• Tidak ada hasil yang ditemukan

LOKAL DI KELURAHAN CURUG MEKAR KOTA BOGOR

8.1. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal 1. Identifikasi Faktor Internal

8.2.3. Penentuan Skor atau Nilai Terbobot Faktor Internal dan Eksternal

Penentuan skor nilai terbobot pada Matriks IFE dilakukan dengan melakukan perkalian bobot dan rating. Berikut Tabel 16. nilai terbobot.

Tabel 16. Internal Factor Evaluation Matriks (IFE - Matriks)

Faktor Strategis Internal Bobot Rating Nilai Terbobot

Kekuatan 1,83

Lingkungan Kondusif 0,11 2,66 0,29

Struktur Lembaga Lokal 0,07 3,83 0,28 Nilai Budaya dan Agama 0,07 3,83 0,26 Motivasi Keluarga Miskin 0,07 3,66 0,26

Lembaga Mapan 0,07 3,33 0,25

Wilayah Sasaran 0,08 3,33 0,25

Peran Aktor Sosial 0,06 3,66 0,23

Kelemahan 0,89

Sektoralisme Aktor Sosial 0,09 2,33 0,21

Belum Terdapat Pedoman 0,09 2,16 0,19 Sistem Adm Antar lembaga 0,09 2,00 0,18 Terdapat Persepsi Hibah 0,11 1,66 0,18

Lemahnya Koordinasi 0,09 1,50 0,13

Total 1 34 2,72

Matrik evaluasi faktor intenal (IFE) merupakan hasil dari identifikasi faktor-faktor strategis internal berupa kekuatan dan kelemahan yang berpengaruh terhadap penanggulangan kemiskinan perkotaan di Kelurahan Curug Mekar. Dari hasil IFE Matriks Tabel 16. diperoleh total skor (nilai terbobot) untuk faktor strategis internal sebesar 2,72. Jumlah total nilai terbobot faktor strategis internal elemen kekuatan yakni 1,83 sedangkan jumlah total nilai terbobot faktor strategis internal elemen kelemahan yakni 0,89 dan apabila jumlah total nilai terbobot faktor strategis internal lebih dari rata-rata yakni 2,5 maka menunjukkan bahwa upaya penanggulangan kemiskinan perkotaan di Kelurahan Curug Mekar secara internal telah mampu memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi kelemahannya.

Kekuatan utama yang dimiliki adalah elemen kekuatan keempat yakni terdapat potensi sumber daya alam yang kondusif dalam penanggulangan kemiskinan. Permasalahan kemiskinan bukan disebabkan bencana alam maupun bencana sosial. Kelurahan Curug Mekar memiliki potensi sumber daya air yang dapat menunjang upaya penanggulangan kemiskinan yakni terdapat 3 (tiga) titik besar potensi mata air yang berada pada RT 001/001, RT 003/002 dan RT 006/009. Elemen keempat memiliki skor 0,287.

Kekuatan kedua adalah elemen kekuatan kelima yakni memiliki struktur yang jelas dalam sebuah lembaga yang memudahkan operasionalisasi penanggulangan kemiskinan meskipun masih bernuansa sektoral di Kelurahan Curug Mekar dengan skor 0,284. Kekuatan ketiga adalah elemen kekuatan ketujuh yakni terdapat keinginan keluarga miskin untuk lepas dari permasalahan kemiskinan dengan skor 0,265. Beberapa aspek yang menjadi perhatian misalnya aspek pendidikan, bahwa meskipun orang tua siswa SD Negeri Cijahe merupakan keluarga miskin tetapi 80% siswanya diterima pada SMP Negeri (Dinas Pendidikan, 2006). Aspek lain misalnya ekonomi produktif, bahwa tingkat pengembalian kegiatan KUBE adalah sebesar 0,62% atau sebanyak 49 lancar tingkat pengembaliannya artinya terdapat keinginan mengentaskan kemiskinan secara berkelanjutan dari sisi keluarga miskin.

Kekuatan keempat adalah elemen kekuatan keenam yakni terdapat nilai nilai luhur yang dianut oleh lembaga lokal selain Dewan Kerohanian Masjid terdapat pula yayasan yang bersumberkan pada kitab suci Al Quran, dimana sudah menjadi kewajiban warga mampu untuk membantu kaum dhuafa. Skor 0,262.

Kekuatan kelima adalah pemetaan wilayah sasaran yang telah jelas yakni 21 RT dari 56 RT di Kelurahan Curug Mekar, dapat dikatakan cakupan pelayanan upaya penanggulangan kemiskinan dapat difokuskan pada ke 21 RT tersebut sehingga data base secara lokatif telah ditentukan pada batas wilayah tertentu saja dengan skor 0,253.

Kekuatan keenam adalah elemen kekuatan ketiga yakni terdapat lembaga yang telah mapan seperti DKM, LPM dan lembaga/yayasan yang telah mengalami fase exit strategy dengan mencatatkan lembaga melalui akta notaris dengan skor 0,248. Kekuatan elemen terakhir adalah peran aktor sosial dengan skor 0,023. peran aktor sosial dalam hal ini adalah kegiatan sektoral berupa mediasi, advokasi dan fasilitasi.

Disamping kekuatan, kelemahan yang dimiliki Kelurahan Curug Mekar dalam upaya penanggulangan kemiskinan perkotaan adalah berturut turut sebagai berikut. Kelemahan utama adalah elemen kelemahan pertama yakni daya dukung aktor sosial masih bernuansa sektoral dengan skor 0,205. Aktor sosial cenderung kurang memiliki arahan penanggulangan kemiskinan secara menyeluruh. Kegiatan yang dilakukan bersifat jangka pendek yakni selesai ketika telah menghasilkan output. Kelemahan ini berdampak pada lemahnya fungsi pelestarian dan kontrol sosial secara berkelanjutan. Selain itu dapat dikatakan bahwa aktor sosial belum memahami posisinya yang sangat strategis terhadap upaya penanggulangan kemiskinan secara keseluruhan.

Kelemahan kedua adalah elemen kelemahan kedua yakni belum terdapat suatu pedoman yang mengintegrasikan semua potensi kelembagaan lokal dengan skor 0,188. Pedoman akan bermakna strategis bagi siapapun yang menjadi

stakeholdernya termasuk pedoman aktor sosial untuk mengintegrasikan diri secara keseluruhan dalam upaya penanggulangan kemiskinan perkotaan secara berkelanjutan.

Kelemahan ketiga adalah elemen kelemahan kelima yakni masih terdapat persepsi hibah dengan skor 0,182. indikator persepsi hibah adalah masih terdapat tingkat pengembalian kurang lancar dalam usaha ekonomi produktif (Kantor Kesatuan Bangsa dan Pemberdayaan, 2006)

Kelemahan keempat adalah elemen kelemahan keempat yakni pelaksanaan multi sektoral penanggulangan kemiskinan memberikan indikasi perbedaan dalam kerangka pengorganisasian yang akhirnya akan berdampak pula pada pola kerja, format pelaksanaan dan format evaluasi. Skor 0,182. Kelemahan terakhir yakni elemen kelemahan ketiga yakni pelaksanaan multisektoral banyak melibatkan stakeholder sehingga menyulitkan koordinasi dengan skor 0,133.

b. Matriks EFE

Matrik evaluasi faktor eksternal (EFE) merupakan hasil dari identifikasi faktor-faktor strategis eksternal berupa peluang dan ancaman yang berpengaruh terhadap penanggulangan kemiskinan perkotaan di Kelurahan Curug Mekar. Dari hasil EFE Matriks Tabel 17. diperoleh total skor (nilai terbobot) untuk faktor strategis eksternal sebesar 2,79. Jumlah total nilai terbobot faktor strategis eksternal elemen peluang yakni 1,79 sedangkan jumlah total nilai terbobot faktor strategis eksternal elemen ancaman yakni 0,99 dan apabila jumlah total nilai terbobot faktor strategis internal lebih dari rata-rata yakni 2,5 maka menunjukkan

bahwa upaya penanggulangan kemiskinan perkotaan di Kelurahan Curug Mekar secara eksternal telah mampu memanfaatkan peluang yang dimiliki untuk mengatasi ancamannya.

Tabel 17. External Factor Evaluation Matrix (EFE - Matriks)

Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor

Peluang 1,79

Perkembangan Teknologi 0,11 3,17 0,35

Kebijakan Pemerintah Daerah 0,08 4,00 0,33

Posisi Strategis Kelurahan 0,10 3,17 0,32

Tanggung Jawab Sosial 0,08 3,67 0,30

Bank Data 0,09 3,17 0,27

Tim ‘Looper’ Kemiskinan 0,06 3,67 0,22

Ancaman 0,99

Kebijakan Kurang Mendukung 0,13 2,17 0,27

Penguasaan Aset Ekonomi 0,12 2,17 0,25

Era Globalisasi 0,12 2,00 0,25

Ketidakstabilan Ekonomi 0,11 2,00 0,22

Total 1 29 2,79

Peluang utama adalah elemen peluang keempat yakni peluang perkembangan teknologi informasi yang memudahkan format maupun akses bantuan terlebih posisi kelurahan yang secara lokatif dekat sekali dengan berbagai pusat pelayanan pemeritahan umum. Skor 0,352.

Peluang kedua adalah elemen peluang kedua yakni kebijakan pemerintah daerah Kota Bogor dengan skor 0,33. Kebijakan pemerintah daerah Kota Bogor adalah merancang manajemen penganggulangan kemiskinan perkotaan tingkat Kota Bogor untuk dapat mengintegrasikan sebagian potensi anggaran tehadap upaya penanggulangan kemiskinan di Kota Bogor secara menyeluruh.

Peluang ketiga adalah elemen peluang ketiga yakni posisi strategis Kelurahan Curug Mekar yang memudahkan perolehan akses informasi dan bantuan baik secara lokatif dekat sekali dengan pusat pelayanan kecamatan, pelayanan puskesmas serta relatif dekat dengan pelayanan pemerintahan umum tingkat Kota Bogor. Peluang keempat adalah elemen peluang kelima yakni terdapat tanggung jawab sosial dengan skor 0,302 seperti halnya organisasi BAZ maupun BUMN (Pertamina, Telkom) yang terus menerus melakukan pengembangan manajemen.

Peluang kelima adalah elemen peluang kesatu yakni telah disepakatinya data kemiskinan melalui Badan Pusat dan Statistik. Skor 0,269. Peluang keenam atau elemen terakhir adalah elemen peluang keenam yakni telah dibentuknya Tim Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan yang melaksanakan fungsi manajemen penanggulangan kemiskinan tingkat Kota Bogor yang dimulai pada tahun 2006. Skor 0,221. Selain peluang ancaman dalam upaya penanggulangan kemiskinan perkotaan adalah ancaman pertama yakni elemen ancaman kedua kebijakan yang kurang mendukung optimalisasi kemandirian swadaya lokal dengan skor 0,271.

Ancaman kedua yakni elemen ancaman kesatu dengan skor 0,254 untuk persaingan antar penduduk lokal dan pendatang. Dengan beralihnya fungsi ruang pertanian menjadi ruang permukiman bagi ruang Kelurahan Curug Mekar maka akan meningkatkan konsumsi rumah tangga menjadi tinggi, konsekuensinya adalah muncul berbagai peluang usaha. Apabila interaksi fungsional tersebut berkepanjangan terlebih etos kerja penduduk lokal lemah akan mengancam gejala kemiskinan. Ancaman ketiga yakni era globalisasi yang menuntut daya saing yang tinggi dengan skor 0,248. Ancaman keempat atau ancaman terkhir yakni

ketidakstabilan kondisi politik dan kondisi keamanan nasional yang akan berimplikasi pada kondisi ekonomi yakni skor 0,220. Berikut adalah matriks EFE pada Tabel 18.

Dokumen terkait