• Tidak ada hasil yang ditemukan

oleh: Fred. B.G. Tumbuan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "oleh: Fred. B.G. Tumbuan."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

123

BEBERAPA CATATAN MENGENAI KEKUATAN PEMBUKTlAN AKTA OTENTIK

oleh: Fred. B.G. Tumbuan.

Kekuatan pembuktian akta otehtik merupakan akibat langsung dari adanya beberapa ketentuan dalam perundang·undangan kita yang mene· tapkan bahwa untuk perbuatan hukum tertentu diwajibkan akta otektik sebagai alat pembuktiannya. Misalnya saja ps. 38 K.U.H. Dagang yang menentukan bahwa sah atau tidaknya berdirinya suatu perseroan terbatas hanya dapat dibuktikan dengan akta otektik. Selanjutnya dalam Hukum Acara Perdata terdapat ps. 157 H.l.R. yang menentukan bahwa kuasa dengan mana seseorang dikuasakan, dalam keadaan istimewa dap. dengan seizin hakim, untuk mengucapkan sumpah, baik yang ctiperintahkan oleh hakim (sumpall suppletoir dan taxatoir) maupun sumpah yang diminta atau dikembalikan oleh satu pihak kepada pillak lain (sumpall decisoir), hanya boleh diberikan dengan akta otektik yang dengan seksama dan terperinci menyebutkan sumpah yang diucapkan itu: Dalam K.U.H. Per· data juga kita jumpai beberapa pasal yang mengharuskan dibuatnya akta otentik untuk perbuatan hukum tertentu, seperti misalnya ps. 147 ten· tang perjanjian perkawinan, ps. 938 tentang apenbaar testament, ps. 1171 yang antara lain mengatur tentang pemberian kuasa untuk memasang hipotik.

Dalam karangan ini penulis bermaksud untuk membahas apa sebe· tulnya yang diartikan dengan kekuatan pembuktian akta otentik. Ter· istimewa dengan adanya ketentuan dalam ps. 1870 K.U.H. Perdata, yang pada hakekatnya sam a isinya dengan ps. 165 H.l.R. dan ps. 285 R. Bg., yang menentukan bah,,!a akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian sempurna bagi para pihak yang disebut dalam akta beserta para ahliwaris dan para penerima hak dari mereka.

Adapun mengenai kekuatan pembuktian akta otentik dikenal3 (tiga) macam kekuatan pembuktian, yaitu: I. kekuatan pembuktian lahiriah; 2. kekuatan pembuktian formil; dan 3. kekuatan pembuktian materiil.

(2)

124 MAJA LAH FH UI 2. KEKUATAN PEMBUKTlAN LAHIRIAH (uitwendige bewijskracht).

Apa sebenaroya yang diartikan dengan kekuatan pembuktian la-hiriah? Yang dimaksudkan dengan kekuatan pembuktian lahiriah dari suatu akta otentik, adalah kemampuan dari akta itu untuk membuk-tikan dirinya sendiri sebagai otentik. Dalam bahasa Latin kenyataan ini diungkapkan sebagai berikut 'acta publica probant sese ipsa', maksud-oya suatu akta yang secara lahiriah menampilkan dirinya sebagai otentik, harus diterima sebagai otentik, terkeeuali terbukti sebaliknya. "Ziet een ter taJel gebracht stuk er uitwendig als een authentiek stuk uit en voldoet het Qan de vereisten, die voor ieder stuk soortelijk naar de aard die, stukken zijn geregeld, dan geldt het stuk als authentiek, totdat het tegen-deel zal zij" vastgesteld. Die bewijslast rust dus in deze geheel op hem, die de authenticiteit betwist".l

Kita ketahui bahwa suatu akta itu otentik adanya bilamana dibuat oleh atau dihadapan pegawai umum yang berwenang. Kesimpulan dari itu adalah ballWa tanda-tangan yang terdapat di bawah suatu akta otentik harus diterima sebagai tanda-tangan yang sesungguhnya berasal dari pegawai umum yang membuatnya. Dengan demikian beban pembuktian ada pada mereka yang menyanggahnya. Harus penulis akui bal,wa hal itu tidak ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Akan tetapi kesimpulan dimaksud harus kita terima, karena bila tidak, maka apa gunanya undang-undang itu sendiri memberikan tempat serta arti yang demikian istimewa kepada akta otentik, dengan mewajibkan dibuatnya akta otentik untuk perbuatan hukum tertentu. Selain itu juga tidak masuk akal kiranya, apabila setiap kali seseorang bermaksud menggunakan suatu akta otentik, maka harus terlebih dahulu ia buktikan kebenaran dari tanda-tangan pe gawai umum yang membuat akta yang bersangkutan.

Kekuatan pembuktian lahiriah dimaksud justru tidak terdapat pada akta yang dibuat di bawah tangan, demikian ps. 1875 K.U.H. Perdata. Dan di sinilall terletak perbedaan hakiki antara akta otentik dan akta yang dibuat di bawah tangan sebagai alat pcmbuktian tertulis. ''De authentieke acte mage door andere belangr'jke pUll ten als haar executoriale kracht, haar onmisbaarheid voor de geldigheid vall sOlllll1ige rechtshandeli-ngen, haar 'verkieslijkheid voar het verkeer in sommige gevallen, ... , als rechtsinstelling zich onderscheiden van de onderhandse, al deze fJU;nten raken het bewijsrecht niet. Ais bewijsmiddel is haar enige bijzonderheid haar uitwendige bewijskracht".2

Dapat -dikatakan pada umumnya ballwa para S3l'ja.na hukum mene-rima adanya kekuatan pembuktian laluriah dari akta otentik. Bahkan beberapa diantara mereka, yaitu Suijling, Eggens dan teristimewa Serel• tema mengajar dengan tegas bahwa "vermoeden van achtheid" dari akta otentik dinyatakan dalam pasal-pasal 148 (3) dan 150 Rv. dan pasal· pasal 1869 dan 1872 K.U.H. Perdata3

(3)

PEMBUKTIAN AKTA OTENTIK 125

Akhirnya perlu dicatat di sini bah",a kekuatan pembuktian lahiriah tersebut berlaku terhadap siapa saja. "'Onberwisr is in werenschap en prakrijk dar deze uitwendige bewijskrachr geldt voor en tegell elk en een ieder en dus geenzins beperkt is lot de paTti/en, die bij Lie inhoud de acte onmiddelijk betrokken zijn",4

3. KEKUATAN PEMBUKTlAN FORMIL.

Akta otentik mempunyai kckuatan pembuktian formil. !tu berarti bahwa yang tertulis di atas tanda-tangan pegawai umum yang membuat :akta yang bersangkutan, harus dianggap sebagai ditulis dalam bentuk (forma) itu. Siapa saja yang menyanggah hal itu, misalnya bahwa dalam teks akta diadakan perobahan sesudall penandatanganan, harus membuk-tikan hal itu.

Apa sebenaroya yang dibuktikan oleh akta otentik secara formi!? "Door haar zgn_ formele bewijskracht doet de authentieke akte vaststaan, dat de ambtenaar in het geschrift heeft verklaard, zoals daarin staat vermeld en bovendien de waarheid van datgene, waf door de ambtenaar

·in de akte is gerelateerd als door hem in zijn ambtsfullctie verricht of

W{J(lrgenomen ", S

Dalam arti formil akta otentik membuktikan kebenaran tanggal dari akta, identitas dari para yang hadir (comparanten) dan para saksi, tanda

-tangan yang terdapat dalam akta dimaksud, dan juga tempat di mana akta itu dibuat. Akan tetapi hendaknya diperhatikan bahwa "'de bewijs -kracht strekt zich uiteraard niet uit tot wat de notaris -niet kan

waarne-mell of beoardelen. Het gelie[koosde, oak in de Nederlandse rechtspraak voorkonzend voorbeeJd daarvan is de verklaring van de notaris in een testament, dat iemond voor hem is verschenen gezond van zinnen. Even -min zullen bepaalde hoedanigheden, die de verschijnende personen hebben opgegeven voor de notaris, door de aefe vaststaan, zo b. v. de recht~

matigheid van bijgevoegde academische of ade/ijke tite/s. Dit alles spreekt vanzelf".6

Selanjutnya dalam hal akta partai (partij-akte), akta yang bersang-kutan secara formil membuktikan bahwa para pihak benar telah menerang

-kan apa yang termuat dalam akta dirnaksud. Misalnya dalam hal perjan-jian sewa-menyewa yang dibuat dihadapanseorang notaris, akta itu secara farmil membuktikan bahwa para pihak betul telah menerangkan kepada notaris bahwa mereka mengadakan perjanjian sewa-menyewa ten tang se

-buah persil, dengan harga sewa dan dengan perjanjian-perjanjian sebagai-mana dirnuat dalam akta yang bersangkutan_ Adapun mengenai kebenaran isi daripada keterangan yang mereka berikan, hal itu menyangkut kebe-naran materiil dari akta otentik yang akan dibahas dalam bagian ke-4 di bawail ini.

(4)

126 MAJALAH FH Ul Seperti halnya kekuatan pembuktian lahiriah, kekuatan pembuktian forini! akta otentik berlaku terhadap siapa saja. "Deze algemeen aangeno· men 'formele bewijskracht', of hoe men haar dan noemell wil, is een verplicht-volledige; zij geldt tegenover iedereen en steunt, wat de

autilen-ticke akte betreft, op de betrouwbaarheid van de ambtenaar, ter-.vijl een

argument ten haren gunste kan worden ontleend aan art. 1917 B. W. (!,s.

1880 K.u.lf. Perdata), waaruit immers voigt, dat de juistheid van de door de ambtenaar aall de authentieke akte gegevell dagtekening door de akte wordt bewezen, zelfs tegen derden". 7

Dengan demikian akta otentik secara formil membuktikan kepada siapa saja bahwa pegawai umum yang bersangkutan, dan para pillak dalam hal suatu akta partai, telah menerangkan perillal apa yang tercantum/ tertulis di atas tanda·tangan mereka dalam akta itu.

4. KEKUATAN PEMBUKTlAN MATERIIL.

Dahulu diajarkan bahwa akta otentik hanya membuktikan bahwa para pillak betul telah menghadap di muka pegawai umum (notaris) pad a hari dan tanggal sebagaimana disebut dalam akta itu, dan bal,wa mereka sudah menerangkan perihal apa yang dituliskan dalam akta di -maksud. Dengan lain perkataan akta otentik hanya membuktikan kebe-naran perillal telall dibuatnya keterangan-keterangan oleh para pihak se-bagaimana tercantum dalanl akta yang bersangkutan, akan telapi akta otentik ilu tidak membuktikan kebenaran dari isi keterangan-keterangaf;

dimaksud. Ajaran semacam itu yang dinamakan "de leer van de [outer formele bewijskracht" sudah lama ditinggalkan. Para sarjana hukum se-karang mengajar bahwa akta otenlik, selain membuktikan bal,wa para pihak benar telall menerangkan perillal apa yang tertulis di dalamnya, juga membuktikan bal,wa apa yang diterangkan itu adalah benar.'

Kenyataan terakhir inilah yang dinamakan 'kekuatan pembuktian materiil'. "Niet slechts het simpele feit dat verklaard werd, bewijst de akte, doch

oak de inhoud van het verklaarde wordt als waar, als bewezen aangeno

-men, tegenover hem, die de akte als bewijsstuk tegen zich, als preuve preconstituee,.in het leven riep; deze akte heeft materiele bewijskracht". 9

Kekuatan pembuktian inilah yang dimaksudkan oleh undang-undang sebagaimana disebutkan dalarn pasal-pasal 1870, 1871 dan 1875 K.U.H. Perdata, yaitu bahwa antara para pihak beserta para ahliwarisnya dan orang·orang yang memperoleh hak dari mereka suatu akta otentik meru-pakan bukti yang sempurna ten tang apa yang dimuat di dalarnnya, de-ngan pengecualian dari apa yang termuat di dalamnya sebagai suatu penuturan belaka dan yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan apa yang menjadi pokok dari akta itu.

(5)

PEMBUKTlAN AKTA OTEN ilK 127

Maka karenanya apabila dalam suatu akta otentik yang dibuat di-hadapan seorang nataris tercantum bahwa pada suatu hari tertentu si A. dan si B. telah menghadap di muka notaris, dan menerangkan bahwa mereka telah mengadakan perjanjian sewa4menyewa mengenai sebuah persil tertentu dengan harga sewa dan untuk jangka waktu tertentu, maka haruslah diterima sebagai benar, tidak saja bahwa mereka itu telah mene-rangkan ten tang terjadinya sewa·menyewa itu, melainkan juga bahwa per -janjian &ewa-menyewa dimaksud benar telah terjadi sebagaimana mereka terangkan dan tertulis dalam akta itu. Jadi rumah si A. benar telah disewa-kan kepada si B. dengan harga sewa dan untuk jangka waktu sebagaimana tertutis dalam akta sewa menyewa tersebu!.

Dalam berbagai arresten kekuatan pembuktian materill terse but dari akta otentik diakui seeara tegas oleh Hoge Raad. "Voorts besliste de H.R. bij zijn an'est van 19 Dec. 1921 (N.J. 1922, 272; W. 10862) in een valsheidprocedure (slrafproces), dat een notariele akte van /coop en verkoop dient 0111 te beqijzen en inderdaad oak bewijst, krachtens art. 1907 B. W. (ps. 1870 K.u.H. Perdata) niet aileen, dat partijen zekere

verklaringen hieromtrent voor de notaris hebben afgelegd, maar evenzeer dat de partijell om trent de in de akte opgenomen overeenkomst het eens zijn ge:lvorden, die overeenkomst dus gesloten hebben, zodat de akte ook strek! om de koopprijs en dus oak de waarheid der daaromtrent gedane opgave te bewijzen. In een soortgelijke procedure besliste de H.R. bij arrest van 26 November 1934 (N.J. 1934, 1608; W. 12839), dat de in een akte van oprichtil!g ener N. V. voorkomende opgave van hetgeen in contanten werd gestort, ongetwijfeld betreft een feit, t;n aanzien waar-van de akte volledige bewijskracht bezit, ten aanzien waarvan de akte gezegd kan worden bestemd te ziin om van de waarheid van dat feit te doel! blijken". 10

Bila kita perhatikan d_engan seksanla uraian di ata>, 1o\<1l{a jelaslah bahwa kekuatan pembuktian materiil yang dibahas sampai sekarang ada-lah kekuatan pembuktian materiil dari akta partai. Dan memang demi-kianlah halnya. Dengan pengeeualian akta Catatan Sipil, kekuatan pem-buktian materiil hanya terdapat dalam akta paLIai, karena merupakan kekuatan pembuktian materii! dari keterangan para 'pihak, yaitu kekuatan pembuktian materill daTi kcterangan yang diberikan oleh 'para piliak kepa-da pegawai umum (notari.) kepa-dan yang oleh pegawai umum itu ditulis dalanl akta partai yang bersangkutan. Dan itulah . kekuatan pembuktian

,

yang seeara tegas dlmaksudkan oleh ps. 1870 K.U.H. Perdata.

Sebenamya kenyataan itu tidak mengherankan, bila kita perhatikan bahwa maksud para pihak pada waktu mereka minta dihuatkan suatu akta oleh pegawai umum -"adalall_

Jurtru

agar dilahirkannya suatu a1at pembuktian, yang dengan jelas akan menetapkan <:~rt~ mel11hllvtilran

(6)

128 MAJALAH FHUI

hal-hal yang telah mereka terangkan kepada pegawai umum itu. Dengan demikian kekuatan pembuktian materiiJ dari akta partai. yang diakui oleh ps. 1870 K.U.H. Perdata, bersandar pada pernyataan kehendak (wils-verklaring) para pihak itu sendiri. Karenanya apa yang selanjutnya diten-tukan dalam ps. 1870 K.U.H. Perdata, yaitu bahwa kekuatan pembui<tian materill itu hanya berlaku terhadap para pihak beserta para ahliwaris dan orang-orang yang mendapat hak dari mereka memang tepat sekali. Dengan

lain perkataan, kekuatan pembuktian materiiJ akta partai tidak mengikat

pihak ketiga yang tidak berkepentingan dalam akta. Mengapa demikian halnYii? Karena pihak ketiga yang tidak berkepentingan dalam akta partai tidak dapat dan tidak wajar dtikat oleh kehendak para pihak tadi. Di sini kita melil,.t bahwa azas yang diterapkan dalam ps. 1870 K.U.H. Perdata oleh pembuat undang-undang adalah sama dengan apa yang kita jumpai dalam ps. 1316 dan 1340 K.U.H. Perdata.

Bagaimana sikap seorang hakim bila sebuall akta partai diajukan sebagai barang bukti dalam suatu perkara perdata? "Door de akte geldt

dus de inhoud der daarin vervatte verklaringen voor waar, staat die in-·

houd als met de werkelijkheid strokend vast, wordt hij verplicht-vol/edig

bewezen tussen partijen en rechtverkrijgenden, met dien verstande: 1. dat

d? akte, als zij ten processe lVordt overgelegd, voldoende is en dat de

rechter daamaast geen meerder bewijs mag vorderen en 2. dat tegenbelVijs

steeds is toegelaten met de gewone middelen, die de wet daarvoor

toege-laten aanlVijst".l 1 Sedang terhadap pillak ketiga, hakim dalam hal itu

bebas. Ia boleh menerima kebenaran dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam akta dimaksud, akan tetapi ia tidak wajib untuk mene-rimanya. "Lettende op het feit, ... , sluiten wij ons geheel aan bij de

me-ning van KOKSMA, die wij ... aldus formuleren, dat ons positief recht de

rechter geheel vrij Ioat in de beoordeling der bewijskrachi tegenover

der-den, vuar zover deze niet als rechtverkrijgenden zijn Ie beschouwen". t 2

Sehubungan dengan kutipan terakhir tadi, maka siapakah yang dimak-sudkan dengan para penerima hak itu· (rechtverkrijgenden)? Mereka itu bukan saja para penerima hak berdasarkan titel umum (rechtverkrijgenden onder algemene titel), melainkan juga pani penerima hak berdasarkan titeI khusus (rechtverkrijgenden onder bijzondere titel).

Di atas dikatakan bahwa kekuaUm pembuktian materill hanya ter: dapat pada akta partai. Bagaimana kemudian dengan ak!a kepegawaian?

"Nu val/en al nanstonds de ambtelijke act,m, .. :, uit ons betoog weg.

Bij al deze acten is van materiele bewijskracht geen sprake. Zij hebben

naoit verder strekking, dan om de waarheid te bevestigen van wat de·

ambtenaar lWarnam en verrichtte. Heeft de ambtenaar verklaringen van

personen gehoord (b.v. bij het wissel-protest), dan is de hoogste betekenis,

(7)

~EMBUKTIAN AKTA OTENTIK 129

Nooit ecluer geldt tegenover zulke person en de inhoud· van het ver·

klaarde als reitelijk waar".13 Mengapa demikian halnya? Karena:. akta

kepegawaian semata·mata bertujuan untuk membuktikan periha! apa yang

dilihat dan didengar (waargenomen) atau diperbuat oleh pegawai umum

yang membuat akla itu. MaI<a kendatipun akta kepegawaian dapat memuat

keterangan·keterangan dari orang·orang yang disebut dalam akta itu, akan

tetapi akta serupa itu bukanlah bertujuan unluk membuktikan kebenaran

dad keterangan·keterangan yang mereka berikan (kebenaran materiil), me·

lainkan untuk membuktikan ballWa mereka itu benar telah memberikan

keterangan·keterangan dimaksud. Sifat khas tersebut daTi akta kepega·

waian jelas terlihat dalam berita acara juru sita dan berita acara penarikan

undian yang dibuat oleh seorang notaris.

Akan tetapi perlu dieatat di sini bahwa kendatipun apa yang diuraikan

di atas ten tang akta kepegawaian, terdapat satu maeam akta kepegawaian

yang toh mempunyai kekuatan pembuktian materiil, yaitu akta Cata:t~n

Sipi!. "Zoals boven reeds terloops werd' opgemerkt nemen aclen van de

Burgerlijke Stand in dit opzicht een bijzondere plaats in door de arzon·

derlijke regeling in art 24 B. W. Door die acte staan niet slechts de verk·

laringen van aangever en getuigen omtrellt de geboorte van een kind

vaSI, maar behoudens tegenbewijs, ook de geboorte zel! ... Dit is dus e~n voorbeeld van eell amblelijke authentieke acte mel maleriele bewijskracht;

de slrekking van het stuk brengt dat mee. Ware het anders, de registers

van de Burgerlijke Stand zouden vrijwel waardeloos zijn". 14 Bahkan, dan.

di sinilah terletak keistimewaannya yang lain, akta Catatan Sipil memiliki

kekuatan pembuktian materiil terhadap siapa pun saja, termasuk pihak

ketiga. Dengan demikian akta Catatan Sipil merupakan pengecuaJian

lerhadap akta kepegawaian lainnya yang tidak mempunyai kekuatan pem·

buktian materiil, dan disamping itu akta Catatan Sipi! juga merupakari.

pengecualiallterhadap akta partai yang kekUaian pembuklian materiilpya tidak mengikat pihak ketiga.

Sebagai penutup karangan ini penolis ingin kemukakan di sin; b'ahwa ketiga macam kekuatan pembuktian tersebut, yaitu kekuatan pembuktian

lahiriah dan kekuatan pembuktian formi! yang sekalipun tidak dise.but

dalam undang·undang namun merupakan kelanjutan dad sifal akta <lten.

tik itu sendiri, maupun kekuatan pembuktian materiil yang Stcara tegas

disebut dalam ps. 1870 K.U.H.Perdata, ketiga·tiganya merupakan1j[ekuatan

pembuktian sempurna atau mengikat. Dengan lain perkataan pemjJuktia" sebaliknya (tegenbewijs) senahtiasa dimungkinkan dengan alat·al>! pem·

buktian· biasa yang diperbolehkan' untuk itu menurut undang·undang.

De·

ngan deinikian akta otentik tidak pernah mempunyai kekuatan pembuktian

mutlak (beslissende bewijskracht), yaitu kekuatan pembuktian yang \idak

memungkinkan diajukannya pembuktian sebaliknya.

(8)

130 MAJALAH FH UI

Catatan kaki:

I Mr. C. Asser, HOlldleiding tot de beoe/ellinf( van het Nederlands Burxeriljk

Recht. vijfde decl - Van Bcwijs, bewerkt door Prof. Mr. A. Anema met

mede-werkin~ van Mr. P.J. Vcrdam, vijfde druk, N.V. Uitgcvers-Maatschappij, W.E.J. Tjcenk Willink, Zwolle, 1953, h. 145.

2 Ibid.

3 J.e.H. Mclis, De NOlariswet, derde druk, N.V. Uitgevers-Maatschappij, W.E.1. Tjecnk Willink, Zwolle, 1951, h. 80-81.

4 Mr. C. Asser, op. cit., h. 145. 5 l.CH. Mclis, op. cit., h. 86. 6 Mr. C. Asser, op. cit., h. 148.

7 J.e.H. Melis, op. cit., h. 87-88.

8 Prof. R. Subekti S.H. Hukum Pembuktian, cetakan kc-2, Pradnja Paramita,

Jakarta, 1969, h. 2S.

9 1.C.H. Metis, op. cit., h. 90. ID Ibid., h. 9l.

II Ibid.,h. 91-92.

12 Mr. C. Asser. op. cit., h. 157. 13 Ibid., h. ISO.

14 Ibid., h.ISl. I

Majalah ini dapat diperoleh di-Kota= lain

di Indonesia:

Toko Buku TRIMORA II. Supratman 31 BANDA ACEH. Tnk<:>

Buku DELI n. A. Yani 48 MEDAN. Toko Buku PANCARAN

ILMU II. Hiligoo 26. PADANG. Yavasan Perpustakaan Islam II. Prof. M. Yamin 116 PEKANBARU. M.A. Alwirais II. lend. Sudirman 580 PALEMBANG. C.V. Mauli II. Mahakam

No. 11 Pahoman TANIUNG KARANG. "Abdullah Fatah

Agency" JI. Ir. H. luanda BOGOR. Toko Buku PT Fili. II.

Merdeka 7 BOGOR. "Budy Sari Bookstore" Jl. Tamblong 62

BANDUNG. Toko Buku "Murni Baru" II. A. Yani 38

BAN-DUNG. Toko Buku PT Pemb:mbing Masa II. Naripan 105 BANDL'NG. Toko Buku "Sang~ar Jasa" JI. Sukaji 160 BAN·

DUNG .. Toko Buku MERBABU II. Pandanaran 108

SEMA-RANG Toko Buku PT. "Sari Agung" J1. Tunjungan 5

SURABA-Y A. Hanali M Sadar II. Basuki Rahmat V /393 MALANG. Toko

Buku Fa. SUMBl:.J<. ILMLI J I. wr. Supratman 2A JEMBEK

Toka Buku "Gunung Agung" J1. Sulawesi 109 DENPASAR.

Agon Buku dan Majalah Dirman Toha Kr. Taruna Gang H!

MATARAM. Toko Buku "Cempaka Wangi" II. Siliwangi 30.1

KUPANG. Penvalur Harian & Majalah B. Gosal JI. Mesjicl

Raya 8 PALU. Toko Buku "KITA" Jl. Cokla! AMBON. Toko

Buku Bhakti Baru J1. A. Yani 15 UJUNG PAN DANG. Toko

Buku A. TERANG II. Mesdjid Raya 123. SAMARINDA.

Toko Buku "VIOLETA" II. Seroja III No. 242 PONTIANAK. ,

Referensi

Dokumen terkait

Namun dari beberapa pemilihan kata dan penyusunan kalimat ini, peneliti melihat bahwa perempuan masih menjadi sosok yang sering diposisikan sekaligus sebagai objek,

Sebagai tindak lanjut dari kebijakan APBN diatas, tantangan fiskal pemerintah pusat selanjutnya sebagaimana disampaikan oleh ibu Menteri Keuangan adalah harus mampu

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dan telah diketahui hasil serta pembahasannya, maka peneliti dapat menarik kesimpulan

Hasil pengamatan morfologi buah matang, menunjukan bahwa buahklon Panter, Irian, Hibrida, ICS 60, Sulawesi 1 (S1) dan M01 memiliki fenotip yang

Setelah dilakukan perancangan dan simulasi dapat ditarik kesimpulan bahwa pada pengukuran pengaruh HTL dan ETL terhadap struktur blue OLED menggunakan BFE sebagai

:ari pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam yang dilakukan terhadap enaah tersebut sangat mendukung bah$a kematiannya disebabkan oleh tenggelam&#34; Hni diperkuat lagi

berkaitan dengan puisi. 3) Siswa dan guru berdiskusi tentang teknik mind mapping tersebut. 4) Siswa dan guru membuat mind mapping dari kata “laut”. 5) Siswa dan guru membuat puisi

Dengan ini peneliti selaku penulis menyatakan bahwa dalam penulisan tesis ini tidak terdapat karya sama yang pernah diajukan untuk memperoleh gelas kesarjanaan di