem jaringan energi yang dilakukan adalah :
1)Memenuhi penyediaan tenaga listrik yang mampu
mendukung kebutuhan dasar masyarakat dan kegiatan perekonomian;
2)Meningkatkan pelayanan secara merata ke seluruh
wilayah dengan melakukan perluasan jaringan
distribusi dan penambahan kapasitas pembangkit tenaga listrik; dan
3)Mengembangkan pembangkit tenaga listrik alternatif
dari sumber energi terbarukan, untuk menghemat penggunaan energi yang tidak terbarukan dan
mengurangi pencemaran lingkungan, dengan
V - 26
Rencana pengembangan sistem jaringan energi diatas dilaksanakan melalui :
1) pemantapan gardu distribusi Kintamani dan gardu distribusi Bangli;
2) jaringan transmisi tersebar di seluruh wilayah
kabupaten yang meliputi sistem feeder Kota, feeder
Kayubihi, feeder Penolakan, feeder Penulisan, feeder Tembuku, penyulang Buahan dan penyulang Susut;
3) rencana pengembangan energi direncanakan sampai tahun 2030 direncanakan sebesar 36,852 MV;
4) pengembangan pembangkit tenaga listrik (PLT) alternatif dari sumber energi terbarukan terdiri atas PLT Mikro Hidro, PLT Biomasa, PLT Bayu, PLT Surya dan PLT lainnya, yang diarahkan untuk menghemat penggunaan energi yang tidak terbarukan dan mengurangi pencemaran lingkungan, dan
V - 27
B.2.2. Sistim Jaringan Pipa Gas
Sistim Jaringan pipa gas dikembangkan terutama di Kawasan Perkotaan Bangli dan KDTWK Bangli setelah melalui kajian.
B.3. Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi
Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi diarahkan pada upaya peningkatan pelayanan telematika secara memadai dan merata ke seluruh wilayah. Pengembangan sistem jaringan telematika meliputi :
a. jaringan terestrial meliputi sistem kabel serta sistem
nirkabel; dan b. jaringan satelit.
B.3.1. Pengembangan jaringan terestrial sistem kabel diarahkan pada:
1)peningkatan kapasitas stasiun Telepon Otomat
(STO) yang telah ada meliputi STO Kintamani dan STO Bangli:
2)pemantapan rumah kabel dan kotak pembagi
tersebesar yang di seluruh kecamatan meliputi
Kecamatan Bangli, Kecamatan Kintamani,
V - 28
seluruh kecamatan meliputi Kecamatan Bangli, Kecamatan Kintamani, Kecamatan Susut, dan Kecamatan Tembuku;
4)peningkatan satuan sambungan telepon (SST)
tersebar di seluruh kecamatan meliputi Kecamatan Bangli, Kecamatan Kintamani, Kecamatan Susut, dan Kecamatan Tembuku;
5)pengembangan jaringan baru secara
berkesinambungan untuk menyediakan pelayanan telekomunikasi di seluruh wilayah kabupaten;
6)pengembangan telekomunikasi jaringan kabel,
diintegrasikan penempatannya sesuai kapasitas pelayanan, estetika lingkungan dan keamanan; dan
7)pengembangan jaringan kabel telepon bawah
tanah yang terintegrasi dan terpadu dengan jaringan infrastruktur lainnya secara bertahap pada Kawasan Perkotaan Bangli meliputi Kelurahan Cempaga, Kelurahan Kawan, Kelurahan Kubu, dan
Kelurahan Belalang serta Kawasan Efektif
Pariwisata meliputi sebagian wilayah Desa
V - 29
Buahan, dan Suter.
B.3.2. Pengembangan jaringan terestrial sistem nirkabel
diarahkan pada penataan lokasi menara
telekomunikasi dan Base Transceiven Station (BTS) terpadu untuk pemanfaatan secara bersama-sama antar operator yang sebaran lokasinya telah ditetapkan dengan Peraturan Gubernur, meliputi 12 (dua belas) titik lokasi masing-masing di Desa Kayubihi, Desa Tiga, Desa Banua, Desa Batur Selatan, Desa Batur Tengah, Desa Pingaan, Desa Sukawana, Desa Selulung, Desa Cempaga, Desa Tembuku, Desa Kawan, dan Desa Tanam Bali
B.3.3. Pengembangan jaringan satelit untuk melengkapi sistem jaringan terestrial terutama untuk kawasan-kawasan terpencil dan terisolir.
C. Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air
Pengembangan sistem jaringan sumber daya air diarahkan
pada perlindungan dan pelestarian sumber air,
V - 30
Pendayagunaan sumber daya air ditujukan untuk
memanfaatkan sumber daya air secara berkelanjutan dengan mengutamakan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat secara adil dan terpadu, mencakup :
a. sistem wilayah sungai;
b. cekungan air tanah (CAT);
c. sistem jaringan irigasi;
d. sistem pengelolaan air baku untuk air minum; dan
e. sistem pengendalian banjir.
C.1. Sistem Wilayah Sungai
Sistem wilayah sungai merupakan bagian dari pengelolaan Wilayah Sungai Bali-Penida (WS Strategis Nasional) pada sebagian Sub WS 03.01.01, Sub WS 03.01.12, Sub WS 03.01.13, Sub WS 03.01.18, dan Sub WS 03.01.19 yang terdiri atas 1 (satu) buah danau dan 14 Daerah Aliran Sungai (DAS) 20 lintas wilayah, meliputi :
1) Danau Batur;
2) sebagian DAS Bubuh;
3) sebagian DAS Melangit;
4) sebagian DAS Sangsang;
5) sebagian DAS Ayung;
6) sebagian Das Yehalang;
V - 31
8) sebagian DAS Batas;
9) sebagian DAS Silagading Tiga;
10) sebagian DAS Puseh;
11) sebagian DAS Jinah;
12) sebagian DAS Luah;
13) sebagian DAS Bungbung;
14) sebagian DAS Pengsangan; dan
15) sebagian DAS Deling.
Danau Batur merupakan danau alam yang merupakan sumber air permukaan terbesar di Pulau Bali dengan luas kawasan perairan kurang lebih 1.667 ha (seribu enam ratus enam puluh tujuh) terletak di Kecamatan Kintamani.
C.2. Cekungan Air Tanah
Cekungan air tanah (CAT) di wilayah kabupaten merupakan CAT lintas kabupaten/kota meliputi sebagian CAT Tejakula dan sebagian CAT Denpasar-Tabanan.
C.3. Sistem Jaringan Irigasi
Sistem jaringan irigasi wilayah mencakup:
1)Pemeliharaan, peningkatan pelayanan dan efektivitas
V - 32
ada untuk melayani areal persawahan yang ditetapkan luasnya secara berkelanjutan meliputi 46 (empat puluh enam) Daerah Irigasi dan melayani 3.460 Ha sawah;
2)pembangunan Waduk Jehem dan Waduk Lembah
Pantunan untuk mendukung ketersediaan air baku untuk jaringan irigasi;
3)Mempertahankan produktivitas lahan sawah yang telah
ada dalam rangka ketahanan pangan termasuk ketahanan sistem budaya Bali dan Sistem Subak yang menyertainya;
4)Pendayagunaan potensi mata air dan air tanah yang
tersebar hampir merata di wilayah Kabupaten Bangli pada kawasan yang mengalami kesulitan air permukaan
terutama untuk keperluan pertanian lainnya
(perkebunan dan hortikultura); dan
5)Pendayagunaan air permukaan danau Batur untuk irigasi
pertanian hortikultura secara terbatas.
6)sistem jaringan irigasi kewenangan pemerintah provinsi meliputi 4 Daerah Irigasi (DI) dengan luas kurang lebih 617 (enam ratus tujuh belas) ha meliputi :
a) DI Apuan dengan luasan kurang lebih 160 (seratus
enam puluh) ha;
V - 33
dua puluh empat) ha;
c) DI Tembuku dengan luasan kurang lebih 152 (seratus
lima puluh dua) ha; dan
d)DI Padpadan dengan luasan kurang lebih 81 (delapan
puluh satu) ha.
7)sistem jaringan irigasi kewenangan pemerintah
kabupaten/kota meliputi 48 Daerah Irigasi (DI) dengan luas kurang lebih 3.668 (tiga ribu enam ratus enam puluh delapan) ha, tersebar di seluruh wilayah.
C.4. Sistem Pengelolaan Air Baku
Sistem pengelolaan air baku untuk air minum, meliputi pemanfaatan sumber-sumber air baku permukaan dan air tanah mencakup pembangunan, rehabilitasi serta operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana pengelolaan air baku untuk air minum melalui:
1) Pemanfaatan Danau Batur, sungai-sungai di sebagian WS Bali-Penida, serta cekungan air tanah lintas kabupaten/kota sebagai sumber air baku permukaan; dan
2) pendayagunaan sumber-sumber mata air, air tanah untuk memperluas sediaan air baku untuk pelayanan air minum.
V - 34
Sistem pengendalian banjir, meliputi pembangunan, rehabilitasi serta operasi dan pemeliharaan
bangunan-bangunan pengendali banjir, normalisasi sungai
didukung oleh upaya-upaya non struktural seperti sistem
peringatan dini dan pemetaan kawasan rawan banjir.
C.6. Prasarana Pengendalian Daya Rusak Air
Prasarana pengendalian daya rusak air, dilakukan pada alur sungai, danau, diselenggarakan melalui:
1)Sistem drainase dan pengendalian banjir, dan
2)Sistem penanganan erosi dan longsor.
Sistem jaringan sumber daya air dan sistem jaringan
prasarana air minum seperti ditampilkan pada Gambar
V.6 dan Gambar V.7.
a. Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Lainnya.
Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah lainnya mencakup:
a. sistem penyediaan air minum (SPAM);
b. sistem pengelolaan sampah;
c. sistem pengelolaan air limbah;
V - 35
e. penyediaan jalur dan ruang evakuasi bencana.
i. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
Pengembangan sistem jaringan prasarana air minum diarahkan pada:
1) peningkatan dan pemerataan pelayanan air minum perpipaan dan non perpipaan di kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan di seluruh wilayah;
2) pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum (SPAM) perdesaan pada kawasan-kawasan perdesaan yang tidak terlayani
jaringan air minum perpipaan yang dikelola
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bangli;
3) pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum (SPAM) di wilayah dilakukan dengan dua sistem, mencakup :
a) sistem pemompaan bagi kawasan pelayanan yang sumber air bakunya lebih rendah meliputi PDAM Unit Kubu/Kayubihi, Unit Kintamani, Unit Malet, Unit Peninjoan, Unit Tembuku dan Unit Undisan; dan
V - 36
Cabang Bangli, Unit Tamanbali, Unit Demulih, Unit Susut/Selat, Unit Abuan/Apuan.
4) pendayagunaan
sumber-sumber mata air, air tanah untuk memperluas sediaan air baku untuk pelayanan air minum.
D. Sistem Pengelolaan Sampah
Sistem pengelolaan sampah mencakup jenis sampah yang dikelola, penyelenggaraan sistem pengelolaan sampah dan penanganan sampah.
Jenis sampah yang dikelola mencakup:
1)sampah rumah tangga, tidak termasuk tinja;
2)sampah sejenis sampah rumah tangga; dan
3)sampah spesifik.
Penyelenggaraan sistem pengelolaan sampah mencakup:
1) pengurangan sampah untuk sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga meliputi
pembatasan timbulan sampah (reduce), pendauran
ulang sampah (recycle); dan/atau pemanfaatan
kembali sampah (reuse);
V - 37
pemilahan, pegumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir; dan
3) pedoman pengelolaan sampah spesifik akan diatur dengan Peraturan Bupati.
Penanganan sampah, dilaksanakan melalui:
1)sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah
tangga dikumpulkan setelah melalui tahapan
pengurangan sampah, ke transfer depo atau ke Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) tersebar di tiap desa di tiap kecamatan seluruh wilayah kabupaten oleh ; dan
2)pengurangan sampah di transfer depo atau TPS
sebelum diangkut ke Tempat Pemrosesan Sampah Akhir (TPA).
V - 38
E. Sistem Pengelolaan Air Limbah
1)Penyelenggaraan sistem pengelolaan air limbah
dilakukan dengan:
a) sistem pembuangan air limbah setempat yang dilakukan secara individual yang diarahkan terutama pada kawasan permukiman yang letaknya tersebar dan di kawasan perdesaan;
b) sistem pembuangan air limbah terpusat yang
dilakukan secara kolektif melalui jaringan
pengumpul dan diolah serta dibuang secara terpusat yang diarahkan pada kawasan yang padat kegiatan;
c) sistem pembuangan terpusat skala kecil pada
kawasan permukiman padat perkotaan yang tidak terlayani sistem jaringan air limbah terpusat kota
dalam bentuk Sistem Sanitasi Masyarakat
(Sanimas); dan
V - 39
2)Pengembangan sistem pembuangan air limbah
terpusat di Kabupaten beserta wilayah pelayanannya dalam jangka menengah, diarahkan pada :
a) Kawasan Perkotaan Bangli meliputi Kelurahan Cempaga, Kelurahan Kawan, Kelurahan Kubu, dan Kelurahan Belalang;
b) Kawasan Perkotaan Kintamani meliputi Desa Kintamani, Desa Batur Selatan, Desa Batur Tengah, Desa Batur Utara, serta Desa Bayunggede; dan
c) Kawasan Daya Tarik Wisata Toyabungkah dan pusat-pusat kawasan daya tarik wisata lainnya.
3)Kriteria tempat instalasi pengolahan air limbah, adalah
:
a) Memiliki jarak minimal tertentu dengan sumber air baku;
b) Memiliki kajian analisis mengenai dampak lingkungan;
c) Mendapat persetujuan masyarakat;
d) Memiliki zona penyangga;
e) Memperhatikan faktor keamanan, dan pengaliran sumber air baku dan daerah terbuka; dan
V - 40 buangan.
F. Sitem Penanganan Drainase
Sistem penanganan drainase, meliputi
1)Pengembangan sistem jaringan drainase didasarkan
atas kesatuan sistem dan sub sistem tata air meliputi jaringan primer berupa sungai/tukad utama, jaringan sekunder berupa parit atau saluran-saluran yang ada di tepi jalan dan jaringan tersier berupa saluran – saluran kecil yang masuk pada kawasan perumahan;
2) pembangunan sistem pembuangan air hujan yang
terintegrasi mulai dari lingkungan perumahan sampai saluran drainase primer yang dilengkapi bangunan pengontrol genangan, bak penampung sedimen, pembuatan konstruksi baru berupa turap/senderan, rehabilitasi saluran alam yang ada, pembuatan parit infiltrasi, operasi dan pemeliharaan; dan
3) pemisahan antara jaringan drainase dengan jaringan
irigasi dan jaringan air limbah.
V - 41
Penyediaan jalur dan ruang evakuasi bencana, meliputi : 2) jalur-jalur jalan yang digunakan sebagai jalur
pelarian darurat bila terjadi bencana tanah longsor, bencana kebakaran, bencana gunung berapi, atau banjir menuju ke tempat yang lebih aman, terdiri atas jalan-jalan yang posisinya berlawanan dengan arah datangnya bencana;
3) jalur-jalur jalan yang digunakan untuk membawa korban bencana ke ruang evakuasi bencana; dan 4) ruang evakuasi bencana dapat berupa :
a) lapangan olah raga terbuka di tiap Kawasan Perkotaan dan di tiap Kawasan Perdesaan;
b) gedung olah raga atau gedung serbaguna di tiap Kawasan Perkotaan dan di tiap Kawasan Perdesaan; dan
V - 42
Tabel 5.2 Identifikasi Kawasan Strategis di Kabupaten Bangli
NAMA KAWASAN STRATEGIS SUDUT KEPENTINGAN LOKASI/BATAS KAWASAN
(1) (2) (3)
Kawasan Strategis Provinsi yang ada di Kab. Bangli (KSP)
1. Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus
(KDTWK) DTWK Kintamani.
Kawasan Strategis Berdasarkan
Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi
Kec. Kintamani
Kawasan Radius Kesucian Pura Sad
Kahyangan Pura Batur; dan
Kawasan Warisan Budaya meliputi :
DAS Tukad Pekerisan (bagian hulu).
Kawasan Strategis Berdasarkan
Kepentingan Sosial Budaya
Kab. Bangli
Seluruh Kawasan Hutan mencakup
(HL Penulisan, HL Munduk
Pengajaran dan HL Gn. Abang Agung, TWA Batur-Bukit Payang, TWA Penelokan);
Gunung dan Perbukitan;
DAS untuk sungai potensial lintas
Kabupaten/Kota mencakup hulu Tukad Pekerisan, Tukad Melangit, Tukad Sangsang, Tukad Bubuh, Tukad Oos;
Danau Batur (Danau Alam di
Kawasan strategis berdasarkan
kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
V - 43 Provinsi Bali);
Potensi Cekungan Air Bawah Tanah
lintas Kabupaten/Kota mencakup Cekungan Air Bawah Tanah
Denpasar – Tabanan dan Cekungan
Air Bawah Tanah Batur; dan
Kawasan rawan bencana gunung
berapi Batur (Daerah Bahaya II dan III),
Kawasan Strategis Kab. Bangli (KSK)
1) Kawasan Perkotaan Bangli;
2) Kawasan Perkotaan Kintamani;
3) Kawasan Perkotaan Susut;
4) Kawasan Perkotaan Tembuku;
5) Kawasan Perdagangan dan Jasa
Kayuambua;
6) Kawasan Agropolitan Catur –
Belantih;
7) kawasan sepanjang jalur jalan
V - 44
kolektor primer Bangli –
Kayuambua-Penelokan – Kintamani; dan
8) Kawasan Daya Tarik Wisata
(DTW).
1) Kawasan Sad Kahyangan Pura Ulun
Danu Batur, di Desa Batur, Kecamatan Kintamani;
2) Seluruh Kawasan Pura Dang
Kahyangan dan Kahyangan Jagat di Kabupaten Bangli terdiri :
a) kawasan Pura Puser Tasik, di Desa
Bangbang, Kecamatan Tembuku;
b) kawasan Pura Pucak, di Desa Demulih,
Kecamatan Susut;
c) kawasan Pura Bukit Jati, di Desa
Bunutin, Kecamatan Bangli;
d) kawasan Pura Kehen, di Desa
Cempaga, Kecamatan Bangli;
e) kawasan Pura Pucak Hayng Ukir, di
V - 45 Desa Kubu, Kecamatan Bangli;
f) kawasan Pura Pucak Pandakan, di
Desa Kubu, Kecamatan Bangli;
g) kawasan Pura Hyang Waringin, di Desa
Kubu, Kecamatan Bangli;
h) kawasan Pura Tuluk Biyu, di Desa
Batur, Kecamatan Kintamani;
i) kawasan Pura Alas Arum, di Desa
Batur, Kecamatan Kintamani;
j) kawasan Pura Jati, di Desa Batur,
Kecamatan Kintamani;
k) kawasan Pura Penulisan, di Desa
Sukawana, Kecamatan Kintamani;
l) kawasan Pura Indra Kila, di Desa
Dausa, Kecamatan Kintamani;
m) kawasan Pura Balingkang, di Desa
Pinggan, Kecamatan Kintamani;
n) kawasan Pura Tuluk Biyu, di Desa
Suter, Kecamatan Kintamani;
V - 46 Kecamatan Kintamani;
p) kawasan Pura Dukuh, di Desa Suter,
Kecamatan Kintamani;
q) kawasan Pura Ulun Danu Songan,
Desa Songan A, Kecamatan Kintamani;
r) kawasan Pura Pancering Jagat, di Desa
Trunyan, Kecamatan Kintamani; dan
s) kawasan Pura Bukit Mentik, di Desa
Batur, Kecamatan Kintamani.
3) Kawasan Desa Budaya Khusus
mencakup :
a) Desa Pekraman Trunyan;
b) Desa Pekraman. Penglipuran;
c) Desa Pekraman Bayunggede;
d) Desa Pekraman Pengotan; dan
V - 47
1)Kawasan sekitar Gunung Batur;
2)Kawasan sekitar Danau Batur;
3)Kawasan sekitar Dinding Kaldera Batur; dan
4)Sebaran Lahan Kritis di Kabupaten
Bangli.
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup Kec. Kintamani
Tabel 5.3 Identifikasi Indikasi Program RTRW Kabupaten Bangli terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
NO USULANPROGRAM
UTAMA LOKASI
MERUPAKAN KSP/KSK
(YA/TIDAK) SUMBER PENDANAAN INSTANSI PELAKSANA
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1
Perwujudan Sistem
Prasarana Air
Minum
1. Pemantapan dan
Pengembangan Prasarana Air Baku
Kec. Bangli, Kec.
Tembuku, Kec.
Kintamani, Kec.
Susut
V - 48
2. Pemantapan dan
Pengembangan Prasarana Irigasi Sawah dan Non Sawah
3. Pemantapan dan
Pengembangan Prasarana Air Minum
4. Pengembangan
Prasarana
Pengendalian Daya Rusak air
4.1 Pengembangan
Prasarana Pengaman Sungai
4.2 Pengembangan
Prasarana
Pengendalian Erosi dan Longsor
2
Perwujudan Sistem
Prasarana Lingkungan
1. Pengembangan Sistem
Pengelolaan Sampah
1.1Pemantapan IPST
Kec. Bangli, Kec.
Tembuku, Kec.
Kintamani, Kec.
Susut
Ya APBN/APBD, Swasta Dep. PU Pemprov/Kab.,
V - 49 di TPA Regional
Bangklet
1.2Peningkatan
Sarana Perangkutan Persampahan dan TPS
1.3Pemasyarakatan
dan Sosialisasi menerus pengurangan sampah melalui 3R
2. Pengembangan Sistem
Pengelolaan Air Limbah
2.1Pengembangan
jaringan perpipaan air tepadu Kaw. Pekotaan Bangli dan Pusat Kegiatan Pariwisata
2.2Pengembangan
V - 50 skala lingkungan
padat
3
Perwujudan Kawasan
Peruntukan Permukiman
1. Pengembangan dan
Penetapan RTR pada berbagai tingkatan RTR KSP/KSK dan RDTR Kaw. Beserta P. Zonasi
2. Perwujudan Kawasan
Permukiman Perkotaan
2.1Pengembangan
dan pemerataan pelayanan sistem jaringan prasarana permukiman
2.2Pengembangan
dan pemerataan pelayanan sarana permukiman
2.3Pengembangan
prasana
Kec. Bangli, Kec.
Tembuku, Kec.
Kintamani, Kec.
Susut
Ya APBN/APBD, Swasta Dep. PU Pemprov/Kab.,
V - 51 perlindungan dari
bencana
2.4Perwujudan RTH
min 40% dari wilayah Kota
2.5Perwujudan RTH
non hijau, ruang pejalan kaki dan jalur atau ruang evakuasi bencana
3. Perwujudan Kawasan
Permukiman Perdesaan
3.1Pengembangan
dan pemerataan pelayanan sistem jaringan prasarana permukiman skala perdesaan
3.2Pengembangan
V - 52
3.3Pengembangan
prasarana
perlindungan dari bencana
3.4Perlindungan
V - 53
V.2 Arah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) V.2.1. Arah Kebijakan Pembangunan Daerah
Dalam rangka melaksanakan strategi pembangunan daerah untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan sesuai dengan Visi, Misi Kabupaten Bangli, maka diperlukan arah kebijakan pembangunan daerah
yang akan dilaksanakan. Dalam periode 2010-2015, arah kebijakan
pembangunan Kabupaten Bangli diarahkan kepada terwujudnya
masyarakat Bangli yang cerdas, sehat dan sejahtera. Guna
mewujudkan masyarakat Bangli yang cerdas, sehat dan sejahtera, kebijakan pemerintah Kabupaten Bangli adalah lebih banyak memberikan
“kail” daripada “ikan”, dan selanjutnya diutamakan lebih banyak lagi
memberikan “cara membuat kail”. Untuk mencapai hal tersebut, maka
fokus kebijakan pembangunan Bangli lima tahun mendatang diutamakan pada empat bidang, yaitu: Bidang Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial; Bidang Pendidikan; Bidang Kesehatan; dan Lingkungan Hidup, yang didukung oleh bidang-bidang lain sesuai dengan potensi wilayah Kabupaten Bangli.
V.2.2. Arah Kebijakan Bidang Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial
V - 54 a. Bidang Infrastruktur Wilayah
Kondisi sarana dan prasarana infrastruktur di Kabupaten Bangli saat ini masih ditandai oleh tidak meratanya aksesibilitas antar desa, kualitas, ataupun cakupan pelayanan. Dengan demikian, sarana dan prasarana infrastruktur yang ada belum sepenuhnya dapat mendukung pembangunan sektor riil, mendorong sektor produksi dan keseimbangan pembangunan wilayah. Arah kebijakan lima tahun mendatang akan difokuskan pada: (1) peningkatan pembangunan infrastruktur bagi masyarakat secara merata dan proporsional dan sesuai dengan penataan ruang; (2) peningkatan sarana dan prasarana infrastruktur perhubungan; (3) peningkatkan akses masyarakat terhadap jasa infrastruktur, seperti jaringan irigasi air baku, air bersih/air minum, air limbah, sanitasi lingkungan, perumahan, transportasi jaringan jalan dan jembatan, listrik, drainase, persampahan, dan lainnya; (4)peningkatan pembangunan jaringan telekomunikasi dan informatika untuk mendekatkan jarak fisik yang berjauhan mengingat wilayah Kabupaten Bangli yang luas; dan (5) pengelolaan sumber daya air beserta daerah tangkapan air secara efisien.
b. Arah Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup
Sumber daya alam dan lingkungan hidup (SDA dan LH) sangat penting dalam pembangunan di Kabupaten Bangli, baik sebagai penyedia bahan baku bagi pembangunan ekonomi maupun sebagai pendukung sistem kehidupan. SDA dan LH perlu dikelola dengan bijaksana agar pembangunan serta keberlangsungan kehidupan manusia dapat terjaga dan lestari saat ini dan di masa yang akan datang. Adanya kepentingan ekonomi yang berorientasi jangka pendek serta lonjakan jumlah penduduk akan berimplikasi pada meningkatnya kebutuhan akan sumber daya alam untuk bahan baku industri maupun konsumsi. Peningkatan kebutuhan tersebut dapat berakibat pada peningkatan pemanfaatan sumber daya alam, yang pada akhirnya akan menurunkan daya dukung dan fungsi dari lingkungan hidup serta kerusakan sumber daya alamnya. Akibat terjadinya degradasi lingkungan hidup ini sudah mulai dirasakan, terutama timbulnya permasalahan pemenuhan kebutuhan pangan, dan kebutuhan akan sumber daya air.
V - 55 penurunan daya dukung lingkungan. Di antaranya diakibatkan oleh laju pertumbuhan penduduk, pembangunan infrastruktur, industrialisasi, pola kehidupan yang konsumtif, lemahnya penegakan hukum, serta belum optimalnya kapasitas sumber daya manusia.
Untuk mewujudkan lingkungan hidup yang berkelanjutan sesuai
dengan Visi lingkungan hidup Kabupaten Bangli yang Clean, Green,
Moving and Lovely, maka arah kebijakan yang ditempuh adalah
pelestarian fungsi lingkungan hidup dan atau pelestarian lingkungan hidup, melalui: (1) pengendalian dan pemantauan pencemaran pada air, lahan, udara, dan keanekaragaman hayati (kehati); (2) perbaikan kerangka regulasi dan peningkatan upaya penegakan hukum lingkungan secara konsisten; (3) perbaikan kualitas lingkungan melalui upaya rehabilitasi dan konservasi serta pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan; (4) penataan dan pengelolaan lingkungan yang harmonis dari hulu ke hilir sebagai upaya mempertahankan Bangli sebagai kawasan resapan air; (5) peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan penguatan institusi pengelola lingkungan hidup; (6) peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat; (7) pengembangan penelitian pengelolaan lingkungan; dan (8) pengembangan sumber-sumber pendanaan lingkungan alternatif.
V.3 Arahan Perda Bangunan Gedung
Maksud dari Rencana peraturan daerah tentang Bangunan Gedung di Kabupaten Bangli adalah sebagai acuan sekurang-kurangnya untuk mengatur dan mengendalikan penyelenggaraan bangunan gedung sejak dari perizinan, perencanaan, pelaksanaan konstruksi, pemanfaatan, kelaikan bangunan gedung agar sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Renvana Peraturan daerah tentang Bangunan Gedung Kabupaten Bangli bertujuan untuk:
1. mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan tata
bangunan gedung yang serasi dan selaras dengan lingkungannya;
2. mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang menjamin
keandalan teknis bangunan gedung dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan;
3. mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan
gedung.
Lingkup Rencana peraturan daerah ini meliputi ketentuan mengenai fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan
bangunan gedung, peran masyarakat dan pembinaan dalam
V - 56
V.4 Arahan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kabupaten Bangli
Perkembangan pembangunan di Kabupaten Bangli telah memberikan konsekuensi tersendiri bagi perkembangan sektor-sektor lain di daerah tersebut, dan juga penyediaan sarana dan prasarana penunjangnya. Salah satunya adalah kebutuhan akan ketersediaan sumber air baku untuk melayani kebutuhan air bersih masyarakat, industri dan aktivitas sosial budaya. Untuk itu penyediaan air bersih merupakan salah satu bagian dari prasarana wilayah yang harus terus dikembangkan untuk mendukung perekembangan wilayah terutama perkotaan. Pada saat ini upaya pemanfaatan sumber daya air di Kabupaten Bangli belum dilakukan secara optimal, sehingga penyediaan air bersih untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari masyarakat merupakan prioritas utama di atas semua kebutuhan lainnya.Upaya pemenuhan kebutuhan air bersih telah memunculkan persoalan dalam kaitannya dengan pembangunan prasarana penyediaan air bersih untuk meningkatkan jangkauan pelayanan.
V - 57 Keterbatasan kemampuan produksi PDAM Bangli dalam memproduksi air bersih akan berimplikasi kepada pengembangan manajemen usaha PDAM Bangli, dan di sisi lain pelayanan masyarakat terhadap air bersih akan semakin menurun, sehingga dikhawatirkan akan menurunkan target MDGs di Bangli dalam pelayanan air bersih.
Berdasarkan analisis proyeksi kebutuhan air bersih sampai akhir tahun perencanaan berdasarkan golongan pemakai yang lebih rinci, memperlihatkan kondisi pada tahun 2008 yang memperoleh pelayanan PDAM masih sangat kurang. Dengan kebutuhan sesuai standar pelayanan air bersih berdasarkan jumlah penduduk untuk tahun 2008 adalah 4.166.049 M³, sedangkan kondisi pada tahun 2008 baru mencapai 1.852.526 M³. Dengan kondisi pemenuhan air bersih pada tahun 2008 yang masih mengalami kekurangan sebesar 2.313.522,88 M³.
Berdasarkan hasil survei primer maupun sekunder, memang terdapat kawasan yang belum terlayani oleh PDAM yaitu kawasan Bangli Utara (Kecamatan Kintamani). Kecamatan Kintamani masih sangat terbatas dalam penyediaan air bersih yang dilayani oleh PDAM, sehingga pemenuhan kebutuhan akan air bersih maupun air minum diperoleh dari sumber mata air yang terdapat di kawasan sekitarnya dan kecenderungan pengelolaan selama ini masih dilakukan secara swadaya dengan membentuk kelompok-kelompok di Kecamatan Kintamani.
Sedangkan kawasan Bangli Selatan (Kecamatan Bangli, Susut dan Tembuku) sebagaian besar sudah terlayani jaringan PDAM, permasalahan yang sering muncul adalah air PDAM kekurangan cadangan air baku disaat debit sumber mata air menurun. Akibat kurangnya cadangan air PDAM, beberapa unit sering mengalami kendala air bersih dan berakibat air PDAM mengalir 2 - 3 hari sekali pada suatu unit pelayanan (seperti Unit Pelayanan Abuan - Susut). Hal ini berdampak pada pelayanan PDAM yang masih kurang dan tingkat kesehatan masyarakat juga akan berpengaruh bila tidak adanya pola penanganan yang intensif ke depannya.
Ketersediaan infrastruktur yang memadai dan berkesinambungan
merupakan kebutuhan mendesak untuk mendukung pelaksanaan