• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Kekuatan, Kelemahan, Ancaman dan Peluang Sektor Perikanan dan Kelautan

Dalam dokumen V HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 49-58)

5.6 Analisis SWOT

5.5.1 Penentuan Kekuatan, Kelemahan, Ancaman dan Peluang Sektor Perikanan dan Kelautan

5.5.1.1 Kekuatan (Strength)

a) Potensi Sumberdaya Perikanan dan Kelautan yang Besar

Potensi ini meliputi panjang garis pantai sepanjang 41 km yang terletak pada jalur Pantai Utara Jawa (pantura), sehingga Kabupaten Kendal menjadi penopang daerah Provinsi Jawa Tengah sebelah barat. Besarnya potensi perikanan juga didukung oleh adanya ketersediaan lahan yang cukup untuk usaha budidaya. Lahan yang digunakan untuk usaha perikanan berupa tambak dan kolam di pesisir pantai adalah sebesar 3.126 Ha atau 9.90 % dari keseluruhan luas lahan di Kabupaten Kendal, atau sebesar 99.94 % dari jumlah luas lahan di Kabupaten Kendal yang digunakan untuk usaha perikanan. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa usaha perikanan lebih diminati di pesisir pantai dibandingkan dengan kawasan lainnya di Kabupaten Kendal.

Potensi perikanan dan kelautan di Kebupaten Kendal juga dapat dilihat dari produksi perikanan per tahunnya yang terus meningkat, dimana di dalamnya terdapat berbagai produk andalan yang kualitas ekspor baik produk segar ataupun produk olahan. Kontribusi sektor perikanan dan kelautan terhadap PDRB Kabupaten Kendal yang semakin meningkat selama lim tahun terakhir, dapat memberikan gambaran besarnya potensi sumberdaya perikanan dan kelautan yang besar di Kabupaten Kendal.

b) Usaha Pengolahan Hasil Laut yang Semakin Bertambah

Mengingat sifat dari produk perikanan yang tidak tahan lama, maka penanganan yang tepat dan cepat sangat diperlukan. Kegiatan pengolahan sangat penting dilakukan untuk meningkatkan kualitas produk, sehingga nantinya dapat menghasilkan nilai jual yang lebih tinggi. Produk perikanan yang telah diolah dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan produk perikanan yang segar dan nilai ekonomisnya juga lebih tinggi.

Kabupaten Kendal mempunyai beberapa sentra pengolahan produk perikanan diantaranya sentra produksi ikan panggang atau ikan pindang di Desa Korowelang, Bandengan, Gempolsewu dan Tambaksari. Sentra produksi terasi berada di Desa Korowelang Kulon dan Desa Sendang Sikucing. Semakin bertambahnya usaha pengolahan hasil laut dapat dilihat dari jumlah produksi ikan olahan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Dengan semakin bertambahnya usaha pengolahan perikanan diharapkan akan dapat menambah kontribusi sektor perikanan dan kelautan pada perekonomian Kabupaten Kendal.

c) Kawasan Pesisir Mudah Dijangkau dengan Alat Transportasi

Aksesibilitas pesisir pantai Kabupaten Kendal merupakan masalah utama untuk mendukung keberhasilan pengembangan wilayah. Aksesibilitas Kabupaten Kendal dengan daerah sekitarnya dan aksesibilitas antar daerah pusat kegiatan di dalam Kabupaten Kendal harus merupakan jaringan jalan yang terpadu guna mendukung pergerakan barang dan manusia secara aman, lancar dan nyaman (Bappekab Kendal 2003).

Letak Kabupaten Kendal yang terletak di jalur pantai utara merupakan jalur strategis yang dilewati jalur transportasi nasional yng menghubungkan Kota Surabaya – Semarang – Jakarta. Jaringan jalan yang ada di pesisir pantai Kabupaten Kendal yang sudah beraspal adalah sepanjang 246,27 Km atau sebesar 45,52 % dari total panjng jalan 529,40 Km. selain jaringan transportasi jalan raya, pesisir pantai Kabupaten Kendal juga dilalui jaringan transportasi jalan rel kereta api yang melalui wilayah Kota Kaliwungu, Brangsong dan Weleri.

Sarana angkutan yang dapat digunakan untuk transportasi antar daerah di pesisr sudah cukup tersedia, diantaranya angkutan umum yang disediakan oleh pemerintah dan

angkutan umum yang tidak bermotor ( dokar, becak dan sebagainya). Mudahnya aksesibilitas menuju pesisir pantai Kabupaten Kendal ini, dapat memudahk an juga arus pemasaran produk perikanan, sehingga produk perikanan dapat cepat ke tangan

konsumen dan dapat menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi bagi para nelayan. d) Jumlah Tenaga Kerja Perikanan Cukup Banyak

Modal, sumberdaya alam dan sumberdaya manusia merupakan modal utama yang harus ada dalam proses produksi. Ketiganya mempunyai peran yang sangat penting bagi keberhasilan pembangunan di segala sektor.

Perikanan merupakan mata pencaharian utama masyarakat di kawasan pesisir, sehingga jumlah nelayan di daerah pesisir cukup banyak. Hal ini dikarenakan dekatnya pemukiman nelayan dengan pesisir, sehingga memudahkan nelayan untuk melaut. Tenaga kerja perikanan yang lain adalah pembudidaya (tambak dan kolam) dan pengolah produk perikanan. Banyaknya usaha budidaya perikanan di Kabupaten Kendal,

diimbangi oleh ketersediaan lahan dan dukungan dari pemerintah setempat, sehingga dapat menghasilkan keuntungan. Banyaknya jumlah tenaga kerja perikanan diharapkan sejalan dengan peningkatan produktifitas, sehingga akan meningkatkan produksi

perikanan dan pada akhirnya akan meningkatkan kontribusi perikanan pada perekonomian daerah Kabupaten Kendal.

e) Dikenal oleh Negara Pembeli

Produk biasanya dikenal oleh pembeli karena rasa, aroma, bentuk serta kualitas gizinya. Seperti halnya produk hasil perikanan Kabupaten Kendal baik yang berupa ikan segar maupun produk olahan telah dikenal oleh pembeli karena mempunyai cita rasa yang khas, seperti udang dan ikan teri yang merupakan komoditas primadona yang diharapkan menjadi trademark Kabupaten Kendal. Dengan demikian, kualitas produk perikanan Kabupaten Kendal telah diakui oleh Negara pembeli, sehingga produk perikanan Kabupaten Kendal telah mempunyai pangsa pasar yang jelas.

f) Adanya Pembinaan dan Pemberdayaan dari Pemerintah

Salah satu program pemberdayaan yang telah dilakukan oleh pemerintah adalah program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisisir (PEMP). Melalui program ini masyarakat khususnya nelayan mendapat bantuan modal, sehingga dapat membantu

meningkatkan pendapatan nelayan. Setelah program PEMP berakhir, program pemberdayaan nelayan dilanjutkan melalui peran koperasi perikanan yang juga memberikan bantuan modal kepda nelayan.

Pemerintah juga melakukan program pembinaan diantaranya dengan melakukan penyuluhan, bimbingan teknis dan demonstrasi terhadap nelayan khususnya nelayan pembudidaya, diantaranya nelayan pembudidaya rumput laut dan transplantasi terumbu karang serta budidaya rajungan yang baru-baru ini mulai dikembangkan. Setiap dua minggu sekali pemerintah memberikan pembinaan kepada nelayan pembudidaya, yang meliputi arahan dan praktek langsung. Dengan adanya pembinaan dari pemerintah ini, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan para nelayan yang nantinya dapat

meningkatkan hasil produksi serta pendapatan nelayan.

g) Sektor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal sebagai sektor basis Sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal merupakan sektor basis berdasarkan indikator tenaga kerja dan pendapatan wilayah. Hal ini dapat dilihat dari nilai LQ untuk tena ga kerja dan pendapatan sektor perikanan dan kelautan yang lebih dari satu. Dengan kedudukannya sebagai sektor basis menunjukkan bahwa sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal selain mampu memenuhi kebutuhan wilayah Kabupaten Kendal, juga mampu mengekspor hasil perikanan ke luar wilayah Kabupaten Kendal. Dengan demikian, sektor perikanan dan kelautan mempunyai peran penting dalam kegiatan perekonomian di Kabupaten Kendal, karena dapat menggerakkan kegiatan perekonomian secara keseluruhan, karena dengan bertambahnya kegiatan basis di dalam suatu wilayah akan menambah arus pendapatan ke dalam wilayah yang bersangkutan, sehingga akan menambah permintaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor basis dan non basis.

5.5.1.2 Kelemahan (Weakness)

a) Sarana dan Prasarana Masih Konvensional dan Terbatas Jumlahnya

Kurangnya atau terbatasnya sarana dan prasarana perikanan yang tersedia akan menghambat perkembangan sektor perikanan dan kelautan. Sarana dan prasarana perikanan di Kabupaten Kendal masih sangat terbatas jumlahnya. Hal ini dapat dilihat dari ketersediaan sarana dan prasarana perikanan yang hanya baru berupa TPI yang tidak

dilengkapi dengan prasarana penunjang lainnya seperti tempat pendaratan ikan, tambat labuh, cold strorage dan pabrik es. Kurangnya prasarana penunjang inilah yang

merupakan salah satu penyebab belum termanfaatkannya TPI secara optimal, disamping kurangnya kesadaran masyarakat untuk memanfaatkannya.

Selain masih terbatasnya sarana dan prasarana yang ada, sarana dan prasarana yang telah ada sifatnya masih konvensional. Hal ini dapat dilihat dari alat penangkapan nelayan yang sebagian besar masih menggunakan jaring klitik. Untuk melaut pun sebagian besar nelayan masih menggunakan armada penangkapan yang berupa motor tempel dengan kekuatan 20 PK yang kemampuannya sangat terbatas hanya beberapa mil dari pantai. Penggunaan alat tangkap dan armada penangkapan yang masih tradisional akan sangat mempengaruhi hasil tangkapan yang diperoleh oleh nelayan, sehingga nalayan tidak dapat mendapatkan hasil yang maksimal.

b) Kurangnya Usaha Pembenihan Ikan

Kurangnya usaha pembenihan ikan di Kabupaten Kendal dikarenakan masyarakat lebih tertarik pada usaha budidaya dan pengolahan daripada pembenihan ikan. Hal ini dikarenakan kedua usaha tersebut dianggap lebih menguntungkan dan mempunyai prospek pengembangan yang lebih luas. Terbatasnya usaha di bidang penbenihan di Kabupaten Kendal menyebabkan para pembudidaya harus membeli bibit ikan ke daerah lain, sehingga menyebabkan biaya produksinya lebih tinggi dan akan mengurangi keuntungan yang akan diperoleh.

c) Masih Rendahnya Kualitas Sumberdaya Manusia

Masih rendahnya kualitas sumberdaya manusia dapat dilihat 34,66 % dari masyarakat pesisir di Kabupaten Kendal yang berpandidikan tamatan SD. Hal ini dikarenakan adanya anggapan bahwa menjadi nelayan adalah pekerjaan yang tidak memerlukan pendidikan yang tinggi, melainkan cukup bermodalkan pengalaman saja. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia yang tercermin dari rendahnya tingkat pendidikan masyarakat pesisir, menyebabkan masyarakat pesisir masih menggunakan alat-alat tradisional dalam melakukan penangkapan ikan, sehingga hasil yang diperoleh sedikit. Disamping itu, masih rendahnya kualitas sumberdaya manusia menyebabkan kurangnya pemahaman tentang pelestarian hayati laut, sehingga kelestarian sumberdaya hayati laut tidak terjaga.

d) Modal Terbatas

Investasi di sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Kendal masih relatif kecil terutama di bidang penangkapan dan pengolahan. Pada umumnya investor lebih cenderung menanamkan modalnya di bidang budidaya, karena dianggap lebih

menguntungkan. Akibat dari modal yang terbatas, maka hasil perikanan yang cukup besar hanya diolah dengan cara tradisional, sehingga menyebabkan harga jualnya lebih rendah.

e) Produksi yang Bersamaan

Produksi yang bersamaan terjadi karena para pembudidaya tambak maupun kolam harus memanen ikan pada waktu bersamaan. Apabila terjadi produksi yang bersamaan, maka stok barang dipasaran akan melimpah, sehingga harga barang akan rendah. Hal ini akan sangat merugikan para pembudidaya, karena keuntungan yang akan didapatkan lebih rendah, bahkan terkadang kondisi ini dapat membuat para pembudidaya rugi karena biaya produksi yang harus dikeluarkan jauh lebih tinggi dari keuntungan yang didapat yang disebabkan rendahnya harga ikan dipasaran.

5.5.1.3 Peluang (Opportunity)

a) Meningkatnya Pola Konsumsi Makanan Laut

Meningkatnya pola konsumsi makanan laut dapat dilihat dari pola konsumsi per kapita per tahun masyarakat yang semakin meningkat selama lima tahun terakhir, yaitu dari tahun 1999 sampai tahun 2003 (Tabel 18). Peningkatan jumlah konsumsi ikan di Kabupaten Kendal sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Kabupaten Kendal per tahun dan meningkatnya kesadaran masyarakat Kendal dalam mengkonsumsi ikan sebagai makanan yang bergizi tinggi. Seiring dengan peningkatan konsumsi makanan laut, akan memberikan peluang bagi pengembangan produk perikanan selanjutnya. b) Peningkatan Permintaan Komoditas Ekspor Hasil Laut

Produk perikanan Kabupaten Kendal selain untuk memenuhi permintaan lokal atau daerah sendiri, juga dipasarkan ke daerah lain dan bahkan sudah mampu menembus pasar luar negeri. Beberapa komoditas ekspor produk perikanan di Kabupaten Kendal adalah terinasi, surimi, daging rajungan atau kepiting dan udang dengn daerah pemasaran diantaranya adalah jepang dan Korea. Dengan meningkatnya permintaan akan komoditas

ekspor seperti di atas, akan meningkatkan pendapatan yang diterima oleh nelayan karena disamping penjualannya dalam skala besar juga pembayaran yang diterima dalam bentuk dolar sehingga pendapatan yang diterima lebih tinggi.

c) Pengembangan Perikanan Darat di Daerah Pegunungan Belum Optimal

Daerah atas atau daerah pegunungan yang masih mempunyai surplus air belum banyak dikembangkan usaha perikanan, khususnya perikanan darat. Sebagian besar usaha yang dominan adalah budidaya tanaman dan buah-buahan. Dengan potensi surplus air yang tersedia, akan sangat memberikan peluang dalam pengembangan perikanan khususnya perikanan darat.

d) Belum Terpenuhinya Jumlah Konsumsi Ikan Masyarakat Kabupaten Kendal

Rata-rata konsumsi ikan per kapita Kabupaten Kandal tahun 2003 sebesar 10,45 Kg per kapita per tahun dengan jumlah produksi perikanan sebesar 7.425.671 kg. Angka ini masih lebih rendah dengan target yang diberikan oleh Dewan Ketahanan Pangan tingkat provinsi Jawa Tengah yang mentargetkn rata-rata konsumsi ikan tahun 2003 sebesar 18 Kg per kapita per tahun, sehingga produksi perikanan yang seharusnya dicapai adalah sebesar 12.832.790,4 kg. Belum bisa terpenuhinya jumlah produksi perikanan dikarenakan terbatasnya modal dan sebagian produk dipasarkan keluar daerah sehingga untuk konsumsi pasar-pasar yang ada di dalam daerah belum tercukupi. Dengan demikian, terdapat peluang untuk mengembangkan produk perikanan lebih luas. e) Adanya dukungan dari pemerintah

Pengembangan pembangunan di bidang perikanan yang menjadi salah satu prioritas pemerintah Kabupaten Kendal, merupakan peluang besar bagi pengembangan sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal. Dukungan ini terlihat dari rencana strategis (RENSTRA) Kabupaten Kendal tahun 2002 yang memberikan perhatian lebih kepada sektor perikanan dan kelautan, dengan dibentuknya Dinas perikanan dan kelautan yang terpisah dari Dinas Pertanian Kabupaten Kendal pada tahun 2002.

5.5.1.4 Ancaman (Threat)

a) Ekspoitasi Besar-besaran yang Menyebabkan Kerusakan Ekosistem Laut (Mangrove)

Vegetasi mangrove berfungsi untuk penguat tanggul dan pematang tambak, serta sebagian kecil untuk penahan abrasi pantai. Kerusakan ekosistem Mangrove yang terdapat di Kabupaten Kendal mencapai tingkat kerusakan 25-50 %. Kerusakan vegetasi

mangrove di wilayah pesisir pantai Kabupaten Kendal disebabkan karena adanya konversi hutan mangrove untuk kegiatan budidaya tambak udang intensif. Akibatnya, terlihat beberapa lahan marginal yang sampai saat ini tidak dimanfaatkan sebagai lahan tambak udang. Lahan marginal ini merupakan suatu lahan yang mempunyai daya dukung lingkungan relatif rendah akibat dari dampak pengelolaan tambak intensif. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat pencemaran bahan organic di pantai utara Jawa Tengah cukup tinggi, termasuk pantai Kabupaten Kendal.

Kerusakan yang terjadi pada ekosistem mangrove akan sangat mengancam ketersediaan stok sumberdaya dan nutrien yang bermanfaat bagi kehidupan organisme pada perairan, sehingga akan dapat menurunkan produksi perikanan di Kabupaten Kendal.

b) Meningkatnya Tingkat Abrasi Pantai

Abrasi atau pengikisan daratan oleh air laut mengancam kelestarian sumberdaya hayati laut. Adanya abrasi di sekitar pantai menyebabkan pendangkalan air laut. Pendangkalan air laut akan menyulitkan kapal-kapal yang akan mendaratkan hasil tangkapannya di TPI, akibatnya ikan hasil tangkapan nelayan tidak dapat langsung dibawa ke TPI, sehingga akan menurunkan kesegaran ikan dan harga jualnya juga akan turun. Dampak lain yang ditimbulkan oleh abrasi pantai adalah berkurangnya lahan tambak akibat pengikisan air laut. Disamping itu, terlarutnya nutrien di dalam tanah oleh air laut menyebabkan berkurangnya nutrien yang tersedia untuk organisme di perairan tersebut.

c) Persaingan Pasar Dengan Daerah Lain

Memasuki era perdagangan bebas dituntut adanya spesifikasi produk, sehingga mampu bersaing dengan pasar. Persaingan pasar dengan daerah lain akan menjadi ancaman bagi pemasaran produk perikanan Kabupaten Kendal. Hal ini disebabkan kurangnya diversifikasi produk perikanan, sehingga tidak mampu bersaing dengan produk daerah lain. Kurang berkembangnya produk perikanan Kabupaten Kendal dapat menjadi ancaman pengembangan sektor perikanan dan kelautan, karena tidak mampu bersaing dengan produk daerah lain sehingga tidak menutup kemungkinan konsumen lebih tertarik pada produk perikanan daerah lain dan produk perikanan Kabupaten Kendal akan kehilangan pangsa pasar potensialnya.

d) Berkurangnya Lahan Perikanan karena Peralihan Fungsi Menjadi Pemukiman Kawasan pemukiman adalah kawasan yang diperuntukkan untuk menampung penduduk yang ada di Kabupaten Kendal sebagai tempat hunian dengan fasilitas sosial penunjang lainnya. Beralihnya fungsi lahan perikanan menjadi lahan pemukiman karena semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk, menyebabkan berkurangnya lahan yang digunakan untuk usaha perikanan khususnya usaha perikanan budidaya. Semakin berkurangnya lahan untuk usaha perikanan, akan mengurangi jumlah produk perikanan yang akan dihasilkan, sehingga akan mengurangi pendapatan para nelayan.

e) Letak Kawasan Industri yang Bersebelahan dengan Tambak Rakyat

Kawasan industri adalah kawasan yang diperuntukkan bagi industri berupa tempat pemusatan kegiatan industri. Kawasan industri di Kabupaten Kendal terletak di

Kecamatan Kaliwungu yang terdapat beberapa perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang industri. Dekatnya lokasi kawasan industri dengan areal tambak rakyat dapat menimbulkan masalah lingkungan, diantaranya adalah limbah yang dikeluarkan oleh perusahaan industri tersebut dapat mencemari lingkungan dan perairan sekitar kawasan industri, sehingga dapat mengganggu kelangsungan hidup organisme yang ada di dalam perairan, dan selanjutnya dapat menurunkan produksi perikanan.

Ancaman lain dari dekatnya lokasi kawasan industri dengan lahan tambak rakyat adalah berpindahnya tenaga kerja perikanan menjadi tenaga kerja di bidang industri. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya jumlah tenaga kerja perikanan yang nantinya akan menurunkan produktifitas sektor perikanan dan kelautan.

f) Konflik Kepentingan

Sifat pemanfaatan laut yang open acces, yaitu siapapun berhak memanfaatkan sumberdaya yang ada di laut tanpa melebihi batas lestari pemanfaatnnya, dapat

menimbulakan beberapa masalah kepentingan. Konflik kepentingan terjadi adalah antara nelayan besar dan nelayan kecil mengenai daerah penangkapan. Biasanya nelayan

kecillah yang menderita kerugian lebih besar, karena kalah bersaing dengan nelayan besar dalam hal teknologi dan modal. Konflik kepentingan ini jarang terjadi di Kabupaten Kendal, tetapi cukup penting untuk diperhatikan karena dapat mengancam ketentraman dan keselamatan para nelayan.

5.5.2 Analisis Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Matriks Eksternal

Dalam dokumen V HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 49-58)

Dokumen terkait