• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN KONSENTRASI BAHAN FIKSATIF

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 PENENTUAN KONSENTRASI BAHAN FIKSATIF

4.1.1

Pengujian Sensori

Tahap awal yang dilakukan adalah memformulasikan bahan fiksatif minyak nilam dan bahan pewangi lemon dan diujikan ke panelis untuk mengetahui konsentrasi bahan fiksatif terbaik dalam mengikat wangi dari bahan pewangi. Bahan fiksatif yang digunakan adalah minyak nilam dan bahan pewangi yang digunakan adalah minyak lemon.

Sampel produk ada 2 macam yaitu, sampel uji dan sampel kontrol. Sampel kontrol diasumsikan sebagai produk gel pengharum ruangan yang belum digunakan sedangkan sampel uji diasumsikan sebagai produk gel pengharum ruangan yang telah digunakan. Oleh karena itu, sampel uji disimpan di dalam inkubator pada suhu 30ºC dengan kondisi botol jar terbuka. Sampel uji disimpan di dalam inkubator pada suhu 30ºC agar suhunya tetap selama penyimpanan. Selain itu, biasanya produk gel pengharum ruangan digunakan pada ruangan dengan suhu sekitar 27ºC - 30ºC.

Sampel produk yang telah jadi disimpan selama 6 hari. Kemudian pada hari ke-3 dan hari ke-6 penyimpan dilakukan pengujian sensori (uji skoring) oleh panelis. Pada saat pengujian sensori, dihadapan panelis terdapat 2 jenis sampel yaitu, sampel kontrol dan sampel uji. Berdasarkan hasil uji sensori yang dilakukan oleh panelis, diketahui bahwa sampel produk dengan konsentrasi minyak nilam sebesar 1% pada hari ke-3 dan hari ke-6 penyimpanan memiliki nilai skala rata-rata kekuatan wangi yang paling tinggi dibandingkan dengan konsentrasi minyak nilam 0%, 0.5%, 1.5%, dan 2%. Rata-rata penilaian panelis terhadap sampel produk dengan konsentrasi nilam sebesar 1% pada hari ke-3 berada pada skala 42.12. Angka tersebut menunjukkan bahwa dari rentang skala 0-100, sampel produk dengan kandungan minyak nilam 1% pada hari ke-3 penyimpanan mempunyai kekuatan wangi sebesar 42.12 dan angka tersebut merupakan angka penilaian tertinggi yang diberikan oleh panelis dibandingkan dengan sampel produk yang mengandung minyak nilam sebesar 0%, 0.5%, 1.5%, dan 2%.

Kemudian rata-rata penilaian panelis terhadap sampel produk dengan kandungan minyak nilam 1% pada saat hari ke- 6 penyimpanan berada pada skala 35.89. Angka tersebut merupakan angka tertinggi dari rata-rata penilaian panelis terhadap kekuatan wangi minyak nilam dibandingkan dengan sampel produk yang mengandung minyak nilam sebesar 0%, 0.5%, 1.5%, dan 2%. Tabel hasil penilaian sensori dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 9. Hasil pengujian statistik analisis ragam menunjukkan bahwa kekuatan wangi baik saat hari ke-3 maupun hari ke-6 penyimpanan tidak berbeda nyata. Tabel hasil uji statistik dari penilaian sensori panelis dapat dilihat pada Lampiran 8 dan Lampiran 10. Histogram rata-rata penilaian panelis terhadap kekuatan wangi dapat dilihat pada Gambar 7.

27

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 0 0.5 1 1.5 2 R a ta -r a ta P en il a ia n P a n el is

Konsentrasi Minyak Nilam (%)

Hari ke-3 penyimpanan Hari ke-6 penyimpanan

Gambar 7. Histogram rata-rata penilaian panelis terhadap kekuatan wangi

Berdasarkan histogram di atas, dapat diketahui bahwa pada konsentrasi 0%, 0.5%, dan 1% minyak nilam, rata-rata penilaian panelis terhadap kekuatan wangi sampel uji produk mengalami peningkatan, dan setelah melewati konsentrasi 1%, penilaian rata-rata panelis menjadi menurun. Hal ini berarti, penggunaan minyak nilam pada sampel uji produk paling baik pada konsentrasi 1%.

4.1.2

Kehilangan Berat Sampel Produk

Selama penyimpanan sampel produk uji mengalami kehilangan berat. Tabel 8 menunjukkan rata-rata total kehilangan berat sampel produk uji setelah 6 hari penyimpanan.

Tabel 8. Rata-rata total kehilangan berat sampel produk uji setelah 6 hari penyimpanan Konsentrasi minyak nilam (%) Rata-rata total kehilangan berat sampel uji (gram)

Hari ke-3 Hari ke-6

0 1.3188 2.2169

0.5 1.1909 2.1783

1 1.2626 2.1557

1.5 1.2688 2.3012

2 1.3411 2.3825

Sampel produk yang dibuat terdiri atas komponen air dan minyak atsiri. Selain minyak atsiri yang mengalami penguapan, air pada produk juga mengalami penguapan. Kemampuan produk mempertahankan beratnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah komposisi bahan formulasi produk. Bahan dalam produk gel penolak nyamuk mengandung zat-zat yang mudah menguap yaitu, minyak atsiri (Ketaren et al. 1986).

Tabel 8 menunjukkan bahwa sampel uji minyak nilam dengan konsentrasi 1% memiliki nilai rata-rata total kehilangan berat yang paling kecil dibandingkan dengan konsentrasi 0%, 0.5%, 1.5%, dan 2%. Nilai rata-rata total kehilangan berat sampel uji minyak nilam dengan konsentrasi 1% adalah 2.1557 gram sedangkan nilai rata-rata pada sampel uji minyak nilam dengan konsentrasi 0%, 0.5%, 1.5%, dan 2% berturut-turut adalah 2.2169 gram, 2.1783 gram, 2.3012 gram, dan 2.3825 gram. Hal

28

tersebut dapat terjadi karena semakin banyak minyak nilam yang digunakan, maka minyak nilam yang menguap semakin besar. Sehingga, dapat dikatakan bahwa sampel uji minyak nilam dengan konsentrasi 1% memiliki daya fiksatif yang lebih baik dibandingkan minyak nilam dengan konsentrasi 0%, 0.5%, 1.5%, dan 2%. Hasil pengukuran kehilangan berat ini sama dengan hasil pengujian sensori minyak nilam, yaitu penggunaan minyak nilam pada sampel uji produk optimum pada konsentrasi 1%. Sehingga, didapatkan hasil bahwa angka konsentrasi terbaik bahan fiksatif (minyak nilam) dalam mengikat wangi minyak lemon adalah sebesar 1%.

Zat pengikat (fixative) adalah suatu persenyawaan yang memiliki daya menguap yang lebih rendah dari zat pewangi atau minyak atsiri dan dapat menghambat atau mengurangi kecepatan penguapan dari zat pewangi. Penambahan zat pengikat bertujuan untuk memfiksasi bau dan mencegah agar komponen yang dapat menguap terutama zat pewangi jangan terlalu cepat menguap dan dapat dipertahankan dalam jangka waktu yang lebih lama. Zat pengikat yang baik digunakan adalah memiliki titik didih tinggi dan tidak berbau atau berbau wangi (Ketaren 1975). Berdasarkan literatur tersebut, dapat dikatakan bahwa penggunaan minyak nilam sebagai bahan fiksatif tidak memiliki efek

masking (menutupi) wangi minyak lemon yang digunakan sebagai bahan pewangi.

Pada umumnya zat pengikat yang digunakan dapat berasal dari bahan nabati, bahan hewani, dan zat pengikat yang dibuat secara sintetis. Zat pengikat nabati pada umumnya berasal dari golongan gum, resin, lilin atau beberapa jenis minyak atsiri yang bertitik didih tinggi, misalnya minyak akar wangi, minyak kayu cendana, dan minyak nilam (Ketaren 1975). Pada penelitian ini digunakan zat pengikat nabati yang berasal dari golongan minyak atsiri yaitu, minyak nilam. Hal ini dikarenakan, minyak nilam memiliki sifat yang baik untuk dijadikan bahan fiksatif.

Minyak nilam merupakan bahan baku yang penting untuk industri wewangian dan kosmetika dengan sifat-sifat sebagai berikut: (a) sukar menguap dibanding dengan minyak atsiri lainnya, dan (b) dapat dicampur dengan minyak eteris lainnya. Karena sifat-sifat inilah minyak nilam dipakai sebagai fiksatif (pengikat bau atau aroma) untuk industri wewangian (Santoso 1990).

Minyak nilam mengandung beberapa senyawa, antara lain benzaldehid (2.34%), kariofilen (17.β9%), α-patchoulien (28.28%), buenesen (11.76%), dan patchouli alkohol (40.04%). Patchouli alkohol merupakan komponen yang paling penting dan sering dijadikan standar karena sebagai penentu tingginya kualitas minyak nilam. Minyak nilam bersifat fiksatif terhadap bahan pewangi lain, sehingga dapat mengikat bau wangi dan mencegah penguapan zat pewangi tersebut sehingga bau wanginya tidak cepat hilang (tahan lama) (Kardinan 2009).

Penggunaan minyak nilam dalam industri karena sifat daya fiksasinya yang cukup tinggi terhadap bahan pewangi lain agar aroma bertahan lama, sehingga dapat mengikat bau wangi dan mencegah penguapan zat pewangi. Komponen kimia penyusun minyak nilam terdiri atas dua golongan yaitu, golongan hidrokarbon yang berupa senyawa seskuiterpen, berjumlah sekitar 40-45% dari berat minyak dan golongan hidrokarbon beroksigen (oxygenated hydrocarbon) yang berjumlah sekitar 52-57 % dari berat minyak (Guenther 1949).

Minyak nilam mengandung senyawa patchouli alkohol yang merupakan penyusun utama dalam minyak nilam, dan kadarnya mencapai 50-60% (Guenther, 1990). Patchouli alkohol merupakan komponen golongan hidrokarbon beroksigen, merupakan senyawa yang menentukan bau minyak nilam dan merupakan komponen yang terbesar di dalam minyak nilam (Trifilieff 1980). Oleh karena itu, senyawa patchouli alkohol merupakan indikator penentuan kualitas dari tanaman nilam.

Minyak atsiri dengan karakteristik tertentu yaitu, memiliki titik didih yang tinggi dapat berfungsi sebagai fiksatif. Minyak nilam merupakan salah satu minyak atsiri yang mempunyai titik didih tinggi yaitu, 280.370C (Yanyan dkk. 2004). Peran minyak nilam sebagai zat fiksatif wangi

29

minyak atsiri lain, diduga oleh adanya semacam kohesivitas antara minyak nilam dengan komponen- komponen dalam minyak atsiri yang lain.

Mekanisme kerja minyak nilam dalam mengikat wangi minyak atsiri yang lainnya adalah patchouli alkohol dari minyak nilam yang memiliki titik didih tinggi bercampur dengan minyak lemon yang memiliki persenyawaan mudah menguap. Patchouli alkohol merupakan senyawa yang memiliki titik didih tinggi dan berat molekul tinggi sehingga berfungsi sebagai penghambat atau mengurangi kecepatan penguapan dari zat pewangi (minyak lemon). Oleh karena itu, adanya pencampuran kedua bahan tersebut mengakibatkan daya penguapan menjadi berkurang (menghambat release) sehingga wangi yang terdapat pada campuran tersebut memiliki sifat lekat yang baik dan tahan lama.

Dokumen terkait