• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBUTUHAN UNTUK PENINGKATAN MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH DI MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEBUTUHAN UNTUK PENINGKATAN MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH DI MAKASSAR"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

23

Ismail Tolla, Andi Nurochmah, dan M. Bachtiar Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Makassar

Jalan Tidung Raya, Kampus Tidung UNM, Makassar Email: andi.nurochmah@gmail.com

Abstract: Needs for School Superintendent Performance Quality Improvement in Makassar. This study aims to obtain a picture of the school superintendent needs to improve the

quality of the performance of the school superintendent in Makassar. Type a descriptive quantitative research with the entire population of the school superintendent. The research sample 45 school ins-pectors from various levels of the school. Data were collected using a questionnaire, documentation, and interviews. Data were analyzed by using percentage analysis. The results showed competence superintendent of schools categorized medium, namely personal competence, competence of the academic supervision, research and development competence category being, while managerial competencies and competency evaluation categorized good.

Abstrak: Kebutuhan Peningkatan Mutu Kinerja Pengawas Sekolah di Kota Makassar.

Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran kebutuhan pengawas sekolah untuk meningkatkan mutu kinerja pengawas sekolah di Kota Makassar. Jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan popu-lasi seluruh pengawas sekolah. Sampel penelitian 45 orang pengawas sekolah dari berbagai tingkatan sekolah. Data dikumpulkan menggunakan angket, dokumentasi, dan wawancara. Data dianalisis dengan menggunakan analisis persentase. Hasil penelitian menunjukkan kompetensi pengawas sekolah berkategori sedang, yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi supervisi akademik, kompe-tensi penelitian dan pengembangan berkategori sedang, sedangkan kompetensi manajerial dan kompe-tensi evaluasi pendidikan berkategori baik.

Kata kunci: kebutuhan pengawas, mutu kinerja, pengawas sekolah Dalam rangka meningkatkan mutu

penga-was sekolah/madrasah, pemerintah telah menge-luarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 12 tahun 2010 dan Peraturan Menpan & RB nomor 16 Tahun 2009 tentang Penugasan Guru sebagai Pengawas Sekolah/Madrasah. Per-mendiknas ini memuat tentang sistem penyiapan pengawas sekolah, proses pengangkatan dan ma-sa tugas, pengembangan keprofesian berkelan-jutan, penilaian kinerja pengawas sekolah/mad-rasah sampai pada pemberhentian dan mutasi se-bagai pengawas sekolah/madrasah. Peran peng-awas sekolah/madrasah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan manajemen dalam upaya peningkatan prestasi belajar serta mutu suatu sekolah dan substansi tugas penga-was sekolah/madrasah diarahkan untuk memper-baiki, membantu serta melayani guru dalam pe-laksanaan pembelajaran secara tepat dan terarah baik dari sisi prosedur maupun capaian yang

hendak dilaksanakan dalam proses pembelajaran dan juga capaian pendidikan.

ntuk tercapainya tujuan di atas, maka di-butuhkan seorang pengawas sekolah/madrasah memiliki tugas dan tanggung jawab serta wewe-nang secara penuh dalam melaksanakan penga-wasan guna melihat bagaimana pelaksanaan pe-nilaian dan pembinaan yang berkaitan dengan tata cara, teknis, administrasi serta pekerjaan se-jenis dilaksanakan pada satuan pendidikan dasar dan menengah. Merujuk pada Permendiknas No-mor 12 Tahun 2007, maka pelaksanaan tugas pe-ngawas sekolah dalam hal ini pepe-ngawasan pen-didikan adalah menilai, membina penyeleng-garaan pendidikan pada sejumlah satuan pendi-dikan baik negeri maupun swasta dan mengacu pada sasaran yang telah ditetapkan, dan pada akhirnya pembinaan berupa arahan, sasaran serta bimbingan merupakan kebutuhan mutlak yang dilakukan oleh pengawas sekolah/madrasah

(2)

ter-kait dalam memantau berjalannya kegiatan pem-belajaran di sekolah binaannya masing-masing.

Dari penelitian terdahulu permasalah an yang dihadapi dilapangan bahwa pengawas se-kolah/madrasah masih memerlukan pembenahan dimulai dari sistem pengangkatan sampai pelak-sanaan tugas dan pembinaan berkelanjutan, ter-lepas dari hal itu, Sahertian dan Burhanuddin (2000:19) juga menegaskan bahwa:” pengawas-an atau supervisi merupakpengawas-an suatu usaha untuk memberikan layanan kepada stakeholder pendi-dikan, terutama kepada guru-guru, baik secara individu maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki kualitas proses dan hasil pembel-ajaran. Sehubungan dengan itu, pelatihan ber-kelanjutan ini sangat penting diberikan kepada pengawas, karena pengawas merupakan tenaga profesional yang memiliki tugas dan fungsinya untuk memberikan pembinaan kepada guru bi-naannya, rentan mengalami masalah dalam me-laksanakan tugasnya, baik yang diakibatkan oleh latar belakang pendidikan atau rekrutmen serta pengalaman pengawas dalam menjalankan tu-poksinyan atau kondisi dan situasi yang diala-minya.

Sehubungan dengan hal itu, dalam ling-kungan pendidikan, pelatihan yang berkelan-jutan ini diharapkan dapat membantu para peng-awas dalam mengenali dan mengelola pembi-naan bagi guru bipembi-naannya. Selanjutnya, Glick-man & Ross Gordon (1995) menyatakan bah-wa tugas pengabah-was atau supervisor dalam membina guru binaannya bertujuan untuk meng-efektifkan seluruh unsur pengajaran termasuk dalam aktivitas pendidikan, supervisi bergerak dalam bidang akademik. Dari hasil penelitiannya Satori (1997) menyatakan supervisi berkepen-tingan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran. Oleh kare-na itu, pemberian pelatihan berkelanjutan ini mempunyai signifikansi kuat dengan tujuan pen-didikan yang berkualitas (Suharsimi, 2004:24). Merujuk kepada hal itu, bahwa pengawas ma-sih memerlukan pembinaan dengan cara belajar mandiri dan difasilitasi materi untuk pengem-bangan diri secara terus menerus untuk mening-katkan mutu kinerjanya dan mempertahankan profesionalisme sesuai dengan tuntutan dan ke-butuhan guru yang memerlukan pembinaan dari pengawas yang professional sekaligus dalam menciptakan perbaikan pelayanan guru terhadap peserta didiknya di sekolah.

Kemudian, dikaitkan dengan hasil Uji Kompetensi Awal (UKA) pengawas yang mem-peroleh nilai di atas rata-rata 63 hanya 5,88,

sedangkan yang memperoleh nilai rentang 31-38 jumlahnya 64,70%, demikian pula bagi yang memperoleh nilai dalam rentangan 41-48 sekitar 29,42% (Rayon 124 UNM, 2012). Berdasarkan kondisi tersebut, hal ini secara umum dapat menggambarkan kua-litas pengawas di Sulawesi Selatan dan Barat dari beberapa kajian masih dipertanyakan. Oleh karena itu, belum dapat dikatakan profesional, sebab penguasaan kom-petensi dan kualifikasi pengawas belum mema-dai sebagaimana yang diharapkan. Kemudian, data hasil wawancara baik dengan guru maupun kepala sekolah umumnya mereka mengungkap-kan, bahwa keadaan pengawas sekarang ini ter-indikasi wawasan akademiknya masih ada di ba-wah guru atau kepala sekolah, dan belum ter-sentuh oleh adanya inovasi. Demikian pula de-ngan ungkapan Ketua PGRI Jawa Tengah, Brotosedjati (2012) dari hasil evaluasi Educa-tional for Sustainable Development, sekaitan dengan keberadaan pengawas sekolah saat ini ” ternyata sejak perekrutan hingga penugasan tidak efektif, hal ini disebabkan karena adanya pengawas yang diangkat tidak pernah jadi gu-ru dan tak pernah jadi kepala sekolah tahu-tahu jadi pengawas dan hal ini jelas tidak mungkin dapat melaksanakan tugasnya dengan baik”.

Sejalan dengan ungkapan ketua PGRI dan hasil evaluasi, muncul komitmen kuat dari Pe-merintah Indonesia terutama Kementerian Pen-didikan Nasional, Fasli Jalal (2011), bermaksud untuk merevitalisasi kinerja pengawas antara lain dengan memperketat persyaratan bagi siapa saja yang ingin meniti karir profesi di bidang ke-pengawasan.

Hasil penelitian Saputra (2008) menyata-kan bahwa: ”model pengawasan khususnya da-lam pembelajaran pendidikan jasmani pelaksa-naannya selama ini belum maksimal, sehingga

layanan pengawasan terhadap guru menjadi kurang efektif. Menyikapi ungkapan tersebut bahwa pembinaan dari pengawas terhadap guru belum menunjukkan layanan yang menyentuh subtansi kebutuhan guru, khususnya untuk pe-ngembangan kompetensi akademiknya. Sejalan dengan temuan diatas, Suharsimi (2006) bahwa pola pengawasan saat ini belum dapat meng-akomodasi untuk pengembangan kapasitas ke-pengawasan pendidikan.

Menurut Davies dalam Ramelan (2005: 34-35) mengungkapkan bahwa pelatihan pada intinya: adalah untuk memenuhi kebutuhan yang dilatih, karena adanya masalah dan tuntut-an atau ttuntut-anttuntut-angtuntut-an bagi pengembtuntut-angtuntut-an ytuntut-ang bisa memenuhi tuntutan masa depan. Untuk

(3)

meng-25 atasi keprofesionalan pengawas pendidikan, da-pat dirancang pelatihan yang didasari oleh em-pat elemen yaitu melalui tahapan seperti dike-mukakan oleh Saguisag (1991) diawali dengan need analysis, objecttive setting, design process implementation dan evaluation process.

Faktualnya, masih ada guru yang belum mendapat bantuan atau binaan secara optimal dari pengawas sekolah/madrasah sehingga kua-litas pembelajaran tetap masih rendah. Hal ini menunjukkan pertanda masih ada pengawas yang belum mampu menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pengawas yang kompeten. Kenapa pelatihan untuk meningkatkan kompe-tensi harus dengan model belajar mandiri? Di pihak lain, belajar mandiri adalah suatu model yang sekarang ini cocok untuk diterapkan karena proses pelatihan ini melalui pengkajian perma-salahan pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komu-nitas belajar (Sumar, Dkk 2006).

Atas dasar permasalahan tersebut di atas, maka peneliti bermaksud untuk melakukan pe-nelitian secara lebih lanjut berkaitan dengan: Kebutuhan apakah yang dapat meningkatkan mutu kinerja pengawas sekolah/madrasah di Ko-ta Makassar?

METODE

Pendekatan penelitian yang digunakan da-lam penelitian ini adalah pendekatan yang ber-sifat deskriptif. Jenis penelitian ini adalah des-kriptif kuantitatif. Penelitian ini hanya menyo-roti suatu peubah tanpa menghubungkan dengan peubah lain. Peubah dalam penelitian adalah a-nalisis kebutuhan pengawas sekolah untuk me-ningkatkan mutu kinerjanya.

Populasi dalam penelitian ini adalah selu-ruh pengawas sekolah/madrasah yang ada di lingkungan Koordinator Pengawas Kota Makas-sar sebanyak 165 orang. Pengambilan sampel berpedoman pada pendapat yang dikemukakan oleh Arikunto (1993) bahwa untuk sekedar an-cerancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga pene-litian merupakan penepene-litian populasi. Sebaliknya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil anta-ra 10-15 % atau 20-25 % atau lebih. Berdasar-kan pendapat di atas maka dalam penelitian ini peneliti melakukan penarikan sampel karena jumlah anggota lebih dari 100 untuk memper-oleh gambaran yang jelas mengenai penyebaran

populasi penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Penyebaran Populasi Pengawas Sekolah di Kota Makassar

No Wilayah Tugas Jenis

Kelamin Jumlah LK PR 1. Pengawas TK - 12 12 2. Pengawas SD 56 40 96 3. Pengawas SMP 17 6 23 4. Pengawas SMA 11 9 19 5. Pengawas SMK 10 5 15 Jumlah 94 72 165

Sumber: Kantor Koordinator Pengawas Kota Makassar (2015)

Sampel penelitian adalah sebagian anggo-ta populasi yang dijadikan subyek dalam pene-litian 27 % yaitu 44,55 atau 45 orang pengawas yang mewakili pengawas sekolah di Kota Ma-kassar. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, digunakan pengumpulan data adapun alat pengumpulan data digunakan dalam mempero-leh data dalam penelitian ini ada tiga, yaitu do-kumentasi, wawancara, dan angket. Dokumen-tasi digunakan untuk memperoleh data menge-nai jumlah pengawas sekolah/madrasah di ling-kungan wilayah koordinasi pengawas sekolah di Kota Makassar dan untuk memperoleh profil pengawas sekolah/madrasah menurut jenis kemin, usia, posisi sebelum menjadi pengawas, la-tar belakang pendidikan, jumlah sekolah binaan, kepemilikan sertifikat kepengawasan dan tipe sekolah binaan. Wawancara digunakan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan faktor dan penghambat untuk meningkatkan mutu kinerja pengawas sekolah. Angket digu-nakan untuk memperoleh data yang berhubung-an dengberhubung-an kebutuhberhubung-an pengawas akberhubung-an peningkat-an mutu kinerja dalam melakspeningkat-anakpeningkat-an tugas po-koknya.

Analisis data yang digunakan adalah ana-lisis deskriptif bertujuan untuk mengetahui gam-baran kebutuhan pengawas sekolah/madrasah a-kan peningkatan mutu kinerjanya. Teknik ana-lisis yang digunakan adalah anaana-lisis persentase dengan rumusan sebagai berikut.

n

P = ---- x 100 % N

Keterangan:

P = Persentase n = Nilai yang diperoleh

(4)

Untuk menarik kesimpulan digunakan pedo-man yang dikemukakan oleh Toha (1996), yaitu.

1. 91 % - 100 % = kategori sangat baik 2. 81 % - 90 % = kategori baik 3. 71 % - 80 % = kategori sedang 4. 61 % - 70 % = kategori buruk 5. ≥ 60% = kategori sangat buruk

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini pada bagian pema-paran hasil penelitian digambarkan data yang meliputi: (1) profil pengawas tingkatan tugas, (2) jenis kelamin, (3) tingkat pendidikan, (4) u-sia responden, (5) masa kerja, (6) posisi sebelum menjadi pengawas, (7) jumlah sekolah binaan, (8) status kepemilikan sertifikat pengawas seko-lah, (9) tipe sekolah sekolah binaan. Untuk lebih jelasnya masing-masing karakteristik responden digambarkan seperti uraian berikut.

Profil Pengawas Menurut Tingkatan Tugas Berdasarkan hasil penelitian yang dila-kukan peneliti terhadap responden dalam peneli-tian ini, diperoleh data tentang profil pengawas sekolah di Kota Makassar berdasarkan tingkatan pendidikan, terdapat 96 orang yang memiliki tu-gas di bidang kepengawasan pada tingkat seko-lah dasar, untuk sekoseko-lah menengah pertama ter-dapat 23 orang, kemudian untuk sekolah me-nengah atas (SMA) 19 orang dan pengawas yang bertugas di SMK berjumlah 15 orang. De-ngan demikian dapat disimpulkan bahwa peng-awas sekolah secara keseluruhan terdapat 165 orang untuk seluruh sekolah berdasarkan ting-katan di Kota Makassar. Profil pengawas seko-lah berdasarkan tingkatan Pendidikan dapat dili-hat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2 Profil Pengawas Sekolah Berdasarkan Tingkatan Sekolah No Tingkatan Sekolah Frekuensi Persentase 1. TK 12 7,27 2. SD 96 58,18 3. SMP 23 13,94 4. SMA 19 11,52 5. SMK 15 9,09 Jumlah 165 100,00

Sumber: Kantor Koordinator Pengawas Kota Makassar (2015)

Berdasarkan data tersebut pada tabel 2, dapat disimpulkan bahwa pengawas sekolah yang paling banyak jumlahnya ada pada tingkat sekolah dasar dibandingkan jumlah pengawas sekolah pada tingkatan yang lebih tinggi lagi.

Jenis Kelamin

Berdasarkan data yang penulis peroleh da-lam penelitian ini, diperoleh data tentang jenis kelamin menurut tingkatan pendidikan, terdapat 12 orang berjenis perempuan, selanjutnya peng-awas yang bertugas di sekolah dasar terdapat 56 orang berjenis kelamin laki-laki dan 40 orang pengawas berjenis kelamin perempuan, sedang-kan untuk tingkatan sekolah menengah pertama terdapat 17 orang berjenis kelamin laki-laki dan 6 orang perempuan, kemudian jumlah pengawas sekolah menengah atas yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 11 orang sedangkan penga-was yang berjenis perempuan jumlahnya 8 o-rang. Berikutnya pengawas yang bertugas di se-kolah menengah kejuruan yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 10 orang dan lainnya adalah 5 orang pengawas berjenis kelamin perempu-an, kesimpulannya bahwa pengawas sekolah di Kta Makassar sebagian besar masih didominasi o-leh pengawas yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sekitar 56,97 % dibandingkan pengawas sekolah yang berjenis kelamin perempuan.

Gambaran karakteristik pengawas sekolah di Kota Makassar berdasarkan jenis kelamin da-pat dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3 Karakteristik Pengawas Berdasarkan Jenis Kelamin No Tingkatan Sekolah Frekuensi Persentase L P L P 1. TK - 12 - 100,00 2. SD 56 40 58,33 41,67 3. SMP 17 6 73,92 26,08 4. SMA 11 8 57,89 42,11 5. SMK 10 5 6,67 33,33 Jumlah 94 71 56,97 43,03 Tingkatan Pendidikan

Data penelitian menunjukkan bahwa ting-kat pendidikan yang dimiliki pengawas sekolah di Kota Makassar berdasarkan jenjang pendidik-an pengawas bervariasi, mulai dari tingkat Dip-loma dua (2), DipDip-loma tiga (3), Sarjana (S1), Magister (S2) dan Doktor (S3). Latar belakang pendidikan responden berdasarkan tingkatan

(5)

se-27 kolah yang ditugasinya ditunjukkan pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4 Karakteristik Pengawas Berdasarkan Tingkatan Pendidikan No Tingkatan Sekolah Frekuensi Persentase L P L P 1. Diploma dua/B A 1 1 1,00 1,00 2. Diploma tiga(3) 1 - 1,00 - 3. Sarjana (S1) 51 39 57,14 42,86 4. Magister (S2) 40 31 57,53 42,47 5. Doktor (S3) - 1 - 1,00 Jumlah 93 72 56,97 43,03

Berdasarkan tabel 4 dapat disimpulkan bahwa yang berjenis kelamin laki-laki lebih do-minan memiliki tingkat pendidikan yang ber-variasi baik diploma 2 dan 3 begitu juga yang berlatar belakang Pendidikan S1 dan S2 ter-kecuali program doktor hanya dimiliki oleh 1 orang pengawas berjenis kelamin perempuan, meskipun di tingkat SMK ada pengawas yang sementara sedang menyelesaikan pendidikan-nya di program doktor. Dari hasil tersebut me-nunjukkan bahwa kebanyakan responden masih memiliki tingkat pendidikan sarjana (S1) dengan demikian diharapkan bahwa tingkat Pendidikan dari pengawas dapat memenuhi syarat Permen-diknas Nomor 12 Tahun 2007 dimana pengawas sekolah harus memiliki pendidikan magister. Oleh karena itu apabila dilihat dari Permendik-nas tersebut maka pengawas di Kota Makassar belum memenuhi standar yang telah ditetapkan. Oleh karena itu Kepala Diknas Kota Makassar perlu melakukan motivasi kepada pengawas un-tuk meningkatkan pendidikannya sehingga akan berdampak kepada mutu atau kualitas kinerjanya sebagai pembina terhadap guru dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.

Usia

Berdasarkan data diperoleh peneliti ten-tang usia responden sebagaimana pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5 Karakteristik Pengawas Berdasarkan Usia

No Usia Frekuensi Persentase

1. 2. 3. > 50 51- 55 56 - 58 41 80 44 24,85 48,49 26,66 Jumlah 165 100,00

Berdasarkan Tabel 5, usia pengawas ber-variasi yaitu usia kurang dari 50 tahun terdapat 41 orang atau 24,85 %, sedangkan usia 51-55 ta-hun sebanyak 80 orang atau 48,49% dan 44 orang pengawas sekolah atau 26,66 % pada saat ini berusia antara 56 sampai 58 tahun. Saat dila-kukan penelitian analisis kebutuhan akan pe-ningkatan mutu kinerja dominan pada usia 51-55 tahun.

Masa Kerja

Data masa kerja yang dimiliki pengawas sekolah diuraikan pada Tabel 6. Tabel 6 menun-jukkan bahwa sebanyak 119 responden atau 72,12% (persen) yang memiliki masa kerja se-bagai pengawas sekolah antara 0-5 tahun, 29 responden atau 17,58 % (persen) telah memikili masa kerja sebagai pengawas sekolah antara 6-10 tahun dan 17 responden lainnya memiliki masa kerja lebih dari sepuluh tahun yaitu anta-ra 11-16 tahun. Dengan demikian sebagian besar pengawas sekolah di Kota Makassar memiliki masa kerja sebagai pengawas sekolah dan hal ini perlu menjadi perhatian khusus demi pencapaian mutu kinerja pengawas sekolah baik di tingkat sekolah dasar, SMP maupun SMA dan SMK. Tabel 6 Karakteristik Pengawas Sekolah

Berdasarkan Masa Kerja

No Usia (Tahun) Frekuensi %

1 2 3 0- 5 tahun 6-10 tahun 11-16 tahun 119 29 17 72,12 17,58 10,30 Jumlah 165 100.00

Posisi Sebelum Menjadi Pengawas

Hasil informasi yang diperoleh melalui angket penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruhnya pengawas sekolah memiliki penga-laman kerja sebagai guru dan kepala sekolah, khususnya untuk pengawas sekolah tingkat se-kolah menengah atas sementara ini sedang me-nunggu usul penerbitan SK sementara dari ja-batan fungsional kepala sekolah dan guru di Kota Makassar.

Satu perbedaan penting lainnya yang ber-kaitan dengan pengalaman relatif pengawas se-kolah dan pengawas madrasah adalah posisi yang mereka jabat saat ditunjuk menjadi peng-awas. Persentase pengawas sekolah yang ditun-juk menjadi pengawas saat menjabat menjadi kepala sekolah jauh lebih besar dibandingkan dengan persentase pengawas madrasah.

(6)

Meski-pun hal ini tidak berarti bahwa pengawas seko-lah lebih kompeten, namun hal ini mengandung arti bahwa mereka cenderung mempunyai peng-alaman yang lebih banyak dalam hal kepemim-pinan dan manajemen sekolah sebelum menjadi pengawas sekolah. Namun, tidak ada perbedaan nyata berapa lama pengawas sekolah/madrasah menjabat sebagai guru atau kepala sekolah/mad-rasah sebelum mereka ditunjuk menjadi penga-was sekolah/madrasah.

Status Kepemilikan Sertifikat Pengawas Sekolah

Persentase pengawas sekolah dan peng-awas madrasah yang telah mempunyai sertifikat mengajar atau sertifikat pengawas melalui PLPG maupun otomatis sebagai pengawas sekolah se-belum ditunjuk untuk menjadi pengawas seko-lah/madrasah menunjukkan angka yang sama. Sebagai tambahan, pengawas madrasah yang telah menjabat sebagai pengawas sedikit lebih lama disbandingkan dengan rekan pengawas se-kolah mereka.

Kebutuhan Pengawas Sekolah

Setelah diadakan penelitian dengan meng-gunakan angket, selanjutnya dianalisis persen-tase dengan menggunakan tabel frekuensi. Jum-lah responden yang berjumJum-lah sebanyak 45 o-rang responden, yang memberikan jawaban ter-hadap 5 (lima) item pertanyaan. Total nilai se-tiap item sebesar 140.

Kompetensi Kepribadian

Skor ideal untuk kompetensi kepribadian sebesar 800. Berdasarkan skor tersebut, maka data dianalisis dan hasil analisis selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Kompetensi Kepribadian

No item n N % Ket 1 2 3 4 5 143 136 140 130 139 160 160 160 160 160 89,37 85,00 87,50 81,25 86,87 Baik Baik Baik Baik baik Jumlah 688 800 86,00 baik

Berdasarkan hasil analisis di atas dike-tahui bahwa kompetensi kepribadian yang dimi-liki pengawas sekolah terdiri dari 5 item. De-ngan demikian dapat disimpulkan bahwa

penga-was sekolah selalu mendorong dan memotivasi para pihak (sta-keholders) yang peduli pendi-dikan. Sebagai tambahan, terlepas dari dimensi Kepribadian dan Sosial, penilaian yang diberi-kan kepala sekolah/madrasah dan guru hampir selalu lebih tinggi daripada penilaian kompetesi diri sendiri yang diberikan oleh pengawas seko-lah/madrasah, terlihat dari wawancara kualitatif bahwa guru dan kepala sekolah memiliki tingkat kesadaran yang sangat rendah tentang pengeta-huan dan pemahaman tentang Peraturan Nomor 13/2007 dan dalam beberapa kasus mereka tidak memahami peran pengawas. Karena kurangnya pengetahuan, beberapa kepala sekolah dan guru merasa sulit untuk memberikan peringkat kepa-da kompetensi pengawas mereka.

Kompetensi Manajerial

Responden memberikan jawaban terha-dap 4 (empat) item pertanyaan dari 45 respon-den. Total setiap item 160, sedangkan skor ideal untuk kompetensi manajerial 640.

Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa kompetensi manajerial termasuk katagori baik yang 82,50 persen yang dimiliki oleh peng-awas sekolah di Kota Makassar meskipun perlu ada pengembangan kompetensi manajerial perlu ada upaya untuk memberikan pelatihan dikait-kan dengan keaadaan pengawas sekolah di Kota Makassar sebagian besar baru memangku jabat-an sebagai pengawas sekolah.

Tabel 8 Kompetensi Manajerial

No item N N % Ket 6. 7. 8. 9. 133 139 126 130 160 160 160 160 83,13 86,88 78.75 81,25 Baik Baik Sedang Baik Jumlah 528 640 82,50 Baik

Kompetensi Supervisi Akademik

Berdasarkan analisis data, kompetensi su-pervisi akademik pengawas sekolah ditunjukkan pada Tabel 9. Berdasarkan hasil analisis dike-tahui bahwa kompetensi supervisi akademik yang dimiliki pengawas sekolah berkategori se-dang. Dengan demikian maka kompetensi aka-demik pengawas masih perlu ditingkatkan se-hingga mutu kinerja pengawas dapat tercapai secara optimal melalui pelatihan dan pendidikan formal sesuai dengan Permendiknas Nomor 12 tahun 2007.

(7)

29 Tabel 9 Kompetensi Supervisi Akademik

No item N N % Keterangan 18 19 20 21 22 23 24 25 143 136 140 130 139 150 145 139 180 180 180 180 180 180 180 180 79,44 75,55 77,78 72,22 77,22 83,33 80,56 77,22 Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Baik Baik Sedang Jumlah 1122 1440 77.92 Sedang

Kompetensi Evaluasi Pendidikan

Temuan untuk evaluasi pendidikan sa-ngat mirip dengan hasil temuan untuk kemam-puan supervisi manajerial. Hasil analisis seleng-kapnya, analisis per item dapat dilihat secara rin-ci pada pada Tabel 10 berikut ini.

Tabel 10 Kompetensi Evaluasi Pendidikan

No item N N % Ket 26 27 28 29 30 31 32 33 154 147 145 139 139 156 150 148 180 180 180 180 180 180 180 180 85,55 81,67 80,56 77,22 77,22 86,67 83,33 82,22 Baik Baik Baik Sedang Sedang Baik Baik Baik Jumlah 1181 1440 82,01 Baik

Jawaban responden atau pengawas seko-lah/madrasah termasuk kategori mampu meski-pun masih ada yang termasuk kategori sedang. Kompetensi Penelitian dan Pengembangan

Analisis data menunjukkan bahwa kom-petensi penelitian dan pengembangan berkatego-ri sedang. Analisis data kompetensi penelitian dan pengembangan pengawas sekolah ditunjuk-kan pada Tabel 11.

Berdasarkan hasil analisis di atas diketa-hui bahwa kompetensi supervisi akademik yang dimiliki pengawas sekolah terdiri dari 8 item, setelah dianalisis menunjukkan bahwa komtensi pengawas sekolah dalam penelitian dan pe-ngembangan ternyata kompetensinya masih ter-masuk kategori sedang. Dengan demikian kom-petensi inipun harus ditingkatkan karena peng-awas harus memiliki pengetahuan dan keteram-pilan dalam membimbing guru untuk melakukan

penelitian khususnya PTK agar dapat dijadikan bahan perbaikan proses belajar mengajar guru di sekolah binaannya.

Tabel 11 Kompetensi Penelitian dan Pengembangan No item n N % Ket 34 35 36 37 38 39 40 143 136 140 130 139 150 145 180 180 180 180 180 180 180 79,44 75,55 77,78 72,22 77,22 83,33 80,56 Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Baik Baik Jumlah 983 1260 78.01 Sedang

Kompetensi Sosial

Responden memberikan jawaban terhadap 2 (dua) item pertanyaan dari 45 responden. Total nilai setiap item sebesar 180, sedangkan skor i-deal untuk kompetensi sosial sebesar 260. Hasil analisis selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 12 berikut.

Tabel 12 Kompetensi Sosial

No item N N % Keterangan 41 42 143 136 180 180 79,44 75,55 Sedang Sedang Jumlah 279 360 77.50 Sedang

Berdasarkan hasil analisis di atas diketa-hui bahwa kompetensi sosial yang dimiliki pengawas sekolah/madrasah dilihat dari pelaksa-naan bekerja sama dan berperan aktif di organi-sasi kepengawasan menunjukkan kategori se-dang.

PENUTUP

Gambaran kegiatan analisis kebutuhan untuk meningkatkan mutu kinerja pengawas sekolah di Kota Makassar, termasuk kategori se-dang. Ini dilihat dari hasil analisis segi kompe-tensi pengawas dapat disimpulkan sebagai beri-kut. Kompetensi kepribadian rata-rata termasuk sedang, kompetensi manajerial rata-rata terma-suk kategori baik, kompetensi supervisi

(8)

akade-mik termasuk kategori sedang, kompetensi eva-luasi pendidikan kategori baik, kompetensi pe-nelitian dan pengembangan kategori sedang, kompetensi sosial kategori sedang.

Berdasarkan kesimpulan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka diajukan sa-ran-saran sebagai berikut. (1) Bagi Dinas Pendi-dikan Kota Makassar agar memperhatikan kebu-tuhan pengawas akan memperoleh pengem-bangan profesional sebagai pengawas yang

me-miliki mutu kinerja dalam melaksanakan tupok-sinya yaitu melalui penataran, pelatihan dan mendorong untuk melanjutkan pendidikannya sesuai dengan Permendiknas nomor 13 tahun 2007. (2) Pengawas sekolah agar selalu me-ngembangkan profesionalnya sebagai pengawas yang kompeten dengan cara mengikuti pelatihan dan melanjutkan pendidikan kekhususan jabatan pengawas sekolah dan dapat mengimplementasi-kannya di sekolah binaan masing-masing.

DAFTAR` PUSTAKA

Arikunto, S & dkk. 2006. Pengembangan Kapasitas

Kepengawasan Pendidikan di Wilayah Kota Yogyakarta, Yogyakarta: Jurnal Penelitian

BAPPEDA Kota Yogyakarta.

Burhanuddin & dkk, 2006. Supervisi Pendidikan dan

Pengajaran,Malang : FIP Universitas Negeri

Malang

Davies, E. 2005. The Training Manager’s A

Hand-book, London: Kogen Page Limieted.

Keputusan Mendiknas Nomor 12 Tahun 2007 Ten-tang Kualifikasi dan Kompetensi Pengawas Sekolah

Glickman, 1985. Intructional Supervision ,New Jersey:Prentice Inc. Englewood Clifts. Saguisag, D. Apoortadera & Franco E.1991. Total

Training Cycle: A System View In: A Haw to book for Trainers and Teachers Training,

Philippines : National Bookl Store. Inc Satori, D. 1989. Pengembangan Model Supervisi

Sekolah Dasar (Penelitian Terhadap Efekti-vitas Sistem Pelayanan/Bantuan Profesional Bagi Guru- Guru SD di Cianjur Jawa Barat,

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalis tindakan pajak agresif sebelum dan sesudah reformasi pajak serta menganalisis karakteristik corporate governace terhadap

Sulistyo Mulyo Agustin, Sp.PK JUM'AT biotek 17 HENIK TRI RAHAYU Hubungan Pengetahuan Dengan Kesadaran Pasien.. Diabetes Tipe 2 Terhadap Konsumsi Makanan Dan Minuman Yang

Maka karenanya apabila dalam suatu akta otentik yang dibuat di- hadapan seorang nataris tercantum bahwa pada suatu hari tertentu si A. telah menghadap di muka

Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik akad rahn pada pembiayaan rohn ma’al ijaroh di KSPPS MUI Cabang Krembangan Surabaya yang diberikan kepada nasabah yakni dalam

Hal ini menunjukan dan membuktikan bahwa penggunaan media visual cukup efektif dalam proses pembelajaran di kelas untuk meningkatkan daya nalar siswa, kreatifitas,

Memberikan usulan berupa instruksi kerja terhadap ukuran panjang produk work in process yang harus diperhatikan oleh operator dalam menghasilkan panjang damper yang sesuai

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT serta junjungan dan panutan kita nabi Muhammad SAW atas karunia dan hidayah yang diberikan, sehingga penulis

Berkenaan dengan itu, perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-undang Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Barat,