BAB IV HASIL PENELITIAN
5. Penentuan subyek
Dalam menentukan Subyek harus melihat : BIDANG–SUBYEK-ASPEK Subyek-subyek ini penting sekali untuk penelusuran, yaitu :
1. Subyek peraturan tersebut akan di cantumkan dalam kartu katalog dalam jejakan;
2. Subyek peraturan tersebut akan menjadi dasar pembuatan kartu tambahan dengan tajuk subyek di atas;
3. Subyek peraturan tersebut penting untuk penyusunan katalog subyek yang akan disusun berabjad menurut subyeknya.
Petunjuk Penentuan Subyek Peraturan perundang-undangan 1. Dasar Pemilihan
a. Diambil dari materi yang diatur
b. Harus dipertimbangkan, bahwa subyek yang dipilih diperkirakan akan dapat dipakai oleh pemakai informasi.
2. Istilah dan bahasa
a. Memakai bahasa Indonesia dengan ejaan yang telah disempurnakan
b. Istilah asing yang sudah diindonesiakan c. Harus mengandung suatu pengertian 3. Penulisan
a. Memakai kata dasarnya (tetapi apabila kata dasarnya mengandung suatu pengertian).
Misalnya : PENDIDIKAN bukan DIDIK
Demikian juga untuk kedua kata yang berlainan, untuk menentukan subyeknya didasarkan pada kegunaannya.
Misalnya : KEDOKTERAN DAN DOKTER
Keduanya dapat dipakai sebagai subyek karena mengandung arti yang berlainan.
Misalnya : BANK bukan BANK-BANK
c. Dapat ditambahkan subyek lain untuk memperjelas. Misalnya : PAJAK PENGHASILAN – PERUBAHAN 4. Pengetikan Subyek
a. Diketik dengan huruf kapital
b. Apabila ada subyek lain yang memperjelas, pemisahannya dengan tanda hypen (-)
Contoh :
PAJAK PENGHASILAN – PENCABUTAN
6. Penyusunan Katalog Peraturan
a. Katalog Utama
Katalog Utama disusun secara hirarkhis kronologis di dalam laci-laci katalog
b. Katalog Subyek
Katalog Subyek disusun secara alphabet di dalam laci-laci katalog
7. Pembuatan Tajuk Entri Utama
Yang menjadi Tajuk Entri Utama untuk karya peraturan adalah Badan Korporasi/Lembaga Pemerintah yang mengeluarkan peraturan yaitu : a. Untuk Badan Korporasi seperti (Bank, Badan, Lembaga, Perguruan
Tinggi, dll.) dicatat langsung pada nama masing-masing. Contoh :
Bank Indonesia
Perpustakaan Nasional Universitas Indenesia
b. Badan Pemerintah yang melakukan tugas dasar Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif, seperti Departemen Pemerintahan, Angkatan Bersenjata, Badan peradilan, Dewan Perwakilan, mencatat nama Negara di depan nama badan pemerintah tersebut.
Contoh :
Indonesia. Departemen Dalam Negeri Indonesia. Markas Besar Kepolisian Indonesia. Mahkamah Agung
c. Badan bawahan yang tidak dapat dikenali tanpa badan induknya seperti : Biro, Seksi, dll. Mencatat nama badan induknya.
Contoh :
Indonesia. Departemen Perindustrian. Biro Hukum
d. Untuk Peraturan/Keputusan/Instruksi dari Kepala Negara harus mencatat nama Negara, jabatannya yaitu Presiden, serta keterangan di dalam kurung tentang masa jabatan dan nama Kepala Negara (nama ditulis dengan ejaan bahasa Indonesia yang telah disempurnakan, ini hanya untuk keperluan pengolahan bahan dokumentasi).
Contoh :
Indonesia. Presiden (1945-1967 : Sukarno) Indonesia. Presiden (1968-1998 : Suharto) Indonesia. Presiden (1998-1999 : B.J. Habibi)
Indonesia. Presiden (1999-2001 : Abdurrahman Wahid) Indonesia. Presiden (2001-2004) : Megawati Sukarno Putri) Indonesia. Presiden (2004-2014) : Susilo Bambang Yudoyono)
e. Untuk Peraturan/Keputusan/Instruksi/Surat Edaran dari Kepala Daerah, dengan mencatat nama daerahnya, dan jabatan dari Kepala Daerah tersebut.
Contoh :
Banten. Gubernur Tangerang. Walikota Tangerang. Bupati
f. Untuk Peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mencatat langsung nama daerahnya : Contoh :
Sulawesi Utara Catatan :
Tajuk Entri Utama untuk suatu daerah yang mempunyai kekhususan Nangroe Aceh Darussalam Tajuk Entri utamanya : Aceh Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Tajuk Entri Uatamanya : Jakarta Daerah Istimewa Yogyakarta Tajuk Entri Utamanya ` : Yogyakarta g. Untuk ketentuan yang dikeluarkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, mencatat daerahnya, baru badan korporasinya. Contoh :
Banten. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Tengah. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jakarta. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Catatan :
Dalam hal menentukan Tajuk Entri Utama untuk daerah yang
memakai nama yang sama untuk tingkat daerah yang berbeda, Tajuk Entri Utamanya memakai nama daerah dilengkapi dengan keterangan dalam kurung tentang tingkat daerahnya.
Contoh :
Tangerang (Kabupaten) Tangerang (Kota) Jambi (Provinsi) Jambi (Kota)
8. Petunjuk pembuatan judul seragam
Judul Seragam ini merupakan sarana perpustakaan/pusdokinfo untuk menemukan kembali semua kartu-kartu katalog tentang suatu kelompok jenis peraturan perundang-undangan antara lain sebagai berikut :
__________________________________________________________________ Jenis Peraturan Perundang-undangan Judul Seragam
__________________________________________________________________ UU / PERPU [Peraturan Perundang-undangan] Peraturan Pemerintah [Peraturan Perundang-undangan] Peraturan Presiden [Peraturan Perundang-undangan] Peraturan Daerah [Peraturan daerah]
(Provinsi/Kabupaten/Kota)
Peraturan Pelaksanaan :
Keputusan Presiden [Peraturan perundang-undangan] Peraturan Menteri [Peraturan perundang-undangan] Keputusan Menteri [Peraturan perundang-undangan] Peraturan Gubernur [Peraturan daerah]
Peraturan Walikota [Peraturan daerah]
Jenis Instruksi dan Pengumuman Resmi :
Keputusan [Instruksi, pengumuman, dsb.]
Instruksi [Instruksi, pengumuman, dsb.]
Pengumuman [Instruksi, pengumuman, dsb.]
Maklumat [Instruksi, pengumuman, dsb.]
Surat Edaran [Instruksi, pengumuman, dsb.]
Surat [Instruksi, pengumuman, dsb.]
Kawat [Instruksi, pengumuman, dsb.]
Radiogram [Instruksi, pengumuman, dsb.]
Nota Dinas [Instruksi, pengumuman, dsb.]
9. Diskripsi Bibliografi
Secara garis besar pembuatan diskripsi bibliografi untuk bahan peraturan perundang-undangan adalah sama dengan bahan buku di perpustakaan lainnya. Perbedaannya hanya terdapat dalam rincian unsur-unsurnya. Oleh karena itu aturan untuk deskripsi bibliografi peraturan perundang-undangan dibedakan dari yang untuk buku
1. Daerah judul dan keterangan tanggung jawab unsur-unsurnya adalah ; a. Bentuk Peraturan
b. Nomor Peraturan
c. Tanggal, Bulan dan Tahun d. Judul Peraturan
2. Daerah tempat dan tahun penetapan peraturan 3. Daerah sumber teks peraturan
a. Singkatan Sumber
Tambahan Lembaran Negara TLN
Berita Negara BN
Warta Cafi WC
Himpunan Peraturan Negara HPN
b. Tanggal Sumber
Dalam hal sumber atau himpunan yang bersangkutan merupakan seri atau terbitan berkala harus dicantumkan jilid dan nomor seri dan tanggal terbitnya dalam hal terbitan berkala.
Contoh : LN 2009 (1) TLN 2009 (4956) c. Halaman / Jumlah Halaman
Dalam hal peraturan terbit di sumber yang diberi nomor halaman, harap dicatat nomor halaman.
Contoh :
LN 1985 (68) : 1491-1506
Dalam hal tidak diberi nomor halaman, ataupun lembaran lepas, maka dicatat jumlah halamannya.
Contoh :
HPDEPKUMHAM 2009 : 10 hlm. LL SETNEG 2009 : 20 hlm 4. Daerah Subyek
Daerah ini di isi dengan satu atau beberapa subyek yang di tulis dengan huruf kapital.
5. Daerah Singkatan Bentuk
Daerah ini di isi dengan singkatan yang dibuat berdasarkan bentuk peraturan yang terdapat di diskripsi bibliografi untuk peraturan yang bersangkutan.
Contoh :
Undang-undang UU
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang PERPU
Peraturan Pemerintah PP
Instruksi Presiden INPRES
Peraturan Daerah PERDA
6. Daerah Lokasi Penyimpanan
Di sudut kartu sebelah kanan bawah, dicantumkan kode untuk Unit Jaringan yang bersangkutan (yang membuat katalog).
Contoh :
SETJEN DEPKUMHAM ITJEN DEPKUMHAM DITJEN IMIGRASI CATATAN :
1. Apabila data yang diperlukan tidak terdapat pada bagian tersebut, maka harus diperiksa dalam peraturan itu sendiri, dan jika belum dapat diperoleh harus dinyatakan dalam kurung siku […].
2. Dalam hal judulnya terlalu panjang, dapat dipotong dengan menempatkan tanda tiga titik dalam kurung siku […] pada bagian
yang dipotong, asalkan bagian yang dikutip cukup mencerminkan materi yang diatur dalam peraturan yang bersangkutan.
3. Huruf pertama dalam uraian “tentang” diketik dengan huruf kapital, semua kata lain diketik dengan huruf biasa kecuali nama Negara, orang atau lembaga yang lazimnya di tulis dengan huruf kapital di huruf pertama.
4. Jika tidak ada tempat terbit yang jelas dalam peraturan tersebut, maka sebagai penggantinya dapat dipakai tempat instansi yang mengeluarkannya, yang biasanya ada di Jakarta untuk peraturan pusat, dengan menulisnya di dalam kurung siku [Jakarta].
5. Di antara daerah judul dan daerah tempat dan tahun penetapan peraturan dipakai tanda titik dan dua tanda hubung : .—
10. Penyusunan koleksi dirak
Tahap akhir dari kegiatan pengolahan adalah penyusunan koleksi di rak. Setalah koleksi peraturan selesai diolah, kemudian koleksi tersebut diatur dan disusun pada rak buku.
Penyusunan koleksi pada perpustakaan BPHN dilakukan dengan penempatan yang tidak tetap (relative laocations). Hal ini dilakukan agar pustakawan dapat menemukan koleksi yang dicari dengan mudah.