• Tidak ada hasil yang ditemukan

Halaman ini sengaja dikosongkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Halaman ini sengaja dikosongkan"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

i

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Kuasa, atas rahmat dan karunia-Nya, Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi DKI Jakarta telah menyusun Kajian Fiskal Regional (KFR) Provinsi DKI Jakarta Tahun 2020. KFR Provinsi DKI Jakarta Tahun 2020 diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pemangku kepentingan fiskal regional DKI Jakarta.

Penyusunan KFR ini tentunya tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung proses penyusunan kajian ini, antara lain Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, Bank Indonesia Perwakilan Provinsi DKI Jakarta dan instansi vertikal Kementerian Keuangan yaitu Kanwil Direktorat Jenderal Bea Cukai dan Kanwil Direktorat Jenderal Pajak lingkup Provinsi DKI Jakarta, serta pihak lainnya yang telah berkontribusi dalam penyediaan data.

KFR disusun dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi Kanwil Ditjen Perbendaharaan sebagai pengelola fiskal di daerah. KFR merupakan bagian dari aktivitas monitoring dan evaluasi berupa telaah ekonomi makro dan pelaksanaan anggaran regional yang mengkaji keterkaitan antara kebijakan fiskal dengan pencapaian outcome yang terwujud dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Hasil kajian dalam KFR ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan informasi yang strategis serta dapat digunakan sebagai referensi para pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan kebijakan fiskal, baik secara nasional maupun regional khususnya kepada mitra kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi DKI Jakarta.

Namun demikian, kami menyadari bahwa penyusunan KFR ini masih jauh dari sempurna. Tentunya masih terdapat kekurangan serta keterbatasan dalam analisis. Oleh karena itu kami mengharapkan masukan, kritik dan saran dari para pembaca untuk perbaikan kajian fiskal regional di masa yang akan datang.

Akhir kata, semoga KFR Provinsi DKI Jakarta Tahun 2020 ini dapat bermanfaat untuk para pembaca dan pemangku kepentingan.

Jakarta, 26 Februari 2021

(4)

ii

Ringkasan Eksekutif

Kondisi Daerah (ekonomi, sosial, wilayah), Sasaran Pembangunan dan Tantangan yang dihadapi Daerah

Provinsi DKI Jakarta memiliki peran strategis sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan sebagai Pusat Pemerintahan yang memiliki kekhususan tugas, hak, kewajiban, dan tanggung jawab tertentu dan sebagai tempat kedudukan perwakilan negara asing, serta pusat/perwakilan lembaga internasional. Dengan perannya tersebut, pembangunan di wilayah DKI Jakarta memiliki tantangan dan permasalahan yang lebih kompleks dibandingkan dengan daerah lainnya, diantaranya adalah masalah urbanisasi, keamanan, kemacetan, transportasi, lingkungan, pengelolaan kawasan khusus, dan masalah sosial kemasyarakatan lainnya yang tentunya memerlukan pembiayaan secara terpadu antara pusat dan daerah.

Secara geografis, Provinsi DKI Jakarta didominasi lautan yang memiliki luas 6.977,5 km2 dan total luas wilayah daratan 664.01 km2 terbagi menjadi lima wilayah Kota administrasi dan satu Kabupaten administratif. Dengan kondisi geografis didominasi oleh lautan, Provinsi DKI Jakarta memiliki peluang sumber daya kelautan, perikanan, dan mineral sekaligus potensi pariwisata yang bisa dikembangkan sebagai potensi ekonomi wilayah.

Kondisi perekonomian global di tahun 2020 akibat adanya pandemi COVID-19 mempengaruhi perekonomian Indonesia, dan khususnya perekonomian DKI Jakarta. Kondisi masyarakat di wilayah DKI Jakarta terkait kasus COVID-19 tercatat terus mengalami peningkatan tajam dari awal Mei 2020 sampai dengan akhir Desember 2020. Hal ini menjadi tantangan bagi pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah agar dampak pandemi terhadap perekonomian dapat segera diatasi.

Kebijakan di sektor kesehatan sebagai upaya pencegahan penyebaran virus COVID-19 yang dilakukan oleh pemerintah DKI Jakarta salah satunya berupa Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diberlakukan sejak bulan Maret 2020 hingga akhir Desember 2020. PSBB pada awalnya telah membuat berbagai aktivitas ekonomi di Jakarta semakin merosot tercermin dari terkontraksinya angka laju pertumbuhan dari triwulan I 2020 ke triwulan II 2020 hingga minus 11,49 (q-to-q). Kebijakan ekonomi terkait fiskal telah diambil baik oleh pemerintah pusat maupun Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam mengatasi dampak dari COVID-19 terhadap perekonomian di wilayah Jakarta. Presiden Republik Indonesia, dalam Inpres No.4/2020, menginstruksikan seluruh Menteri/Pimpinan/Gubernur/Bupati/Walikota mempercepat refocusing kegiatan, realokasi anggaran dan pengadaan barang jasa

(5)

iii penanganan COVID-19. Pemerintah juga meluncurkan program Pemulihan Ekonomi

Nasional (PEN) dalam PP Nomor 23 tahun 2020 sebagai upaya untuk menggerakkan perekonomian, melindungi, mempertahankan, dan meningkatkan kemampuan ekonomi pelaku usaha baik di sektor riil maupun sektor keuangan, termasuk kelompok usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Pada triwulan III 2020, upaya pemerintah tersebut mulai menunjukkan hasil dimana laju pertumbuhan ekonomi naik positif 8,41% dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q), kemudian di triwulan IV, meskipun sedikit lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya, perekonomian masih tumbuh di angka positif 2,54% (q-to-q).

Perkembangan Indikator Ekonomi Makro dan Kesejahteraan

Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Jakarta selama tahun 2020 terkontraksi sebesar minus 2,36% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Tren laju pertumbuhan ekonomi dari tahun 2010 sampai dengan 2020 menunjukkan tren penurunan dan pada tahun 2020 merupakan pertumbuhan terendah dalam 10 tahun terakhir.

Lapangan usaha yang paling terkena dampak pandemi COVID-19 yaitu Jasa Akomodasi dan Makan Minum yang mengalami kontraksi terdalam yaitu -16,21%. Hal ini dipengaruhi oleh menurunnya hunian hotel dan restoran yang disebabkan pembatasan aktivitas karena kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Lapangan usaha yang mengalami kontraksi terdalam berikutnya yaitu listrik dan gas yang terkontraksi -10,96% disebabkan oleh pengurangan aktivitas pada perkantoran, pusat perbelanjaan, dan hotel. Jika dilihat berdasarkan komponen pengeluaran, Konsumsi Pemerintah menjadi satu-satunya komponen yang tumbuh positif pada tahun 2020 yaitu sebesar 14,21%. Tumbuhnya komponen ini disebabkan adanya pencairan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Tingkat inflasi tahun 2020 berada pada level yang relatif lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 1,68% (yoy). Rendahnya inflasi tahun 2020 tersebut terutama dipengaruhi oleh melemahnya permintaan domestik akibat pandemi COVID-19. Naiknya angka inflasi yang terjadi pada bulan November dan Desember 2020 menunjukkan adanya perbaikan tingkat permintaan dan konsumsi yang berpengaruh positif pada perekonomian domestik.

Nilai IPM DKI Jakarta pada tahun 2020 tercapai sebesar 80,77 dan masih bertahan menduduki peringkat satu dalam 10 tahun terakhir apabila dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia. Capaian IPM DKI Jakarta apabila dilihat per Kabupaten/Kota tidaklah merata, nilai IPM Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu masih jauh bila dibandingkan Kota Administratif lain di DKI Jakarta sebagaimana terlihat pada tabel 2.2. Hal ini menunjukkan masih diperlukannya prioritas pembangunan pada Kepulauan Seribu.

(6)

iv 496,84 ribu orang. Jumlah tersebut setara dengan 4,69% dari total penduduk di ibukota atau

naik 3,53% dibandingkan kondisi Maret 2020. Selain jumlah penduduk miskin yang meningkat, tingkat ketimpangan di DKI Jakarta juga meningkat. Rasio Gini naik dari 0,391 pada September 2019 menjadi 0,399 pada Maret 2020 dan pada bulan September 2020 menjadi 0,40. Kontribusi pengeluaran penduduk kelompok 40% terendah berkurang sedangkan kontribusi pengeluaran kelompok 20% teratas meningkat.

Jumlah pengangguran di DKI Jakarta periode Agustus 2020 sebanyak 572.780 orang dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) sebesar 10,95%. Selama masa pandemi, sektor formal kehilangan 453.295 pekerja tetapi hanya 259.597 pekerja mampu diserap oleh sektor informal, dan sebanyak 193.698 orang kehilangan pekerjaan. Dampak dari pandemi bukan hanya terjadi pengurangan tenaga kerja, namun juga pengurangan jam kerja yang dirasakan oleh sebanyak 1,6 juta pekerja.

Pada triwulan 1 tahun 2020, nilai tukar petani (NTP) mencapai nilai di atas 100 yang artinya para petani di DKI Jakarta telah mencapai surplus, namun triwulan 2 sampai dengan 4 menurun di bawah nilai 100. Nilai tukar nelayan (NTN) untuk DKI Jakarta dalam 2 tahun terakhir mencapai nilai di bawah 100, yang artinya berarti nelayan mengalami defisit. Kenaikan harga produksi relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang konsumsinya, pendapatan nelayan turun, lebih kecil dari pengeluarannya.

Perkembangan dan Pengaruh Fiskal di Daerah (APBN dan APBD) – Program dan Output Strategis di Daerah

Postur dan rincian APBN Tahun 2020 mengalami dua kali perubahan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54/2020 dan Peraturan Presiden Nomor 72/2020. Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah DKI Jakarta tahun 2020 tercatat sebesar Rp985,72 triliun. Angka tersebut turun dibandingkan dengan realisasi dua tahun sebelumnya yakni -17,86% dari tahun 2019, dan -30,75% dari tahun 2018.

Sampai dengan akhir tahun 2020 realisasi belanja negara tersebut mencapai Rp2.043,89 triliun (94,4% dari pagu) meningkat 16,34% dari tahun 2019 dan 20,58% dari tahun 2018. Jika disandingkan dengan realisasi belanja Nasional, realisasi belanja DKI Jakarta tersebut mempunyai porsi sebesar 78,92% dari total realisasi Belanja Negara secara Nasional. Dengan meningkatnya realisasi belanja negara tahun 2020 yang tidak dibarengi dengan peningkatan pendapatan negara, namun justru berkurang dari tahun sebelumnya maka APBN DKI Jakarta tahun 2020 mengalami defisit sebesar 38,17% terhadap PDRB. Nilai defisit tersebut merupakan nilai terbesar dalam periode tiga tahun belakang dimana pada tahun 2018 dan 2019 juga mengalami defisit, namun tidak sedalam tahun 2020.

Pada APBD tahun 2020 juga terjadi perubahan baik pada target penerimaan maupun alokasi belanja pemerintah daerah yang semula Rp87,9 triliun menjadi Rp63,23. Perubahan APBD

(7)

v tahun 2020 ini, dalam rangka penggunaan penanganan pandemi COVID-19, khususnya di

sektor kesehatan, ekonomi, dan jaring pengaman sosial.

APBD Provinsi DKI Jakarta pada 2020 mengalami surplus sebesar Rp3,32 triliun atau sebesar 5,24% dari total APBD. Hal ini disebabkan oleh realisasi pendapatan yang mencapai Rp55,89 triliun atau 97,65% dari target, sedangkan realisasi belanja Rp52,57 triliun atau 89,18% dari pagu.

Rekomendasi Kebijakan

Kebijakan fiskal Provinsi DKI Jakarta perlu diarahkan untuk mendukung program mengatasi kemiskinan bersama Pemerintah Pusat dalam menghadapi tantangan mengatasi laju tingkat kemiskinan yang mengalami kenaikan di wilayah Provinsi DKI Jakarta.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta perlu lebih memprioritaskan pembangunan di Kepulauan Seribu khususnya dalam bidang kesehatan dan pendidikan baik dalam hal peningkatan sarana dan prasarana maupun penambahan jumlah tenaga kesehatan dan tenaga pendidik. Dari data lima tahun terakhir (2016-2020) IPM DKI Jakarta per Kabupaten/Kota belum merata dengan capaian Kepulauan Seribu terendah dibandingkan kota lain di DKI Jakarta. Demikian juga dengan angka kemiskinan tahun 2020 yang masih jauh lebih tinggi bila dibandingkan kota lain di DKI Jakarta.

Perlunya meningkatkan perhatian kepada produktifitas nelayan karena kondisi geografis Provinsi DKI Jakarta mayoritas berupa lautan sehingga memiliki peluang sumber daya kelautan, perikanan, dan mineral sekaligus potensi pariwisata yang bisa dikembangkan sebagai potensi ekonomi wilayah. Sementara nilai tukar nelayan (NTN) untuk DKI Jakarta dalam 2 tahun terakhir hanya mencapai nilai di bawah 100 atau di bawah standar.

Dalam rangka meningkatkan dan mengoptimalkan pendapatan negara, Pemerintah perlu melakukan berbagai strategi untuk menggali sumber-sumber penerimaan perpajakan yang potensial serta menciptakan inovasi penerimaan PNBP, antara lain metode layanan dalam pengumpulan penerimaan dan tarif.

Rasio SILPA pemerintah daerah Provinsi DKI Jakarta tahun 2020 adalah sebesar 9,09% yang artinya terdapat 9,09% proporsi belanja atau kegiatan yang tidak digunakan dengan efektif. Untuk itu pemerintah daerah harus lebih selektif dalam penyusunan perencanaan kedepannya agar tidak ada alokasi dana yang tidak tidak terserap sampai dengan akhir tahun. Dengan kontribusi konsumsi yang cukup signifikan dalam PDRB, maka anggaran yang mendorong konsumi perlu menjadi fokus. Dalam rangka meningkatkan kualitas ekonomi, Provinsi DKI Jakarta juga perlu mengalokasikan belanja modal yang nilainya material relatif terhadap jenis belanja lainnya.

Berdasarkan hasil analisis data PDRB tahun 2016-2020 disimpulkan bahwa sektor jasa dapat dijadikan sektor unggulan dan potensial di DKI Jakarta dimasa yang sulit seperti tahun 2020.

(8)

vi Dengan semakin terintegrasinya sektor jasa dan dunia digital, maka DKI Jakarta memerlukan

kebijakan ekonomi digital yang kompetitif. Proses digitalisasi sektor jasa perlu didorong, sehingga dapat lebih kompetitif dan bersaing dalam pasar nasional dan pasar global.

Program PEN sangat mendukung pemulihan ekonomi Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2020, untuk memaksimakan pemulihan ekonomi ditahun 2021 perlu adanya sinergi kebijakan fiskal Pemerintah Pusat (APBN) dan Pemerintah Daerah (APBD) untuk mengalokasikan dana program PEN secara khusus dengan target sasaran yang manfaatnya dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

(9)

vii

Daftar Isi

Contents

Kata Pengantar ... i

Ringkasan Eksekutif ...ii

Daftar Isi ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GRAFIK ... xiii

DAFTAR DIAGRAM ... xvi

BAB I: SASARAN PEMBANGUNAN DAN TANTANGAN DAERAH ... 1

1.1. PENDAHULUAN ... 1

1.2. TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH ... 2

1.2.1. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) ... 2

1.2.2. Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah ... 3

3.1. TANTANGAN DAERAH ... 3

3.2. Tantangan Ekonomi Daerah ... 3

3.3. Tantangan Sosial Kependudukan ... 6

3.4. Tantangan Geografis Wilayah ... 9

3.5. Tantangan Daerah Sebagai Dampak COVID-19 ... 10

BAB II: PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL ... 12

2.1. INDIKATOR EKONOMI MAKRO FUNDAMENTAL ... 12

2.1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 12

2.1.2 Suku Bunga ... 16

2.1.3 Inflasi ... 16

2.1.4 Nilai Tukar ... 17

2.2. INDIKATOR KESEJAHTERAAN ... 18

2.2.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ... 18

2.2.2. Tingkat Kemiskinan ... 18

2.2.3. Tingkat Ketimpangan (Rasio Gini) ... 19

2.2.4. Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran ... 20

2.2.5. Nilai Tukar Petani (NTP) ... 20

2.2.6. Nilai Tukar Nelayan (NTN) ... 21

2.3. EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN REGIONAL ... 21

BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT REGIONAL 23 3.1. APBN TINGKAT PROVINSI ... 23

3.2. PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL ... 25

(10)

viii

3.2.2. Penerimaan Negara Bukan Pajak ... 28

3.2.3. Penerimaan Hibah ... 31

3.3. BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL ... 32

3.4. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA ... 36

3.4.1. Dana Transfer Umum ... 39

3.4.2. Dana Transfer Khusus ... 40

3.4.3. Dana Desa ... 40

3.4.4. Dana Insentif Daerah, Otonomi Khusus, dan Keistimewaan ... 40

3.5. ANALISIS CASH FLOW APBN TINGKAT REGIONAL ... 41

3.5.1. Arus Kas Masuk (Penerimaan Negara) ... 41

3.5.2. Arus Kas Keluar (Belanja dan TKDD) ... 41

3.5.3. Surplus/Defisit ... 42

3.6. PENGELOLAAN BLU PUSAT... 42

3.7. PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT ... 43

3.7.1. Penerusan Pinjaman ... 43

3.7.2. Kredit Program ... 44

3.8. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB (MANDATORY SPENDING) DAN BELANJA INFRASTRUKTUR PUSAT DI DAERAH ... 45

3.8.1. Mandatory Spending di Daerah... 45

3.8.2. Belanja Sektor Pendidikan ... 45

3.8.3. Belanja Sektor Kesehatan ... 46

3.8.4. Belanja Infrastruktur ... 47

BAB IV PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD ... 48

4.1. APBD TINGKAT PROVINSI (KONSOLIDASI PEMDA) ... 48

4.2. PENDAPATAN DAERAH ... 50

4.2.1. Dana Transfer/Perimbangan ... 50

4.2.2. Pendapatan Asli Daerah (PAD)... 56

4.2.3. Pendapatan Lain-Lain ... 61

4.3. BELANJA DAERAH ... 62

4.3.1. Analisis Belanja Daerah Berdasarkan Klasifikasi Urusan ... 62

4.3.2. Analisis Belanja Daerah Berdasarkan Jenis Belanja ... 63

4.4. PERKEMBANGAN BLU DAERAH ... 66

4.4.1. Profil BLUD Provinsi DKI Jakarta ... 66

4.4.2. Perkembangan Pengelolaan Keuangan BLUD ... 67

4.5. SURPLUS/DEFISIT APBD ... 67

4.6. PEMBIAYAAN ... 68

4.7. ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH ... 69

4.7. ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH ... 72

4.7.1. Analisis Kapasitas Fiskal Daerah ... 72

(11)

ix

4.8.1. Belanja Daerah Sektor Pendidikan ... 72

4.8.2. Belanja Daerah Sektor Kesehatan ... 73

4.8.3. Belanja Infrastruktur Daerah ... 74

BAB V PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN ... 75

5.1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN KONSOLIDASIAN ... 75

5.2. PENDAPATAN KONSOLIDASIAN ... 76

5.3. BELANJA KONSOLIDASIAN ... 77

5.4. SURPLUS/DEFISIT KONSOLIDASIAN ... 78

5.5. ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL AGREGAT ... 78

BAB VI KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA TANTANGAN FISKAL REGIONAL ... 81

6.1. SEKTOR UNGGULAN DAERAH ... 85

6.1.1. Sektor Jasa Perusahaan ... 87

6.1.2. Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi ... 88

6.1.3. Sektor Informasi dan Komunikasi ... 89

6.2. SEKTOR POTENSIAL DAERAH ... 89

6.2.1. Sektor Real Estate ... 90

6.2.2. Sektor Pengadaan Listrik dan Gas ... 91

6.3. TANTANGAN FISKAL REGIONAL DALAM MENDORONG POTENSI EKONOMI DAERAH ... 94

6.3.1. Tantangan Fiskal Pemerintah Pusat ... 94

6.3.2. Tantangan Fiskal Pemerintah Daerah ... 99

6.3.3. Sinkronisasi Kebijakan Fiskal Pusat dan Daerah ... 101

BAB VII ANALISIS TEMATIK ... 103

7.1. PENDAHULUAN ... 103

7.2. PERKEMBANGAN COVID-19 DI WILAYAH DKI JAKARTA ... 103

7.3. DAMPAK COVID-19 TERHADAP PEREKONOMIAN DKI JAKARTA ... 104

7.4. KEBIJAKAN FISKAL PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ... 104

7.4.1. Kebijakan Perubahan APBD Pendapatan Daerah ... 105

7.4.2. Kebijakan Perubahan Belanja Daerah ... 106

7.5. PELAKSANAAN PROGRAM PEN DKI JAKARTA ... 107

7.5.1. Pagu dan Realisasi Program PEN DKI Jakarta ... 107

7.5.2. Penerima Manfaat Program PC-PEN DKI Jakarta ... 108

BAB VIII PENUTUP ... 110

8.1. KESIMPULAN ... 110

8.2. REKOMENDASI ... 113

DAFTAR PUSTAK Daftar Pustaka ... 48

(12)
(13)
(14)
(15)
(16)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Indikator PDRB DKI Jakarta Menurut Pengeluaran 2019-2020 4 Tabel 1.2 Tingkat Pengangguran dan Keadaan Angkatan Kerja DKI Jakarta

2019-2020

8

Tabel 2.1 Tabel 2.2

Indikator PDRB DKI Jakarta berdasarkan Lapangan Usaha IPM DKI Jakarta per Kabupaten/Kota dan Indonesia

14 18

Tabel 2.3 Indikator Perekonomian dan Kesejahteraan 21

Tabel 3.1 Pagu dan Realisasi APBN Lingkup Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018-2020

24

Tabel 3.2 Realisasi Komponen Penerimaan Perpajakan DKI Jakarta Tahun 2019-2020

26

Tabel 3.3 Rasio Perpajakan Pemerintah Pusat dan PDRB Tingkat Provinsi di Provinsi DKI Jakarta

26

Tabel 3.4 Realisasi dan Penerima Manfaat Insentif Perpajakan DKI Jakarta Tahun 2020

28

Tabel 3.5 Satker dengan Nilai Deviasi Target PNBP terhadap Realisasi PNBP Tertinggi Tahun 2020

29

Tabel 3.6 Rasio Populasi Penduduk terhadap Pendapatan Pemerintah Pusat Tahun 2018-2020

31

Tabel 3.7 Perbandingan Tren TKDD dengan Indikator Kesejahteraan DKI Jakarta Tahun 2016-2020

38

Tabel 3.8 Realisasi Penyaluran DBH ke Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018-2020

39

Tabel 3.9 Realisasi DAK Non Fisik ke Provinsi DKI Jakarta Tahun 2020 40 Tabel 3.10 Cashflow APBN DKI Jakarta Tahun 2018-2020 41 Tabel 3.11 Komposisi Alokasi Dana Satker BLU Tahun 2020 43 Tabel 3.12 Profil Penerusan Pinjaman Provinsi DKI Jakarta yang Belum Lunas 43 Tabel 3.13 Program Pemerintah Sektor Pendidikan Tahun 2020 46

(17)

xi Tabel 3.14 Program Pemerintah Sektor Kesehatan Tahun 2020 46

Tabel 3.15 Program Pemerintah Sektor Infrastruktur Tahun 2020 47 Tabel 4.1 Pagu dan Realisasi APBD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018-2020 49 Tabel 4.2 Jenis Pendapatan APBD Kab/Kota dan Provinsi DKI Jakarta 50

Tabel 4.3 Realisasi Pajak Daerah Tahun 2020 60

Tabel 4.4 Pagu dan Realisasi Belanja Daerah Per Urusan Tahun 2020 62 Tabel 4.5 Pagu dan Realisasi Belanja Daerah Per Jenis Belanja Tahun 2020 64 Tabel 4.6 Pagu dan Realisasi Belanja Daerah Per Jenis Belanja Tahun

2018-2020

66

Tabel 4.7 Rasio Surplus/Defisit Terhadap Pendapatan Tahun 2018-2020 67 Tabel 4.8 Rasio Surplus/Defisit Terhadap Realisasi Dana Transfer Tahun

2018-2020

68

Tabel 4.9 Rasio Surplus/Defisit Terhadap PDRB Tahun 2018-2020 68 Tabel 4.10 Perbandingan Pendapatan dan Belanja Provinsi DKI Jakarta dengan

Kawasan Tahun 2018-2020

70

Tabel 4.11 Kontribusi Belanja Modal dan Pendapatan Provinsi DKI Jakarta dengan Kawasan Tahun 2018-2020

70

Tabel 4.12 Rasio Belanja Modal dan Belanja Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan Kawasan Tahun 2018-2020

71 Tabel 4.13 Kapasitas Fiskal Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018-2020 72 Tabel 5.1 Realisasi Anggaran Konsolidasian Tahun 2018-2020 75 Tabel 5.2 Laporan Operasional Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah

Provinsi DKI Jakarta Periode s.d. 30 September 2020

79

Tabel 6.1 Nilai Location Quotient Sektoral Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018-2020

82

Tabel 6.2 Nilai Shift Share PDRB Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018-2020 83 Tabel 6.3 Hasil Olah Tabel Input Output Kanwil Ditjen Perbendaharaan

Provinsi DKI Jakarta

85

Tabel 6.4 Jumlah Perusahaan, Tenaga Kerja, Investasi, dan Nilai Produksi pada Industri Besar dan Sedang Menurut Kabupaten/Kota Provinsi DKI Jakarta, 2019

87

Tabel 6.5 Tabel 6.6

Data Kredit dan Pertumbuhan Kredit Bank DKI, 2016-2020

Distribusi Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota dan Luas Lantai (m2) di Provinsi DKI Jakarta 2019

88 90

(18)

xii Tabel 6.7 Jumlah Pelanggan Daya (Kwh) terjual dan Jumlah Daya (Kwh)

menurut Golongan Tarif di Jakarta, 2019

92 Tabel 6.8 Perbandingan Kondisi Makro Ekonomi Provinsi DKI Jakarta dan

Nasional Tahun 2019-2020

94

Tabel 6.9 Data Pagu dan Realisasi APBN Per Jenis Belanja Tahun 2020 97 Tabel 6.10 Pendapatan Pemerintah Pusat di DKI Jakarta Tahun 2015-2020 98 Tabel 6.11 Transfer ke Daerah DKI Jakarta 2015-2020 99 Tabel 6.12 Perbandingan APBD/APBN Terhadap PDRB/PDB 100 Tabel 7.1 Perbandingan Asumsi Ekonomi Makro Tahun 2020 104 Tabel 7.2 Perubahan APBD DKI Jakarta Tahun 2020 Berdasarkan Peraturan

Gubernur DKI Jakarta Nomor 113 Tahun 2020

(19)

xiii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Per Triwulan Tahun 2020 4 Grafik 1.2 Realisasi Penanaman Investasi Penanaman Modal Asing (PMA) dan

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Lokasi DKI Jakarta Tahun 2020

5

Grafik 1.3 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) DKI Jakarta dan Indonesia Tahun 2016-2020

6

Grafik 1.4 Gini Ratio Provinsi DKI Jakarta Tahun 2016-2020 8 Grafik 1.5 Persentase Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan Provinsi DKI

Jakarta Tahun 2018-2020

9

Grafik 1.6 Kasus Positif COVID-19 Wilayah DKI Jakarta Tahun 2020 11

Grafik 2.1 Laju Pertumbuhan c-to-c 12

Grafik 2.2 Laju Pertumbuhan Tahun 2020 Menurut Lapangan Usaha 13 Grafik 2.3 Laju Pertumbuhan Tahun 2020 Menurut Pengeluaran 13 Grafik 2.4 Perkembangan Nilai PDRB DKI Jakarta Atas Dasar Harga Berlaku

Tahun 2016 s.d. 2020

14

Grafik 2.5 PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010-2020 15 Grafik 2.6 Perkembangan Suku Bunga Acuan Bank Indonesia (BI 7-Day Reverse

Repo Rate)

16

Grafik 2.7 Perkembangan Inflasi DKI Jakarta m-to-m 2020 16 Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi y-o-y Tahun 2017-2020 17 Grafik 2.9 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat

Tahun 2018-2020

17

Grafik 2.10 Perkembangan Kemiskinan DKI Jakarta dan Nasional Tahun 2016-2020

19

(20)

xiv Grafik 2.12 Perkembangan Jumlah Pengangguran dan TPT Tahun 2015-2020 20

Grafik 2.13 Perkembangan Nilai Tukar Petani DKI Jakarta 20 Grafik 2.14 Perkembangan Nilai Tukar Nelayan DKI Jakarta 21 Grafik 3.1 Tren Pendapatan Negara DKI Jakarta Tahun 2018-2020 25 Grafik 3.2 Tren Penerimaan Pajak Dalam Negeri Tingkat Provinsi di Provinsi DKI

Jakarta Tahun 2018-2020

27

Grafik 3.3 Tren Penerimaan PNBP Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018-2020 29 Grafik 3.4 Pagu dan Realisasi Pendapatan Hibah Tahun 2018-2020 31 Grafik 3.5 Tren Realisasi Belanja Pemerintah Pusat DKI Jakarta Tahun

2018-2020

32

Grafik 3.6 Sepuluh Kementerian/Lembaga Dengan Pagu Terbesar di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2020

32

Grafik 3.7 Pagu dan Realisasi Belanja K/L Provinsi DKI Jakarta Tahun 2020 Berdasarkan Fungsi

33

Grafik 3.8 Tren Realisasi Belanja Pemerintah Pusat DKI Jakarta Per Jenis Belanja Tahun 2018-2020

34

Grafik 3.9 Pagu dan Realisasi PC-PEN DKI Jakarta Tahun 2020 35 Grafik 3.10 Realisasi Belanja Perlindungan Sosial Terhadap Tingkat Kemiskinan

Tahun 2018-2020

36

Grafik 3.11 Perbandingan TKDD DKI Jakarta dengan Se-Jawa-Bali Tahun 2020 37 Grafik 3.12 Pagu dan Realisasi DBH Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018-2020 39 Grafik 3.13 Komposisi Satker BLU Pusat Tahun 2020 Berdasarkan Jenis Layanan 42 Grafik 3.14 Perkembangan Penyaluran KUR Wilayah DKI Jakarta Tahun

2018-2020

44

Grafik 3.15 Perkembangan Pembiayaan UMi Wilayah DKI Jakarta Tahun 2017-2020

45

Grafik 4.1 Perkembangan Surplus/Defisit Tahun 2018-2020 48 Grafik 4.2 Realisasi Dana Perimbangan Tahun 2018-2020 51 Grafik 4.3 Perbandingan Alokasi Transfer ke Daerah Terhadap Indikator Fiskal

Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018-2020

53

Grafik 4.4 Pengaruh TKDD terhadap Tingkat Kemiskinan 53 Grafik 4.5 Pengaruh TKDD terhadap Tingkat Pengangguran 53

Grafik 4.6 Pengaruh TKDD terhadap PDRB 54

Grafik 4.7 Pengaruh TKDD terhadap IPM 54

(21)

xv Grafik 4.9 Perbandingan PAD Terhadap PDRB Tahun 2018-2020 57

Grafik 4.10 Perbandingan PAD Terhadap Belanja Daerah Tahun 2018-2020 58 Grafik 4.11 Tren PAD dan Kenaikan Per Tahun 2018-2020 58 Grafik 4.12 Realisasi Komponen Pajak Daerah Tahun 2020 60

Grafik 4.13 Perbandingan DBH Terhadap SiLPA 61

Grafik 4.14 Ketidakserapan Anggaran Belanja Per Jenis Belanja Tahun 2020 65 Grafik 4.15 Profil Bidang Layanan BLUD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2020 66 Grafik 4.16 Selisih Penerimaan dan Pengeluaran Pembiayaan 69 Grafik 4.17 Perbandingan Alokasi Pendidikan Terhadap APBD 73 Grafik 4.18 Perbandingan Alokasi Kesehatan Terhadap APBD di Luar Gaji Tahun

2018-2020 73

Grafik 4.19 Perbandingan Alokasi Infrastruktur Terhadap TKDD Tahun 2018-2020 74 Grafik 5.1 Proporsi Pendapatan Konsolidasian Tahun 2020 76

Grafik 5.2 Rasio Pajak (Tax Ratio) Tahun 2018-2020 77

Grafik 5.3 Rasio Belanja Tahun 2018-2020 78

Grafik 5.4 Tren Kontribusi Belanja Pemerintah dan Kontribusi Investasi

Pemerintah Terhadap PDRB 80

Grafik 6.1 Laju Pertumbuhan Sektor Perekonomian DKI Jakarta Tahun 2020 86 Grafik 6.2

Grafik 6.3

Distribusi Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota dan Sumber Air Minum di Provinsi DKI Jakarta 2019

Tren Pelanggan Listrik DKI Jakarta Tahun 2016-2019

91

92 Grafik 6.4 Jumlah Pelanggan/Konsumen Gas Menurut Kota Administrasi di

Provinsi DKI Jakarta 2019 93

Grafik 6.5 Alokasi APBN Menurut Fungsi Tahun 2020 96

Grafik 6.6 Perbandingan Alokasi APBN Menurut Fungsi Tahun 2019-2020 97 Grafik 7.1 Perkembangan Kasus COVID-19 Nasional dan DKI Jakarta 103 Grafik 7.2 Perubahan Pendapatan Daerah Dalam APBD Provinsi DKI Jakarta

Tahun 2020

105

Grafik 7.3 Perubahan Belanja Daerah Dalam APBD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2020

(22)

xvi

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 3.1 Pendapatan Bagian Laba BUMN Tahun 2020 30

Diagram 4.1 Ruang Fiskal Provinsi DKI Jakarta Tahun 2020 52 Diagram 4.2 Tingkat Kemandirian Provinsi DKI Jakarta Tahun 2020 52 Diagram 4.3 Hasil Regresi OLS antara Dana Transfer dan Tingkat Kemiskinan 55 Diagram 7.1 Proyek Infrastruktur dari Pinjaman PEN Daerah Provinsi DKI Jakarta 107 Diagram 7.2 Pagu, Realisasi, dan Penerima Manfaat Program PC-PEN DKI Jakarta 108

(23)
(24)

1

BAB I: SASARAN PEMBANGUNAN DAN TANTANGAN DAERAH

1.1. PENDAHULUAN

Provinsi DKI Jakarta memiliki peran strategis sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan sebagai Pusat Pemerintahan. Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah setingkat provinsi yang dipimpin oleh seorang gubernur dan membawahi lima kota administratif dan satu kabupaten administratif sesuai dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Sebagai Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia (LN 2007 No. 93; TLN 4744). DKI Jakarta juga memiliki kekhususan tugas, hak, kewajiban, dan tanggung jawab tertentu sebagai Pusat Pemerintahan Negara dan sebagai tempat kedudukan perwakilan negara asing, serta pusat/perwakilan lembaga internasional.

Dengan perannya tersebut, pembangunan di wilayah DKI Jakarta memiliki tantangan dan permasalahan yang lebih kompleks dibandingkan dengan daerah lainnya, diantaranya adalah masalah urbanisasi, keamanan, kemacetan, transportasi, lingkungan, pengelolaan kawasan khusus, dan masalah sosial kemasyarakatan lainnya yang tentunya memerlukan pembiayaan secara terpadu antara pusat dan daerah.

Memasuki tahun 2020, negara Indonesia dan hampir seluruh negara di dunia sedang mengalami pandemi akibat adanya serangan virus COVID-19 yang masih terus berlangsung hingga awal tahun 2021. Dampak adanya pandemi ini juga dirasakan untuk wilayah Provinsi DKI Jakarta yang berpengaruh hampir ke semua sektor pembangunan. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah pusat dan pemerintah daerah DKI Jakarta untuk mengatasi berkembangnya dampak sosial ekonomi dari COVID-19 berupa

Sebagai dampak adanya COVID-19, APBD DKI Jakarta Tahun 2020 telah mengalami perubahan dalam rangka refocussing dan realokasi untuk Penanganan Corona Virus Desease 2019 (COVID-19), serta pengamanan daya beli masyarakat dan perekonomian nasional. Tantangan utama perekonomian DKI Jakarta adalah bagaimana meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi hingga -2,36% pada tahun 2020. Tantangan ekonomi lainnya adalah menekan jumlah pengangguran dan kemiskinan DKI Jakarta, yang pada tahun 2020 tertinggi di Indonesia.

(25)

2 kebijakan kesehatan terkait penanggulangan penyebaran virus dan kebijakan ekonomi

terkait fiskal yang dilakukan secara bersamaan agar tujuan dan sasaran pembangunan daerah provinsi DKI Jakarta tetap tercapai.

Kebijakan kesehatan di wilayah DKI Jakarta sebagai upaya pencegahan penyebaran virus COVID-19 yang dilakukan oleh pemerintah DKI Jakarta salah satunya berupa Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi beberapa kali yang diberlakukan sejak bulan Maret 2020 hingga akhir Desember 2020. PSBB pada awalnya telah membuat berbagai aktivitas ekonomi di Jakarta semakin merosot tercermin dari terkontraksinya angka laju pertumbuhan dari triwulan I 2020 ke triwulan II 2020 hingga minus 11,49 (q-to-q). Pada triwulan III 2020, upaya pemerintah tersebut mulai menunjukkan hasil dimana laju pertumbuhan ekonomi naik positif 8,41% dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q), kemudian di triwulan IV, meskipun sedikit lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya, perekonomian masih tumbuh di angka positif 2,54% (q-to-q). Hal ini menunjukkan kebijakan PSBB memungkinkan ekonomi Jakarta menggeliat kembali sehingga memberikan peluang sektor-sektor produktif menciptakan nilai tambah dan mendorong percepatan kinerja ekonomi.

Kebijakan ekonomi terkait fiskal yang diambil baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah DKI Jakarta dalam mengatasi dampak dari COVID-19 terhadap perekonomian di wilayah Jakarta mengacu kepada amanah Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan sesuai dengan arahan Presiden RI, Bapak Joko Widodo, dalam Inpres No.4/2020, yang menginstruksikan, seluruh Menteri/Pimpinan/Gubernur/Bupati/ Walikota mempercepat refocusing kegiatan, realokasi anggaran dan pengadaan barang jasa penanganan COVID-19. Pemerintah juga meluncurkan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dalam PP Nomor 23 tahun 2020 sebagai upaya untuk menggerakkan perekonomian, melindungi, mempertahankan, dan meningkatkan kemampuan ekonomi pelaku usaha baik di sektor riil maupun sektor keuangan, termasuk kelompok usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

1.2. TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

1.2.1. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Tujuan dan sasaran pembangunan daerah Provinsi DKI Jakarta dalam jangka waktu lima tahunan tertuang dalam RPJMD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018-2022, yang diatur dalam Perda Nomor 1 Tahun 2018 yang selanjutnya setiap tahun diimplementasikan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan Anggaran Pengeluaran dan

(26)

3 Belanja Daerah (APBD).

Tujuan dan sasaran dalam RPJMD tahun 2018-2022 merupakan penjabaran dari visi dan misi Gubernur terpilih menyesuaikan dengan visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) menjadi lebih terinci dan terukur. Adapun visi dari RPJMD tahun 2018-2022 Provinsi DKI Jakarta yang dijabarkan dalam 5 misi antara lain: “Jakarta kota maju, lestari dan berbudaya yang warganya terlibat dalam mewujudkan keberadaban, keadilan dan kesejahteraan bagi semua.”

1.2.2. Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah

RKPD dan APBD DKI Jakarta tahun 2020 yang merupakan tahun ketiga pelaksanaan RPJMD harus sejalan dengan implementasi RPJMN, Rencana Kerja Pemerintah, dan APBN dalam rangka pencapaian target pembangunan daerah dan prioritas nasional. Sebagai dampak adanya COVID-19, RKPD dan APBD DKI Jakarta Tahun 2020 telah mengalami perubahan dalam rangka refocussing dan realokasi sebagaimana tertuang Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 100 Tahun 2020 tentang Perubahan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2020. Prioritas utama penyusunan RKPD dan APBD tahun 2020 adalah sesuai amanat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan Nomor 119/2813/SJ serta Nomor 177/KMK.07/2020 tentang Percepatan Penyesuaian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2020 dalam Rangka Penanganan Corona Virus Desease 2019 (COVID-19), serta pengamanan daya beli masyarakat dan perekonomian nasional.

Adapun terkait prioritas pada perubahan APBD Tahun Anggaran 2020 tertuang dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2020 tentang Prioritas Penggunaan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2020 disusun berdasarkan perubahan RKPD.

3.1. TANTANGAN DAERAH

3.2. Tantangan Ekonomi Daerah

Perekonomian DKI Jakarta yang hingga akhir tahun 2019 masih cukup baik dan berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional, yakni 5,96% (y-on-y) dimana pertumbuhan ekonomi terutama masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi, sejak adanya serangan pandemi virus COVID-19 di tahun 2020 menurun menjadi 5,04% (y-on-y) di Triwulan I dan selama dua triwulan berturut-turut bahkan terkontraksi mencapai minus 1,69% (y-on-y) di triwulan II dan minus 2,44% (y-on-y) di triwulan III. Pada triwulan IV terdapat kenaikan pertumbuhan ekonomi meski hanya sedikit menjadi minus 2,36% hingga akhir tahun.

(27)

4 Grafik 1.1.

Laju Pertumbuhan Ekonomi Per Triwulan Tahun 2020

Sumber: BPS, 2021

Pada tahun 2020, tekanan perekonomian di Jakarta selama dua triwulan yakni triwulan II dan III, berimplikasi terhadap daya beli masyarakat. Permintaan domestik yang selama ini menjadi penyokong pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun 2019 seperti tercermin dalam pengeluaran konsumsi rumah tangga dan investasi masih rendah dan belum menunjukkan perbaikan. Hingga akhir tahun 2020, kedua agregat demand ini terkontraksi di angka minus 2,08% (y-o-y) dan minus 6,95% (y-o-y) sehingga mempersulit upaya perbaikan ekonomi. Untuk menyeimbangkan tekanan ini, konsumsi pemerintah terutama yang terkait dengan belanja untuk menangani COVID-19 masih menjadi andalan sebagai pendorong ekonomi sepanjang tahun 2020 yang meningkat sangat signifikan mencapai angka 14,21% (y-o-y) di triwulan IV. Kendati demikian, upaya tersebut belum bisa mengembalikan kekuatan domestic expenditures sebagai motor pertumbuhan ekonomi.

Tabel 1.1.

Indikator PDRB DKI Jakarta Menurut Pengeluaran 2019-2020

(dalam persen) Komponen Harga Berlaku (Triliun

Rupiah) Harga Konstan (Triliun Rupiah) Distribusi Atas Dasar Harga Berlaku Laju Pertum buhan Sumber Pertum buhan 2019 2020 2019 2020 2019 2020 2020 2020 (1) (2) (3) (4) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 1,719.14 1,726.01 1,066.32 1,044.16 61.03 62.26 -2.08 -1.21 2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 60.82 59.75 40.79 39.14 2.16 2.16 -4.04 -0.09 3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 360.98 413.16 206.96 236.36 12.82 14.90 14.21 1.60 0.72 -0.54 -11.49 8.41 2.54 5.96 5.04 -1.69 -2.44 -2.36 -15 -10 -5 0 5 10 Q-to-Q Y-to-Y

2019 2020-I 2020-II 2020-III 2020-IV 2020-IV

(28)

5 Komponen Harga Berlaku (Triliun

Rupiah) Harga Konstan (Triliun Rupiah) Distribusi Atas Dasar Harga Berlaku Laju Pertum buhan Sumber Pertum buhan 2019 2020 2019 2020 2019 2020 2020 2020 4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 1,050.64 969.56 747.26 695.30 37.30 34.97 -6.95 -2.83 5 Perubahan Inventori 3.99 - 58.61 2.31 - 29.46 0.14 -2.11 - - 6 Ekspor 1,597.68 1,479.56 983.91 888.48 56.72 53.37 -9.70 -5.2 7 Impor (Sebagai Pengurang) 1,976.49 1,817.05 1,211.34 1,081.18 70.17 65.54 -10.74 -7.09 PDRB 2,816.76 2,772.38 1,836.20 1,792.79 100.00 100.00 -2.36 -2.36 Sumber: BPS, 2021

Provinsi DKI Jakarta memiliki keterbatasan dalam sumber daya alam dimana wilayah kepulauan Seribu dengan kekayaan bahan tambang, perikanan, dan biota lautnya menjadi tumpuan penopang perekonomian. Namun demikian, laju perekonomian lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan masih tumbuh positif 0,20% di tahun 2020. Pemenuhan kebutuhan air bersih penduduk yang padat juga menjadi masalah sumber daya alam lainnya di Jakarta.

Sementara itu, tantangan provinsi DKI Jakarta dalam menciptakan iklim dan potensi investasi yang kondusif di masa pandemi COVID-19 di tahun 2020 dirasakan berat. Pemerintah Indonesia telah memberikan target investasi untuk 2020 sebesar Rp866,1 triliun (nasional) dan terus berupaya agar iklim investasi di Indonesia dapat tetap tumbuh.

Grafik 1.2.

Realisasi Penanaman Investasi Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) lokasi DKI Jakarta Tahun 2020

(dalam miliar Rupiah)

Sumber: BKPM, 2020

Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dalam periode Januari s.d. Desember 2020, investasi berdasarkan lokasi DKI Jakarta mencapai nilai setara Rp94,98 triliun (dengan kurs APBN 2020 US$1= Rp 14.400) atau 11,50% dari total Investasi di Indonesia. Meski dalam situasi pandemi COVID-19, provinsi DKI Jakarta mencatatkan nilai realisasi investasi tertinggi secara nasional pada kuartal II tahun 2020 (periode April-Juni) dengan total nilai investasi sebesar Rp30,06 triliun dimana PMDN

13178.88 12198.24 13438.08 13214.88

6951.8 17863.2 8878.7 9261.0

T R I W U L A N I T R I W U L A N I I T R I W U L A N I I I T R I W U L A N I V

(29)

6 mendominasi 59,42% dari total investasi.

Pemprov DKI Jakarta terus berupaya berinovasi untuk membuat iklim investasi semakin baik. Salah satunya dengan membuat Jakarta Investment Center (JIC). JIC merupakan bagian dari optimalisasi Mal Pelayanan Publik di bidang penanaman modal melalui sistem satu pintu, bertujuan untuk meningkatkan investasi di DKI Jakarta baik melalui PMA (Penanaman Modal Asing) maupun PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) serta menciptakan iklim investasi yang kondusif.

Dalam rangka reformasi birokrasi, Pemprov DKI Jakarta dan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi DKI Jakarta telah meraih Apresiasi dan Penganugerahan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK). Pemprov DKI Jakarta juga menerapkan inovasi layanan dalam Perizinan melalui “Geo 3 Augmented Realty” yang merupakan aplikasi untuk melihat peta investasi di Jakarta sehingga investor dapat melihat potensi lahan untuk dijadikan tempat investasi yang sesuai dengan minat investor.

3.3. Tantangan Sosial Kependudukan

Salah satu tujuan dalam pembangunan suatu wilayah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk dan pengembangan sumber daya manusia (SDM). Menurut data dari BPS, penduduk DKI Jakarta hingga tahun 2020 berjumlah total 10.644.986 jiwa yang tersebar ke enam wilayah dengan komposisi 50,06% penduduk pria dan 49,94% penduduk wanita dan terbagi dalam tiga kelompok usia yakni: usia (0-14 tahun) sebanyak 24,58%, usia (15-64 tahun) sebanyak 70,71% dan usia lanjut (lebih dari 65 tahun) sebanyak 4,72%. Adapun rata-rata kepadatan penduduk di wilayah DKI Jakarta mencapai 16.072 jiwa per kilometer persegi atau setara dengan 118 kali dibandingkan dengan kepadatan penduduk rata-rata Indonesia yang hanya 141 jiwa per kilometer persegi hasil proyeksi penduduk tahun 2020 dibagi dengan luas daratan Indonesia.

Grafik 1.3.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) DKI Jakarta dan Indonesia, 2016-2020

Sumber: BPS, 2021 79.60 80.06 80.47 80.76 80.77 70.18 70.81 71.39 71.92 71.94 60.00 65.00 70.00 75.00 80.00 85.00 2016 2017 2018 2019 2020

(30)

7 Kota Jakarta sebagai ibukota negara memungkinkan kondisi penduduk dengan

beraneka ragam suku, agama (multi-etnis) dan latar belakang adat istiadat serta kualitas SDM yang bervariasi. Dengan kepadatan penduduk seperti diatas dan komposisi penduduk berdasarkan usia terbesar yakni 70,71% adalah penduduk berusia produktif, pengelolaan kesejahteraan penduduk dan pengembangan sumber daya manusia menjadi kekuatan sekaligus tantangan tersendiri bagi pemerintah di wilayah DKI Jakarta dimana hasilnya tercermin dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Tingkat Pengangguran, dan Tingkat Kemiskinan.

Pada tahun 2020, Provinsi DKI Jakarta mencapai IPM sebesar 80,77 yang merupakan nilai tertinggi diantara 34 provinsi di Indonesia, bahkan berada diatas rata-rata IPM Indonesia yang sebesar 71,94. Adapun komponen IPM tersebut terdiri dari:

a. Angka Harapan Hidup (AHH) mencapai 72,91 tahun, sedangkan capaian AHH pada level nasional adalah sebesar 71,94 tahun yang menunjukkan bahwa derajat kesehatan penduduk di DKI Jakarta telah melampaui standar nasional.

b. Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) mencapai 12,98 tahun dengan rata-rata lama sekolah (RLS 25tahun+) 11,13 tahun.

c. Pengeluaran perkapita riil yang disesuaikan adalah sebesar Rp18,23 juta/tahun. Meskipun menjadi peringkat satu nasional, capaian IPM DKI Jakarta tahun 2020 hanya tumbuh sebesar 1,23% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 80,76 dikarenakan datangnya pandemi COVID-19 sejak akhir Maret 2020 yang berdampak sedemikian besar terhadap kinerja ekonomi bahkan kegiatan sosial menyebabkan Dimensi Standard Hidup Layak yang diukur dengan indikator Pengeluaran per Kapita Disesuaikan (PPP), untuk pertama kalinya turun sejak tahun 2010 dan menjadi penyebab tertahannya laju IPM. Pada tahun 2020, PPP sebesar 18,23 juta rupiah turun minus 1,62 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 18,53 juta rupiah.

Tabel 1.2.

Tingkat Pengangguran dan Keadaan Angkatan Kerja DKI Jakarta 2019-2020

(dalam Orang dan %) Status Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2019 Agustus 2020

Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total

Penduduk Usia Kerja 4.030.342 4.095.782 8.126.124 4.057.218 4.142.476 8.199.694 Angkatan Kerja 3.241.949 1.950.402 5.192.351 3.265.617 1.966.414 5.232.031 - Bekerja 3.030.672 1.822.277 4.852.949 2.904.501 1.754.750 4.659.251 - Pengangguran 211.277 128.125 339.402 361.116 211.664 572.780 Bukan Angkatan Kerja 788.393 2.145.380 2.933.773 791.601 2.176.062 2.967.663 Pekerja Sektor Formal 2.094.151 1.237.568 3.331.719 1.849.164 1.029.260 2.878.424 Pekerja Sektor Informal 936.521 584.709 1.521.230 1.055.337 725.490 1.780.827 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 80,44 47,62 63,90 80,49 47,47 63,81

(31)

8 Status Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2019 Agustus 2020

Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total

(%)

Tingkat Kesempatan Kerja (%) 93,48 93,43 93,46 88,94 89,24 89,05 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 6,52 6,57 6,54 11,06 10,76 10,95 Sumber: BPS, 2021

Akibat adanya pandemi COVID-19, tingkat pengangguran terbuka di DKI Jakarta naik tajam hingga mencapai level 10,95 dibulan Agustus 2020 padahal target dalam RPJMN 2020-2024 adalah pada kisaran 4,0 sampai dengan 4,6 saja. Tingkat Pengangguran terbuka tersebut diatas menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 telah mengembalikan tingkat pengangguran di DKI Jakarta satu dekade ke belakang hampir sama dengan bulan Agustus 2011 yakni 10,80%. Tingkat Kesempatan Kerja yang merupakan persentase penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja terhadap angkatan kerja dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja yang merupakan perbandingan antara angkatan kerja dengan jumlah seluruh penduduk usia kerja yang dapat digunakan sebagai indikator tingkat kesulitan angkatan kerja untuk mendapatkan pekerjaan di tahun 2020 juga mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,09% dan 4,41% dibandingkan tahun 2019. Tingkat pengangguran tertinggi tahun 2020 dilaporkan ada pada kelompok angkatan kerja dengan tingkat pendidikan SMA Kejuruan yaitu sebesar 15,40%.

Grafik 1.4.

Gini Ratio Provinsi DKI Jakarta 2016-2020

Sumber: BPS, 2021

Sementara itu memasuki tahun 2020, Tingkat Kemiskinan dan Rasio Ketimpangan atau Rasio Gini Provinsi DKI Jakarta akibat adanya pandemi COVID-19 tercatat mengalami kenaikan paling tinggi di Indonesia pada Maret 2020 yakni 32,45% dan 2,30%. Tingkat kemiskinan di DKI Jakarta mencapai 3,42% pada September 2019 menjadi 4,53% pada Maret 2020. Tingkat kemiskinan DKI Jakarta pada September 2020 sebesar 4,69%. Kenaikan Rasio Ketimpangan atau Rasio Gini sebesar 0,009 poin yaitu dari 0,390 pada

0.411 0.397 0.413 0.409 0.394 0.39 0.39 0.399 0.4000 0.41 0.409 0.407 0.404 0.401 0.391 0.39 0.381 0.385

2016-I 2016-II 2017-I 2017-II 2018-I 2018-II 2019-I 2020-I 2020-II

(32)

9 September 2019 menjadi 0,399 pada Maret 2020 dan menjadi 0,40 pada September

2020.

Kondisi IPM, tingkat pengangguran, tingkat kemiskinan dan rasio ketimpangan ini tentu saja menjadi potensi dan sekaligus tantangan bagi pemerintah baik pusat maupun daerah dalam mengatasi dampak pandemi COVID-19 agar tidak terus menurunkan tingkat kesejahteraan penduduk di wilayah DKI Jakarta.

Grafik 1.5.

Persentase Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2018-2020

Sumber: BPS, 2021

Sebagai kota metropolitan, masyarakat DKI Jakarta adalah majemuk terdiri dari berbagai macam etnis, agama, suku bangsa, dan Bahasa. Namun akar seni dan budaya di Jakarta adalah Betawi. Kebudayaan Betawi telah disahkan untuk dilestarikan melalui PERDA Nomor 4 Tahun 2015 dengan tujuan salah satunya mengembangkan budaya Betawi menjadi untuk memperkuat kebudayaan nasional.

3.4. Tantangan Geografis Wilayah

Berdasarkan data dari BPS 2020, secara geografis Provinsi DKI Jakarta didominasi lautan yang memiliki luas wilayah lautan 6.977,5 km2 dan total luas wilayah daratan

664.01 km2 terbagi menjadi lima wilayah Kota administrasi dan satu Kabupaten

administratif yakni Kota administrasi Jakarta Pusat dengan luas 52,38 km2, Kota

administrasi Jakarta Utara dengan luas 139,99 km2, Kota administrasi Jakarta Barat

dengan luas 124,44 km2, Kota administrasi Jakarta Selatan dengan luas 154,32 km2,

Kota administrasi Jakarta Timur dengan luas 182,70 km2, dan kabupaten administrasi

Kepulauan Seribu dengan luas 10,18 km2.

Dengan kondisi geografis didominasi oleh lautan dan kepulauan Seribu dengan jumlah pulau sekitar 342 buah (termasuk pulau-pulau pasir dan terumbu karang yang bervegetasi maupun yang tidak), provinsi DKI Jakarta memiliki peluang sumber daya kelautan, perikanan, dan mineral sekaligus potensi pariwisata yang bisa dikembangkan

3.57% 3.55% 3.47% 3.42% 4.53% 4.69% 0.00% 1.00% 2.00% 3.00% 4.00% 5.00%

(33)

10 sebagai potensi ekonomi wilayah.

BPS dan Kementerian Kelautan Perikanan menggunakan Nilai Tukar Nelayan (NTN) yang merupakan rasio antara indeks harga yang diterima nelayan dengan indeks harga yang dibayar nelayan yang dinyatakan dalam bentuk persentase untuk mengukur tingkat kesejahteraan nelayan dimana nilai NTN provinsi DKI Jakarta pada Februari 2020 hanya 96,74% atau dibawah 100 dan menjadi 5 besar provinsi dengan NTN terendah di Indonesia. Hal ini menunjukan bahwa rumah tangga nelayan kecil di provinsi DKI Jakarta di bulan Februari 2020 mengalami defisit atau kenaikan harga produksi relatif lebih kecil dibandingkan kenaikan harga barang konsumsinya. Namun pada Januari 2021 NTN telah meningkat sedikit menjadi 100 (sesuai standar) sehingga menjadi tugas pemerintah untuk terus memperbaiki kondisi sektor kelautan dan perikanan di wilayah DKI Jakarta.

Sebagian besar karakteristik wilayah daratan Provinsi DKI Jakarta berada di bawah permukaan air laut pasang. Kondisi tersebut mengakibatkan sebagian wilayah di Provinsi DKI Jakarta mengalami keterbatasan supply air bersih dan rawan genangan, baik karena curah hujan yang tinggi maupun karena semakin tingginya air laut pasang (rob). Karakteristik ini merupakan ancaman bagi Provinsi DKI Jakarta sehingga harus diantisipasi agar tidak menghambat laju perekonomian.

Untuk mengembangkan potensi dan mengantisipasi serta mengatasi permasalahan geografis tersebut, Provinsi DKI Jakarta terus berupaya melaksanakan kerjasama kewilayahan dengan daerah sekitar yaitu Kabupaten Bogor, Kota Depok, Kota/Kabupaten.Tangerang, Kota/Kabupaten Bekasi, dan Kabupaten Cianjur.

3.5. Tantangan Daerah Sebagai Dampak COVID-19

Kondisi perekonomian global dunia di tahun 2020 akibat adanya pandemi COVID-19 juga turut mempengaruhi perekonomian Indonesia, dan khususnya perekonomian DKI Jakarta. Kasus COVID-19 yang semakin meningkat dan efeknya terhadap perekonomian di beberapa negara menunjukkan bahwa efektivitas pengendalian COVID-19 di setiap negara mempengaruhi kecepatan pemulihan ekonominya

(Bappenas, 2020). Sebagian negara bahkan menghadapi gelombang kedua dan kembali melakukan restriksi di daerah tertentu. Kondisi yang masih belum stabil menjadi penghambat pemulihan ekonomi global.

(34)

11 Grafik 1.6.

Kasus Positif COVID-19 Wilayah DKI Jakarta Tahun 2020

Sumber: https://corona.jakarta.go.id/id

Kondisi masyarakat di wilayah DKI Jakarta terkait kasus COVID-19 tercatat terus mengalami peningkatan tajam dari awal Mei 2020 sampai dengan akhir Desember 2020 menjadi tantangan bagi pemerintah baik pusat maupun pemerintah daerah agar dampak pandemi terhadap perekonomian negara dapat segera diatasi. Pemerintah DKI Jakarta terus meningkatkan jumlah orang untuk dites PCR sesuai target WHO untuk Jakarta (setiap pekan minimum 10.645 orang) dan hasilnya adalah rata-rata persentase kasus positif sebesar 16,50% per pekan lebih rendah daripada rata-rata persentase kasus positif nasional 27,70% per pekan. Adapun tingkat kesembuhan pasien COVID-19 di Jakarta masih tinggi yakni 88,70% lebih tinggi daripada tingkat nasional yang hanya sebesar 80,70%. Usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah DKI Jakarta lainnya berupa sosialisasi pencegahan penularan virus COVID-19, penyediaan sarana kesehatan, dan utamanya adalah kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi beberapa kali sepanjang tahun 2020 yang diharapkan dapat membantu pemulihan ekonomi Jakarta dan nasional.

0 50000 100000 150000 200000

(35)
(36)
(37)

12 BAB II: PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL

2.1. INDIKATOR EKONOMI MAKRO FUNDAMENTAL

2.1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

a. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta tahun 2020 terkontraksi hingga minus 2,36% dibandingkan tahun 2019. Tren laju pertumbuhan ekonomi dari tahun 2010 sampai dengan 2020 menunjukkan tren penurunan sebagaimana terlihat pada grafik 2.1, dan pada tahun 2020 merupakan pertumbuhan terendah dalam 10 tahun terakhir.

Grafik 2.1.

Laju Pertumbuhan c-to-c

Sumber: BPS, 2021

1) Pertumbuhan Menurut Lapangan Usaha

Lapangan usaha yang paling terkena dampak pandemi COVID-19 yaitu Jasa Akomodasi dan Makan Minum yang mengalami kontraksi terdalam yaitu -16,21%. Hal ini dipengaruhi oleh menurunnya tingkat hunian hotel dan restoran yang disebabkan pembatasan aktivitas karena kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Lapangan usaha yang mengalami kontraksi terdalam berikutnya yaitu listrik dan gas yang terkontraksi -10,96% disebabkan oleh pengurangan aktivitas pada perkantoran, pusat perbelanjaan, dan hotel.

6.53 6.73 6.53 6.07 5.91 5.91 5.87 6.2 6.17 5.89 -2.36 -4 -2 0 2 4 6 8 10 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Laju Pertumbuhan c-to-c Linear (Laju Pertumbuhan c-to-c)

Secara kumulatif kinerja ekonomi tahun 2020 terkontraksi sebesar minus 2,36%, dengan kontraksi terdalam terjadi pada triwulan II, namun mengalami perbaikan pada triwulan III dan IV yang didorong oleh peningkatan pengeluaran konsumsi pemerintah dengan adanya kebijakan stimulus fiskal pemerintah

(38)

13 Grafik 2.2.

Laju Pertumbuhan Tahun 2020 Menurut Lapangan Usaha

(dalam %)

Sumber: BPS, 2021

Lapangan usaha yang tumbuh positif tertinggi yaitu Kesehatan sebesar 19,85% didorong oleh kegiatan penanganan COVID-19 serta Informasi dan Komunikasi sebesar 11,12 % disebabkan kegiatan perkantoran dan belajar mengajar yang menggunakan sistem daring.

2) Pertumbuhan Menurut Permintaan/Pengeluaran

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah menjadi satu-satunya komponen yang tumbuh positif pada tahun 2020 yaitu sebesar 14,21%. Tumbuhnya komponen ini disebabkan adanya pencairan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Grafik 2.3.

Laju Pertumbuhan Tahun 2020 Menurut Pengeluaran

(dalam %) Sumber: BPS, 2021 0.2 -6.43 -10.34 -10.96 -2.68 -5.55 -7.04 -7.53 -16.21 11.12 4.36 1.92 -2.11 -5.83 2.64 19.85 -4.08 -20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20 25 Pertanian, Kehutanan Pertambangan Industri Listrik Gas Air Konstruksi Perdagangan Transportasi Akomodasi Infokom Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Adm Pemerintah Jasa Pendidikan Kesehatan Jasa Lainnya -2.08 -4.04 14.21 -6.95 0 -9.7 -10.74 -15 -10 -5 0 5 10 15 20

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 5. Perubahan Inventori 6. Ekspor 7. Impor

(39)

14 b. Nominal PDRB

Tahun 2020 menjadi tahun yang berat bagi DKI Jakarta maupun provinsi lain di Indonesia serta 215 negara di dunia, dimana pandemi COVID-19 telah mengakibatkan krisis kesehatan dan ekonomi dalam berbagai sektor. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2020 atas dasar harga berlaku (ADHB) tercapai Rp2.772,40 triliun turun Rp64,8 triliun dibandingkan tahun sebelumnya dan atas dasar harga konstan (ADHK) Rp1.792,8 triliun turun Rp45,7 triliun dibandingkan tahun sebelumnya.

Grafik 2.4.

Perkembangan Nilai PDRB DKI Jakarta Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2016 s.d. 2020 (dalam miliar Rupiah)

Sumber: BPS, 2021

1) PDRB Berdasarkan Sektor atau Lapangan Usaha

Lima kontributor terbesar PDRB menurut lapangan usaha yaitu Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 16,62%, Industri Pengolahan sebesar 11,37%, Konstruksi sebesar 11,27%, Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar 11,27%, serta Informasi dan Komunikasi sebesar 9,41%.

Tabel 2.1.

Indikator PDRB DKI Jakarta berdasarkan Lapangan Usaha

(dalam juta Rupiah)

Kategori Uraian 2020

I II III IV Total Kontribusi

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 566,331 572,397 579,167 582,608 2,300,503 0,08

B Pertambangan dan Penggalian 1,269,454 994,121 1,195,701 1,102,106 4,561,383 0,16

C Industri Pengolahan 86,074,910 67,235,592 78,908,656 82,974,762 315,193,920 11,37

D Pengadaan Listrik, Gas 2,393,690 2,171,697 2,265,150 2,390,119 9,220,656 0,33

E Pengadaan Air 231,835 221,371 242,335 239,396 934,938 0,03

F Konstruksi 82,405,941 70,183,033 79,168,257 80,627,193 312,384,425 11,27

G Perdagangan Besar dan Eceran, dan

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 120,836,883 105,512,053 115,613,431 118,775,600 460,737,967 16,62

H Transportasi dan Pergudangan 26,457,417 19,378,423 24,616,765 26,237,936 96,690,541 3,49

I Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum 34,787,938 22,045,020 28,586,269 30,848,178 116,267,405 4,19

J Informasi dan Komunikasi 61,632,348 65,955,755 66,694,339 66,691,318 260,973,759 9,41

2,159.07 2,365.35 2,599.32 2,840.82 2,772.40 1539.91 1635.35 1736.29 1838.50 1792.80 0.00 500.00 1,000.00 1,500.00 2,000.00 2,500.00 3,000.00 2016 2017 2018 2019 2020 PDRB ADHB PDRB ADHK

(40)

15

Kategori Uraian 2020

I II III IV Total Kontribusi

K Jasa Keuangan 86,519,197 71,956,815 73,294,709 80,599,852 312,370,573 11,27

L Real Estate 43,764,746 42,604,609 44,214,477 44,333,430 174,917,262 6,31

M,N Jasa Perusahaan 63,017,593 58,063,877 61,537,166 62,537,697 245,156,333 8,84

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

35,484,109 38,864,992 37,645,723 34,986,284 146,981,107 5,30

P Jasa Pendidikan 35,636,862 34,787,349 37,168,697 37,714,759 145,307,666 5,24

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 12,895,430 13,132,742 16,181,000 16,530,305 58,739,477 2,12

R,S,T,U Jasa lainnya 29,147,723 25,349,023 27,480,099 27,666,360 109,643,205 3,95

PDRB 723,122,407 639,028,866 695,391,941 714,837,904 2,772,381,118 100,00 Sumber: BPS, 2021

2) PDRB Berdasarkan Pengeluaran

Apabila dilihat menurut pengeluaran, komponen yang menjadi kontributor terbesar PDRB yaitu Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 61,03%, diikuti oleh Pembentukan Modal Tetap Bruto 37,30%, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 12,82%, Pengeluaran Konsumsi LNPRT 2,16%, Perubahan Inventori 0,14%, dan terakhir Net Ekspor sebesar -13,45%.

c. PDRB Perkapita

PDRB perkapita DKI Jakarta memang jauh di atas nasional seperti terlihat pada grafik 2.5. Pada tahun 2020 PDRB perkapita sebesar Rp260,44 juta yang artinya setiap penduduk di Jakarta dalam satu tahun memiliki rata-rata pendapatan sebesar Rp260,44 juta, namun pendapatan penduduk DKI Jakarta tidak dapat dilihat dari analisis ini saja karena masih terdapat tingkat ketimpangan di DKI Jakarta antara penduduk yang berpenghasilan tinggi dan penduduk yang berpenghasilan rendah.

Grafik 2.5.

PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010-2020

(dalam juta rupiah)

Sumber: BPS, 2021 111.53 125.53 138.86 155.15 174.91 195.46 211.83 232.34 248.31 266.79 260.44 27.10 30.80 35.11 38.28 41.81 45.12 47.96 51.89 56.00 59.10 56.90 0 100 200 300 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 DKI Jakarta Nasional

(41)

16

2.1.2 Suku Bunga

Sepanjang tahun 2020 Bank Indonesia telah 5 kali menurunkan suku bunga acuan atau BI 7 day Reverse Repo Rate yaitu pada bulan Februari (turun 0,25 basis poin), Maret (turun 0,25 basis poin), Juni (turun 0,25 basis poin), Juli (turun 0,25 basis poin), dan November (turun 0,25 basis poin).

Grafik 2.6.

Perkembangan Suku Bunga Acuan BI (BI 7-Day Reverse Repo Rate)

Sumber: Bank Indonesia, 2020

2.1.3 Inflasi

Tingkat inflasi tahun 2020 berada pada level yang relatif lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yaitu sebesar 1,68% (y-o-y). Rendahnya inflasi tahun 2020 tersebut terutama dipengaruhi oleh melemahnya permintaan domestik akibat pandemi COVID-19. Dari grafik dapat kita lihat pengaruh pandemi COVID-19 menyebabkan deflasi atau penurunan harga barang pada bulan Mei sampai dengan Oktober 2020. Inflasi pada bulan November dan Desember 2020 menunjukkan adanya perbaikan tingkat permintaan dan konsumsi yang berpengaruh positif pada perekonomian domestik.

Grafik 2.7.

Perkembangan Inflasi DKI Jakarta m-to-m 2020

(dalam %) Sumber: BPS, 2021 5.00% 4.75% 4.50% 4.50% 4.50% 4.25% 4.00% 4.00% 4.00% 4.00% 3.75% 3.75% 0.00% 1.00% 2.00% 3.00% 4.00% 5.00% 6.00%

BI-7Day-RR

0.25 0.27 0.33 0.29 -0.02 0.06 -0.05 -0.1 0.02 0.01 0.27 0.26 -0.2 0 0.2 0.4

(42)

17 Grafik 2.8

Perkembangan Inflasi y-o-y Tahun 2017-2020

(dalam %)

Sumber: BPS, 2021

Secara year on year, inflasi Jakarta tahun 2020 jauh lebih kecil dibandingkan dengan tiga tahun sebelumnya, hal ini mengindikasikan bahwa pembatasan aktivitas selama pandemic mengakibatkan turunnya harga-harga pada tahun 2020.

2.1.4 Nilai Tukar

Rata-rata nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada tahun 2020 berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) mencapai Rp14.577 per US$. Kembali stabilnya volatilitas pasar keuangan yang mendorong pulihnya aliran modal ke pasar keuangan domestik, peningkatan PMI manufaktur yang menandai terjadinya pemulihan ekonomi, perkembangan neraca perdagangan, dan optimisme perkembangan vaksin di dalam negeri turut menjadi sentimen positif pasar keuangan domestik yang menopang nilai tukar Rupiah. Meskipun demkian, Rupiah masih terdepresiasi 1,51% dibandingkan nilai tukar awal tahun 2020.

Grafik 2.9

Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat Tahun 2018-2020

Sumber: Bank Indonesia,2021

3.72 3.27 3.23 1.59 0 1 2 3 4 2017 2018 2019 2020 12000 12500 13000 13500 14000 14500 15000 15500 16000 16500 Rup iah

(43)

18 Pada grafik 2.9 terlihat pada bulan Mei 2020 nilai tukar rupiah mengalami pelemahan

paling tinggi yaitu dengan rata-rata Rp14.906. Pelemahan rupiah ini disebabkan oleh respon pasar terhadap proyeksi jumlah pengangguran Indonesia tahun 2020 yang diprediksi meningkat ke level 12% akibat banyaknya pemutusan hubungan sebagai dampak pembatasan aktivitas. Selain itu, pasar juga cemas dengan perkembangan dialog antara AS dan China, serta risiko kembali terjadinya perang dagang antara dua negara tersebut.

2.2. INDIKATOR KESEJAHTERAAN

2.2.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Nilai IPM DKI Jakarta pada tahun 2020 tercapai sebesar 80,77 dan masih bertahan menduduki peringkat pertama dalam 10 tahun terakhir dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia. Capaian IPM DKI Jakarta apabila dilihat per Kabupaten/Kota tidaklah merata sebagaimana terlihat pada tabel 2.1. Nilai IPM Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu masih jauh bila dibandingkan Kota Administratif lain di DKI Jakarta.

Tabel 2.2.

IPM DKI Jakarta per Kabupaten/Kota dan Indonesia

Nasional/Provinsi/Kab/Kota IPM

2020 2019 2018 2017 2016

Indonesia 71.94 71.92 71.39 70.81 70.18

DKI Jakarta 80.77 80.76 80.47 80.06 79.6

Kota Jakarta Selatan 84.72 84.75 84.44 84.13 83.93

Kota Jakarta Timur 82.66 82.69 82.06 81.61 81.30

Kota Jakarta Pusat 81.39 81.24 81.01 80.49 80.24

Kota Jakarta Barat 81.38 81.21 80.88 80.47 80.37

Kota Jakarta Utara 80.29 80.17 79.87 79.47 78.81

Kepulauan Seribu 71.63 71.4 70.91 70.11 69.69

Sumber: BPS, 2021

2.2.2. Tingkat Kemiskinan

Pada Maret 2020, penduduk miskin di DKI Jakarta bertambah 118,6 ribu orang menjadi 480,86 ribu orang. Jumlah tersebut setara dengan 4,53% dari total penduduk di ibukota atau naik 1,11% dibandingkan kondisi September 2019. Angka kemiskinan ini tertinggi dalam satu dekade terakhir dan bahkan hampir menyamai kondisi Jakarta 20 tahun lalu (4,96%) dan mengalami peningkatan tertinggi dibandingkan kota lain di Indonesia. Penambahan penduduk miskin pada periode ini (September 2019 s.d. Maret 2020) disebabkan karena penurunan daya beli (purchasing power) masyarakat yang dipengaruhi oleh kehilangan sumber pendapatan (193.698 orang kehilangan pekerjaan (BPS, 2020)) sebagai dampak pandemi.

(44)

19 menjadi 496,84 ribu orang. Jumlah tersebut setara dengan 4,69% dari total penduduk di

ibukota atau naik 0,16% dibandingkan kondisi Maret 2020. Grafik 2.10.

Perkembangan Kemiskinan DKI Jakarta dan Nasional 2016-2020

(dalam ribuan Orang dan %)

Sumber: BPS, 2021

Jika dilihat data per kabupaten/kota, Kepulauan Seribu memiliki angka kemiskinan tertinggi yaitu 14,87%, diikuti Jakarta Utara 6,78%, Jakarta Pusat 4,51%, Jakarta Barat 4,25%, Jakarta Timur 4,16%, dan paling rendah yaitu Jakarta Selatan sebesar 3,43%. Hal ini mengindikasikan perlunya prioritas penanganan kemiskinan di Kepulauan Seribu.

2.2.3. Tingkat Ketimpangan (Rasio Gini)

Selain jumlah penduduk miskin yang meningkat, tingkat ketimpangan di DKI Jakarta juga meningkat. Rasio Gini naik dari 0,391 pada September 2019 menjadi 0,399 pada Maret 2020 dan pada bulan September 2020 menjadi 0,40. Kontribusi pengeluaran penduduk kelompok 40% terendah berkurang sedangkan kontribusi pengeluaran kelompok 20% teratas meningkat.

Grafik 2.11.

Perkembangan Rasio Gini DKI Jakarta dan Nasional 2016-2020

(dalam %) Sumber: BPS, 2021 0 2 4 6 8 10 12 100.0 200.0 300.0 400.0 500.0 600.0 700.0 800.0 Mar e t Se p te mb er Mar e t Se p te mb er Mar e t Se p te mb er Mar e t Se p te mb er Mar e t Se p te mb er 2016 2017 2018 2019 2020

Jumlah (ribu) Garis Kemiskinan (ribu) Kemiskinan DKI Kemiskinan Nasional

0.411 0.397 0.413 0.409 0.394 0.390 0.390 0.391 0.399 0.400 0.397 0.394 0.393 0.391 0.389 0.384 0.380 0.380 0.381 0.385 0.370 0.380 0.390 0.400 0.410 0.420

2016-I 2016-II 2017-I 2017-II 2018-I 2018-II 2019-I 2019-II 2020-I 2020-II DKI Jakarta Nasional

(45)

20

2.2.4. Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran

Jumlah pengangguran di DKI Jakarta periode Agustus 2020 sebanyak 572.780 orang dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) sebesar 10,95%. Selama masa pandemi, sektor formal kehilangan 453.295 pekerja tetapi hanya 259.597 pekerja mampu diserap oleh sektor informal, dan sebanyak 193.698 orang kehilangan pekerjaan. Dampak dari pandemi bukan hanya terjadi pengurangan tenaga kerja, namun juga pengurangan jam kerja yang dirasakan oleh sebanyak 1,6 juta pekerja.

Grafik 2.12.

Perkembangan Jumlah Pengangguran dan TPT Tahun 2015-2020

Sumber: BPS, 2021

2.2.5. Nilai Tukar Petani (NTP)

Pada triwulan 1 tahun 2020, Nilai Tukar Petani (NTP) mencapai nilai di atas 100 yang artinya para petani di DKI Jakarta telah mencapai surplus, namun triwulan 2 sampai dengan 4, NTP menurun di bawah nilai 100. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan harga produksi relatif lebih kecil dibandingkan harga barang konsumsinya. Pendapatan petani turun, lebih kecil dari pengeluarannya.

Grafik 2.13.

Perkembangan Nilai Tukar Petani DKI Jakarta

Sumber: BPS, 2021 94 96 98 100 102 Jan u ari Fe b ru ar i Mar e t A p ri l Mei Jun i Ju li A gu st u s Se p te mb er O kt o b er N o ve mb er De se mb e r Jan u ari Fe b ru ari Mar e t A p ri l Mei Jun i Ju li A gu st u s Se p te mb er O kt o b er N o ve mb er De se mb e r Jan u ari Fe b ru ari Mar e t A p ri l Mei Jun i Ju li A gu st u s Se p te mb er Okto b er N o ve mb er De se mb e r 2018 2019 2020 0 2 4 6 8 10 12 0 100 200 300 400 500 600 700

Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb Ags

2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar

Diagram 3.1  Pendapatan Bagian Laba BUMN Tahun 2020  30
tabel I-O 72 sektor BPS tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Fitria (2013) mengatakan peran ganda sebagai mahasiswa mengakibatkan tuntutan yang lebih dari biasanya, status sebagai mahasiswa dituntut melaksanakan tugas dan tanggung

Berdasarkan tahapan pengumpulan data yang sudah dilaksanakan sebelumnya, maka dapat dilakukan identifikasi masalah yang melatarbelakangi penelitian estimasi Harga Perkiraan

a. Masyarakat memerlukan perlindungan terhadap perbuatan anti sosial yang merugikan dan membahayakan masyarakat. Bertolak dari aspek ini maka wajar apabila penegakan hukum

perusahaan untuk mengumpulkan dan menganalisa informasi tentang sejarah pelanggan, apa-apa yang menjadi kesenangannya, apa saja keluhannya dan bahkan data lain untuk

Nilai heterosis pada karakter jumlah larva, bobot benih, dan sintasan benih hasil persilangan resiprok 4 populasi ikan nila (%).. Nilai positif menunjukkan

i. Menetapkan pola usaha Garam rakyat setiap tahun, sehingga usaha Garam akan dimulai setiap akhir musim hujan setiap tahun, yaitu bulan Juni. Meningkatkan mutu Garam

Proses layanan referensi di Kantor Perpustakaan Umum Kabupaten Bantul. telah terlaksana dengan baik, meskipun demikian maka

Oleh karena itu, Perseroan dengan ini memberikan imbauan kepada Pemegang Saham untuk tidak hadir secara fisik namun menghadiri Rapat secara elektronik atau memberikan kuasa